SIROSIS HEPATIS
OLEH:
YUNIKA ARUM INDRAYANTI
2019204106101085
1.1 Definisi
1.1.1 Sirosis Hepatis
Sirosis hati merupakan penyakit hati yang progresif yang ditandai
dengan adanya fibrosis yang disebabkan oleh kerusakan hati
kronis. Fibrosis hati dapat merusak fungsi hati dan menyebabkan
perubahan secara sruktural sehingga terjadi hipertensi portal.
Selama terjadinya penyakit hati kronis, kematian sel hepatosit
menyebabkan peradangan yang mengarah ke fibrosis. Selain itu,
hilangnya fungsi dari hepatosit mengakibatkan kemampuan fungsi
hati seperti memetabolisme bilirubin dan mensitesis protein
berkurang (Black, 2014)
2.1 Pengkajian
1. Identifikasi klien
Meliputi nama, tempt tanggal lahir, jenis kelamin, status
kawinn, agama pendidikan, pekerjaan, alamat, No RM,
dan diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan lemah atau
letih,otot lemah, anoreksia, kembung, perut terasa tidak
enak, keluhan perut terasa semakin membesar, berat
badan menurun, gangguan buang air kecil, gangguan
buang air besar, sesak napas.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan sirosis hepais memiliki riwayat
penyalahgunaan alcohol dalam jangka waktu yang lama,
sebelumnya ada riwayat hepatitis kronis, riwayat gagal
jantung, riwayat pemakaian obat-obatan, merokok.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit hepatitis atau
sirosis hepatis.
2) USG
Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis
akan tampak hati membesar, permulaan irregular,
tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan
permukaan hati yang irregular. Sebagian hati
tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas
nomal.
3) CT (chomputed tomography)
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan
aliran darah hepatic serta obstruksi aliran tersebut.
4) MRI
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan
aliran darah hepatic serta obstruksi aliran tersebut.
5) Analisa gas darah
Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan
gangguan keseimbangan ventilasi-pervusi dan
hipooksia pada sirosis hepatis.
BAB III
TINJAUN KASUS
Tn. M.N berusia 54 tahun, di Ruangan Kelimutu C4
RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang berdomisili di
Labat. Pendidikan terakhir SMA, sudah menikah dan
memiliki 4 orang anak, beragama Kristen, bekerja sebagai
petani. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 18-06-
2018 dengan diagnose medis Sirosis Hepatis.. Pasien
sudah menderita sirosis hepatis sejak tiga bulan yang lalu.
pasien mengatakan terasa nyeri di bagian perut, karena
akibat dari kerusakan hati. Nyeri terasa seperti tertikam
dan menyebar sampai ke seluruh area perut, dengan skala
6 (sedang), dan nyeri hilang timbul biasanya muncul pada
pagi dan malam hari. Saat pasien MRS mengeluh sesak
ketika beraktifitas Pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah mengalami sakit berat, hanya sakit perut, demam,
batuk pilek, dan nyeri uluhati. Pasien tidak pernah berobat
ke fasilitas kesehatan karena tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat
alergi. Pasien mengatakan kadang-kadang mengkonsumsi
kopi, dan juga memiliki kebiasaan minum alkohol kurang
lebih 10x dalam sebulan. Pada pengkajian fisik didapatkan
data berupa tanda-tanda vital: Tekanan Darah 130/90
mmHg, Nadi: 106x/menit, Pernapasan: 29x/menit, Suhu
tubuh: 36,5oC.
A. Pengkajian
Identitas :.
Tn. M.N berusia 54 tahun, berdomisili di Labat. Kelimutu
C4 RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pendidikan terakhir
SMA, sudah menikah dan memiliki 4 orang anak, beragama
Kristen, bekerja sebagai petani. Pasien masuk rumah sakit
pada tanggal 18-06-2018 dengan diagnose medis Sirosis
Hepatis.
Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak
Riwayat Kesehatan
Saat dikaji pasien mengatakan sesak saat beraktifitas dan
mengeluh nyeri di bagian perut. Nyeri terasa seperti tertikam
dan menyebar sampai ke seluruh area perut, dengan skala 6
(sedang), dan nyeri hilang timbul biasanya muncul pada pagi
dan malam hari. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mengalami sakit berat, hanya sakit perut, demam, batuk pilek,
dan nyeri uluhati. Pasien tidak pernah berobat ke fasilitas
kesehatan karena tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Pasien
mengatakan kadang-kadang mengkonsumsi kopi, dan juga
memiliki kebiasaan minum alkohol kurang lebih 10x dalam
sebulan.
Pemeriksaan laobratorium
pemeriksaan darah didapatkan Hemoglobin 8,8g/dL
(normalnya 13,0-18,0 g/dL), jumlah eritrosit: 2,65 10^6/ul
(normalnya 4,50-6,20 10^6/ul), hematokrit: 2,68% (normalnya
40,0-54,0%), MCV: 101 fL (normalnya 81,0-96,0 fL), RDW-CV:
16,3 %(normalnya 11,0-16,0%), RDW-SD: 59,3 fL (normalnya
37-54 fL), Albumin: 1,1 mg/L (normalnya 3,5-5,2 mg/L), SGPT:
69 U/L (normalnya < 41 U/L), SGOT: 154 U/L (normalnya < 35
U/L), Klorida darah: 119 mmol/L (normalnya 96- 111 mmol/L),
Calcium ion: 0,830 mmol/L (normalnya 1,120-1,320 mmol/L).
HBsAg Rapid Test: non reaktif (non reaktif), PT/ waktu
protrombin: 17,4 detik (normalnya 10,8-14,4), bilirubin total:
8,20 mg/dL (normalnya 0,1-1,2 mg/dL), bilirubin direk: 4,20
mg/dL (normalnya < 0,2 mg/dL), bilirubin indirek: 4,00 mg/dL
(normalnya 0,00- 0,70mg/dL). Dari pemeriksaan khusus
didapatkan hasil Ultrasonographi: Cirhosis Hepatitis + Asites
pengobatan:
B. Analisa data
Data mayor & data Penyebab Masalah Diagnose
minor keperawat keperawatan
an
DS: Hambatan Pola napas Pola napas
Pasien mengeluh upaya napas tidak efektif tidak efektif
sesak ketika berhubungan
beraktifitas dengan
DO: hambatan
1. Penggunaan upaya napas
otot bantu
pernapasan
2. Takipnea
C. Asuhan keperawatan
Diagnose Luaran Intervensi
keperawatan
Pola napas tidak Setelah Manajemen Jalan
efektif dilakuakan Napas (I.01011)
berhubungan tindakan observasi
dengan keperawatan 1. Monitor pola napas
hambatan upaya 1x1 jam di (frekuensi,kedalaman,
napas (D.0005) harapakan usaha napas).
”pola napas 2. Monitor bunyi napas
membaik” tambahn .Gurgling,
dengan mengi, wheezing,
keriteral ronkhikering)
hasil: 3. Monitor sputum
1. Disnpnea (jumlah, warna,aroma)-
menurun Terapeutik:
2. Penggunaa 1. Pertahankan kepatenan
n otot jalannapas dengan
bantu head.till dan chin-lift
napas (jaw-thrust jika curiga
menurun traumaservikal)
3. Frekuensi 2. Posisikan semi-fowler
napas atau fowler
membaik 3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendirkurang dari
15detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda pada dengan
forsep
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan
cairan2000ml/hari, jika
tidakkontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif-
Kolaborasi
1.
pembeian bronkodilator,eksp
ektoran, mukolitik, jika perlu
1. Kolaborasi pemberian
diuritik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
Observasi
1. Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi
obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Edukasi
D. Analisa EBN
Daftar Pustaka
Bernardi, M., Ricci, C. S., & Zaccherini, G. 2014. Role of
Human Albumin in the Management of Complications of
Liver Cirrhosis. Journal of Clinical and Experimental
Hepatology, 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.jceh.2014.08.007
Bacon, B. 2008. Cirrhosis its Complication in DI Kasper, AS
Fauci, DL Longo, E Braunwald, Sl Hauser, JLJameson
(edits) Harrisons’s Principles of Internal Medicine 17th
Edition. New York: Mc Graw Hill.
Black, J,M et al.2014. Keperawatan Medika bedah. Manajemen
Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Singapure: Elsevie
Districts, B. 2017. Risk Factors for Hematemesis in Hoima and
Buliisa Districts, Western Uganda, September-October
2015. Pan African Medical Journal, 8688 (October 2015),
1–9. https://doi.org/10.11604/pamj.2017.28.215.12395
Echo-planar, E., Glaser, K. J., & Ehman, R. L. 2014. Prediction
of Esophageal Varices in Patients with Cirrhosis :
Usefulness of Three-dimensional. Radiology, 272(1), 143–
153.
Emmanuel, A., & Inns, S. 2014. Gastroenterologi and
Hepatology Lecture Notes. Jakarta: Erlangga.
Jawaro, T., Yang, A., Candidate, P., Dixit, D., & Bridgeman, M.
B. 2016. Management of Hepatic Encephalopathy : A
Primer. Annals of Pharmacotherapy, 1 –9.
https://doi.org/10.1177/1060028016645826
Ko, D. H., Kim, T. H., Kim, J. W., Gu, J. J., Yoon, B. H., Oh, J. H.,
& Hong, S. G. 2017. Tranexamic Acid-Induced Acute Renal
Cortical Necrosis in PostEndoscopic Papillectomy
Bleeding. Clin Endosc, 50, 609–613.
Patidar, K. R., Sydnor, M., & Sanyal, A. J. 2015. Trasjugukar
interahepatic portosystemic shut. NIH Public Access. Clin
Liver Dis, 18(4), 853–876.
https://doi.org/10.1016/j.cld.2014.07.006
Sweetman, S. C. (Ed.). 2009. Martindale Thirty-sixth Edition.
China: Pharmaceitical Press.
Sun, H. Y., Lee, J. M., Han, J. K., & Choi, I. 2014. Usefulness of
MR Elastography for Predicting Esophageal Varices in
Cirrhotic Patients. Journal of Magnetic Resonance
Imaging, 566, 559–566. https://doi.org/10.1002/jmri.24186
Shahramian, I., Rahmani, A., & Javaherizadeh, H. 2015. Artigo
Original / Original Article Evaluation of Leukocyte
Esterase Reagent Strips Test in The Diagnosis of
Spontaneous Bacterial. Arq Gastroenterol, 52(3), 195–
199. https://doi.org/10.1590/S0004-28032015000300008
Sanyal, A. J., Bosch, J., Blei, A., & Arroyol, V. 2008. Portal
Hypertension and Its Complications. Gastroenterology,
134, 1715–1728.
Triantos, C., & Kalafateli, M. 2014. Endoscopic Treatment of
Esophageal Varices on Patients with Liver Cirrhosis.
World J Gastroenterol, 20(36), 13015–13026.
https://doi.org/10.3748/wjg.v20.i36.13015
Wells, B. G., Dipiro, J. T., Scwinghammer, T. L., & Dipiro, C. V.
2015. Pharmacotherapy Handbook.Ninth Edition. New
York: Mc Graw Hill
Young, M., & Yasuko, K. 2015. Can Hypersplenism Secondary
to Portal xxii Hypertension Be Treated by Non-Selective
Beta Blockers . Hepatol Int, 1– 2.
https://doi.org/10.1007/s12072-014-9601-1
Zhou, W., Zhang, Q., & Qiao, L. 2014. Pathogenesis of Liver
Cirrhosis. World J Gastroenterol, 20(23), 7312–7324.
https://doi.org/10.3748/wjg.v20.i23.7312
.