Anda di halaman 1dari 7

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

HIDAYAH IBU
JL. KESUMA BANGSA NO. 128 KEL. WAY URANG KEC. KALIANDA
KAB. LAMPUNG SELATAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA HIDAYAH IBU


NOMOR : 059/SK-RSIAHI/VI/2019

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HIDAYAH IBU

DIREKTUR RSIA HIDAYAH IBU

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu standar pelayanan anestesia


yang aman, dan berfokus kepada keselamatan pasien serta kepuasan
pelanggan (patient centeredness) di RSIA Hidayah Ibu maka perlu
adanya kebijakan pelayanan anastesi dan sedasi di RSIA Hidayah Ibu;
b. Bahwa agar pelayanan anestesi dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya surat keputusan direktur sebagai landasan bagi pelayanan
anestesi dan sedasi di RSIA Hidayah Ibu;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan
kebijakan pelayanan anestesi dan sedasi RSIA Hidayah Ibu.
Mengingat : 1. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan;
2. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang nomor 29 tahun 2009 tentang praktek kedokteran;
4. Undang-undang Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004 pasal 51
tentang Pelayanan anestesi harus sesuai dengan kebutuhan pasien;
5. Undang-undang Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004 pasal 44
tentang standar Pelayanan anestesi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia
No.519/MENKES/PER/III/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;
7. Permenkes No. 18 tahun 2016 tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktek Penata Anestesi;
8. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien.

i/viii
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : Memberlakukan kebijakan pelayanan anestesi dan sedasi di RSIA
Hidayah Ibu seperti tersebut dalam lampiran surat keputusan ini

Kedua : Memberlakukan pedoman pelayanan anestesi dan sedasi di RSIA


Hidayah Ibu seperti tersebut dalam lampiran ini sebagai landasan dalam
memberikan pelayanan anestesi yang seragam di seluruh RSIA Hidayah
Ibu.

Ketiga : Pelayanan anestesi dan sedasi dilakukan oleh dokter anestesi yang
memiliki SIP (Surat Izin Praktek) di RSIA Hidayah Ibu sebagai Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) anestesi sesuai dengan
kewenangan klinik yang diberikan sesuai dengan tingkat kompetensinya.

Keempat : Pelayanan sedasi dan anestesi dilakukan oleh profesional pemberi asuhan
pelayanan yang sudah ditetapkan mencakup pelayanan perioperatif
meliputi :
1. Pelayanan sedasi;
2. Pelayanan anestesi;
3. Pelayanan resusitasi jantung paru.

Kelima : Pelayanan anestesi dan sedasi dilakukan di kamar bedah (instalasi bedah
sentral serta pelayanan resusitasi jantung paru di ruang igd, ruang VK,
ruang rawat inap, rawat jalan, dan ruang lain sesuai kebutuhan.

Keenam : Setiap tindakan anestesi dan sedasi yang dilakukan harus melalui proses
komunikasi dan pemberian informasi meliputi : jenis tindakan anestesi,
indikasi, tujuan, tatacara, keuntungan dan kekurangan, resiko dan
komplikasi, alternatif tindakan dan pengelolaan nyeri pasca operasi serta
mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarga pasien; dilakukan
oleh dokter anestesi penanggung jawab pelayanan (DPJP).

Ketujuh : Setiap pelayanan anestesi dan sedasi harus melalui proses penerimaan,
penilaian, perencanaan, persiapan dan pemantauan dan pemulihan.

Kedelapan : Setiap pelayanan anestesi dan sedasi harus dibuat kriteria pemulihan dan
discharge planning .

ii/viii
Kesembilan : Setiap Pelayanan anestesi dan sedasi harus didokumentasikan dalam
rekam medis dan status anestesi

Kesepuluh : Setiap pemberi pelayanan anestesi dan sedasi berkompeten dan


bertanggung jawab memenuhi kualifikasi dalam :
a. Teknik berbagai macam teknik sedasi;
b. Farmakologi dan penggunaan obat sedasi dan penggunaan zat
reversal;
c. Monitor pasien;
d. Bertindak jika ada komplikasi;
e. Kriteria pemulihan;
f. Melakukan bantuan hidup lanjutan.

Kesebelas : Setiap pemberi Pelayanan anestesi dan sedasi bertanggung jawab untuk:
1. Ikut membuat, menanamkan dan menjaga agar kebijakan serta
prosedur pelayanan anestesi dan sedasi yang ada, terus dikembangkan
dan diperbaiki.
2. Menjaga program pengendalian kualitas yang telah dibentuk serta
melaksanakannya.
3. Mengawasi dan meninjau ulang seluruh pelayanan anestesi dan sedasi
yang telah dibentuk.

Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa hal-hal
yang belum atau belum cukup diatur dalam surat keputusan ini akan ditetapkan kemudian.

Ditetapkan di : Kalianda
Pada tanggal : 01, Juni 2019
RSIA Hidayah Ibu
Direktur,

dr. FUADY SALMY

iii/viii
Lampiran :
Keputusan Direktur RSIA Hidayah Ibu
Nomor :. 059/SK-RSIAHI/VI/2019
Tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi Dan Sedasi
Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Hidayah Ibu

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI


RSIA HIDAYAH IBU

1. RSIA Hidayah Ibu menyediakan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang memenuhi standar di rumah sakit, standar nasional, undang-
undang dan peraturan serta standar profesional.
2. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yang adekuat, regular dan nyaman tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
3. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam tersedia untuk keadaan darurat di luar jam kerja.
4. Pelayanan sedasi, sedasi moderat dan dalam seragam pada seluruh pelayanan di rumah sakit
dalam hal; kualifikasi staf pemberi sedasi, peralatan medis yang digunakan, bahan yang dipakai
dan cara monitoring selama prosedur dilakukan.
5. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam dibawah kepemimpinan satu orang dokter
spesialis anestesi yang kompeten, melalui pelatihan bersertifikat, keahlian dan pengalaman,
konsisten dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Dokter anestesi memiliki
tanggung jawab profesional untuk pelayanan anestesi tersebut. Tanggung jawab tersebut
meliputi :
a. Mengembangkan, menerapkan dan menjaga regulasi;
b. melakukan pengawasan administratif;
c. menjalankan program pengendalian mutu;
d. memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam.
6. Sedasi secara khusus (sedasi moderat atau dalam) menghadirkan resiko pada pasien, karenanya
perlu dilengkapi dengan definisi, kebijakan serta prosedur yang jelas. kebijakan dan prosedur
sedasi meliputi :
a. Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara populasi dewasa dan atau
anak atau pertimbangan khusus lainnya;
b. dokumentasi yang diperlukan tim pelayanan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi
secara efektif;
c. persyaratan persetujuan (informed consent);
d. frekuensi dan jenis monitoring pasien yang diperlukan;
e. kualifikasi atau keterampilan khusus para staf yang terlibat dalam proses sedasi;
f. etersediaan dan penggunaan peralatan spesialistik.
7. Petugas yang berkompeten pemberi asuhan pelayanan sedasi melakukan asesmen pra sedasi
sbb :

iv/viii
a. Mengidentifikasi setiap masalah saluran pernapasan yang dapat mempengaruhi jenis
sedasi;
b. evaluasi pasien terhadap resiko tindakan sedasi;
c. merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi;
d. pemberian sedasi secara aman;
e. evaluasi dan menyimpulkan temuan dari monitor selama dan sesuadah sedasi.
8. Dokter anestesi wajib memberikan edukasi meliputi resiko, keuntungan dan alternative
tindakan sedasi kepada pasien atau keluarga atau pihak lain yang berwenang dalam
memberikan keputusan persetujuan tindakan sedasi dan melakukan dokumentasi pemberian
edukasi tersebut.
9. Petugas yang kompeten dan yang bertanggung jawab untuk sedasi harus memenuhi kualifikasi
dalam :
g. Teknik berbagai macam cara sedasi sedasi
h. Farmakologi dan penggunaan obat sedasi dan penggunaan zat reversal
i. Monitor pasien
j. Bertindak jika ada komplikasi
k. Kriteria pemulihan
l. Melakukan bantuan hidup lanjut
10. Seorang petugas yang kompeten memonitoring pasien selama sedasi terhadap parameter
fisiologis pasien dan mencatat semua pemantauan.
11. Dibuat kriteria untuk pemulihan dan discharge dari sedasi.
12. Sebagai tindakan kedokteran beresiko tinggi, maka pemberian anestesi harus direncanakan
dengan seksama. Asesmen pra anestesi berbasis informasi, analisa dan rencana untuk :
a. Mengetahui masalah saluran pernapasan;
b. memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi;
c. memberikan anestesi yang aman berdasarkan asesmen pasien, resiko dan jenis tindkan;
d. menafsirkan temuan pada waktu monitoring selama anestesi dan pemulihan
e. memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan pasca operasi.
13. Dokter spesialis anestesi atau petugas lain yang kompeten menjalankan asesmen pra anestesi.
Proses asesmen pra anestesi dijalankan sehari sebelum tindakan pembedahan atau sebelum
tindakan pembedahan untuk pasien emergency.
14. Asesmen pra induksi terpisah dari asesmen pra anestesi karena fokusnya pada stabilisasi
fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi dan terjadi sesaat sebelum induksi anestesi. Bila
anestesi yang harus diberikan secara darurat, asesmen pra anestesi dan asesmen pra induksi
dapat segera dilaksanakan secara berurutan atau secara serempak, tetapi masing-masing
didokumentasikan secara terpisah.
15. Asesmen pra induksi dilaksanakan untuk re-evaluasi pasien segera sebelum induksi anestesi,
dilakukan sesaat sebelum diberikan induksi anestesi.
16. Pelayanan anestesi direncanakan secara seksama dan didokumentasikan dalam catatan anestesi.
Perencanaan mempertimbangkan informasi dari asesmen pasien dan mengidentifikasi anestesi
v/viii
yang akan digunakan, termasuk metode pemberiannya, pemberian medikasi dan cairan lain
serta prosedur monitoring dalam mengantisipasi pelayanan pasca anestesi.
17. Pasien, keluarga atau pihak lain pembuat keputusan tindakan sedasi dan anestesi diberikan
edukasi tentang resiko, manfaat dan alternatif termasuk konversi dari regional anestesi ke
general anestesi serta perencanaan analgesia pasca operatif. Diskusi ini terjadi sebagai bagian
dari proses untuk memperoleh persetujuan anesthesia, sedasi moderat dan dalam.
18. Dokter anestesi atau petugas lain yang berkompeten memberikan edukasi sedasi dan anestesi
dan melakukan dokumentasi di rekam medis pasien.
19. Teknik anestesi, obat anestesi, dosis dan rute pemberian dituliskan dalam rekam medis anestesi
pasien.
20. Dokter spesialis anestesi dan petugas lain yang berkompeten dicatat di rekam medis anestesi
pasien.
21. Dalam hal diperlukan terjadinya perubahan teknik anestesi sebagai upaya menyesuaikan atas
tindakan pembedahan yang sedang berlangsung, maka dapat dilakukan konversi dari regional
anestesi ke general anestesi. Konversi anestesi harus dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
atau penata anestesi dibawah pengawasan dokter anestesi secara langsung.
22. Monitoring fisiologis memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang status pasien
selama pemberian anestesi dan periode pemulihan.
23. Status fisiologis dimonitor secara terus menerus selama pemberian anestesi sesuai kebijakan
dan prosedur.
24. Hasil monitoring dituliskan ke dalam rekam medis anestesi pasien.
25. Pasien dimonitor sesuai kebijakan selama periode pemulihan pasca anestesi.
26. Pasien dimonitor sesuai kebijakan selama periode pemulihan pasca sedasi.
27. Temuan selama monitoring di catat dan dimasukkan ke dalam rekam medis pasien.
28. Waktu dimulai dan diakhirinya pemulihan dicatat dalam rekam medis pasien.
29. Penatalaksanaan nyeri paska operasi dilakukan pada semua pasien yang telah menjalani
tindakan pembedahan dan anestesi sesuai dengan tingkat nyeri pasien yang diukur dengan
menggunakan pengukuran skala nyeri analag (VAS).
30. Setiap pelayanan anestesi dan sedasi harus dibuat kriteria pemulihan dan discharge planning.
Pasien dengan general anestesi monitoring pemulihan dengan menggunakan adrete’s score;
pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan apabila adrete’s score > 8. Pasien anak dengan
general anestesi monitoring pemulihan dengan menggunakan stewart score; pasien dapat
dipindahkan ke ruang perawatan apabila nilai stewart score > 5. Pasien dengan regional anestesi
monitoring pemulihan dengan menggunakan bromage’s score. Pasien dapat dipindahkan ke
ruang pemulihan apabila bromage’s score > 2.
31. Pasien dipindahkan dari unit pasca anestesi (atau monitoring pemulihan dihentikan) sesuai
dengan alternatif berikut :
a. Pasien dipindahkan dengan persetujuan dokter anestesi anestesiologi yang kompeten
penuh atau petugas lain yang diberikan otorisasi oleh petugas yang bertanggungjawab
untuk mengelola pelayanan anestesi.
vi/viii
b. Jam dan tanggal waktu persetujuan pindah dari dokter anestesi, pesanan khusus pasca
operasi dan bukti serah terima pasien antar petugas pulih sadar dengan petugas ruang
perawatan di catat didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
c. Dalam pasien memerlukan pemantauan dan terapi intesif dalam masa pemulihan, pasien
dipindahkan ke suatu unit perawatan intensuf di luar RSIA Hidayah Ibu yang telah
ditetapkan.
d. Proses transportasi dan pemindahan sebagaimana dimakud dilakukan sesuai prosedur
yang sudah ditetapkan dan dilakukan di bawah pengawasan dokter anestesi atau petugas
lain yang berkompeten
32. Setelah pasien dipindahkan dari ruang pulih sadar kamar operasi, kondisi pemulihan pasca
anestesi tetap diawasi selama 1 x 24 jam oleh dokter dan perawat di ruang perawatan pasca
bedah dibawah pengawasan dokter sepesialis anestesi.

vii/viii

Anda mungkin juga menyukai