Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT


( Hospital Disaster Plan )
RS Siaga Bencana
Dr Djoni Darmadjaja,SpB,MARS

1. PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan kegawat daruratan sehari-hari adalah hak asasi / hak setiap
orang. Maraknya bencana yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, baik berupa
bencana alam maupun bencana karena ulah manusia memerlukan kesiapsiagaan pada
setiap rumah sakit agar mampu menanggulanginya dengan baik.

Dalam penanganan bencana, ditingkat nasional ada Badan Nasional


Penanggulangan Bencana (BNPB). Di tingkat Propinsi juga ada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Tk I ( dulu Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan
Pengungsi /SATKORLAK PBP yang diketuai oleh Gubernur). Ditingkat Kabupaten / Kota
juga ada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tk II yang selama ini dikenal dengan
Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (SATKORLAK PBP) yang
diketuai oleh Bupati / Walikota.

Rumah sakit adalah sebagai mata rantai dari sistim Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) pada kedaruratan sehari-hari, maka pada situasi bencana rumah
sakitpun harus berperan serta dengan menjadi bagian dan bekerja dibawah koordinasi
dari Satlak atau Satkorlak tersebut.

2. Tujuan

Tujuan utama dari sebuah Hospital Disaster Plan bagi rumah sakit adalah meningkatkan
kesiapsiagaan RS dalam menghadapi bencana.

Tujuan khususnya adalah :

a. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi, baik dari dalam
maupun dari luar RS yang mengenai pegawai, pasien, pengunjung dan masyarakat
sekitar.
b. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada saat
terjadinya bencana.
c. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam
penanggulangan kegawat daruratan bencana.
d. Dapat memberikan pertolongan medis yang optimal dengan waktu secepat mungkin
di RS pada saat terjadi bencana.
e. Menurunkan jumlah kesakitan dan kematian korban akibat bencana
f. Menciptakan dan meningkatkan mekanisme kerja lintas sektoral dan lintas program
dengan mengikut sertakan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana/musibah
masal, melalui perbaikan penanganan kegawat daruratan sehari-hari.

3. Sasaran

Dijadikannya Hospital Disaster Plan ini sebagai pedoman di RS dalam penanganan bencana
baik pada pra bencana, masa bencana maupun pasca bencana.

4. Dasar hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang


penanggulangan bencana.
2. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009.
3. Undang-undang Praktek Kedokteran Nomor 29 tahun 2004
tentang praktek kedokteran.
4. Kepmenkes RI No.448/Menkes/SK/VI/1993 tentang pembentukan
tim kesehatan penanggulangan korban bencana di setiap rumah
sakit.
5. Kepmenkes RI No.28/Menkes/SK/I/1995 tentang petunjuk
pelaksanaan umum penanggulangan medik korban bencana.
6. Kepmenkes RI No.979/Menkes/SK/IX/2001 tentang prosedur tetap
pelayanan kesehatan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi.

5. Definisi Istilah Dan Pembatasan

a. Bencana
Bencana dan musibah massal adalah suatu keadaan dimana terjadi kecelakaan atau
bencana alam dan atau bencana yang di buat oleh manusia yang dalam waktu
relative singkat terdapat korban dalam jumlah banyak, yang tidak dapat
ditanggulangi oleh hanya satu unit kerja/bagian tertentu, sehingga harus mendapat
bantuan segera baik berupa SDM atau logistik. Bencana tersebut bisa berasal dari
dalam atau dari luar bangunan rumah sakit.

b. Berbagai Bencana

Berbagai bencana internal yang menimbulkan ancaman bagi rumah sakit :

1. Kebakaran, bisa bersumber dari dalam atau luar gedung


2. Gempa Bumi atau Banjir
3. Kebocoran gas, berasal dari gas medis atau gas elpiji.
4. Ledakan, sebagai akibat kebocoran gas atau tabung
bertekanan.
5. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit,
Sedangkan bencana eksternal dapat berupa :

6. Bencana external minor : bencana yang melibatkan korban


dalam jumlah kecil ( seperti kecelakaan lalu lintas)
7. Bencana external mayor : bencana yang melibatkan korban
dalam jumlah besar ( kecelakaan kereta api,pesawat terbang).
8. Bencana yang mengancam baik rumah sakit atau pun
lingkungannya : kebakaran yang besar,banjir, ancaman
bom, huru hara dll.
9. Bencana di lingkungan lain.
c. Triase

Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai tingkat kegawatannya untuk


mendapat label tertentu dan kemudian dikelompokkan serta mendapatkan
pertolongan / penanganan sesuai dengan kebutuhan.

Korban akan terbagi dalam lima kondisi, sebagai berikut :

Label hijau

Korban yang tak memerlukan pengobatan segera atau pemberian pengobatan


dapat ditunda, mencakup korban dengan :
- Fraktur minor
- Luka minor, luka bakar minor
Label kuning

Korban dengan cidera sedang yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan
tidak dapat dipulangkan, sehingga harus dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke
rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :

- Korban dengan resiko syok (korban gangguan jantung, trauma abdomen


berat)
- Fraktur multipel
- Fraktur femur / pelvis
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran / trauma kepala
Label merah

Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat dan penanganan
segera, kalau perlu tindakan operasi. Dengan kemungkinan harapan hidup yang
masih besar dan memerlukan perawatan rumah sakit atau rujuk ke rumah sakit
lain, termasuk dalam kategori ini :

- Syok oleh berbagai kausa


- Gangguan pernafasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan external masif
Label hitam

Korban yang sudah meninggal dunia. Ditempatkan di ruang mortuari (ruang


jenazah)

d. Siaga

Siaga adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban akan
datang ke rumah sakit dalam jumlah yang besar sehingga memerlukan
penanggulangan khusus, yang dapat terjadi di dalam maupun di luar jam kerja.
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada UGD/IGD
(melalui telpon) Informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter
jaga, kemudian berkoordinasi dengan kepala UGD/IGD, Direktur Pelayanan dan
Direktur rumah sakit, sehingga keputusan mengaktifkan rencana penatalaksanaan
korban bencana massal di rumah sakit (Hospital Disaster Plan) akan segera dibuat.
Setelah itu operator akan memanggil / memobilisasi tenaga penolong yang
tercantum dalam daftar.

Sesuai kondisi dan kemampuan rumah sakit, maka kondisi SIAGA dibagi menjadi 3
(tiga) tingkat sebagai berikut :

Siaga I ( satu ) : Jumlah korban 10 orang sampai 20 orang

Keadaan dimana korban dengan jumlah melebihi kemampuan pelayanan Unit


Gawat Darurat RS sehingga harus dibantu dengan memobilisasi petugas dari unit
kerja lain, tetapi masih terbatas di dalam lingkungan rumah sakit. Adapun
pekerjaan rutin sebagian terpaksa ditunda, tetapi sebagian lagi masih dapat
dilakukan tanpa terganggu.

Siaga II ( Dua ) : Jumlah korban 20 orang sampai 50 orang.

Keadaan dimana korban dalam jumlah melebihi kemampuan pelayanan Unit


Gawat Darurat, sehingga harus memobilisasi sebagian besar petugas rumah sakit
termasuk karyawan yang sedang tidak bertugas. Pada situasi ini seluruh kegiatan
rutin RS dihentikan, kecuali pelayanan terhadap pasien rawat inap.

Siaga III (tiga ) : Jumlah korban lebih dari 50 orang.

Keadaan dimana korban dalam jumlah melebihi kemampuan rumah sakit,


sehingga harus melibatkan rumah sakit atau sarana kesehatan lain disekitar RS.
Artinya keadaan bencana sudah harus dilaporkan kepada Satlak PBP
kabupaten/kota, dimana koordinasi penanggulangan korban akan diambil alih
oleh Satlak PBP kabupaten/kota.

I. METODOLOGI.

A. Bencana Didalam Rumah Sakit

Adalah bencana yang terjadi didalam lingkungan rumah sakit, baik didalam gedung
maupun diluar gedung. Yang diperlukan dalam situasi ini adalah segera memindahkan
pasien/korban ketempat aman serta melaksanakan asesmen cepat (triase) agar pasien
mendapat penanganan medis sesuai dengan berat ringannya cidera. Apabila jumlah korban
masih dalam batas kemampuan pelayanan IGD maka tidak perlu dilakukan aktivasi sistim
penanggulangan bencana RS, lain halnya bila jumlah korban sudah melebihi kemampuan
pelayanan IGD maka akan dilakukan aktivasi sistim penanggulangan bencana RS.

1. Upaya Preventif
Agar terhindar dari bencana yang tidak diinginkan, maka beberapa hal yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1.1.Bekerja sesuai prosedur


Setiap petugas yang bekerja harus memperhatikan rambu-rambu tanda bahaya
yang ada,perlakukan barang yang menjadi objek kegiatan sesuai dengan
prosedur yang ada agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan dirinya atau
orang lain seperti terjadinya kebakaran yang berasal dari gas, bahan-bahan kimia
atau bahan yang mudah meledak atau terbakar, begitu pula penanganan
makanan harus dilakukan sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya keracunan
makanan yang berasal dari dapur RS.

I.2 Pelatihan dan Latihan/Simulasi

Latihan/simulasi merupakan sarana yang sangat baik dalam upaya


penanggulangan bencana kegiatan latihan harus selalu diadakan setahun sekali
dan meliputi seluruh karyawan yang bekerja di rumah sakit.

Pelatihan yang harus diadakan adalah :

a. Pelatihan kebakaran
Seluruh karyawan RS harus bersedia dan aktif mengikuti pelatihan kebakaran
yang bekerja sama dengan Dinas Kebakaran dengan adanya pelatihan ini
diharapkan siap mengantisipasi dan mencegah terjadinya kebakaran yang
besar agar tidak timbul kerugian atau korban yang lebih besar.

b. Pelatihan evakuasi
Pelatihan evakuasi juga harus dilakukan setahun sekali seperti pelatihan
kebakaran, dalam pelatihan ini para karyawan baik medis maupun non medis
akan diberikan pengetahuan dan praktek mengenai tehnik-tehnik evaluasi
dan prosedur evakuasi yang harus dilakukan.

Upaya Penanggulangan Bencana Yang mudah Terjadi


Bencana yang terjadi didalam RS dapat menjadi 2 hal, yaitu :
2. Bencana yang tidak memerlukan evakuasi :
Penanganan korban bencana yang terjadi di dalam Rumah Sakit tetap melalui
proses triase dengan sistimm penanganan yang sama seperti pada penanganan
korban yang datang dari luar RS.

3. Bencana yang memerlukan evakuasi :


Apabila bencana yang terjadi di dalam dapat menyebabkan kerusakan bangunan
serta mengancam keselamatan semua orang yang berada di RSSB, maka harus
segera dilakukan evakuasi.

a. Evakuasi.

Evakuasi adalah proses pemindahan korban dari lokasi kejadian ke tempat lain
yang aman atau untuk mendapat pertolongan medis yang lebih baik atau lebih
lengkap.

Korban dapat merupakan pasienRSSB, tetapi dapat pula merupakan karyawan


yang bekerja di RSSB.

Alasan Evakuasi :

1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya


mengancam.
2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakaan yang
memerlukannya.
Pelaksanaan dari penanganan bencana internal :

1. Pasien harus segera dipindahkan dari tempat yang berbahaya ke


tempat yang aman.
2. Keputusan seberapa luas rencana dilakukan akan ditentukan oleh
petugas yang berwenang.
3. Pendataan / pengabsenan akan dilaksanakan sebelum, selama, dan
sesudah evakuasi jika memungkinkan.
b. Anggota Tim Evakuasi.

a). Petugas perawat jaga di semua ruang perawatan.


b). Staf SDM / Kepegawaian dibantu oleh semua staf administrasi (diluar jam
kerja semua staf administrasi yang tugas jaga).
c. Prosedur Evakuasi pada Penanganan Bencana.
a). Perawat jaga ruangan mendengar pemberitahuan adanya bencana dan
perintah evakuasi dari pimpinan siaga.
b). Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lain, semua pasien atau staf
rumah sakit harus segera dipindahkan ketempat lain yang aman di rumah
sakit, atau dikeluarkan dari rumah sakit.
c). Pemindahan pertama dilakukan ke tempat yang aman dalam lantai yang
sama, lalu jika area tersebut dianggap tidak lagi aman, dilakukan
pemindahan kelantai bawahnya atau dikeluarkan dari gedung.
d). Pemindahan harus secara sistematis dengan memindahkan pasien dan staf
yang lebih dekat dengan area yang berbahaya terlebih dahulu.
e). Setiap bagian dalam gedung harus diberi tanda. Pastikan pintu yang
menghubungkan dengan area yang terbakar selalu tertutup rapat sewaktu
pindah dari satu bagian ke bagian yang lain.
f). Jangan mencoba untuk evakuasi dari gedung “saat” terjadinya bencana
gempa.
d. Tindak lanjut

Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah terkumpul di
tempat yang aman, Ketua Tim Penanggulangan bencana mengatur pengiriman
pasien dan korban ke ruangan lain dalam rumah sakit atau Rumah Sakit
terdekat atau ke Rumah Sakit rujukan.

B. Bencana Diluar Rumah Sakit

Adalah bencana yang terjadi diluar rumah sakit, lingkungan disekitar rumah sakit, dimana
korban dibawa ke rumah sakit dalam jumlah besar sehingga terjadi kekurangan petugas
rumah sakit dalam mengatasi korban bencana yang dibawa ke RS.

Tindakan yang akan dilakukan oleh rumah sakit bila terjadi bencana diluar RS adalah
bersikap aktif dan pasif.

Aktif, adalah apabila para korban bencana dibawa ke RS untuk mendapatkan


pertolongan medis. Dalam hal ini rumah sakit akan mengaktivasi sistem siaga
sesuai dengan jumlah korban yang datang. Dan semua korban akan ditangani
dengan metode triase dalam keadaan bencana. Kegiatan ini akan di lakukan oleh
Tim Penanggulangan Bencana RS.
Pasif, adalah menunggu informasi dan instruksi dari instansi terkait seperti Dinkes
atau Satlak PBP/Satkorlak PBP dalam menghadapi bencana yang terjadi di luar
rumah sakit dimana para korban tidak dibawa ke rumah sakit kita melainkan
rumah sakit yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang tersebut.

Apabila bencana terjadi diluar jam kerja, maka penganggulangan bencana untuk
sementara ditangani oleh tim kerja yang bertugas jaga di RS terutama di
UGD/IGD dan hanya bersifat sementara bertugas , sampai pejabat penanggung
jawab yang sebenarnya hadir / mengambil alih dan sistim Penanggulangan
Bencana RS sudah di aktivasi.

C. Penanganan Korban
Dalam menangani korban bencana di RS, diperlukan banyak jenis
pekerjaan, setidaknya ada 21 jenis pengelolaan yang harus dilakukan :
1. Penanganan korban, merupakan tanggung jawab
SubTim Suport Medis.
2. Pengelolaan Barang milik korban, tanggung jawab
kepala ruang triase.
3. Pengosongan ruangan dan pemindahan pasien, menjadi
tanggung jawab Kepala Bidang Keperawatan.
4. Pengelolaan makanan pasien dan petugas, menjadi
tanggung jawab kepala Instalasi Gizi.
5. Pengelolaan SDM RS, menjadi tanggung jawab
direktur/manajer SDM.
6. Pengendalian korban bencana dan pengunjung,
menjadi tanggung jawab Komandan Satpam.
7. Koordinasi dengan Instansi lain, menjadi tanggung
jawab Direktur RS.
8. Pengelolaan obat dan bahan habis pakai, menjadi
tanggung jawab kepala Instalasi Farmasi.
9. Pengelolaan relawan, menjadi tanggung jawab kepala
Bagian SDM.
10. Pengelolaan kesehatan lingkungan, menjadi tanggung
jawab kepala Instalasi Kesling.
11. Pengelolaan bantuan/donasi, menjadi tanggung jawab
kepala bagian umum.
12. Pengelolaan listrik,telepon dan air, menjadi tanggung
jawab kepala IPSRS.
13. Pengelolaan keamanan, menjadi tanggung jawab
kepala Satpam.
14. Pengelolaan Informasi, menjadi tanggung jawab kepala
Istalasi PKMRS.
15. Jumpa pers, menjadi tanggung jawab kepala bagian
Hukum dan Humas.
16. Pengelolaan media massa, menjadi tanggung jawab
bagian Humas.
17. Pengelolaan rekam medis, menjadi tanggung jawab
kepala Instalasi Rekam medis.
18. Identifikasi korban, menjadi tanggung jawab petugas
triase IGD dan kamar jenazah.
19. Pengelolaan tamu/kunjungan, menjadi tanggung jawab
kepala bagian pencatatan dan pelaporan.
20. Pengelolaan jenazah, menjadi tanggung jawab kepala
Instalasi kamar jenazah/forensik.
21. Evakuasi korban ke luar RS, menjadi tanggung jawab
Kepala SubBag Rumah Tangga.

D .Pos Kegiatan
Setidaknya harus disediakan 7 pos (termasuk pos komando) sebagai berikut :
1.Pos Komando, dengan fasilitas telepon,komputer,peta area
berkumpul,peta ruangan perawatan, peta fasilitas kesehatan lain, peta area
hazard di RS, white board, meja pertemuan,radio komunikasi, emergency kit
medis dan non medis.
2.Pos Informasi, tersedia semua data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat,alat medis,non medis, barang habis pakai
medis dan non medis, data donatur, data gedung.Fasilitas yang harus ada
telepon,komputer, internet dan papan informasi.
3.Pos Logistik dan Donasi,sebagai tempat penerimaan, penyimpanan
semetara barang-barang bantuan/sumbangan. Fasilitas komputer, buku
catatan.
4.Pos penanganan jenazah, untuk penampungan, penyimpanan korban
menninggal atau bagian tubuh, identifikasi jenazah,penyimpanan barag
bukti.Fasilitas komputer, telepon, radio komunikasi, papan informasi, X-Ray
mobile, lemari pendingin mayat.
5.Pos Relawan, tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan serta
tempat informasi relawan.Fasilitas komputer, telepon,internet, radio
komunikasi, buku catatan.
6.Pos Restory dan family link, tempat informasi dan penelusuran korban
oleh keluarga, tempat korespondensi dengan keluarga korban. Fasilitas
komputer,telepon, internet, radio komunikasi dan buku pencatatan.
7.Pos pengolahan data, tempat penerimaan dan pengolahan data yang
terkait dengan penanganan bencana. Fasilitas telepon,komputer, internet,
radio komunikasi.
Pada kejadian bencana internal, dibutuhkan area tempat berkumpul semua
korban untuk dilakukan rapid assesmen untuk triase korban, dan ruangan
berkumpul sebagai tempat penampungan pasien sementara, yang aman dan
dekat tempat kejadian.

E. Pelaksanaan Operasional
Dalam pelaksanan diperlukan beberapa sistim yang pendukung operasionalisasi tim
penanggulanagn bencana RS, yaitu sistim peringatan dini (alert system), sistim
pengerahan dan aktifasi sumber daya (SDM,fasilitas), sistim ekstensi area
penanganan korban, sistim rujukan .
Jalur komunikasi yang dilaksanakan dalam situasi bencana adalah :
1.Aktivasi sistim Penanganan Bencana RS
2.Mobilisasi tim medis
3.Mobilisasi tim manajemen
4.Aktivasi pos komando
5.Penggunaan media komunikasi yang ada
6.Setiap orang mengambil peran dan tanggung jawab sesuai jabatan dalam tim
7.Memberikan informasi yang terkini yang telah disetujui oleh Direktur RS.
8.Deaktivasi sistim penanganan bencana.

II. PENGORGANISASIAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA RSSB

A. PENGERAHAN PETUGAS
Setelah sistim di aktivasi, maka semua petugas yang ditunjuk sebagai penanggung
jawab kegiatan bencana di luar jam kerja adalah penanggung jawab sementara,
sampai penanggung jawab sesungguhnya atau staf yang ditunjuk tiba dilokasi.

Mobilisasi Internal Petugas Rumah Sakit


Petugas Unit Gawat Darurat yang diberangkatkan ke lokasi kecelakaan
harus segera digantikan dengan petugas dari keperawatan lain. Petugas
dari bagian lain juga harus membantu mempersiapkan ruangan yang akan
dipergunakan untuk menampung korban kecelakaan massal tersebut.
Mobilisasi Sentripetal Petugas Rumah Sakit
Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam penaggulangan
kecelakaan massal di Rumah Sakit, yaitu Unit Gawat Darurat, Unit Bedah,
Kamar Operasi, Laboratorium, Radiologi dan Unit Perawatan Intensif, dan
petugas-petugas lain seperti Kepala Bidang, Seksi/Urusan, petugas Gizi,
petugas Laundry, petugas cleaning service, petugas keamanan dan operator
telpon harus pula dimobilisasi. Untuk meningkatkan efisiensi, pemberian
bantuan ini harus direncanakan secara seksama dan dengan penekanan
untuk melakukan pergantian yang cepat petugas yang bertugas di lokasi
yang paling terekspos / paling sibuk (Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi).
Hal ini akan mencegah tidak tergantikannya petugas pada unit-unit tersebut
selama penanganan kecelakaan massal dan memperlancar pengembalian
petugas ke pekerjaan rutin setelah bekerja di unit penanganan kecelakaan
massal.

B. ORGANISASI TIM PENANGGULANGAN BENCANA DI RSSB


Tim Penanggulangan bencana berlaku sebagai organisasi keadaan “Siaga” setelah
RSSB dinyatakan dalam keadaan “SIAGA” dengan demikian, selanjutnya seluruh
petugas yang telah ditentukan langsung dan segera bertugas dilokasi tugasnya
masing-masing.

Susunan Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana RSSB sesuai dengan fungsi


dan peran masing-masing. Seluruh kegiatan penanggulangan bencana dibawah
koordinasi ketua Tim Penanggulangan Bencana RSSB yang bertanggung jawab
kepada Direktur RSSB.

Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di RSSB ketua Tim dibantu oleh dua
ketua SubTim yaitu SubTim Suport Medis yang membawahi 3 Satgas yaitu Satgas
Pra-rumah sakit, Satgas rumah sakit dan Satgas Keperawatan, sedangkan SubTim
Suport Manajemen yang membawahi 6 Tim yaitu Tim Keuangan, Tim SDM, Tim
Logistik, Tim Operasional, Tim Medis dan Tim Penunjang.

Dalam mengantisipasi kejadian bencana diluar jam kerja, maka juga ditentukan tim
penanggulangan bencana sementara yang personilnya terdiri dari petugas jaga
RSSB dengan pusat kegiatan berada di IGD, sampai Tim Penanggulangan Bencana
RSSB siap ditempat.

1. Pos Komando di Rumah Sakit


Rumah sakit Siaga Bencana menyediakan satu ruangan yang akan
difungsikan sebagai Pos Komando selama bencana massal terjadi yaitu
diruang humas. Ruangan ini sudah dilengkapi dengan radio dan
telpon, atau telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi
tersebut. Ruangan ini harus mudah ditemukan / dicapai, dan cukup
untuk menampung hingga 10 orang petugas.
Tim inti dari Pos Komando di RSSB ini beranggotakan :
- Direktur Rumah Sakit Siaga Bencana
- Direktur Pelayanan RSSB
- Manajer Keperawatan RSSB
- Direktur Administrasi dan umum RSSB
- Sekretaris Direksi RSSB
- Humas (berhubungan dengan keluarga korban dan media massa)
- Customer Service
- Ka. Sie Umum.

2. Pimpinan Siaga
Didalam jam kerja : Kepala UGD/IGD

Diluar jam kerja : Dokter jaga UGD/IGD

Keadaan siaga penanggulangan bencana langsung dikendalikan oleh Ketua


Pelaksana Tim Penanggulangan Bencana RS luar jam kerja di bantu oleh staf
yang ditunjuk untuk itu, pimpinan sementara dikendalikan oleh Dokter jaga
UGD sampai Ketua Pelaksana atau staf yang ditunjuk tiba di rumah sakit.

Tugas :

1. Menentukan tingkat bencana.


2. Memimpin koordinasi segenap unsur yang terlibat.
3. Memberikan informasi kepada aparat yang berwenang
Penyampaian informasi resmi yang berkaitan dengan pelaksanaan
penanggulangan bencana diberikan oleh Direksi diruang pertemuan direksi.
(Briefing dan debriefing).

3. Pimpinan Unsur Pelayanan Medis


Didalam jam kerja : Direktur Pelayanan

Diluar jam kerja : Dokter Jaga UGD/IGD

Tugas :

Memimpin segala unsur medis dalam penanggulangan korban, yang terdiri dari
para dokter dan semua petugas penunjang medik.

a. Penanggung Jawab Mobilisasi Tenaga Medis :

Didalam jam kerja : Direktur Pelayanan

Diluar jam kerja : Dokter Jaga UGD/IGD

Tugas :
Menyediakan tenaga medis sesuai kebutuhan tingkat siaga dan kasus, agar
tercukupi dalam jumlah setiap jenis spesialisasinya.

Mengatur penambahan / penarikan atau penempatan tenaga medis agar


dengan jumlah tenaga yang ada korban tetap dapat tertangani.

Mengumpulkan dan mencatat rekapitulasi data yang ditangani di RS

Memberikan informasi kepada korban dan atau keluarga untuk memberikan


ketenangan.

Mempersiapkan data lengkap yang dibutuhkan direktur RS untuk disampaikan


kepada pihak yang bewenang.

b.Penangung jawab Triase :

Didalam jam kerja : Ka UGD/IGD

Diluar jam kerja : Dokter Jaga UGD/IGD

Lokasi : Ruang Triase UGD/IGD

Tugas :

a. Melaksanakan Triase Korban.


b. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga.

c.Penanggung Jawab Ruang Label Hijau :

Didalam jam kerja : Dokter jaga ruangan

Diluar jam kerja : PJ Shift Perawat UGD

Lokasi : Ruang ekstensi

Tugas :

a. Pemeriksaan ulang menentukan tingkat triase korban.


b. Memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan.
c. Mencatat identitas korban
d. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga.
d.Penanggung Jawab Ruang Label Kuning :
Didalam jam kerja : Dokter jaga UGD/IGD

Diluar jam kerja : Perawat Jaga UGD/IGD

Lokasi : Ruang Tindakan UGD/IGD

Tugas :

a. Pemeriksaan ulang menentukan tingkat triase korban


b. Memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan (perawatan luka,
penjahitan luka dan lain - lain sesuai kebutuhan).
c. Mencatat identitas korban.
d. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga.

e.Penanggung Jawab Ruang Label Merah :

Didalam jam kerja : Dokter Jaga ICU

Diluar jam kerja : PJ Shift perawat UGD/IGD

Lokasi : Ruang UGD/IGD

Tugas :

a. Seleksi ulang triase.


b. Memberikan pelayanan kesehatan bagi korban.
c. Menentukan korban yang memerlukan perawatan di rumah sakit kita atau
transfer ke rumah sakit lain, setelah kondisi pasien relatif stabil.
d. Menentukan korban yang memerlukan tindakan operasi
e. Mencatat semua identitas korban
f. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga

f.Penanggung Jawab Kamar Operasi :

Didalam jam kerja : Dokter Kepala IBS

Diluar jam kerja : PJ shift jaga IBS

Tugas :
a. Mempersiapkan kamar operasi jika diperlukan dengan mengatur jadwal
operasi.
b. Mempersiapkan tenaga perawat kamar operasi
c. Mempersiapkan alat kesehatan kamar operasi untuk siap digunakan.
d. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga
e. Mencatat Identitas korban.

g.Penanggung Jawab Farmasi :

Didalam jam kerja : Ka Unit/instalasi Farmasi

Diluar jam kerja : PJ Shift Asisten Apoteker Jaga.

Tugas :

a. Melayani segala kebutuhan obat dan alat kesehatan semua unit kerja.
b. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga.
c. Mencatat identitas korban.

h.Penanggung Jawab Radiologi :

Didalam jam kerja : Ka. Instalasi Radiologi

Diluar jam kerja : PJ Shift Radiografer Jaga.

Tugas :

1. Memberikan pelayanan kesehatan bagi korban yang terkait dengan


pemeriksaan radiologi
2. Mencatat semua identitas korban
3. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai keadaan siaga

i.Penanggung Jawab Laboratorium :

Didalam jam kerja : Ka. Instal Laboratorium

Diluar jam kerja : PJ Shift jaga Laboratorium.

Tugas :
a. Mempersiapkan unit Laboratorium untuk pelayanan korban dengan
mengatur jadwal kegiatan yang sudah ada
b. Evaluasi lengkap data / administrasi setelah selesai kegiatan siaga.
c. Mencatat semua identitas korban

4. Pimpinan Unsur Pelayanan Keperawatan :

Didalam jam kerja : Manajer Keperawatan

Diluar jam kerja : Duty Manajer/perawat supervisi

Tugas :

Koordinasi semua unsur keperawatan dalam penanggulangan bencana.

a.Penanggung jawab Mobilisasi Tenaga Keperawatan.


Didalam jam kerja : Ka. Bidang keperawatan

Diluar jam kerja : Duty Manager/perawat supervisi

Tugas :

Mobilisasi tenaga perawat dari seluruh ruangan sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat keterampilan untuk ditempatkan sesuai dengan ruang label

b.Penanggung jawab Ruang Perawatan.


Didalam jam kerja : Ka. Ruangan

Diluar jam kerja : Duty Manajer/perawat supervisi

Tugas :

a. Mempersiapkan ruang perawatan bagi korban yang harus dirawat di RS


b. Berkoordinasi dengan Direktur administrasi rumah sakit untuk
mempersiapkan dan mendistribusikan seluruh linen dan gizi (makanan),
sesuai dengan kebutuhan tiap ruangan.

5. Penanganan Unsur Pelayanan Administrasi :

Didalam jam kerja : Direktur administrasi dan umum

Diluar jam kerja : Duty Manager


Tugas :

Koordinasi semua unsur pelayanan administrasi.

a.Penanggung Jawab Mobilisasi Tenaga Cadangan Non Medis :

Didalam jam kerja : Ka. Bagian Umum

Diluar jam kerja : Duty manajer

Tugas :

Mobilisasi tenaga non medis yang berada di lingkungan rumah sakit untuk
siap dan kemudian ditempatkan sesuai dengan kebutuhan.

b.Penanggung Jawab Keamanan :


Didalam jam kerja : Ka. Bagian Umum

Diluar jam kerja : Komandan satpam/ Regu

Tugas :

a. Mengatur kelancaran kendaraan keluar masuk membawa korban.


b. Mengatur area parkir sehingga tidak mengganggu arus kendaraan
yang membawa korban dan atau saat evakuasi.
c. Menjaga keamanan dan ketertiban seluruh area korban.

c.Penanggung Jawab Pemeliharaan Sarana :


Didalam jam kerja : Ka. Bagian Umum

Diluar jam kerja : Tehnisi Jaga IPSRS

Tugas :

a. Menjamin aliran listrik tetap tesedia selama kondisi siaga.


b. Menjaga aliran gas medik tetap tersedia dan lancar.

d.Penanggung Jawab Transportasi :


Didalam jam kerja : Ka Bagian Umum

Diluar jam kerja : Duty manajer


Tugas :

Mempersiapkan semua ambulan dan kendaraan angkutan lainnya agar


dapat dipergunakan setiap waktu untuk antar jemput korban dan tenaga
medis / perawat dan lain – lain.

e.Penanggung Jawab Konsumsi :


Didalam jam kerja : Ka. Instalasi Gizi RS

Diluar jam kerja : Komandan Regu jaga Gizi

Tugas :

Berkoordinasi dengan Ruang Perawatan untuk menyiapkan dapur dalam


penyediaan makanan bagi korban di ruang perawatan, sesuai kondisi
korban.

Berkoordinasi dengan semua penanggung jawab Tim bencana untuk


menyiapkan makanan bagi tenaga rumah sakit yang bertugas selama
siaga.

f.Penanggung Jawab Keuangan :


Didalam jam kerja : Kabag Keuangan

Diluar jam kerja : Petugas Kasir

Tugas :

Pendataan lengkap semua biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan


bencana.

III. PERENCANAAN LOGISTIK


Kebutuhan obat, alat – alat kesehatan, makanan dan lain – lain harus disiagakan di
bawah koordinasi dan pimpinan dari Ketua Tim Penanggulangan bencana RSSB.

Perencanaan meliputi :

 Kesiapan untuk mensuplai kebutuhan tiap bagian


 Memiliki List terbaru dari supplier yang dapat mengirim dengan cepat
kebutuhan obat dan barang-barang kebutuhan.
 Penyiapan persediaan obat-obatan gawat darurat
 Tersedianya petugas untuk mengatur obat setiap waktu obat dibutu
 Penyimpanan makanan pada saat bencana dan mempertahankan
persediaan makanan untuk pasien dan petugas.
Semua dana yang dikeluarkan dalam kegiatan ini harus dibuatkan laporan
pertanggung jawaban berikut bukti-buktinya.

IV.PERENCANAAN TRANSPORTASI
Transportasi diperlukan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan obat dan alkes, penjemputan para pejabat atau Tim penanggulangan
bencana, evakuasi pasien, merujuk pasien dan lain-lain yang berhubungan dengan
kegiatan penanggulangan bencana.

Seluruh unit mobil ambulan, mobil operasional dan sepeda motor yang dimiliki rumah
sakit harus disiagakan termasuk dibawah komando Ka Bag Umum.

V. PEMBIAYAAN

Didalam penanggulangan bencana dibutuhkan biaya yang besar kecilnya


tergantung dari besar kecilnya bencana dan banyak sedikitnya korban yang timbul
dalam bencana tersebut. Sebagian biaya yang dikeluarkan RSSB akan di klaimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk itu, misalnya Pemkot/Pemkab,
Pemprov, Asuransi , BNPB, sedangkan bagian yang tidak dapat diklaimkan akan
menjadi beban biaya RSSB.

VI. PEMULIHAN KEMBALI KE FUNGSI NORMAL


Setelah semua korban hidup tertangani dalam fase gawat darurat dan korban
meninggal telah teridentifikasi serta kegiatan pelayanan sisa korban baik hidup
maupun mati telah bisa ditangani dengan kapasitas normal RSSB, maka dilakukan
upaya kembali ke fungsi normal untuk. Direktur RSSB akan melakukan debriefing
pada seluruh anggota Tim Penanggulangan Bencana RSSB untuk menyatakan
deaktivasi sistim bencana yang bertujuan :
1.Mengembalikan semua fungsi organisasi ke tugas pokoknya.
2.Mengembalikan semua SDM ke tugas pokoknya.
3.Melakukan rehabilitasi fisik maupun mental pegawai.
4.Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan.

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN


Selama kegiatan penanggulangan bencana, setiap penanggung jawab harus
mencatat dan melaporkan kegiatan yang telah dilakukan kepada Ketua Tim
Penanggulangan bencana. Adanya kejadian atau masalah yang baru dalam bencana
juga harus segera dilaporkan, hal ini sangat berguna untuk keperluan informasi baik
ke dalam maupun ke luar rumah sakit dan juga sangat berguna untuk menentukan
tingkat siaga selanjutnya. Setelah semua kegiatan penanggulangan bencana
dinyatakan selesai, maka semua data pelaksanaan pelayanan korban dikompilasi
serta dibuat laporan dan dilakukan evaluasi terhadap tiap kegiatan.

$$$$$$$$$

Anda mungkin juga menyukai