Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN PLATISIN PADA ANAK THALASEMIA UNTUK


MENINGKATKAN HARGA DIRI
DI RUANG HASAN RS AISYAH MALANG

DI SUSUN OLEH:
SYULIANTI SACNA P (201920461011058)
IIS NUR AFIFAH (201920461011081)
YUNIKA ARUM (201920461011083)
NUR HASNA (201920461011061)

PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Plastisin Pada Aanak
Thalasemia “ Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan
oleh kelompok kepada anak dengan penyakit thalasemia.
Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain lilin plastisin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang, 26 Juni 2020

Penulis
TERAPI BERMAIN PLASTISIN PADA KELOMPOK ANAK DENGAN
THALASEMIA DI RUANG HUSEIN RS AISYAH MALANG

A. LATAR BELAKANG
Thalassaemia mayor adalah kelainan darah genetik yang dideteksi oleh
gejala anemia kronis dan berat, pembesaran hati dan limpa, kegagalan untuk
berkembang dan deformitas tulang pada wajah cacat dan dahi menonjol. Akibat
perubahan penampilan fisik, penyakitnya bisa mempengaruhi aspek lain dari
kehidupan pasien, sehingga penyakitnya bisa memiliki dampak kuat pada
kesehatan mental pasien dan keluarga mereka. ( Nasiri et.al., 2014)
β-talasemia mayor adalah bencana bagi anak dan orang tua mereka yang
menjadi pembawa gen β-talasemia. β-talasemia menyebar luas dari Daerah
Mediterania sampai Asia Tenggara. Sekitar 1,5% populasi dunia adalah pembawa
mutasi genetik terkait dan 60000 gejala individu yang lahir setiap tahun. Di iran
frekuensi gen β-talasemia tinggi dan sangat bervariasi daerah. Tingkat tertinggi
pembawa dilaporkan sekitar 10% di sekitar Laut Kaspia dan Laut Kaspia Teluk
Persia. Di daerah lain prevalensinya adalah antara 4% dan 8%. Sekitar 3-5%
populasi Iran adalah heterozigot untuk gen HBB. (Bordbar et al., 2015)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007, menunjukkan bahwa
prevalensi nasional talasemia adalah 0,1 %. Data Pusat thalasemia Departemen
Ilmu kesehatan anak (IKA) fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo sampai dengan akhir tahun 2008 terdaftar
1.455 pasien yang terdiri dari thalasemia β, 48,2 % thalasemia β/ Hb- E dan 1,8 %
pasien thalasemia α. World Heatlh Organization (WHO) menyatakan, insiden
pembawa sifat thalassemia di Indonesia berkisar 6-10%, artinya dari setiap 100
orang, 6-10 orang adalah pembawa sifat thalassemia.
Frekuensi pembawa sifat Talasemia di Indonesia yang dilaporkan adalah
sebagai berikut: Medan dengan pembawa sifat Talasemia β sebesar 4,07 %,
Yogyakarta sebesar 6 %, Banyumas 8 %, Ambon sebesar 6,5 %, Jakarta sebesar
7% , Ujung Pandang sebesar 8 %, Banjarmasin sebesar 3%, Maumere dan Bangka
sebesar 6 %, dan beberapa daerah memiliki prevalensi hingga 10 %, dengan rata-
rata frekuensi secara keseluruhan adalah 3-10 %. Dari gambaran tersebut
mengindikasikan bahwa tiap-tiap daerah memiliki jumlah pembawa sifat yang
berbeda-beda. Data tentang mutasi Talasemia di Indonesia dilaporkan pertama
kali dari penelitian Lie Enjio, 1989 yang menemukan jenis mutasi yang ditemukan
tersering adalah (kodon 26 (GAG>AAG), IVS-1-5 (G>C), IVS-1-l (G>T), IVS-1-l
(G>A). Penelitian lebih lanjut dengan jumlah populasi yang lebih luas
menunjukkan jenis mutasi terbanyak adalah Cd 26 (GAG>AAG), IVS-l-5 (G>C),
dan Cd 35 (-C)/delesi C. Saat ini karakterisasai mutasi Talasemia di Indonesia
terus dilakukan dengan lebih dari 30 jenis mutan yang ditemukan, dari 300 an
varian di gen globin β. Sementara untuk mutasi gen α sudah lebih dari 10 yang
dilaporkan dalam berbagai literatur (Rujito, 2020).
Thalassemia adalah mayor penyakit dan komplikasinya membawa
penyakit sosial dan dampak finansial pada keluarga pasien, yang hasilnya dalam
beban emosional, pengelolaan yang tepat penyakit, keterbatasan, dan
kompleksitasnya dengan intergrasi sosial. Thalassaemia menimbulkan masalah
fisik yang luar biasa pada anak yang tekena dampak sebagai anak dnegan
talasemia yang tergantung pada tranfusi darah selama menjalani sisa hidup merka.
Selain itu, penyakit ini secara psikologis mempengaruhi pasien perasaan tidak
berdaya, tidak menerima, kehilangan dan kesedihan. ( Ishfaq et al., 2015)
Salah satu cara untuk mengurangi masalah psikologis, dan kebutuhan
anak-anak dan melakukan kontak dengan keluarga mereka Dengan demikian,
mereka dapat memainkan peran penting dalam adaptasi anak terhadap penyakit.
Untuk membantu anak dengan harga diri yang tidak menyenangkan, perawat
harus mengidentifikasi sumber daya yang mendukung adaptasi anak. Mendorong-
anak-anak untuk menggunakan keterampilan mereka dapat membantu mereka
beradaptasi untuk perubahan lingkungan dan meningkatkan harga diri mereka.
Salah satu yang paling penting psikologis dan fisiknya kebutuhan anak-anak
adalah bermain game, yang dapat meningkatkan mereka kecerdasan, karakter, dan
perkembangan sosial. Dengan bermain permainan, anak-anak mengungkapkan
kecenderungan mereka dan membebaskan mereka kecemasan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang berjudul ” The Effects of Group Play
Therapy on Self-Concept Among 7 to 11 Year-Old Children Suffering From
Thalassemia Major ” yang bertujuan untuk untuk mengetahui apakah terapi
bermain kelompok dapat meningkatkan harga diri di antara anak dengan talasemia
mayor usia 7 sampai 11 tahun. ( Tomaj et al., 2016)
B. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti terapi bermain plastisin diharapkan dapat:

 Untuk membantu pasien dalam meningkatkan harga diri

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti terapi bermain plastisin, diharapkan dapat:

 Meningkatkan harga diri dari pasien

 Untuk mencegah terjadinya kecemasan pasien

 Untuk meningkatkan kreativitas diri pada anak

3. SASARAN

a. Anak yang dirawat di ruang Husein dengan diagnosa medis thalasemia

b. Anak dengan diagnose medis thalasemia yang mau berpartisipasi dalam terapi
bermain plastisin

4. JADWAL PELAKSANAAN

a. Hari/ tanggal : Jumat 27 juni 2020

b. Waktu : 10.00 WIB

c. Tempat : Ruang Inap Anak husein RS Aisyah Malan


5. SOP TERAPI BERMAIN PLASTISIN

SOP Terapi Bermain Kelompok


Plastisi Bewarna

1. Pengertian Terapi bermain plastisin merupakan salah satu cara bermain


yang membuat anak dapat mengembangkan
kreativitasnya. Anak dilatih untuk menggunakan
imajinasinya untuk membuat atau menciptakan suatu
bentuk atau benda sesuai dengan khayalannya seperti
buah-buahan, binatang, dan bentuk-bentuk lainnya.
Plastisin dapat melatih sekaligus mengembangkan
kreativitas anak. Sebab, dengan bermain plastisin anak
dapat melakukan aktivitas eksplorasi dalam membuat
berbagai bentuk model secara bebas dan spontan dan anak
dapat menjelaskan apa yang dibuatnya untuk melatih
kepercayaan dirinya.

1. Melatih kemampuan sensorik, salah satu cara anak


2. Tujuan
mengenal sesuatu adalah melalui sentuhan, dengan
bermain plastisin anak belajar tentang tekstur dan cara
menciptakan sesuatu.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir, bermain
plastisin merupakan bisa mengasah kemampuan berfikir
dan imajinasi anak dalam membuat gagasan atau ide-ide
baru.
3. Berguna meningkatkan self esteem, bermain plastisin
merupakan bermain tanpa aturan sehingga berguna
untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak,
sekaligus mengajarkan tentang pemecahan masalah.
4. Memupuk kemampuan sosial, hal ini karena pada saat
bermain bersama memberikan kesempatan kepada anak
untuk berinteraksi kepada teman-temannya.
5. Melatih keuletan dan kesabaran serta mengembangkan
imajinasi dan kreativitas anak.
6. Memberikan rasa percaya diri pada anak

3. Indikasi Anak usia 7-11 tahun (toddler) dengan


Thalasemia

4. Kontraindikasi -

5. Persiapan Lingkungan 1. Menyiapkan data-data terkait identitas dan riwayat


kesehatan pasien.
2. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman.

Alat dan Bahan:


6. Persiapan Alat dan cara
a. 2 cup tepung terigu
membuat plastisin
b. 1 sendok garam halus
c. 1 sendok minyak goreng
d. Air secukupnya
Pewarna makanan Alat yang digunakan:
a. Baskom
b. Piring
c. Sendok Cara untuk membuat plastisin tepung berwarna:
d. Campurkan tepung terigu dan garam dalam sebuah
baskom atau piring, lalu aduk dengan tangan atau bisa
menggunakan sendok sampai tercampur merata.
e. Beri air pada campuran bahan sedikit demi sedikit terus
diaduk sampai menjadi adonan yang lembut dengan
tekstur halus dan tidak lengket.
f. Beri minyak goreng, lalu adonan diolah lagi hingga
didapatkan adonan yang bener-bener lembut.
g. Bagi adonan menjadi beberapa bagian sesuai jumlah
warna yang diinginkan.
h. Ambil satu bagian diberi beberapa tetes pewarna lalu
diaduk lagi sampai warna merata. Lalukan hal yang
sama terhadap bagian lainnya dengan warna yang
berbeda.
i. Bila semua adonan dengan warna yang berbeda telah
seselai dibuat, maka plastisin tepung berwarna siap
digunakan untuk anak berkeasi sesuai dengan
imajinasinya

7. Persiapan Pasien 1. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan terapi


bermain kepada pasien dan orangtua.
2. Informed Consent.
3. Menyiapkan posisi pasien dengan aman, nyaman, dan
rileks.

8. Prosedur Tindakan Terapi Bermain :

Tahap Kerja :
a. Mempersiapkan pasien untuk proses pembelajaran dengan sistem berkelompok.
b. perawat menunjukkan benda konkrit untuk diperlihatkan pada anak misalkan bentuk
buah-buahan, binatang, gelas, piring dan lainnya.
c. perawat memperkenalkan alat-alat yang akan digunakan.
d. kemudian perawat membuat bentuk menggunakan plastisin sesuai dengan contoh
yang ada, kemudian anak diajarkan untuk membuat yang sama dengan contoh atau
membuat bentuk lain sesuka anak.
e. Perawat membebaskan apapun yang dibuat anak, tidak boleh membatasi atau
menyalahkan apapun yang dibuat anak agar kreatif mereka dapat berkembang.
f. Setelah anak selesai membuat berbagai bentuk plastisi kemudian dilanjutkan sesi
terdiri dari memberikan penjelasan tentang permainan bundaran tanah liat dn
mendorong anak-anak untuk mempertahankan interaksi dan pertukaran antar
anggota kelompok
g. Perawat melakukan observasi. Media plastisin dapat melatih daya pikir anak, anak
merasa bebas untuk membentuk berbagai bentuk yang anak suka. maka dari itu
sebaiknya dalam melakukkan pembelajaran menggunakan media plastisin guru juga
harus lebih kreatif
Tahap Terminasi :

1. Rapikan alat.

2. Berpamitan / kontrak jadwal terapi bermain kembali dengan pasien.

9. Evaluasi :

1. Evaluasi prosedur tindakan.

2. Evaluasi respons pasien sebelum, selama, dan setelah melakukan prosedur


tindakan.
3. Dokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan.
4. Catat identitas pasien, prosedur tindakan yang telah dilaksanakan beserta waktu dan
tanggal, respons pasien sebelum, selama, dan setelah melakukan prosedur
tindakan.

7. PENGORGANISASIAN

Leader : Iis nur afifiah

Co Leader : Yunika arum

Observer & Notulen : Syulianti sacna dan Nur hasna


Aprilia Fasilitator : Aini Alifatin, M.Kep

8. JOB DESCRIPTION

a. Leader

Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan

menutup kegiatan ini.

b. Co Leader

Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain


dalam terapi bermain.
c. Fasilitator

- Memfasilitasi anak untuk bermain.


- Membimbing anak bermain.

- Memperhatikan respon anak saat bermain.

- Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.

d. Observer

- Mengawasi jalannya permainan.

- Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.

- Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.

- Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader


dan fasilitator.

9. SETTING TEMPAT

Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Anak Roudloh dengan setting tempat
sebagai berikut :

Ruang Anak Roudloh 1


KETERANGAN :

Tempat tidur

Ana
k
Lea
der

Co.
Lea
de
Not
ule
n
Fasilitato

Observer
LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN
DAN PLASTISIN
A. Konsep Bermain

1. Pengertian Bermain

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling


universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan
bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan
apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain
dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong, 2000).
2. Fungsi Bermain

a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat
dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya
maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol
seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga
pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-
suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang.
b. Membantu Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini


dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti
dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,
mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda
yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model
demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana

pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang
lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak
sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses
sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-
main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia
prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.
d. Meningkatkan Kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana


anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak
akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang
mobil- mobilan.
e. Meningkatkan Kesadaran Diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk


ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
f. Mempunyai Nilai Terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga
adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat
menghibur diri anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal
ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di
rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada
beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak
boleh dilanggar.
3. Tujuan Bermain

Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit

anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.


Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan
untuk menjaga kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.

d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit.

4. Manfaat Bermain

Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
a. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga
ia tidak merasa gelisah.
b. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.

c. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-


kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
d. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan
untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
e. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan
daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
f. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan
bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
g. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas
dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang
anak.
h. Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu
dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih
konsep dasar.

5. Macam - Macam Bermain

a. Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
- Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
- Bermain konstruksi (Construction Play)

Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-


rumahan.

- Bermain drama (Dramatic Play)

Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan


teman-temannya.
- Bermain fisik

Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

b. Bermain pasif

Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
- Kesehatan anak menurun.

- Tidak ada variasi dari alat permainan.

- Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.


- Tidak mempunyai teman bermain.

6. Prinsip dalam Aktivitas Bermain

Menurut Soetjiningsih (2014), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal,


maka diperlukan hal-hal seperti:
b. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit
kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
c. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
d. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
e. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang
tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
f. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
g. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan
sosialisasi

anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan


dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak
menjadi lebih akrab.
7. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak
yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak,
karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-
laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,
kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah
satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativis

B. Konsep Plastisin
1. Definisi Plastisin
Menurut Jatmika kegiatan bermain yang dapat mengembangkan kreativitas
anak salah satunya yaitu dengan cara bermain plastisin atau play dough.
Bermain plastisin adalah bentuk permainan dalam membuat sebuah bentuk
menggunakan bahan dari tepung, pewarna makanan, air, minyak dan garam.
Dengan menggunakan plastisin anak dapat mengekspresikan kreativitasnya
melalui kreasi dan imajinasinya. Melalui plastisin anak dapat meremas-
remas, menekan-nekan, menyentuh dan memanipulasinya menjadi berbagi
bentuk sesuai khayalan anak.
Menurut Ismail media plastisin dapat melatih perkembangan
kreativitas anak usia dini. Dimana anak dapat melakukan aktivitas eksplorasi
dalam membuat berbagai bentuk model secara bebas dan spontan. Media
plastisin merupakan bahan pokok untuk anak usia dini bermain selain itu,
plastisin memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak. plastisin
ini berbentuk lunak dapatditekan-tekan, diremas-remas, dapat dibentuk
sesuai keinginan anak, mewarnai. Anak dilatih menggunakan imajinasi untuk
membuat atau menciptakan suatu bangunan atau benda sesuai dengan
khayalannya seperti abjad, angka, buah-buahan, hewan dan lainny
2. Manfaat penggunaan platisin
a. Memberikan rasa percaya diri kepada anak.
Karena pembelajaran yang disukai anak adalah melalui bermain maka
penggunaanmedia plastisin sangat tepat untuk langkah awal
pembentukan kreativitas karena diawali dengan proses melemaskan
plastisin dengan meremas, merasakan, menggulung, memipihkan.
Pengetahuan bukan hanya berupa peniruan dari lingkungan anak
melainkan lebih kepada mengkonstruksi pem ikiran anak. Pengetahuan
adalah hasil dari pengonstruksian pemikiran secara aktif dengan
membuat hubungan antara bentuk yang satu dengan bentuk lainnya.
Plastisin dari tepung juga mempelajari bagaimana bentuk dapat berubah
posisi dan bentuknya, sesuai keinginan atau khayalan anak menurut teori
perubahan atau transformasi. Jadi anak dapat membuat bentuk
menggunakan media plastisin sesuai dengan keinginan dan imajinsai
anak tanpa ada paksa dari orang lain
b. Melatih kemampuan sensorik, salah satu cara anak mengenal sesuatu
adalah melalui sentuhan, dengan bermain plastisin anak belajar tentang
tekstur dan cara menciptakan sesuatu.
c. Mengembangkan kemampuan berfikir, bermain plastisin merupakan bisa
mengasah kemampuan berfikir dan imajinasi anak dalam membuat
gagasan atau ide-ide baru.
d. Berguna meningkatkan self esteem, bermain plastisin merupakan
bermain tanpa aturan sehingga berguna untuk mengembangkan imajinasi
dan kreativitas anak, sekaligus mengajarkan tentang pemecahan masalah.
e. Mengasah kemampuan berbahasa, meremas, digulung dan memutar
adalah beberapa kata yang sering didengar anak saat bermain plastisin.
f. Memupuk kemampuan sosial, hal ini karena pada saat bermain bersama
memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi kepada teman-
temannya.
g. Melatih keuletan dan kesabaran serta mengembangkan imajinasi dan
kreativitas anak.
3. Kelebihan plastisin
Media plastisin yang merupakan salah satu media yang digunakan dalam
kegiatan belajar atau membentuk suatu gagasan atau benda sesuai dengan
imajinasi anak.
a. Mudah dibentuk.
b. Tidak menyisakan kotoran pada lengan atau pakaian.
c. Memberikan pengalaman secara langsung.
d. Konkrit.
e. Tidak adanya verbalism
f. Objek dapat ditunjukkan secara utuh baik kostruksinya maupun cara
kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Bordbar, Elahe., Taghipour, Mehdi., Zucconi., B.E., 2015. Reliability of Different RBC Indices
and Formulas in Discriminating between βThalassemia Minor and other Microcytic
Hypochromic Cases. Mediterr J Hematol Infect Dis 2015, 7(1): e2015022, DOI:
http://dx.doi.org/10.4084/MJHID.2015.022 (di akses tanggal 21 september 2017)
Nasiri, Mahdieh., Hossseini, S.H., Shahmohmmadi, Soheila., 2014. Mental health status in
patients with Thalassemia major in Iran. J Pediatr Rev. 2014;2(1):55-61 DOI:
10.7508/JPR-V2-N1-55-61. (di akses tanggal 21 september 2017)
Ishfaq, Kamran., Shabbir, Muhammad., Naeem, S.H., Hussain, Safdar., 2015. Impact of
Thalassemia Major on Patient Families in South Punjab, Pakistan. Professional Med J
2015;22(5):582-589. (di akses 21 september 2017)
Rshs humas. 22 April 2014. Who:6-10% Masyarakat Indonesia Memiliki Keturunan
Talasemia. Tersedia: http://web.rshs.or.id/who-6-10-masyarakat-indonesia-memiliki-
keturunan-thalassemia/ (di akses 21 september 2017)

Anda mungkin juga menyukai