Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PATOFISIOLOGI

COVID 19

Disusun oleh:

KELOMPOK I (SATU):

1. Vianatha Syaqila Nasution F1G018010


2. Jihan Su'da Ramadhani F1G018025
3. Buistu Arba'a Nuyuh Putri F1G018031
4. Afra Wafiqah Azhar F1G020001
5. Selfira Putri Utami F1G020002
6. Mahmudanti F1G020015
6. M. Fachri Alieffaizan F1G020022
7. Putri Serindang Bulan F1G020029
9. Dewi Fitri F1G020038
10. Messy Retno Tria Falupi F1G020044

Dosen Pengampu: Dian Handayani, S.Farm, Apt., M.Farm

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah
patofisiologi dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam tak lupa pula kita panjatkan ke junjungan kita, Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kezaman
yang modern dan terang benderang seperti sekarang ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan kelemahan
baik dari segi penyusunan maupun segi isi materi. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, 11 Maret 2021

Kelompok I
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Covid-19 dideklarasikan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal
12 Maret 2020. Hal ini membuat Covid-19 menjadi perhatian utama dunia.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengungkap agen penyebab
Covid-19 serta patogenesis dan manifestasi klinis pada pasien Covid-19..
Ditemukan bahwa agen penyebab Covid-19 merupakan virus RNA yang
berasal dari genus betacoronavirus. Virus ini dinamakan SARS-CoV-2 dan
menggunakan ACE2 yang merupakan reseptor membran ekstraselular yang
diekspresikan pada sel epitel tubuh inang sebagai jalan masuknya. Infeksi dari
SARS-CoV-2 dapat menyebabkan badai sitokin yang berakibat pada
kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan Acute Respiratory Distress
Syndrome. Manifestasi klinis Covid-19 beragam, melibatkan traktus
respiratorius, traktus gastrointestinal, hingga dilaporkan manifestasi
neurologis.
Gejala utama Covid-19 yaitu demam, batuk kering, dispnea, fatigue,
nyeri otot, dan sakit kepala. Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30
Agustus 2020, terdapat 24.854.140 kasus konfirmasi Covid-19 di seluruh
dunia dengan 838.924 kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki
kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah
Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148
kasus, wilayah Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika
dengan 1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus.
Kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah. Berdasarkan
laporan Kemenkes RI, pada tanggal 30 Agustus 2020 tercatat 172.053 kasus
konfirmasi dengan angka kematian 7343 (CFR 4,3%).
DKI Jakarta memiliki kasus terkonfirmasi kumulatif terbanyak,
yaitu 39.037 kasus. Daerah dengan kasus kumulatif tersedikit yaitu Nusa
Tenggara Timur dengan 177 kasus. Seiring dengan terus meningkatnya kasus
terkonfirmasi Covid-19, penelitian mengenai Covid-19 masih berlanjut
hingga saat ini. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa agen penyebab
Covid-19 berasal dari genus betacoronavirus, yang merupakan genus yang
sama dengan agen penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Virus dapat melewati
membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring, kemudian memasuki
paru-paru melalui traktus respiratorius dan selanjutnya menuju organ target.
Saat ini Covid-19 menjadi perhatian utama dunia. Cepatnya penyebaran
penyakit disertai penambahan kasus yang masih terus melonjak, termasuk di
Indonesia, serta beragamnya manifestasi klinis Covid-19 berpotensi pada
kolapsnya sistem kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian covid-19?
2. Seperti apa tanda atau gejala covid-19?
3. Bagaimana Etiologi covid-19?
4. Bagaimana Patofisiologi covid-19?
5. Terapi farmakologi dan non farmakologi seperti apa yang digunakan
untuk pasien penderita Covid-19?
6. Bagaimana Pencegahan covid-19?

C. Tujuan
Tujuan yang didapat dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu covid-19
2. Mengetahui Tanda atau Gejala covid-19
3. Mengetahui Etiologi covid-19
4. Untuk mengetahui Patofisiologi covid-19
5. Untuk mengetahui Terapi farmakologi dan non farmakologi covid-19
6. Mengetahui Pencegahan covid-19
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN COVID-19
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah salah satu jenis virus
pneumonia yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini merupakan virus korona jenis ketiga
yang sangat patogen setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
(SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-
CoV). COVID-19 pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China,
pada Desember 2019.(Harahap, Rara. 2020).
Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm.
Virus korona bersifat zoonosis dimana dapat ditularkan dari hewan ke manusia,
tapi beberapa bukti telah ditemukan bahwa virus tersebut dapat ditularkan dari
manusia ke manusia melalui
droplet, kontak dengan droplet dan bahkan melalui penularan fekal-oral
khususnya virus korona jenis baru ini yaitu Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV- 2).
Kasus pertama COVID-19 ditemukan di Wuhan, China, dari 49 pasien
pertama terdapat 6 kasus meninggal. Kasus kematian lebih banyak terjadi pada
orang dengan usia lanjut dan orang yang mempunyai penyakit penyerta. Kasus
kematian pertama COVID-19 yaitu pada pasien lelaki dengan usia 61 tahun
yang memiliki penyakit penyerta yaitu tumor intraabdomen dan penyakit liver
(Huang et al., 2020)

B. TANDA DAN GEJALA COVID-19


Gejala awal COVID-19 tidak spesifik. Gejala umum muncul dengan
demam, batuk dan kelelahan, yang kemudian dapat sembuh secara spontan atau
berkembang menjadi sesak napas, dispnea, dan pneumonia, yang menyebabkan
ARDS, gagal ginjal, disfungsi koagulasi, multipel kegagalan organ bahkan
kematian. Gejala yang lebih jarang yaitu rasa nyeri, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan, sakit kepala bahkan kehilangan indera penciuman atau rasa.
Gejala yang dialami oleh penderita biasanya bersifat ringan dan munculnya
bertahap, tetapi ada juga yang tidak memiliki gejala atau bahkan gejalanya
lebih parah dan serius pada beberapa orang. Beberapa orang terinfeksi hanya
memiliki gejala yang ringan bahkan ada yang tidak memiliki gejala. Sebagian
besar pasien yang terinfeksi virus ini dapat pulih tanpa perlu perawatan yang
khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi virus inimenderita sakit yang
lebih serius dan parah bahkan pada beberapa orang sampai kesulitan bernapas.
Orang-orang dengan usia lanjut dan orang yang memiliki penyakit penyerta
seperti diabetes atau hipertensi memiliki kemungkinan yang lebih besar
mengalami sakit yang lebih serius. Orang-orang usia lanjut dan orang yang
mempunyai penyakit penyerta lebih berisiko tinggi untuk terkena COVID-19.
Gejala infeksi COVID-19 muncul setelah inkubasi dalam jangka waktu sekitar
5,2 hari. Periode sejak awal gejala COVID-19 hingga kematian berkisar antara
6 hingga 41 hari dengan rata-rata 14 hari. Periode ini tergantung dari usia
pasien dan status sistem kekebalan pasien. Lebih pendek pada pasien berusia di
atas 70 tahun dibandingkan di bawah 70 tahun.(Harahap, Rara. 2020)

C. ETIOLOGI

Pada awalnya ditemukan kasus pneumonia yang terjadi di Wuhan, China


apa Desember 2019. Penyakit ini berkembang sangat cepat dan menyebar ke
dalam beberapa Negara kurang dari satu bulan. Lalu penyakit ini diberi nama
sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO
mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease
(COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). dinyatakan sebagai pandemik pada tanggal 12
Maret 2020(Susilo dkk., 2020).

Berdasarkan penelitian (Zhu dkk, 2020) bahwa agen penyebab Covid-19


berasal dari genus betacoronavirus, yang merupakan genus yang sama dengan
agen penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome(SARS) dan Middle East
Respiratory Syndrome(MERS) . virus ini masuk melalui membran mukosa
lalu masuk ke dalam paru-paru dan menyebar melalui pembuluh darah.

Berdasarkan hasil penelitian (Nur, 2020) ditemukan agen penyebab


Covid-19 yaitu SARS-CoV-2. Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui
ikatan antara protein S dengan ACE2 yang diekspresikan oleh sel epitel inang.
Gejala utama Covid-19 yaitu demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot,
dan sakit kepala. Selain gejala-gejala tersebut, dilaporkan pula gejala pada
traktus gastrointestinal dan manifestasi neurologis. Gambaran CT-Scan toraks
pada pasien Covid-19 yaitu opasitas ground-glass. Leukopenia, limfositopenia,
dan trombositopenia pada pasien Covid-19 juga dilaporkan.

Berikut adalah kemungkinan-kemungkinan moda transmisi SARS-CoV-


2, termasuk transmisi kontak:

1. Droplet (percikan) Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak


langsung, kontak tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang
terinfeksi melalui sekresi seperti air liur dan sekresi saluran pernapasan
atau droplet saluran napas yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk,
bersin, berbicara, atau menyanyi.
2. Melalui udara (airborne) didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius
yang diakibatkan oleh penyebaran dropletnuclei(aerosol) yang tetap
infeksius saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh.
3. Fomit sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh
orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda,
sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi).
4. Fekal-oral, melalui darah, ibu ke anak, dan binatang ke manusia. Infeksi
SARS-CoV-2 umumnya dapat menyebabkan penyakit pernapasan ringan
hingga berat dan kematian, sedangkan sebagian orang yang terinfeksi
virus ini tidak pernah menunjukkan gejala.

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus
dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory
syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen,
atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang
menyebabkan outbreak di kemudian hari.

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)


menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang
ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil
sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor
ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai
pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki
fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.

Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam


sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan
pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya,
RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan
pembentukan protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein


nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus.
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel
yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian
akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus
respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien.

D. TERAPI FARMAKOLOG
Identifikasi awal dan penanganan tepat waktu pasien COVID-19
merupakan faktor krusial yang sangat menentukan hasil terapi. Sampai saat ini,
baik WHO maupun CDC belum mengeluarkan standar pengobatan untuk virus
Covid-19. Pengobatan yang dilakukan masih bersifat suportif, sesuai gejala dan
manifestasi klinis pasien. Penatalaksanaan COVID-19 dapat dibagi menjadi
penatalaksanaan terapi secara umum, terapi pada kondisi berat dan kritis, dan
terapi lain-lain.
1. Terapi Umum
Untuk terapi farmakologis, pasien COVID-19 secara umum mendapat terapi
antivirus, Berikut ini adalah beberapa antivirus yang digunakan di China
untuk mengobati pasien COVID-19:
 Nebulisasi alpha-interferon (5.000.000 IU atau equivalen per kali untuk
dewasa, ditambah 2 mL aqua pro injeksi; diberikan inhalasi 2 kali sehari)
 Lopinavir/ritonavir (200 mg/50 mg per kapsul, 2 kali sehari 2 kapsul
untuk dewasa, lama terapi ≤10 hari).
 Ribavirin (direkomendasikan untuk dikombinasi dengan interferon atau
lopinavir/ritonavir, 500 mg untuk dosis dewasa, diinjeksikan intravena 2–
3 kali sehari, lama terapi ≤10 hari).
 Chloroquine phosphate (500 mg untuk dewasa, 2 kali sehari, lama terapi
≤10 hari).
 Hydroxychloroquine phosphate, mekanisme serupa dengan chloroquine,
digunakan dengan dosis 400 mg 2 kali sehari pada hari ke 1, kemudian
200 mg 2 kali sehari pada hari ke 2-5.
 Arbidol (200 mg untuk dewasa, 2 kali sehari, lama terapi ≤10 hari).
 Remdesivir, obat ini dulu pernah digunakan untuk mengatasi SARS dan
MERS.
2. Terapi Pasien Kondisi Berat dan Kritis
Pada kondisi COVID-19 yang berat dan kritis, prinsip terapi yang diberikan
adalah aktif mencegah komplikasi, mengatasi penyakit penyerta yang
muncul, mencegah infeksi sekunder, dan menyediakan dukungan fungsi
organ tepat waktu. Selain itu, diberikan terapi terhadap symptom penyakit.
Pada kondisi ini diperlukan berbagai tindakan medis,antara lain:
 Dukungan fungsi respirasi: Terapi oksigen, Oksigen nasal aliran tinggi
(HFNO), Ventilasi mekanik invasif, Terapi penyelamatan.
 Dukungan sirkulasi, pada prinsipnya diberikan resusitasi cairan yang
adekuat, perbaikan mikrosirkulasi, penggunaan obat vasoaktif, dan
pemantauan hemodinamik sesuai kebutuhan.
3. Terapi Lain-lain
 Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat digunakan dalam waktu yang singkat (3–5
hari) untuk menekan inflamasi, jika hanya ada indikasi tertentu.
Pemberian kortikosteroid tidak boleh melebihi dosis yang ekuivalen
dengan 1–2 mg/kg/hari metilprednisolon.
 Imunostimulan
Beberapa suplemen di bawah ini memiliki efek terhadap sistem
imun dan berpengaruh pada daya tahan tubuh virus Covid-19.
1) Vitamin C
- Vitamin non-acidic 3-4 × 500 mg (14 hari)
- Tablet hisap Vitamin C 2 ×500 mg (30 hari)
- Multivitamin dengan kandungan vitamin C 1-2 tablet perhari
(30 hari)
2) Zinc: Peningkatan konsentrasi zinc intrasel dengan pyrithione
dapat menghambat replikasi virus RNA, termasuk SARS-CoV.
3) Selenium, kekurangan selenium, mineral renik utama reaksi
reduksi oksidasi pada mamalia, bukan hanya dapat
menyebabkan gangguan sistem imun, tetapi juga membuat
mutasi virus RNA lebih virulens.
4) Meniran (Phylantus niruri). Herbal ini telah dibuktikan dapat
meningkatkan sistem imun dengan mengaktifkan makrofag dan
sel-sel inflamatori lainnya.
5) Echinacea. Diperoleh dari Echinacea purpura, herbal ini dapat
meningkatkan sistem imun melalui aktivasi neutrofil, makrofag,
leukosit polimorfonuklear, dan sel natural killer (NK).
 Vaksinasi
Vaksin merupakan suatu antigen atau benda asing yang
dimasukkan ke dalam tubuh untuk menghasilkan reaksi kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu. Bila diberikan kepada seseorang, vaksin akan
menimbulkan reaksi sistem imun yang spesifik dan aktif terhadap
penyakit tertentu, misalnya vaksin flu untuk mencegah penyakit flu dan
vaksin COVID-19 untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2.
E. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Tatalaksana terapi non-farmakologis merupakan komponen utama
dalam terapi terhadap virus. Hal ini karena sebagian besar penyakit akibat virus
bersifat self-limiting, dapat sembuh sendiri (Krinsky, 2016). Tak terkecuali
COVID-19. Kita harus dapat melawan virus Covid-19 tersebut menggunakan
sistem imun alami tubuh. Dengan mengaktifkan sistem imun tubuh melalui
penerapan pola hidup sehat:
a. Pola makan yang teratur, dengan gizi yang mencukupi dan seimbang.
b. Minum air putih sedikitnya 6 gelas per hari, dan sebaiknya air hangat.
c. Olahraga setidaknya 3 kali seminggu, masing-masing minimal 30 menit.
d. Menjaga kebersihan tubuh secara keseluruhan, yaitu mandi setiap hari,
mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer setiap kali akan
makan/minum dan keluar dari kamar mandi.
e. Istirahat cukup, tidur 6-8 jam/hari.

Secara umum, pola makan dengan gizi seimbang dapat digambarkan


dengan “Piramida Makan Sehat.” Pada Piramida, di sisi paling dasar, sumber
karbohidrat sebagai makanan pokok, dengan sesayuran dan bebuahan di tingkat
atasnya, kemudian berbagai sumber protein dan, di bagian puncak piramida,
lipida (minyak atau lemak), garam dan gula. Semakin tinggi posisi suatu
kelompok pangan pada Piramida, makin sedikit porsi konsumsi yang
dianjurkan.
1. Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat yang dipilih tidak harus selalu beras, melainkan
dapat diganti dengan sagu, jagung, ubi, talas atau umbi-umbian lainnya.
Berbagai umbi bahkan dapat memberikan manfaat lebih, bukan sekadar
sebagai sumber kalori, karena kandungan serat tinggi dapat
menjadikannya prebiotik makanan bagi flora normal usus yang berfungsi
dalam mekanisme sistem imun di saluran pencernaan (Slavin, 2013).
2. Sesayuran dan Bebuahan
Banyak di antara karbohidrat yang terkandung ada dalam bentuk gula
sederhana dengan indeks glikemik tinggi. Guna menghindari bebuahan
dan sesayuran yang memiliki indeks glikemik tinggi, dianjurkan memilih
buah dan sayur berserat tinggi yang harus dikonsumsi utuh. Hal lain yang
harus diingat dalam memilih sesayuran dan bebuahan adalah warnanya.
Pilihlah jenis sayur dan buah yang berwarna-warni. Warna dengan
intensitas tinggi pada sesayuran dan bebuahan mengindikasikan
kandungan vitamin dan antioksidan yang tinggi. Senyawa berwarna,
seperti betakaroten, adalah pro-vitamin A yang juga bersifat antioksidan.
potongan pir, apel, kiwi, papaya, nanas, dan berbagai buah segar lainnya
yang dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah.
3. Sumber dan Kebutuhan Protein
Protein dapat diperoleh dari dua sumber: hewani dan nabati. Sumber
protein hewani
memiliki kandungan protein yang tinggi, dengan asam amino esensial
yang lengkap.
Tetapi sumber protein dari hewan tersebut daging, telur, ikan, susu dan
produk susu
(seperti keju, yoghurt) umumnya memiliki kandungan lipida yang juga
tinggi, dengan
proporsi asam lemak jenuh yang tinggi, dan kandungan kolesterol.
Sementara itu, sumber protein nabati, seperti kacang-kacangan dan
beberapa bebijian juga daun kelor biasanya memiliki kandungan protein
yang lebih rendah dibanding sumber hewani, dan dengan asam amino
esensial yang tidak lengkap.
4. Sumber dan Kebutuhan Lipida
Lipida dapat dibedakan menjadi minyak (yang biasanya berasal dari
sumber nabati)
dan lemak (yang umumnya hewani). Kedua jenis lipida ini secara umum
sama, tetapi
minyak mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh, sehingga
berbentuk cair pada suhu kamar. Di sisi lain, lemak mengandung banyak
asam lemak jenuh, terutama yang memiliki rantai panjang, sehingga
padat pada suhu ruang.
5. Herbal/Rempah dan Bumbu
Selain makanan sehat yang mengandung gizi seimbang, herbal juga telah
lama terbukti dapat meningkatkan daya tahun tubuh terhadap penyakit.
Senyawa yang terkandung dalam herbal, seperti saikosaponin, likorin,
amentoflavon, mirisetin telah diketahui mampu menghambat
pertumbuhan coronavirus, walau bukan Covid-19, secara in vitro.
Simplisia herbal tradisional lain yang telah terbukti memiliki aktivitas
antivirus adalah jahe (Zingiber officinale). Pembuktian tersebut
dilakukan dengan merendam 100 gram rimpang jahe yang telah dikupas
dalam 1.000 mililiter air panas, selama 1 jam. Air rendaman jahe tersebut
dapat menghambat pertumbuhan human respiratory syncytial virus
HRSV pada kultur sel A549 dan Hep-2 (Chang et al., 2013).

G. PENCEGAHAN

Data awal dari Tiongkok mengindikasikan bahwa orang tanpa gejala


dapat menyebarkan infeksi kepada orang lain. Untuk itu pencegahan yang
dapat dilakukan berdasarkan data transmisi SARS-CoV-2 dari WHO adalah
sebagai berikut.
1. Menghindari penularan dari sekresi air liur, maka diwajibkanlah
menggunakan masker untuk menghindari adanya virus yang keluar
bersamaan saat batuk ataupun bersin.
2. Menghindari berkerumun dengan orang banyak, karena bakteri ini dapat
bertransmisi juga melalui udara.
3. Terdapat juga fomit atau benda yang terkontaminasi oleh virus covid-19,
sehingga tidak dianjurkan untuk menyentuh benda yang sering disentuh juga
oleh orang banyak atau dapat menggunakan sarung tangan juga.
4. Dikarenakan terdapat orang positif tanpa gejala, maka diharuskan untuk
selalu waspada, maupun berhati-hati jika melakukan kontak fisik atau non
fisik dengan seseorang yang baru perpergian ke luar kota ataupun luar
negeri.

dr.Reisa Broto Asmoro, menyampaikan bahwa covid-19 dapat pula


dihindari dengan cara menjaga pola hidup yang bersih dan sehat, makan
makanan yang seimbang, istirahat yang cukup rutin olahraga dan menghindari
stress untuk menjaga daya tahan tubuh tidak menurun dan melakukan banyak
kegiatan positif didalam rumah.

Yang ditekankan juga adalah penggunaan masker sesuai anjuran


pemerintah sesuai standar ataupun masker medis, untuk menghalangi
kontaminasi virus dari luar melalui mulut dan hidung. Serta senantiasa menjaga
kebersihan tubuh dan cuci tangan dengan bersih sehabis keluar rumah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gerakan mencegah dari pada mengobati baiknya tetap diterapkan dan
tidak terlambat, mengingat karena penyebaran Virus ini sangat cepat dan
telah banyak menelan korban jiwa. Senantiasa mencuci tangan
menggaunakan sabun dan menggunakan hand sanitizer saat sehabis bepergian
ke luar rumah dan selalu menggunakan maskersesuai standar.

B. Saran
Sebaiknya meningkatkan imun tubuh dengan selalu memakan makanan
yang bergizi, istirahat yang cukup, dan mengonsumsi vitamin yang cukup.
Dan menghindari keramaian dengan beristirahat dirumah. Jika mengalami
gejala virus ini, segeralah melapor ke puskesmas/rumah sakit terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Nur Indah. (2020). Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Pathogenesis,


Manivestasi Klinis. Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3.

Harahap, Rara. 2020. Karakteristik Penyakit Corona Virus 2019. Fakultas


Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. DR. Ir. Sumatri Brojonegoro
No.1, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandarlampung, Lampung,
Indonesia 35145. Volume 2 Nomor 3. e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-
9757.

Lai, S., Shen, C., Xu, Y., Yang, X., Si, Y., Gao, J., … Chen, G. (2018). The
distribution of benefits under China’s new rural cooperative medical
system: evidence from western rural China. International Journal for
Equity in Health, 17(1).

Sahin AR. 2019. Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the
Current Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.

Susilo,A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,
R., ... Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–67.

World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the
virus that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020
[cited 2020 March 29]. Available from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-
2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-
the-virus-that-causes-it.

World Health Organization. Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap


kewaspadaan pencegahan infeksi. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/transmisi-
sars-cov-2---implikasi-untuk-terhadap-kewaspadaan-pencegahan-infeksi---
pernyataan-keilmuan.pdf?sfvrsn=1534d7df_4

Xu, X., Chen, P., Wang, J., Feng, J., Zhou, H., Li, X., ... Hao, P. (2020).
Evolution of Novel Coronavirus from The Ongoing Wuhan Outbreak and
Modeling of Its Spike Protein For Risk Of Human Transmission. Science
China Life Sciences. Science China Life Sciences, 63(3), 457–460.

Zendrato, Walsyukurniat. "Gerakan mencegah daripada mengobati terhadap


pandemi covid-19." Jurnal Education and development 8.2 (2020): 242-242.
Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., ... Tan, W. (2020). A
Novel Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. The New
England Journal of Medicine, 382(8), 727–733.

Anda mungkin juga menyukai