KONSEP
PENYAKIT
Otak merupakan salah satu organ vital pada tubuh yang
berfungsi mengatur segala aktivitas manusia. Bagian-
bagian otak secara garis besar terdiri atas cerebrum (otak
besar), truncus encephali (batang otak), dan cerebellum
(otak kecil).
Epilepsi merupakan akibat dari gangguan otak kronis
dengan serangan spontan yang berulang (Satyanegara
dalam Nurarf dan Kusuma, 2015).
Adapun klasifikasi dari epilepsi, antara lain :
Definisi 1. Kejang parsial sederhana, yaitu kesadaran masih
ada selama serangan.
2. Kejang parsial kompleks, yaitu kesadaran
terganggu pada setiap tahap.
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum
diketahui (idiopatik), sering terjadi pada:
Trauma lahir, Asphyxia neonatorum.
Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf.
Keracunan karbondioksida, intoksikasi obat atau
alkohol.
Etiologi
Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia,
hipokalsemia, hiponatremia).
Tumor Otak.
Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007).
Tanda dan gejala dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi
dari epilepsi, yaitu :
1. Kejang parsial
Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh
dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
Kejang parsial sederhana
Gajal yang timbul seperti kejang motorik fokal,
fenomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional
komples.
Kejang parsial kompleks
Gejala yang timbul seperti penurunan kesadaran dan
otomatisme.
2. Kejang umum
Kejang terjadi pada seluruh tubuh dan kesadaran penderita umumnya
menurun.
Kejang absans Hilangnya kesadaran sesaat (beberapa detik) dan
mendadak disertai amnesia.
Kejang atonik Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot
anggota badan, leher, dan badan.
Kejang mioklonik Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang
cepat dan singkat.
Kejang tonik-klonik Kesadaran hilang dengan cepat dan total disertai
kontraksi menetap dan masif diseluruh otot.
Kejang klonik Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik,
tetapi kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2
menit.
Kejang tonik Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita
sering mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan.
Epilepsi terjadi karena menurunnya
potensial membran sel saraf akibat
proses patologik dalam otak, gaya
mekanik atau toksik, yang
Patofisiologi selanjutnya menyebabkan
terlepasnya muatan listrik dari sel
syaraf tersebut.
Tumor serebri, gejala Gaya mekanik pada
sisa meningitis, otak
ensefalitis, ontusia
serebri, trauma lahir Potensial membran sel
saraf menurun
1 Kurang paparan
informasi tentang
Asitilkolin tertimbun di Muatan listrik lepas proses penyakit
permukaan otak
1
Penurunan aliran
darah ke jaringan
serebral Kurang paparan informasi
mengenai proses penyakit
Penurunan suplai O2
ke jaringan serebral
Kurang pengetahuan
Perfusi jaringan
serebral tidak efektif
Elektroensefalogram (EEG)
Pemeriksaan
Pemeriksaan CT scan dan MRI
Penunjang
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Urine
Komplikasi primer
Kejang dan status epileptikus
menyebabkan kerusakan pada neuron dan
memicu reaksi inflamasi, calcium related
injury, jejas sitotoksik, perubahan
reseptor glutamat dan GABA, serta
Komplikasi perubahan lingkungan sel neuron lainnya.
Komplikasi sekunder
Komplikasi sekunder akibat pemakaian
obat anti-konvulsan adalah depresi napas
serta hipotensi, terutama golongan
benzodiazepin dan fenobarbital.
Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah
mempertahankan oksigenisasi otak yang
adekuat, mengakhiri kejang sesegera
mungkin, mencegah kejang berulang, dan
Penatalaksan mencari faktor penyebab.
aan
Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah
membuat penderita epilepsi terbebas dari
serangan epilepsinya.
Asuhan Keperawatan
kasus :
Seorang anak laki – laki berusia 3 tahun dirawat di ruang saraf RSU Muhammadiyah
Banjarmasin dengan keluhan utama kejang demam. Hasil pengkajian didapatkan
keterangan dari orangtuanya pasien saat ini sedang batuk – batuk dan berdahak. Pasien
juga mengalami demam setelah 2 kali kejang saat di rumah. Kejang terjadi tadi malam
sekitar pukul 01.00 malam dan demam pada saat dini hari. Saat kejang ibu pasien
mengatakan tubuh anaknya bergetar dan kakinya menendang nendang dengan mata
mendelik ke atas, dan mulut terkatup dengan keras, kejang pertama berlangsung sekitar 4
menit, dan kejang kedua 5 menit. Pasien tampak gelisah, mukosa bibir pucat, banyak
mengeluarkan saliva, dan tampak banyak mengeluarkan keringat. Temperatur 38,6 C,
frekuensi napas 38x/ menit, frekuensi nadi 105x/ menit, GCS 12: E3V4M5, tampak lemah
dan lemas, terpasang O2 nasal kanul 1 liter/menit, saat dilakukan auskultasi pada daerah
lapang paru terdengar suara ronchi dan pasien tampak batuk – batuk. Hasil laboratorium
menunjukkan nilai trombosit di bawah batas normal, pemeriksaan EEG didapatkan hasil :
EEG abnormal (terdapat gelombang epileptiform). Ibu pasien mengatakan bahwa ia
sangat takut dan khawatir dengan keadaan anaknya, dan merasa bingung, tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejang seperti
sekarang. Pada saat anaknya kejang ibu hanya menangis dan panik.
Data Fokus
Data Subjek :
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya saat ini sedang batuk-batuk
dan berdahak.
Pasien juga mengalami demam setelah 2 kali kejang saat di rumah kejang
terjadi tadi
Analisis datamalam sekitar pukul 01.00 malam dan demam pada saat dini
hari.
Ibu pasien mengatakan tubuh anaknya bergetar dan kakinya menendang-
nendang dengan mata mendelik keatas, dan mulut terkatup dengan keras,
kejang pertama berlangsung sekitar 4 menit, dan kejang kedua 5 menit.
Ibu pasien mengatakan bahwa ia sangat takut dan khawatir dengan keadaan
anaknya, dan merasa bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Data Objektif
Pasien tampak gelisah.
Mukosa bibir pucat.
Banyak mengeluarkan saliva.
Tampak banyak mengeluarkan keringat.
Tampak lemah dan lemas.
Ibu pasien hanya menangis dan panik saat anaknya kejang.
Inspeksi : -
Auskultasi : Bunyi nafas ronchi disertai batuk
Perkusi : -
Palpasi : -
TTV
TD : -
N : 105 x/menit
Suhu : 38,60 C
RR : 38 x/menit
GCS 12 : E3V4M5
Hasil penunjang lainnya :
Trombosit : di bawah batas normal
EEG : EEG abnormal (terdapat gelombang epileptiform)
Diagnosa Keperawatan
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subektif : Hiperventilasi Ketidakefektifan Pola Nafas
Diagnosa
Orangtua pasien mengatakan bahwa anaknya saat ini sedang (Domain 4 Kelas 4 Kode Diagnosis
batuk-batuk dan berdahak 00032)
Data Objektif:
Data Tambahan :
TTV :
- Suhu : 38.6 C
- Respirasi : 38 x/menit
- GCS : E3V4M5
Data Penunjang :
Data subjektif : Faktor risiko : Risiko Cedera
2.
- Ibu mengatakan bahwa pasien mengalami 2 kali kejang Hambatan Fisik
(Domain 11 Kelas 2 Kode
di rumah. Kejang terjadi sekitar pukul 01.00 malam.
(Spasme Otot Ekstremitas) diagnosis 00035 )
- Ibu pasien mengatakan tubuh anaknya bergetar dan
kakinya menendang-nendang dengan mata mendelik ke
atas, dan mulut terkatup dengan keras, kejang pertama
berlangsung 4 menit dan kejang kedua 5 menit
Data Objektif:
Data Tambahan :
TTV :
- Suhu : 38.6 C
- Respirasi : 38 x/menit
- GCS : E3V4M5
4. Data Subjektif : Kurang informasi Defisien Pengetahuan
- Ibu pasien mengatakan bahwa ia takut dan khawatir (Domain 5 Kelas 4Kode diagnosis 00126 )
terhadap kondisi anaknya
- Ibu mengatakan bahwa ia merasa bingung
Data Objektif :
Data Tambahan :
TTV :
- Suhu : 38.6 C
- Respirasi : 38 x/menit
- GCS : E3V4M5
Data Penunjang :
- Ibu pasien mengatakan bahwa ia takut dan khawatir (Domain 9 Kelas 2 Kode diagnosis
terhadap kondisi anaknya 00146)
Data Objektif :
Data Tambahan :
TTV :
- Suhu : 38.6 C
- Respirasi : 38 x/menit
- GCS : E3V4M5
Data Penunjang :
8. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
2. Menjauhkan barang-
barang dapat mengurangi
risiko terbentur yang dapat
membahayakan klien
Artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri
maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". Dari kutipan ayat diatas, dapat difahami bahwa
sebenarnya manusia atau umat islam tidak seharusnya merasa cemas dan takut dengan segala
apa yang menimpa kepada dirinya, karena sesungguhnya Allah memberikan cobaan maupun
ujian sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing. Dzikir merupakan solusi terbaik, iman
kepada Allah dapat menyembuhkan gangguan kecemasan dan takut sekaligus memberikan
rasa aman dan tentram dalam jiwa seseorang, hendaklah dengan berdzikir kepada Allah SWT.
Berdzikir dalam artian luas menyebabkan orang-orang dapat memahami dan menghadirkan
Tuhan dalam pikiran, prilaku dan sebagainya. Al-Qur’an menegaskan dalam (QS.Ar-
Ra’d13:28):