Anda di halaman 1dari 16

Hospital and

Emergency
Preparedness

Keperawatan Bencana
STIKES HORIZON

Ns Surandi Ketaren S.Kep


MKK 1651/Keperwatan Managemen Bencana
Modul #11 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Nama:_________________________________________________________ Tanggal: ________________


Tingkat: ____________

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Hospital and Emergency Materi:


Preparedness Modul, G Meet, G Class, Internet, HP
Sasaran Pembelajaran: anroid/IOS/Laptob.
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat: Referensi:
1. Memahami dan mengerti tentang Hospital and Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 39 Tahun
2014 tentang Penanggulangan Bencana di Rumah
Emergency Preparedness Sakit Kementerian Pertahanan dan Tentara
Nasional Indonesia
2. Dapat menjelaskan tentang Hospital and Emergency World Health Organization. District health facilities:
guidelines for development & operations. Manila:
Preparedness WHORegional Office for the Western Pacific, 199
http://whoindia.org/en/Section33/Section34/Section
38_51.htm) The Mass Casualty Emergencies can
be categorized in one of the following ways.
Hospital Disaster Plan & Regional Disaster Plan
diunduh dari http://www.pusdiklat-
aparaturkes.net/index dan www.bencana-
kesehatan.net

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction)

Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana. Stigma Indonesia adalah super
market bencana nampaknya tidak berlebihan, tahun 2007 sampai dengan tahun 2020, bencana alam acapkali
terjadi di bumi Indonesia tercinta. Bencana alam menjadi bagian tak terpisahkan dari nadi kehidupan
masyarakat Indonesia, baik bencana alam teknonik, vulkanik maupun bencana banjir, tanah longsor. Begitu
pula bencana yang diakibatkan ulah manusia seperti berbagai kecelakaan sarana transportasi, bencana
kelaparan dan konflik bernuansa sara kerap terjadi belakangan ini. Fenomena ini semakin sering terjadi tanpa
dapat diduga kapan datangnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana antara lain kondisi geografis, iklim, geologis
dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial budaya, ekonomi dan situasi politik. Secara geografis wilayah
Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik lapis bumi. Lempeng ini selalu bergerak sehingga
menyebabkan pergeseran permukaan lempeng bumi. Disamping itu wilayah Indonesia juga merupakan
rangkaian cincin api (ring of fire), dimana terdapat kurang lebih 130 gunung api aktif, dan lebih dari 80 gunung
api tidak aktif. Kondisi ini menegaskan bahwa secara geografis Indonesia berada di atas zona bahaya
bencana. Hal yang tidak kalah penting yaitu Indonesia memiliki lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang
juga berpotensi menimbulkan ancaman bencana.
Sementara itu dari aspek keragaman sosial budaya, ekonomi dan situasi politik, Indonesia terdapat 5
Agama yang diakui Negara dengan berbagai aliran/golongan. Kondisi sosial budaya yang beragam dengan

1 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


adat istiadat berbeda beda dan tersebar. Kondisi ekonomi yang belum merata serta peta politik yang dinamis,
berpotensi menimbulkan kerawanan sosial dan bencana sosial.

B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes)


GAMBARAN BENCANA INTERNAL DAN EKSTERNAL
1. Bencana Internal
Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit dan Potensi jenis ancaman
bencana (Hazard) yang mungkin terjadi di Rumah sakit adalah:
 Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung. Detail respon
penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal Kebakaran
 Gempa Bumi
Berdasarkan Inaris, potensi gempa bumi di lokasi rumah sakit bisa katergori sedang – rendah.
Dampak gempa dapat bersifat eksternal maupun internal.
 Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung-tabung besar gas sentral, gas rumah sakit maupun
saluran-saluranya yang dapat disebabkan karena adanya, kerusakan/kebocoran, kecelakaan serta
sabotase. Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal Kebocoran
gas.
 Penyakit Menular/KLB
Penyakit menular yang potensial terjadi di Jawa Tengah adalah diare, demam berdarah, serta new
emerging desease akibat pembauran peradaban global. Detail respon penanganannya ada pada
bab Penanganan Bencana Internal Penyakit Menular/KLB.
 Keracunan Makanan/KLB
Keracunan yang potensial terjadi di RS adalah muntah, demam akibat makanan yang kurang
higienis terkontaminasi. Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana
Internal Keracunan Makanan.
2. Bencana Eksternal
Bencana eksternal adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit yang berdampak pada
rumah sakit. Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada rumah sakit adalah : ledakan/bom,
kecelakaan transportasi, keracunan massal, gempa bumi, tsunami, banjir bandang, angin puting
beliung, kebakaran, tanah longsor, wabah dan letusan gunung berapi.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit diaktifkan,
antara lain :
 Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana

2 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


 Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di Instalasi Gawat Darurat, sedangkan korban
meninggal langsung ke Instalasi Kedokteran Forensik & Pemulasaraan jenazah.
 Semua korban di seleksi sesuai triase di teras IGD
 Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu lintas di sekitar rumah sakit. Alur
masuk serta keluar IGD akan diatur melalui sistem lalu lintas lingkar dalam rumah sakit dengan
penjagaan ketat.
 Pengunjung diarahkan ke pusat informasi kehumasan untuk informasi korban
 Petugas tambahan akan dikontak oleh masing-masing penanggungjawab.
 Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada situasi penanganan korban
bencana tanpa ijin dari Komandan Bencana
 Semua media/informasi kepada pers hanya melalui Komandan Rumah Sakit (Direktur) selanjutnya
informasi diperoleh dari Komandan Bencana. Ruang pertemuan dipersiapkan untuk jumpa pers.
 Form pemeriksaan; form permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya menggunaan
form yang ada. Gudang dan farmasi dibuka sesuai keperluan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan.
 Pasien non disaster yang berada di IGD tetap mendapatkan pelayanan sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
 Komunikasi dan informasi untuk situasi yang tebaru akan disampaikan pada keluarga / yang
berkepentingan.
3. Tujuan Hospital and Emergency Preparedness
 Menyiapkan Rumah Sakit dalam penanggulangan bencana.
 Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu cepat.
 Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas (psikologis, sosial), pasien dan pengunjung / tamu.
 Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana, tanggap darurat dan pemulihan, serta tahap
kembali ke fungsi normal
 Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar kualitas pelayanan
tertentu.
4. KOMPONEN PEDOMAN PENANGANAN BENCANA
 Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
 Peta penunjuk arah evakuasi saat terjadi bencana pada tiap tempat aman
 Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
 Kartu instruksi kerja
 Kartu identitas
 Disaster kit
 Buku pedoman

3 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


KESIAPSIAGAAN (Preparedness)
Suatu Rumah Sakit wajib dan telah mempersiapkan berbagai sumber daya guna mempersiapkan diri
menghadapi bencana. Berbagai pelatihan untuk Sumber Daya Manusia, baik pelatihan dasar (BLS/Basic Life
Support) bagi pegawai non kesehatan dan Satuan Pengamanan RS serta pelatihan lanjutan bagi tenaga
medis dan para medis (PPGD, GELS, ATLS, ACLS, PONEK, HDP). Simulasi 1 tahun sekali dan pelatihan
kebakaran.
Mitigasi bencana alam telah dilakukan melalui pengadaan APAR dan Hydrant yang terpasang di titik-
titik yang sudah ditentukan di rumah sakit. RAM atau jalan evakuasi darurat bagi brandkart penderita , serta
sistem kelistrikan segmental juga disediakan. Mitigasi wabah dilakukan melalui penyiapan Posko dan
penyiapan resetting ruang untuk perawatan dan isolasi, alur dan jalur transportasi/logistik.
Persiapan penerimaan korban musibah massal/bencana telah dipersiapkan disekitar area IGD. Prinsip
penempatan penanganan korban massal ini adalah tidak mengganggu pelayanan sehari-hari. Pada saat
terjadinya musibah massal/bencana penempatannya korban telah diatur menurut kegawatan masingmasing
korban, dan pernah diuji coba dalam gladi lapang beberapa waktu yang lalu. Untuk korban label merah
ditempatkan pada ruang Resusitasi IGD. Untuk korban label kuning ditempatkan pada ruang tunggu IGD,
korban dengan label hijau ditempatkan di serambi gedung Administrasi dan Manajemen. Sedangkan korban
mati langsung ditempatkan pada Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
Persiapan lokasi untuk dibangunnya posko wabah/bencana baik berupa tenda maupun pengalihan
fungsi beberapa ruangan sebagai posko penanganan bencana, diaktifkannya Posko Komando sebagai pusat
aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan instansi jejaring untuk proses
penanganan korban di Rumah Sakit juga telah diatur.
Penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai badan kebijakan dan keputusan administratif
dan operasional kegiatan yang berkaitan dengan berbagai tahap bencana di berbagai tingkatan. Secara garis
besar penanggulangan bencana dapat dibagi menjadi konteks pra-bencana dan pasca-bencana. Rumah sakit
memainkan peran penting dalam infrastruktur perawatan kesehatan. Rumah sakit memiliki tanggung jawab
utama untuk menyelamatkan kehidupan, mereka juga menyediakan layanan perawatan darurat 7x24 jam dan
karenanya publik menganggapnya sebagai sumber daya vital untuk diagnosis, pengobatan dan tindak lanjut
untuk perawatan fisik dan psikologis. Rumah sakit adalah pusat untuk menyediakan perawatan darurat dan
karenan ketika terjadi bencana, masyarakat kembali ke rumah sakit untuk segera menyediakan bantuan
dalam bentuk perawatan medis darurat.
Setiap kali rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan dihadapkan pada situasi di mana ia harus
memberikan perawatan kepada banyak orang jumlah pasien dalam waktu yang terbatas, yang melebihi
kapasitas normalnya, merupakan bencana bagi rumah sakit tersebut. Dengan kata lain ketika sumber daya
rumah sakit (infrastruktur, tenaga terlatih dan organisasi) adalah kewalahan melebihi kapasitas normalnya dan
tindakan darurat tambahan diperlukan untuk mengendalikan peristiwa tersebut, rumah sakit dapat dikatakan
dalam situasi bencana. Ini menyiratkan bahwa peristiwa yang sama mungkin memiliki potensi bencana

4 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


untuk rumah sakit yang lebih kecil dan tidak demikian untuk rumah sakit yang lebih besar. Oleh karena itu
bencana bagi rumah sakit adalah “kekurangan sementara” sumber daya yang disebabkan karena masuknya
beban pasien secara tiba-tiba”.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bencana atau kejadian yang tidak dapat dikendalikan
bagi rumah sakit, rumah sakit perlu: untuk menghitung kapasitas normalnya, di luar itu ia harus bertindak
sesuai dengan Rencana Bencana. Menurut WHO.

Why have Emergency plans for hospitals?


Manajemen bencana rumah sakit diberikan kesempatan untuk merencanakan, mempersiapkan dan
bila diperlukan memungkinkan rasional penanggulangan jika terjadi bencana/insiden korban massal (MCI).
Bencana dan korban massal dapat menimbulkan kerugian besar kebingungan dan inefisiensi di rumah sakit.
Mereka dapat membanjiri sumber daya rumah sakit, staf, ruang dan atau persediaan.
Kurangnya rencana nyata untuk kembali pada saat bencana mengarah ke situasi di mana ada
banyak sumber komando, banyak pemimpin, dan tidak ada upaya bersama untuk memecahkan masalah.
Setiap orang melakukan/pekerjaannya sendiri tanpa berkontribusi secara efektif untuk memecahkan masalah
rumah sakit yang lebih besar. Oleh karena itu, penting bahwa semua Rencana Darurat Rumah Sakit memiliki
fitur utama untuk mendefinisikan struktur komando di rumah sakit mereka, dan untuk mengekstrapolasinya ke
skenario bencana dengan definisi pekerjaan yang jelas setelah tombol bencana didorong. Kekacauan tidak
dapat dicegah selama menit-menit pertama kecelakaan atau bencana besar. Tapi Tujuan utama dari Rencana
Darurat Rumah Sakit harus menjaga waktu ini sesingkat mungkin.
Semua rumah sakit juga harus memiliki kesadaran bahwa dalam insiden korban massal mendadak
rumah sakit mereka sebenarnya berjalan dengan kapasitas penuh. Karena jumlah pasien yang datang lebih
banyak ada kecenderungan dan tekanan untuk mempraktekkan pengobatan bencana dan dengan demikian
mengurangi kualitas perawatan medis untuk kepentingan yang lebih besar dari orang-orang yang masih hidup.
Tetapi dalam semua keadaan, bahkan dalam perencanaan bencana harus dilakukan dengan cara yang
kualitas perawatan untuk pasien yang serius / kritis tidak terganggu. Rencananya harus mengarah pada :
 Kelangsungan hidup dan pemulihan sebanyak mungkin pasien
 Distribusi pasien secara proporsional ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnyaRumah sakit yang
menyediakan layanan darurat penuh waktu 24 jam per hari, 7 hari seminggu bertemu persyaratan
standar untuk menerima pasien insiden korban massal setiap saat
 Rumah sakit memiliki jumlah personel yang cukup, termasuk dokter dan staf paramedis untuk
memenuhi pasien kebutuhan untuk perawatan darurat.
 Pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Layanan darurat yang diberikan terintegrasi dengan departemen lain di rumah sakit. Oleh karena itu
sangat penting bagi fasilitas tersebut untuk membuat Rencana Kedaruratan Rumah Sakit.

5 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Should smaller hospitals also have emergency plans?
Infrastruktur perawatan kesehatan masyarakat di India telah direncanakan secara piramidal dengan
primer dan fasilitas kesehatan masyarakat di fasilitas perawatan kesehatan dasar dan tersier seperti fakultas
kedokteran/Universitas rumah sakit di puncak. Di antara ada banyak rumah sakit lain seperti rumah sakit
kabupaten, rumah sakit kota dll, memiliki kekuatan/kapaitas tempat tidur sedang 100 - 200.
Perencanaan rumah sakit di India sampai saat ini belum terfokus pada kesiapsiagaan jika terjadi
bencana dan MCI. Tidak hanya ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesiapsiagaan rumah sakit
dalam korban massal, tetapi juga rumah sakit memiliki untuk memperluas fokus mereka untuk memasukkan
perencanaan rumah sakit internal serta menjadi bagian dari rencana regional untuk bencana dan korban
massal. Karena bencana tidak hanya terjadi di sekitar rumah sakit yang lebih besar, itu adalah penting bahwa
semua rumah sakit baik kecil atau besar menyediakan perawatan darurat memiliki rencana darurat.
Rencana darurat untuk rumah sakit yang lebih kecil seperti Puskesmas mungkin sebenarnya hanya
berfokus pada menyediakan perawatan darurat bergerak di lokasi kejadian atau menyediakan stabilisasi
menengah dan meneruskan rujukan pasien serius ke rumah sakit jaringan terdekat. Dalam sebagian besar
insiden korban massal yang terjadi, bahwa sebagian besar korban tidak terluka parah dan datang dalam
keadaan kategori luka ringan. Pusat kecil seperti itu dapat memberikan bantuan yang sangat besar dalam
kasus bencana/MCI dengan memberikan perawatan definitif kepada korban yang tidak terluka parah. Rencana
darurat rumah sakit kecil seperti itu sebagian besar akan tergantung pada konsep jaringan rumah sakit.

What is hospital networking?


Jaringan rumah sakit/pelayanan kesehatan merupakan langkah penting dalam perencanaan
kesiapsiagaan medis untuk korban massal insiden. Jaringan rumah sakit tidak berarti menghubungkan
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dengan jaringan komunikasi.
Jaringan esensial berarti hubungan dinamis antara berbagai fasilitas perawatan kesehatan di wilayah
geografis tertentu untuk augmentasi atau optimalisasi sumber daya yang tersedia. Artinya, pemerintah
kabupaten harus memiliki informasi tentang sumber daya kesehatan yang tersedia di masing-masing daerah.
Seperti yang diilustrasikan pada Gambar. 1, fasilitas perawatan kesehatan harus memiliki jaringan
untuk: Information,Materials, Manpower &Training

What do we gain from networking?

1. Analysis of existing resources.


Untuk menjalin jaringan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, otoritas kabupaten harus menganalisis
ketersediaansumber daya dalam hal bahan dan tenaga terlatih. Ini membantu dalam menilai
kemampuan yang ada dan keterbatasan. Analisis ini dapat dengan mudah dilakukan dengan
menggunakan kuesioner WHO untuk analisis inventaris.
2. Knowledge augmentation.

6 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Berbagi data inventaris antara berbagai rumah sakit, fasilitas perawatan kesehatan, laboratorium
diagnosis, bank darah (publik maupun swasta) dll. memperkaya otoritas medis kabupaten tentang
berbagai medis sumber daya yang mereka miliki jika terjadi bencana massal. Ini juga membantu
pembuat kebijakan untuk menganalisis secara kritis sumber daya yang tersedia dan menambahnya jika
dan bila diperlukan.
3. Optimal utilization of resources.
Dalam situasi bencana, tidak ada satu pun fasilitas perawatan kesehatan yang berdiri sendiri yang
dapat memberikan perawatan yang optimal bagi semua korban terpengaruh. Jaringan membantu dan
mengidentifikasi tidak hanya kekuatan dan kelemahan kita sendiri rumah sakit tetapi juga sumber daya
lain yang tersedia di daerah tersebut sehingga perawatan pasien yang optimal dapat dilakukan. Untuk
misalnya, rumah sakit kabupaten mungkin tidak memiliki pemindai CT tetapi pemindai CT yang sama
mungkin tersedia di sekitar pengaturan pribadi yang dapat digunakan oleh otoritas kabupaten jika
terjadi bencana sehingga perawatan akhir korban tidak tertunda.

Gambar 1: Components of Hospital Networking

7 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Gambar 2: Contoh STRUKTUR ORGANISASI PENANGANAN BENCANA di Rumah Sakit

8 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur proses pelayanan
terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung proses pelayanan sehingga dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Penanganan bencana di rumah sakit pada sistem penanganan bencana adalah
sebagai berikut:
1. Penanganan Korban
2. Penggolongan barang milik korban
3. Pengosongan ruangan dan pemindahan pasien
4. Pengelolaan Makanan Korban dan Petugas
5. Pengelolaan Tenaga Rumah Sakit
6. Pengendalian Korban Benana dan Pengunjung
7. Koordinasi dengan intansi lain
8. Pengelolaan Obat dan Bahan/Alat Habis pakai
9. Pengelolaan Volunteer (Relawan)
10. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
11. Pengelolaan Donasi
12. Pengelolaan Listrik, Telpon dan Air
13. Penanganan Keamanan
14. Pengelolaan Informasi
15. Jumpa Pers
16. Pengelolaan Media
17. Pengelolaan Rekam Medis
18. Identifakasi Medis
19. Pengelolaan Tamu/Kunjungan
20. Penglolaan Jenazah
21. Evakuasi Korban keluar RS

BENCANA INTERNAL
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit adalah : kebakaran, gempa bumi, ancaman bom,
kecelakaan oleh karena zat berbahaya, kejadian luar biasa penyakit menular. Penanganan tiap-tiap jenis
bencana adalah sebagai berikut :

1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka bakar,
trauma, sesak nafas, histeria (ggn.psikologis) dan korban meninggal. Langkah –langkah yang
dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1) Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
9 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION
2) Hubungi petugas satpam (ext.1234) untuk menghubungi petugas kebakaran bahwa :
 Ada kode merah (kebakaran)
 Lokasi kebakaran
 Sebutkan nama pelapor
3) Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
4) Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.

Bila terjadi kebakaran selalu ingat :


1) Kejadian kebakaran harus dilaporkan
2) Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga darurat dan jangan gunakan lift.
3) Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan.
4) Matikan alat-alat lain seperti : mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik dll
5) Tetap tenang dan jangan panik.
6) Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih

Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita harus
tahu:
1) Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2) Nomor pemadam kebakaran (telp.113), dan satpam (ext.1234)
3) Jalur evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4) Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana penanggulangan
bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5) Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam
yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana

2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma, luka
bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba,
berikut petunjuk yang dapat dijadikan pegangan:
 Di dalam ruangan: Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat aman.
Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah di dalam
ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar, menjauhlah
dari jendela. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal

10 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


 Diluar gedung: Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel (titik kumpul).
Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
 Didalam lift: Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka
tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan menggunakan
interphone jika tersedia. Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau
kebakaran

3. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA


Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan atau
sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zatzat yang bersifat korosif,
beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah: keracunan, luka
bakar, trauma dan meninggal.

Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan :


1) Keamanan adalah yang utama.
2) Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran.
3) Apabila kecelakan yang berhubungan dengan gas beracun atau sejenisnya, Evakuasi
korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di lokasi kejadian.
4) Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
5) Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan tentang
hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda tidak pernah mendapatkan
pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocaran zat-zat berbahaya.
6) Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban.

4. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.” (Peraturan Menteri Kesehatan No.
949/Menkes/SK/VIII/2004).
Kriteria KLB penyakit adalah:
1) Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah.
2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit:

11 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


1) Catat dan laporkan jumlah kejadian/penyakit yang terjadi di ruangan kepada Direktur
Medik dan Keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke Pengamat
Keperawatan bila diluar jam kerja.
2) Tingkatkan standard precaution untuk mencegah penularan ke pasein lain atau ke
petugas kesehatan.
3) Komite Pencegahan dan Pengendalain Infeksi melakukan investigasi untuk mengetahui
penyebab terjadinya KLB dan membuat rekomendasi rencana tindak lanjut.

5. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KERACUNAN MAKANAN MASSAL


Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Makanan Massal adalah suatu kejadian
kesakitan/ kematian yang disebabkan keracunan makanan dengan jumlah korban cukup
banyak dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB keracunan makanan massal adalah:


1) Timbulnya korban keracunan dalam jumlah banyak (lebih dari separuh jumlah pasien
dam satu ruang).
2) Adanya penambahan jumlah korban keracunan pada periode yang sama.

Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB Keracunan Makanan massal :
1) Catat dan laporkan jumlah kejadian/keracunan yang terjadi di ruangan kepada Kepala
Bidang Keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke Perawat Supervisi bila
diluar jam kerja.
2) Kepala Instalasi Sanitasi melakukan investigasi untuk mengetahui terjadinya KLB
keracunan makanan massal dan membuat rekomendasi untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
3) Komandan RS melaporkan kepada Dinas Kesehatan.

Pengembangan Keterampilan (Skill-Building)


1. Mahasiswa mencari dan membaca journal dan literatur mengenai Hospital and
Emergency Preparedness
2. Mencari vidio mengenai Hospital and Emergency Preparedness.

12 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


C. MENGECEK PEMAHAMAN (Checking for Understanding)
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Hospital and Emergency Preparedness,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan Tujuan Hospital and Emergency Preparedness!
2) Jelaskan bencana internal dan eksternal suatu Rumah sakit!
3) Jelaskan kenapa rumah sakit harus mempunyai Emergency Plan!
4) Jelaskan kenapa rumah sakit kecil dan puskesmas penting mempunyai emergency plan!
Lembar Jawaban
No Jawaban

13 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


D. PENUTUP PEMBELAJARAN

Ringkasan

Tujuan Hospital and Emergency Preparedness


 Menyiapkan Rumah Sakit dalam penanggulangan bencana.
 Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu cepat.
 Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas (psikologis, sosial), pasien dan pengunjung / tamu.
 Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana, tanggap darurat dan pemulihan, serta tahap
kembali ke fungsi normal
 Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar kualitas pelayanan
tertentu.
KOMPONEN PEDOMAN PENANGANAN BENCANA
 Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
 Peta penunjuk arah evakuasi saat terjadi bencana pada tiap tempat aman
 Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
 Kartu instruksi kerja
 Kartu identitas
 Disaster kit
 Buku pedoman
Bencana Internal
Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit dan Potensi jenis ancaman
bencana (Hazard) yang mungkin terjadi di Rumah sakit adalah:
 Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung. Detail respon
penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal Kebakaran
 Gempa Bumi
Berdasarkan Inaris, potensi gempa bumi di lokasi rumah sakit bisa katergori sedang – rendah.
Dampak gempa dapat bersifat eksternal maupun internal. Detail respon penanganannya ada pada
bab Penanganan Bencana Internal Gempa Bumi.
 Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung-tabung besar gas sentral, gas rumah sakit maupun
saluran-saluranya yang dapat disebabkan karena adanya, kerusakan/kebocoran, kecelakaan serta
sabotase. Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal Kebocoran
gas.
 Penyakit Menular/KLB

14 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Penyakit menular yang potensial terjadi di Jawa Tengah adalah diare, demam berdarah, serta new
emerging desease akibat pembauran peradaban global. Detail respon penanganannya ada pada
bab Penanganan Bencana Internal Penyakit Menular/KLB.
 Keracunan Makanan/KLB
Keracunan yang potensial terjadi di RS adalah muntah, demam akibat makanan yang kurang
higienis terkontaminasi. Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana
Internal Keracunan Makanan

Bencana Eksternal
Bencana eksternal adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit yang berdampak pada
rumah sakit. Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada rumah sakit adalah : ledakan/bom,
kecelakaan transportasi, keracunan massal, gempa bumi, tsunami, banjir bandang, angin puting
beliung, kebakaran, tanah longsor, wabah dan letusan gunung berapi.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit diaktifkan,
antara lain :
 Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
 Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di Instalasi Gawat Darurat, sedangkan korban
meninggal langsung ke Instalasi Kedokteran Forensik & Pemulasaraan jenazah.
Manajemen bencana rumah sakit diberikan kesempatan untuk merencanakan, mempersiapkan
dan bila diperlukan memungkinkan rasional penanggulangan jika terjadi bencana/insiden korban
massal (MCI). Bencana dan korban massal dapat menimbulkan kerugian besar kebingungan dan
inefisiensi di rumah sakit. Mereka dapat membanjiri sumber daya rumah sakit, staf, ruang dan atau
persediaan.

Jaringan rumah sakit/pelayanan kesehatan merupakan langkah penting dalam perencanaan


kesiapsiagaan medis untuk korban massal insiden. Jaringan rumah sakit tidak berarti menghubungkan
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dengan jaringan komunikasi. Jaringan esensial berarti
hubungan dinamis antara berbagai fasilitas perawatan kesehatan di wilayah geografis tertentu untuk
augmentasi atau optimalisasi sumber daya yang tersedia. Artinya, pemerintah kabupaten harus
memiliki informasi tentang sumber daya kesehatan yang tersedia di masing-masing daerah.

15 | P a g e Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION

Anda mungkin juga menyukai