LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Hidrologi atau Hydrologia (ilmu air) adalah cabang ilmu Geografi yang
mempelajari tentang pergerakan distribusi dan kualitas air di seluruh bumu
termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Kajian ilmu hidrologi meliputi
hidrometeorologi, patamologi, lomnologi, geohidrologi dan kriologi. Hidrologi
termasuk salah satu cabang ilmu geogragrafi ( ilmu bumi) dan sudah mulai
dikembangkan oleh filsuf kuno, antara lain dari yunani, romawi, cina dan mesir.
Dimana air dianggap sebagai bagian dari unsur utama bersama-sama dengan bumi,
udara dan api.
Secara harafiah “hidrologi” berasal dari Bahasa Yunani, yakni “hydro” dan
“loge”, ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya
peredaran dan penyebaran, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya
terutama dengan makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam
beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air
untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit
listrik tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian eroso dan sendimentasi,
transportasi air, drainase, pengendali polusi, air limbah ,dsb.
Ilmu hidrologi lebih banyak didasarkan pada pengetahuan empiris dari pada
teoritis. Pada dasarnya hidrologi adalah suatu ilmu yang bersifat menafsirkan
dengan melakukan percobaan yang dibatasi oleh ukuran kejadian di alam yang
diteliti sederhana dengan akibat yang bersifat khusus. Persyratan mendasar berupa
data yang diamati dan diukur mengenai semua pencurahan air hujan, pengairan
sungai serta penguapan air.
2.2 Data Hujan dan Klimatologi
Siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh iklim dan secara tidak langsung
dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Perubahan iklim ditandai dengan perubahan
dua factor meteorology penting yaitu temperature dan curah hujan, yang kemudian
dapat menyebabkan kenaikan temperature muka air laut. Perubahan temperature
ini akan menyebabkan perubahan variable atmosfer lainnya, yang pada akhirnya
akan menyebkan perubahan pola hujan dalam skala ruang, waktu dan besaran.
2.2.1 Data Hujan
Hujan ialah salah satu faktor dalam siklus hidrologi. Dimana pada suatu
daerah besarnya hujan akan mempengruhi besarnya aliran sesuai dengan
karakteristik daerah bersangkutan. Oleh karena itu data curah hujan merupakan
faktor penting untuk memperkirakan besarnya debit hujan rencana berdasarkan
analisa hidrologi yang biasa dipergunakan.
Data curah hujan dapat berupa data curah hujan harian atau curah hujan pada
periode waktu yang lebih pendek, misalnya setiap menit. Alat ukur hujan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu penakar hujan biasa (manual raingauge) dan
penakar hujan otomatis (outomatic raingauge). Klasifikasi hujan bedasarkan
intensitas hujan setiap waktunya sebagai berikut:
Tabel 2.1 klasifikasi hujan berdasarkan intensitas hujan setiap waktu
Intesitas Hujan (mm)
Keadaan Hujan
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan <1 <5
Hujan ringan 1–5 5 – 20
Hujan normal 5–1 20 – 50
Hujan lebat 10– 20 50 – 100
Hujan sangat lebat < 20 > 100
Data hujan merupakan masukan utama dari sistem sungai dan aliran sungai.
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau satu titik saja. Untuk kawasan yang luas, satu penakar
hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Oleh karena itu untuk
mengetahui semua karakteristik aliran, harus diketahui informasi mengenai besaran
curah hujan yang terjadi di lokasi yang sama atau disekitarnya. Hampir semua
kegiatan pengembangan sumber daya air memerlukan informasi hidrologi untuk
dasar perencanaan dan perancangan, salah satu informasi hidrologi yang penting
adalah data hujan. Pengumpulan dan pengolahan data hujan ini diharapkan dapat
menyajikan data hujan yang akurat, menerus dan berkelanjutan sesuai dengan
kondisi lapangan, tersusun dalam sistem database, data menyediakan data/informasi
hidrologi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. perbandingan curah hujan tertentu
a. Radiasi matahari
b. Kecepatan angina diukur dengan menggunakan anemometer dengan
memperhatikan ketinggian dimana pengamatan itu dilakukan
c. Suhu udara harian minimum maksimum suatu tempat dihutung sejak
matahari terbit hingga ½-3 jam setelah matahari mencapai puncaknya.
Kemudian mengalami penurunan hingga malam serta fajar.
d. Kelembapan udara
e. Penguapan
1. Letak stasiun klimatologi harus memiliki hubungan tanah, air dan iklim
dimana data tersebut diperoleh.
2. Masing-masing instrument harus menghasilkan data-data meteorology
yang benar dan alat-alat tesebut tidak mudah rusak dan mudah
dipelihara.
3. Pembacaan alat mudah dilaksanakan dan mudah dicatat
4. Pengamat cukup tersedia dan terlatih dengan baik serta bertempat
tinggal tidak jauh dari stasiun klimatologi demi kelancaran pengamatan.
d=
∑ di ……………………………………………..(2.1)
n
Keterangan :
d= rata-rata curah hujan (mm)
di = jumlah tinggi curah hujan di setiap pos
n = banyaknya stasiun pencata.
2. Cara Thiessen Pologon
Cara ini diperoleh dengan membuat polygon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubunbg dua stasiun hujan sepert pada gambar
berikut:
Curah hujan rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan pada masing-
masing penakar yang mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua pos penakar.
d=
∑ A 1d1 ……………………………………………(2.2)
A
Keterangan :
A= luas areal (km2)
d= rata-rata curah hujan (mm)
di = jumlah tinggi curah hujan di setiap pos
n = banyaknya stasiun pencata.
3. Cara Ishoyet
Dalam hal ini, kontur curah hujan yang sama (Isohyet) digambarkan
terlebih dahulu, kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang
berdekatan diukur dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata
berimbang dari nilai kontur seperti berikut:
d i−1+ d i
∑ A
2 ……………………………………….(2.3)
d=
∑ Ai
Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson Tipe III adalah sebagai
berikut : (Soemarto,CD,1995 : 152)
∑ n log xi
log x= i=¿¿ ………………………………………………(2.4)
n
Si= √ ∑ n¿¿¿¿
i =¿ ¿
………………………………………(2.5)
∑ ( logxi−logx )3 ……………………………………….
i=1
Cs= 3
( n−1 ) . ( n−2 ) .(Sx )
(2.6)
a) Mengurutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan juga besarnya
peluang dari masing-masing data tersebut.
b) Menentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran
data (persamaan distribusinya).
c) Dari kedua nilai peluang ditentukan selisih terbesarnya antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
d) Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorof Test) dapat ditentukan
harga Dcr.
2 ( E f −O f )2
X =∑ ………………………………………(2.8)
Ef
Dengan:
X2 = Chi-Square
Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan,
sesuai dengan pembagian kelasnya.
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Nilai X2 yang terhitung ini harus lebih kecil dari harga X 2cr (yang didapat dari
tabel Chi-Square). Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan:
Dengan:
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
P= Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter,
yang untuk sebaran Chi-Square adalah sama dengan dua.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada uji Chi-Square menguji
penyimpangan distribusi data pengamatan dengan mengukur secara matematis
kedekatan antara data pengamatan dan seluruh bagian garis persamaan
distribusi teorotisnya dengan nilai X2cr.
Dengan:
Rt = rata – rata hujan dari awal sampai jam ke – T (mm/jam)
T = waktu mulai hujan hingga ke – T (jam)
R24= curah hujan efektif dalam 24 jam (mm)
T = waktu konsentrasi hujan (jam)
RT = curah hujan pada jam ke – T (mm)
Data curah hujan rencana tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam
perhitungan debit rancangan di kawasan DAS Bedadung dan sekitarnya.
Dengan :
Qp= debit puncak banjir ( m3/dt)
CA= Luas daerah pengaliran
R0 = hujan satuan ( mm)
Qa 2=Q p . 0,3 1,5 T 0,3 ; pada saat ( T p +T 0,3 ) ≤ t ≤ ( T p+ T 0,3 +1,5 T 0,3 ) (2.14)
(t −T p +1,5 T 0,3 )
2.10 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan
tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh
faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya
evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari
permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk
vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi).
Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang
diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung
sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan
transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk
vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi.
Pada siklus hidrologi menunjukan bahwa evapotranspirasi (ET) adalah
jumlah dari beberapa unsur seperti pada persamaan matematik berikut:
ET = T + It + Es + Eo……………………………………….(2.16)
Dengan :
T = transpirasi vegetasi
It = intersepsi total
Es = evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan tanah lainnya,
Eo = evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau, dan waduk.
Untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It.
Bial unsur vegetasi dihilangkan, ET = Es.
keterangan:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T = temperatur udara bulan ke-n (OC)
I = indeks panas tahunan
a = koefisien yang tergantung dari tempat
Harga a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:
a = 675 10-9 ( I3 ) – 771 10-7 ( I2 ) + 1792 10-5 ( I ) +
0,49239 …………………………………………….(2.11)
Jika rumus tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum
disesuaikan dalam cm).
Karena banyaknya hari dalam sebulan tidak sama, sedangkan jam
penyinaran matahari yang diterima adalah berbeda menurut musim dan
jaraknya dari katulistiwa, maka PET harus disesuaikan menjadi:
s Tz
PE=PET ………………………………………………(2.18)
30× 12
Keterangan:
s = jumlah hari dalam bulan
Tz = jumlah jam penyinaran rerata per hari
2) Metode Blaney-Criddle
Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi dari
tumbuhan (consumtive use) yang pengembangannya didasarkan pada
kenyataan bahwa evapotranspirasi bervariasi sesuai dengan keadaan
temperatur, lamanya penyinaran matahari/siang hari, kelembaban udara dan
kebutuhan tanaman.
T.P
U =K ……………………………………………………..
100
(2.18)
keterangan:
U = consumtive use (inch) selama pertumbuhan tanaman
K = koefisisen empiris yang tergantung pada tipe dan lokasi tanaman
P = persentase jumlah jam penyinaran matahari per bulan dalam 1
(satu)tahun (%)
T = temperatur bulan ke-n (OF)
3) Metode Blaney-Criddle yang dimodifikasi
P { ( 45,7 ×7 T ) +81,30 }
U =K …………………………………………..(2.20)
100
keterangan:
U = transpirasi bulanan (mm/bulan)
T = suhu udara bulan ke-n (OC)
P = persentase jam siang bulanan dalam setahun
dimana:
K = Kt ´ Kc
Kt = 0,0311(t) + 0,24
Kc = koefisien tanaman bulanan dalam setahun = 0,94
Harga-harga Kc padi di Indonesia telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga
terkait.
4) Metode Turc-Lungbein
Turc telah mengenbangkan sebuah metode penentuan evapotranspirasi
potensial yang didasarkan pada penggunaan faktor-faktor klimatologi yang
paling sering diukur, yaitu kelembaban relatif dan temperatur udara.
P
E=
P2 ………………………………………………………
√ 0,9+
Eo2
(2.21)
5) Metode Penman
Rumus dasar perhitungan evaporasi dari muka air bebas adalah:
∆
¿=
( Y)
H +¿ 0 X
……………………………………………………(2.23)
∆
I +( )
Y
keterangan:
E = evaporasi dari permukaan air bebas (mm/hari, 1 hari = 24 jam)
Ho =net radiation (cal/cm2/hari) = kemiringan kurva hubungan
tekanan uap yang diselidiki (mmHg/oC)
konstanta Psychrometri (=0,485 mmHg/oC)
L = panas latent dari evaporasi sebesar 0,1 cm3 (= 59 cal)
Nilai Ex dapat dicari dengan:
Ex = 0,35 (0,5 + 0,5 U2) ( e Sat –e2) ………………………………(2.24)
Dengan:
V2 = kecepatan angin ketinggian 2 m (m/det)
e sat = tekanan uap jenuh (mmHg)
e2 = tekanan uap aktual ketinggian 2 m (mmHg)
Persamaan Penman tersebut dapat dijabarkan agar menjadi mudah
perhitungannya, yaitu:
I
E= ( 0,94 × II × III −IV ×V ×VI )+VII ¿ ¿………………………………
59
(2.25)
I = Merupakan nilai D sebagai fungsi temperatur
II = Merupakan nilai (a + bn/N)
a dan b = konstanta
n = lamanya sinar matahari
N = panjang hari 9 jam
top
III =nilai H= yang merupakan fungsi garis lintang
sh
IV =nilai dari 118.10-19 (273 + Tz)4, merupakan fungsi suhu
V = nilai dari 0.47−0.077 √ e 2merupakan fungsi tekanan uap
aktual pada ketinggian 2 m
VI = nilai dari 0.2+0.8 n/N
VII = nilai dari 0.485x0.35 (0.5+0.54u)
VIII = nilai dari tekanan uap (esat)
Dro= Ws – I……………………………………………...(2.27)
Bf= I-Vn………………………………………………....(2.28)
Ws= R – Etp……………………………………………...(2.29)
Et= Ep – E (mm/hari)……………………………………(2.30)
Keterangan :
Bf = Base flow
Ws = Water surplus
Et = Evapotranspirasi
I = Inflitrasi (mm/hr)
Vn = Stroage Volume
R = Curah hujan (mm/hr)
Ep = Limit evapotranspirasi
Kriteria dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan metode FJ. Mock ini
adalah :
E/Ep = (m/20)(18-n)……………………………………..(2.36)
Et = Ep – E, Evapotransprasi terbatas
pengaliran dimana
0,5 (1 + k) ………………………………….(2.38)
K x Vn – 1 ………………………………….(2.30)
Volume aliran sungai dalam 1 bulan = (20) X 86400 x jumlah hari dalam
sebulan.