Anda di halaman 1dari 12

Assalamua laikum Wr W b

PATOFISIOLOGI

COVID-
19Dosen Pengampu : Apt. Dian Handayani, M.Farm
KELOMPOK
1
Anggota :

Vianatha Syaqila Nasution F1G018010


Jihan Su'da Ramadhani F1G018025
Buistu Arba'a Nuyuh Putri F1G018031
Afra Wafiqah Azhar F1G0200001
Selfira Putri Utami F1G020002
Mahmudanti F1G020015
M. Fachri Alieffaizan F1G020022
Putri Serindang Bulan F1G020029
Dewi Fitri F1G020038

2020
COVID-19 |
Messy Retno Tria Falupi
F1G020044
APA ITU
COVID-19?
Coronavirus Disease 19

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah salah satu jenis virus pneumonia
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2). Virus ini merupakan virus korona jenis ketiga yang sangat patogen setelah
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). COVID-19 pertama kali dilaporkan
dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada Desember 2019.
Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm. Virus
korona bersifat zoonosis dimana dapat ditularkan dari hewan ke manusia, tapi
beberapa bukti telah ditemukan bahwa virus tersebut dapat ditularkan dari

2020
COVID-19 |
manusia ke manusia melalui droplet, kontak dengan droplet dan bahkan melalui
penularan fekal- oral khususnya virus korona jenis baru ini yaitu Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus- 2 (SARS- CoV- 2).
Tanda dan Gejala

1. Gejala COVID- 19 2. Gejala yang mempengaruhi beberapa


yang paling umum pasien termasuk:
adalah : Demam Kehilangan rasa atau bau,
Konjungtivitis / mata merah
Batuk kering
Sakit tenggorokan, Sakit
Kelelahan
kepala, Nyeri otot atau
sendi,
Berbagai jenis ruam
kulit, Mual atau
muntah, Diare,
Tanda dan Gejala

3. Gejala yang parah 4. Gejala kurang umum


meliputi: Sesak napas, adalah: Sifat lekas
Kehilangan selera marah,Kebingungan,
makan, Kebingungan, Kesadaran berkurang
Nyeri atau tekanan yang (terkadang berhubungan
terus- menerus di dengan kejang),
dada, Suhu tinggi (di Kegelisahan, Depresi,
atas 38 ° C) Gangguan tidur,
Komplikasi
neurologis
ETIOLOG
I
Pada awalnya ditemukan kasus pneumonia yang terjadi di Wuhan, China pada Desember 2019.
Penyakit ini berkembang sangat cepat dan menyebar ke dalam beberapa Negara kurang dari satu
bulan. Lalu penyakit ini diberi nama sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV),
Fever, chills, cough

kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease
(COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2) dan dinyatakan sebagai pandemik pada tanggal 12 Maret 2020

Berdasarkan penelitian bahwa agen penyebab Covid-19 berasal dari genus betacoronavirus, yang
merupakan genus yang sama dengan agen penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome(SARS)
dan Middle East Respiratory Syndrome(MERS). Virus ini masuk melalui membran mukosa lalu Loss of taste or smell
masuk ke dalam paru-paru dan menyebar melalui pembuluh darah

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan agen penyebab Covid-19 yaitu SARS-CoV-2. Virus masuk ke

2020
COVID-19 |
dalam tubuh inang melalui ikatan antara protein S dengan ACE2 yang diekspresikan oleh sel epitel
inang. Gejala utama Covid-19 yaitu demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit
kepala. Selain gejala-gejala tersebut, dilaporkan pula gejala pada traktus gastrointestinal dan
manifestasi neurologis. Gambaran CT-Scan toraks pada pasien Covid-19 yaitu opasitas ground-glass.
Leukopenia, limfositopenia, dan trombositopenia pada pasien Covid-19 juga dilaporkan.
Musclea and fatigue
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan
sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory
syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen,
atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang
menyebabkan outbreak di kemudian hari

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)


menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang
ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil
sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor
ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai
pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi
dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.

Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma
sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan
membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan
protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein


nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus.
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel
yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan
menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius
bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien
TERAP
F
I ARM AKOLOG
1. Terapi Umum
I Untuk terapi farmakologis, pasien COVID-19 secara umum mendapat terapi antivirus,
Berikut ini adalah beberapa antivirus yang digunakan di China untuk mengobati pasien
COVID-19:
 Nebulisasi alpha-interferon (5.000.000 IU atau equivalen per kali untuk dewasa,
ditambah 2 mL aqua pro injeksi; diberikan inhalasi 2 kali sehari)
 Lopinavir/ritonavir (200 mg/50 mg per kapsul, 2 kali sehari 2 kapsul untuk dewasa,
lama terapi ≤10 hari).
 Ribavirin (direkomendasikan untuk dikombinasi dengan interferon atau
lopinavir/ritonavir, 500 mg untuk dosis dewasa, diinjeksikan intravena 2–3 kali
sehari, lama terapi ≤10 hari).
 Chloroquine phosphate (500 mg untuk dewasa, 2 kali sehari, lama terapi ≤10 hari).
 Hydroxychloroquine phosphate, mekanisme serupa dengan chloroquine, digunakan
dengan dosis 400 mg 2 kali sehari pada hari ke 1, kemudian 200 mg 2 kali sehari

2020
COVID-19 |
pada hari ke 2-5.
 Arbidol (200 mg untuk dewasa, 2 kali sehari, lama terapi ≤10 hari).
 Remdesivir, obat ini dulu pernah digunakan untuk mengatasi SARS dan MERS.
2. Terapi Pasien Kondisi Berat dan Kritis  Imunostimulan
Pada kondisi COVID-19 yang berat dan kritis, prinsip Beberapa suplemen di bawah ini memiliki efek terhadap sistem imun dan
terapi yang diberikan adalah aktif mencegah berpengaruh pada daya tahan tubuh virus Covid-19.
komplikasi, mengatasi penyakit penyerta yang 1) Vitamin C
muncul, mencegah infeksi sekunder, dan - Vitamin non-acidic 3-4 × 500 mg (14 hari)
menyediakan dukungan fungsi organ tepat waktu. - Tablet hisap Vitamin C 2 ×500 mg (30 hari)
Selain itu, diberikan terapi terhadap symptom - Multivitamin dengan kandungan vitamin C 1-2 tablet perhari (30
penyakit. Pada kondisi ini diperlukan berbagai hari)
tindakan medis,antara lain: 2) Zinc: Peningkatan konsentrasi zinc intrasel dengan pyrithione dapat
•Dukungan fungsi respirasi: Terapi oksigen, menghambat replikasi virus RNA, termasuk SARS-CoV.
Oksigen nasal aliran tinggi (HFNO), Ventilasi 3) Selenium, kekurangan selenium, mineral renik utama reaksi reduksi
mekanik invasif, Terapi penyelamatan. oksidasi pada mamalia, bukan hanya dapat menyebabkan gangguan
•Dukungan sirkulasi, pada prinsipnya diberikan sistem imun, tetapi juga membuat mutasi virus RNA lebih virulens.
4) Meniran (Phylantus niruri). Herbal ini telah dibuktikan dapat
resusitasi cairan yang adekuat, perbaikan
meningkatkan sistem imun dengan mengaktifkan makrofag dan sel-sel
mikrosirkulasi, penggunaan obat vasoaktif, dan
inflamatori lainnya.
pemantauan hemodinamik sesuai kebutuhan.
5) Echinacea. Diperoleh dari Echinacea purpura, herbal ini dapat
3. Terapi Lain-lain
meningkatkan sistem imun melalui aktivasi neutrofil, makrofag,
 Kortikosteroid leukosit polimorfonuklear, dan sel natural killer (NK).
Kortikosteroid dapat digunakan dalam waktu  Vaksinasi
yang singkat (3–5 hari) untuk menekan Vaksin merupakan suatu antigen atau benda asing yang dimasukkan ke
dalam tubuh untuk menghasilkan reaksi kekebalan tubuh terhadap penyakit
inflamasi, jika hanya ada indikasi tertentu.
tertentu. Bila diberikan kepada seseorang, vaksin akan menimbulkan reaksi
Pemberian kortikosteroid tidak boleh melebihi sistem imun yang spesifik dan aktif terhadap penyakit tertentu, misalnya vaksin
dosis yang ekuivalen dengan 1–2 mg/kg/hari flu untuk mencegah penyakit flu dan vaksin COVID-19 untuk mencegah infeksi
metilprednisolon virus SARS-CoV-2.
TERAPI NON  Pola makan yang teratur, dengan gizi yang mencukupi
dan seimbang.

FARMAKOLOGI
 Minum air putih sedikitnya 6 gelas per hari, dan
sebaiknya air hangat.
 Olahraga setidaknya 3 kali seminggu, masing-masing
minimal 30 menit.
 Menjaga kebersihan tubuh secara keseluruhan, yaitu
mandi setiap hari, mencuci tangan dengan sabun atau
hand sanitizer setiap kali akan makan/minum dan
keluar dari kamar mandi.
 Istirahat cukup, tidur 6-8 jam/hari.
Secara umum, pola makan dengan gizi seimbang
dapat digambarkan dengan “Piramida Makan Sehat.” Pada
Piramida

Tatalaksana terapi non-farmakologis merupakan komponen utama


dalam terapi terhadap virus. Hal ini karena sebagian besar penyakit
akibat virus bersifat self-limiting, dapat sembuh sendiri (Krinsky, 2016).
Tak terkecuali COVID-19. Kita harus dapat melawan virus Covid-19
tersebut menggunakan sistem imun alami tubuh. Dengan mengaktifkan
sistem imun tubuh melalui penerapan pola hidup sehat:
PENCEGAHAN
“lebih baik mencegah daripada mengobati’

Menghindari penularan dari sekresi air liur, Dikarenakan terdapat orang positif tanpa gejala,
Maka diwajibkanlah menggunakan masker maka diharuskan untuk selalu waspada, maupun
untuk menghindari adanya virus yang keluar berhati-hati jika melakukan kontak fisik atau non
bersamaan saat batuk ataupun bersin fisik dengan seseorang yang baru berpergian ke
luar kota ataupun luar negeri.

Terdapat juga fomit atau benda yang


terkontaminasi oleh viruscovid-19, sehingga tidak
Menghindari berkerumun dengan orang
dianjurkan untuk menyentuh benda yang sering
banyak, dan menjaga jarak minimal 2
disentuh juga oleh orang banyak atau dapat
m
menggunakan sarung tangan juga.
Wa s s a l a m u a l a i k u m Wr W b

TERIM AKASIH
! Kelompok 1 : Covid- 19

Anda mungkin juga menyukai