Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN Hospital Disaster Plan

(HDP)

RSU ISLAMI MUTIARA BUNDA


Jln.Raya Pantura Cenderawasih Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes
Telp/Fax (0283) 877222, E-Mail : rsia_mutiarabunda@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat, serta energi yang positif, sehingga
penyusun telah dapat menyelesaikan pedoman ini dengan baik. Salam tak lupa
penyusun sampaikan kepada setiap inspirasi dan motivasi yang selalu ada dan
menemani penyusun selama menyusun laporan kegiatan ini.
Buku ini berjudul pedoman hospital disaster plan di RSU Islami Mutiara
Bunda. Selama penyusunan buku pedoman kegiatan ini penyusun mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril, bimbingan, pengarahan,
pemikiran dan saran-saran yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyusun
didalam penyusunan buku pedoman kegiatan ini. Untuk itulah, penyusun ingin
mengucapkan banyak terima kasih.
Akhir kata penyusun berharap agar buku pedoman ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi karyawan RS Karisma Cimareme
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penyusun
K3RS RSU Islami Mutiara Bunda

Efrida Nur’aeni S.Tr.,Ke


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana.
Stigma Indonesia adalah super market bencana nampaknya tidak berlebihan,
tahun 2007 sampai dengan tahun 2020, bencana alam seringkali terjadi di
bumi Indonesia tercinta. Bencana alam menjadi bagian tak terpisahkan dari
nadi kehidupan masyarakat Indonesia, baik bencana alam teknonik, vulkanik
maupun bencana banjir, tanah longsor. Begitu pula bencana yang diakibatkan
ulah manusia seperti berbagai kecelakaan sarana transportasi, bencana
kelaparan dan konflik bernuansa sara kerap terjadi belakangan ini. Fenomena
ini semakin sering terjadi tanpa dapat diduga kapan datangnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana antara lain
kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman
sosial budaya, ekonomi dan situasi politik. Secara geografis wilayah
Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik lapis bumi.
Lempeng ini selalu bergerak sehingga menyebabkan pergeseran permukaan
lempeng bumi. Disamping itu wilayah Indonesia juga merupakan rangkaian
cincin api (ring of fire), dimana terdapat kurang lebih 130 gunung api aktif,
dan lebih dari 80 gunung api tidak aktif. Kondisi ini menegaskan bahwa
secara geografis Indonesia berada di atas zona bahaya bencana. Hal yang
tidak kalah penting yaitu Indonesia memiliki lebih dari 5.000 sungai besar
dan kecil yang juga berpotensi menimbulkan ancaman bencana.
Sementara itu dari aspek keragaman sosial budaya, ekonomi dan situasi
politik, Indonesia terdapat 5 Agama yang diakui Negara dengan berbagai
aliran/golongan. Kondisi sosial budaya yang beragam dengan adat istiadat
berbeda beda dan tersebar. Kondisi ekonomi yang belum merata serta peta
politik yang dinamis, berpotensi menimbulkan kerawanan sosial dan bencana
sosial.

3
Khusus mengenai Provinsi Jawa Barat sendiri merupakan salah satu
wilayah yang tidak lepas dari kerawanan bencana. Banyak gugusan gunung
api aktif maupun tidak aktif berpotensi memicu terjadinya bencana alam
gunung berapi. Jawa Tengah juga terdapat banyak waduk dan sungai besar
maupun kecil yang kondisinya banyak mengalami pendangkalan sehingga
berpotensi mengakibatkan banjir. Dari aspek sosial budaya, Jawa Tengah
terdiri dari berbagai suku, adat dan budaya serta agama atau aliran
kepercayaan. Semuanya itu berpotensi menimbulkan kerawanan bencana
sosial.

B. Gambaran Bencana Internal dan Eksternal


1. Bencana Internal
Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit
dan potensi jenis ancaman (Hazard) yang mungkin terjadi di RSU Islami
Mutiara Bunda, antara lain :
a. Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi
di luar gedung. Detail respon penanganannya ada pada baba
Penanganan Internal Kebakaran.
b. Gempa Bumi
Berdasarkan Inaris, potensi gempa bumi di RSU Islami Mutiara
Bunda masuk kategori rendah – sedang.
Dampak gempa dapat bersifat eksternal maupun internal. Detail
respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal
Gempa Bumi.
c. Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadii pada tabung – tabung besar gas sentral,
gas rumah sakit maupun saluran – saluran yang dapat disebabkan
karena adanya kerusakan/ kebocoran, kecelakaan serta sabotase.
Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana
Internal Kebocoran gas.
d. Penyakit Menular/ KLB

4
Penyakit menular yang potensial terjadi di Jawa Barat adalah diare,
demam berdarah, serta untuk yang paling baru adalah maslah
pandemic covid 19
e. Keracunan Makanan/ KLB
Keracunan yang potensial terjadi di RS adalah muntah, demam
akibat makanan yang kurang higienis terkontaminasi. Detail respon
penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal
Keracunan Makanan.

2. Bencana Eksternal
Bencana eksternal adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit
yang berdampak pada rumah sakit. RS Karisma Cimareme sebagai
rumah sakit tipe C yang berada di KBB , sangat memungkinkan untuk
menerima korban bencana eksternal (Intra Hospital Service) maupun
memberikan bantuan dengan mengirimkan tim kesehatan terhadap
korban bencana keluar rumah sakit (Pra Hospital Service) di wilayah
Bandung bagian barat. Potensi bencana eksternal yang berdampak
kepada rumah sakit adalah : ledakan/ bom, kecelakaan transportasi,
keracunan massal, gempa bumi, banjir bandang, angin puting beliung,
kebakaran, tanah longsor, wabah dan letusan gunung berapi.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan
bencana di rumah sakit diaktifkan, antara lain :
a. Pusat komando diaktifkan oleh Komando Bencana
b. Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di IGD, sedangkan
korban meninggal langsung ke Pemulasaran Jenazah.
c. Semua korban diseleksi sesuai triase di teras IGD
d. Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu
lintas di sekitar rumah sakit. Alur masuk serta keluar IGD akan
diatur melalui sistem lalu lintas lingkar dalam rumah sakit dengan
penjagaan ketat.
e. Pengunjung diarahkan ke pusat informasi kehumasan untuk
informasi korban

5
f. Petugas tambahan akan dikontak oleh masing – masing
penanggungjawab
g. Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada
situasi penanganan korban bencana tanpa ijin dari Komandan
Bencana
h. Semua media/ informasi kepada pers hanya melalui Komandan
Rumah Sakit (Direktur) selanjutnya informasi diperoleh dari
Komandan Bencana. Ruang pertemuan dipersiapkan untuk jumpa
pers.
i. Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan
kebutuhan lainnya menggunakan form yang ada. Gudang dan
farmasi dibuka sesuai keperluan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan.
j. Pasien non disaster yang berada di IGD tetap mendapatkan
pelayanan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
k. Komunikasi dan informasi untuk situasi yang terbaru akan
disampaikan pada keluarga/ yang berkepentingan.

C. Tujuan
1. Menyiapkan Rumah Sakit dalam penanggulangan bencana
2. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu
cepat.
3. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas (psikologis, sosial), pasien
dan pengunjung/ tamu.
4. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana, tanggap darurat dan
pemulihan, serta tahap kembali ke fungsi normal
5. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar
kualitas pelayanan tertentu.

D. Komponen Pedoman Penanganan Bencana


1. Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
2. Peta penunjuk arah evakuasi saat terjadi bencana pada tiap tempat aman

6
3. Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
4. Kartu instruktur kerja
5. Kartu identitas
6. Disaster kit
7. Buku pedoman

7
BAB II
KESIAPSIAGAAN

RS Karisma telah mempersiapkan berbagai sumber daya guna


mempersiapkan diri menghadapi bencana. Berbagai pelatihan untuk Sumber Daya
Manusia, baik pelatihan dasar (BLS/ Basic Life Support) bagi pegawai non
kesehatan dan Satuan Pengamanan RS serta pelatihan lanjutan bagi tenaga medis
dan para medis (PPGD, GELS, ATLS, ACLS, PONEK, HDP). Simulasi 1 tahun
sakali dan pelatihan kebakaran.
Mitigasi bencana alam telah dilakukan melalui pengadaan APAR dan
Hydrant yang terpasang di titik-titik yang sudah ditentukan di rumah sakit.
Mitigasi wabah dilakukan melalui penyiapan Posko dan penyimpanan resetting
ruang untuk perawatan dan isolasi, alur dan jalur transportasi/ logistik.
Persiapan penerimaan korban musibah massal/ bencana telah dipersiapkan
disekitar area IGD dan di IGD pun di sediakan ruangan Khusus Pasien terinfeksi
COVID . Prinsip penempatan penanganan korban adalah tidak mengganggu
pelayanan sehari – hari. Pada saat terjadinya musibah massal/ bencana
penempatannya korban telah diatur menurut kegawatan masing – masing korban,
dan pernah diuji coba dalam rangka di lapang beberapa waktu yang lalu. Untuk
korban label merah ditempatkan pada ruang Resusitasi IGD. Untuk korban label
kuning ditempatkan pada ruang tindakan IGD, korban dengan label hijau
ditempatkan pada ruang triase IGD. Sedangkan korban meninggal ditempatkan
pada Instalasi Pemulasar Jenazah.
Persiapan lokasi untuk dibangunnya posko wabah/ bencana baik berupa
tenda maupun pengalihan fungsi beberapa ruangan sebagai posko penanganan
bencana, diaktifkannya Posko Komando sebagai pusat aktifitas selama proses
penanganan bencana dan proses komunikasi dengan instansi jejaring untuk proses
penanganan korban di RSU Islami Mutiara Bunda juga telah diatur.

8
A. Sturktur Organisasi Penanganan Bencana

SUSUNAN TIM KESIAPSIAGAAN BENCANA RS KARISMA CIMAREME

Penanggung Jawab
dr. Bisri Agus Setiawan

Ketua
Suparyanto, S.Kar

Sekretaris
Efrida Nuraeni, STr.Kes

Komunikasi & Transportasi Logistik Umum Teknik & Sarpras Diklat K3/ Disaster
Fiki Rinaldi, S.Kom Mustofa Kamal, S.Ag Fajar Nurmansyah Kiki Cuheni, Amd.Keb
Komari

Logistik Farmasi Kebakaran & Keamanan


Alfiah Restu, S.Farm.Apt Sutardi
Tri Wiyono

9
SUSUNAN TIM OPERASIONAL TANGGAP BENCANA RS KARISMA CIMAREME

Penanggung Jawab
Drg Riva Aradi

Disaster Tim Leader


dr. Hasni Hanifah

Koordinator
Andri Bagja Koswara

Logistik Umum
Komunikator Lia Komunikasi & Transportasi Teknik & Sarpras
Erni Kadariah Yanti Refian Fahmi
Harun

Logistik Farmasi
Kebakaran & Keamanan
Ardi , S.Farm.Apt
Revi

10
STRUKTUR TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

Ketua
Andri Bagja Koswara

Wakil
Revi

Seksi Hydrant Seksi APAR Seksi Pengamanan Dokumen Seksi Evakuasi Pasien Seksi Pengamanan Alkes

FAHMI IGD
WANDI HARI KASOMI
ROHIMAN REIDZA OK DIBAWAH TANGGUNG JAWAB PEMEGANG HELM BIRU DI SETIAP UNIT
RUDI DIBAWAH 2.DIBAWAH
TANGGUNG JAWAB PEMEGANG
AJAT Iskandar TANGGUNG
HELM KUNING JAWAB
DI SETIAP UNITPEMEGANG HELM KUNING DAN PUTIH DI
YAYAN DEVA
MISNA

11
B. Uraian Tugas
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh setiap tim dan personal dalam sistem penanganan bencana di Rumah
Sakit sesuai dengan struktur yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat
terjadinya situasi bencana baik di dalam rumah sakit maupun penanganan korban
bencana dari luar rumah sakit oleh Komandan Rumah Sakit atau Pimpinan Disaster.
1. Pimpinan Disaster
Pada saat jam dinas kantor yang bertindak sebagai pimpinan disaster
adalah Manajer Umum rumah sakit, dan di luar jam kantor yang bertindak
sebagai pimpinan disaster adalah Kepala Jaga yang bertugas saat itu sebagai
pengganti direktur rumah sakit.
Berwenang :
a. Menentukan keadaan bencana
b. Menentukan tingkat siaga
c. Memobilisasi Tenaga
Bertugas :
a. Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas
menanggulangi bencana.
b. Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang
perlu, setelah berkonsultasi dengan direktur Rumah Sakit.
2. Tim Evakuasi
Terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan
keuangan
Bertugas :
a. Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit
menyelamatkan diri.
b. Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien.

12
3. Tim Keamanan
Adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit.
Bertugas :
a. Mengamankan lokasi bencana dari orang-orang yang tidak
bertanggungjawab.
b. Mengamankan jalur lalulintas ambulan, tenaga medis, dokumen-dokumen,
dan harta benda.
c. Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit.
4. Tim Medis
Dipimpin oleh kepala ruang IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh
perawat IGD.
Berwenang :
a. Menentukan kondisi kegawatdarurat korban.
b. Menentukan penanganan lanjut untuk para korban, misalnya dirujuk atau
tidak.
c. Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban.
Bertugas:
Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana.
5. Tim Logistik Umum
Adalah petugas kepala logistik
Bertugas :
Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan
oleh petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu.
6. Tim Penunjang
Tim Penunjang ini terdiri dari :
a. Penunjang medik yaitu radiologi, farmasi, laboratorium, ambulan, rekam
medis yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai
bidangnya.
b. Penunjang Umum yaitu petugas teknik akan memberikan bantuan
penunjang yang sifatnya umum seperti mengamanan kelistrikan agar tetap

13
berfungsi dan dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan dan
bantuan komunikasi, serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat
bencana.
7. Tim Khusus
Adalah petugas / perawat di Kamar Operasi
a. Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan
maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara, maka petugas kamar
operasi bertugas :
 Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi
petugas tekhnik.
 Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi
bencana.
 Petugas Kamar Operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi
dan mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak
memungkinkan lagi.
b. Bila tidak ada operasi/operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan
dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan.
c. Bila Korban bencana dari luar Rumah Sakit, maka perawat Kamar Operasi
berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi, baik kamar
operasi yang akan digunakan, tim oparasi yaitu dokter anastesi dan dokter
operator, dll, bagi korban yang memerlukan tindakan operasi segera.
d. Perawat OK dapat dalam keadaan stand by di tempat atau bila diperlukan
perawat OK dapat menjemput korban yang telah tiba di IGD rumah sakit.

14
C. Aktifasi Sistem Bencana

Informasi Keadaan Bencana

Komandan bencana

Tim penanganan bencana


melakukan penilaian tempat
kejadian

Aktifkan sistem Tidak perlu diaktifkan


penanggulangan bencana penanggulangan bencana

Aktifkan posko penanggulangan


bencana

Evaluasi proses penanggulangan


yang sudah dilakukan

D. Area Berkumpul (Titik Aman Kumpul)


Area tempat berkumpul (titik aman berkumpul) saat terjadinya bencana
internal bagi pasien, petugas dan pengunjung/ keluarga pasien, serta tempat untuk
melaksanakan triage korban.

Wilayah Sekitar RS AREA Terbuka

15
Area P1 Area PARKIR DEPAN
Area PERKANTORAN Area PARKIR P2

E. Garis Komunikasi
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah :
1. Aktivasi sistem penanganan bencana rumah sakit (code purple)
2. Menyiapkan pos komando
3. Menyiapkan SDM
4. Menyiapkan logistic
5. Menyiapkan alur evakuasi, titik kumpul penampungan korban yang aman
6. Jika diperlukan menyiapkan lokasi dekontaminasi
7. Melakukan pendataan pasien dan pengiriman pasien
8. Menetapkan masa pengakhiran penanganan bencana
9. Menyiapkan fasilitas komunikasi didalam dan di luar Rumah Sakit
10. Menangani masalah pemberitaan media dan informasi bagi korban
11. Menyediakan fasilitas transportasi untuk petugas dan korban.
Agar tim penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun
eksternal maka semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa rompi
warna hijau untuk personal sebagai berikut :
1. Komandan RS
2. Komandan bencana
3. Ketua medical support
4. Ketua manajemen support
5. Tim medis
6. Ketua pos
7. Ketua tim dibawah menejemen support

16
F. Pengaturan Lalu Lintas
Pengaturan lalu lintas Rumah Sakit pada saat terjadi bencana ditentukan
berdasarkan jenis bencana yang terjadi, apakah bencana eksternal atau internal.
1. Bencana Eksternal
Pada kejadian eksternal, maka RS KARISMA memberikan dukungan
eksternal dan internal.
a. Menyiapkan daerah triase dan rambu-rambu
b. Menyiapkan peralatan pertolongan dari peralatan emergency kit sampai
peralatan terapi defentif
c. Menyiapkan fasilitas logistic seperti makanan dan minuman, obat-
obatan, pakaian dan transportasi
d. Menyiapkan SDM sesuai dengan standar pelayanan dan kompetensi
e. Menyiapkan prosedur-prosedur khusus dalam pelayanan medis.
f. Menyiapkan ruangan khusus bagi pasien covid
2. Bencana Internal
Pada kejadian internal, maka RS KARISMA memberikan dukungan
pelayanan medis (medical support) dan manajerial (managerial support)
mencakup :
a. Medical support :
 Menyiapkan daerah triase, lanel dan rambu-rambu
 Menyiapkan peralatan pertolongan dari peralatan emergency kit
sampai peralatan terapi defentif
 Menyiapkan fasilitas logistic seperti makanan dan minuman, obat-
obatan, pakaian dan transportasi
 Menyiapkan SDM sesuai dengan standar pelayanan dan kompetensi
 Menyiapkan prosedur-prosedur khusus dalam pelayanan medis.
b. Managerial support :
 Menyiapkan pos komando
 Menyiapkan SDM
 Menyiapkan logistik

17
 Menyiapkan alur evakuasi, titik kumpul penampungan korban yang
aman
 Jika diperlukan menyiapkan lokasi dekontaminasi
 Melakukan pendataan pasien dan pengiriman pasien
 Menetapkan masa pengakhiran penanganan bencana
 Menyiapkan fasilitas komunikasi didalam dan di luar Rumah Sakit
 Menangani masalah pemberitaan media dan informasi bagi korban
 Menyediakan fasilitas transportasi untuk petugas dan korban.

G. Peran Instansi Jejaring


Saat terjadi musibah massal atau bencana, suatu rumah sakit diharapkan
mampu menyelenggarakan pelayanan dan mengatasi semua perkembangan kondisi
yang timbul dengan pertolongan korban baik ketersediaan peralatan medik atau
masalah teknis lainnya dengan memperhatikan respon time seminimal mungkin
sehingga pelayanan dapat diberikan dengan sebaik-baiknya, serta demi mengurangi
adanya korban cacat atau meninggal, sangatlah tidak mungkin jika semua hal
tersebut dibebankan kepada Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda, sehingga
sangatlah penting untuk mengembangkan kenjasama dengan instansi jejaring
sebagai upaya untuk memperluas dan meningkatkan peran aktif lintas program
maupun lintas sektor untuk bersama sama memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Instansi jejaring yang diharapkan perannya pada
situasi bencana, antara lain :
1. Dinas Pemadam Kebakaran : Bantuan pemadam kebakaran diperlukan apabila
bencana yang terjadi dalam Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda tidak
dapat diatasi dengan menggunakan APAR yang ada. Ketua tim
penanggulangan bencana Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda
Menghubungi nomor telpon 0283672858 untuk meminta bantuan dari dinas
pemadam kebakaran.
2. Palang Merah Indonesia (PMI): diperlukan dalam rangka membantu proses
pemilahan korban evakuasi, serta penggunaan fasilitas yang dimilikinya.

18
3. Kepolisian : pengaturan keamanan ketertiban dan lalu lintas menuju dan keluar
Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda khususnya akses menuju ke IGD
dan jalan keluar menuju Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda pada saat
terjadi bencana.
4. Badan Penanggulanga Bencana Deerah (BPBD) : kejadian bencana
dikoordinasikan kepada BPBD propinsi jawa tengah sebagai upaya antisipasi
diperlukannya bantuan logistik, makanan dan lain-lain.
5. PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk
penambahan titik sambung ke listrik di unit-unit yang diperlukan agar
pelayanan yang diberikan tetap optimal.
6. TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telpon
internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana,
terutama untuk membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin
berhubungan dengan negara asalnya. Sambungan telepon juga diperlukan
untuk membuka akses internet guna memberikan informasi tentang bencana
yang terjadi.
7. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah : Laporan kepada dinas kesehatan
proponsi jawa tengah menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini
menjadi jembatan bagi diupayakannya mobilisasi bantuan baik dari dinas
kesehatan propinsi melalui Pusat Penanggulangan Krisis Regional (PPKR)
maupun dari instansi terkait, khususnya pemda dan instansi kesehatan jejaring
lainnya.

19
BAB III
PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung
proses pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan bencana
dirumah sakit pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut :

A. Penanganan Korban
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya
untuk mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi
kejadian, proses evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul.
Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IRD.
Penanggungjawa : Ketua Tim Medical support (Ka IGD)
b
Tempat : Triase-IRD / lokasi kejadian / area berkumpul /
tempat perawatan
Prosedur :
Di lapangan:
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami
5. Transportasi korban ke IGD
Di rumah sakit (IRD):
6. Lakukan triage oleh tim medik
7. Penempatan korban sesuai hasil triage
8. Lakukan stabilisasi korban
9. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah, Kuning,Hijau)

20
10. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
11. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.

B. Pengelolaan Barang Milik Pasien


Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun
tertukar. Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh
koordinator tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas
di forensik.
Tempat : Ruang Triage-IGD
Penanggungjawab : Kepala Ruangan Triage IGD
Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban.
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban
dengan menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di lemari/
loker terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien
sendiri maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan kepada
Ka Sub Bag Humas dengan menandatangani dokumen serah terima,
selanjutnya ka Sub Bag Humas menghubungi pasien maupun keluarganya.
Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil, maka barang tersebut
diserahkan oleh Ka Bag Hukum.

C. Pengosongan Ruangan dan Pemindahan Pasien


Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan
untuk menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus
dipindahkan ke ruangan yang sudah ditentukan (lihat bahasan pengosongan
ruangan).

21
Tempat : Area Titik Kumpul
Penanggungjawab : Ka. Bidang Keperawatan
Prosedur :
1. Manager Keperawatan menginstruksikan kepala ruangan yang dimaksud
untuk mengosongkan ruangan.
2. Kepala Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan
pasiennya.
3. Kepala Ruangan dan Wakil serta Perawat Primer menjelaskan pada pasien/
keluarganya alasan pengosongan ruangan.
4. Kepala Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada system
billing.
5. Kepala Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka. Bidang
Keperawatan.

D. Pengelolaan Makanan Korban dan Petugas


Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya dikoordinir
oleh Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala
ruangan maupun penanggungjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan
memperhitungkan sejumlah makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban
baru maupun petugas baru/relawan.
Tempat : Instalasi Gizi dan Posko Donasi (Makanan)
Penanggungjawab : Ka Instalasi Gizi
Prosedur :
1. Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah korban dan petugas yang ada ke
ruangan/posko sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu makan.
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan/
posko.

22
3. Instalasi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan posko
donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan/ dapat
didistribusikan.

E. Pengelolaan Tenaga Rumah Sakit


Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat penanganan
bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan
serta pengelolaannya saat situasi bencana.
Tempat : Bagian SDM
Penanggungjawab : Manager HRD
Prosedur :
1. Manager SDM menginstruksikan Ka Bidang/ Bagian/ Ka Instalasi yang
terkait untuk kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/ volunteer dari
luar RS.
3. Dokumentasikan semua staf yang bertugas untuk setiap shift.

F. Pengendalian Korban Bencana dan Pengunjung


Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS
ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian pula
korban diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat berkumpul yang
ditentukan.
Tempat : Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul
terbuka
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Pengamanan
Prosedur :
1. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasi agar
korban dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Perintahkan Ka. Ruangan terkait untuk memindahkan korban.
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.

23
G. Koordinasi Dengan Instansi Lain
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana
maupun efek dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis
bencana yang terjadi. Instansi terkait yang dimaksud adalah Satkorlak, Dinas
Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM, PLN,
TELKOM, PMI, dan RS Jejaring, Intitusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan
PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggungjawab : Komandan RS
Prosedur :
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang
sedang dialami serta bantuan yang diperlukan.
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Provinsi,
Kabupaten/ Kota dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan
atau organisasi profesi.

H. Pengelolaan Obat dan Bahan/ Alat Habis Pakai


Penyediaan obat dan bahan/ alat habis pakai dalam situasi bencana
merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan
kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/ alat habis
pakai sebagai penunjang pelayanan korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Farmasi
Prosedur :
1. Menyiapkan persediaan obat & bahan/ alat habis pakai untuk keperluan
penanganan korban bencana.
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan/ alat abis pakai sesuai dengan
permintaan unit pelayanan.

24
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat &
bahan/ alat habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Propinsi
dan atau Departemen Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan/ alat habis pakai kepada LSM/ lembaga donor adalah
pilihan terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan,
buatkan kriteria dan persyaratannya.
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan/ alat habis pakai.
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian.
7. Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait apabila telah
kadaluwarsa dan atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan.

I. Pengelolaan Volunteer (Relawan)


Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana.
Individu/ kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya
dicatat dan diregistrasi secara baik oleh Bagian SDM, untuk selanjutnya
diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan sesuai dengan jenis ketenagaan
yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggungjawab : Manager HRD
Prosedur :
1. Lakukan rapid assessment untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah tenaga
yang diperlukan.
2. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan.
3. Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan keterampilan
yang dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar (identitas organisasi
profesi).
4. Dokumentasikan seluruh data relawan.
5. Buatkan tanda pengenal resmi /name tag.
6. Informasikan tugas dan kewajibannya.

25
7. Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya.
8. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan/ unit dimaksud.
9. Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari.
10. Siapkan penghargaan/ sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas

J. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggungjawab : Ka. Instalasi HS
Prosedur :
1. Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah medis dan
non medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Catat dan laporkan pemakaian bahan bakar dan jumlah sampah medis yang
dibakar serta kualitas hasilnya.
3. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk pengolahan sampah dan
limbah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan sampah
umum dengan petugas ruangan.

K. Pengelolaan Donasi
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik
berupa obat, bahan/ alat habis pakai, makanan, alat medis/ non medis, makanan,
maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggungjawab : Manager Umum
Prosedur :
1. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat,
makanan, barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tanggal kedaluarsa.

26
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggung jawab :
a. Obat dan bahan/ alat habis pakai ke Ka. Instalasi Farmasi
b. Makanan/ minuman ke Ka Instalasi Gizi
c. Barang medis/ non medis ke Ka Bag Rumah Tangga
d. Uang ke Ka Sub Bagian Mobilisasi Dana
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi ( yang masuk, yang
didistribusikan dan sisanya) kepada Pos Komando
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh
kepala ruangan atas sepengetahuan ketua manajemen support.

L. Pengelolaan Listrik, Telepon dan Air


Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan
telpon saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang
melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di rumah sakit.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggungjawab : Ka. Instalasi IPSRS
Prosedur :
1. Pastikan sistem berfungsi dengan baik dan aman.
2. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan aman.
3. Siapkan penambahan line telpon untuk SLI maupun sambungan keluar
lainnya.
4. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air bersih dan
hindari kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan.
5. Lakukan koordinasi dengan Instansi terkait (PLN, PT TELKOM, PDAM)
untuk menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan listrik,
telpon, maupun Air.
6. Distribusikan kebutuhan listrik, telpon dan air ke area yang membutuhkan.
7. Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
8. Lakukan monitoring secara rutin.

27
M. Pengamanan Keamanan
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area-area transportasi
korban dari lokasi ke titik kumpul, pengamanan sekitar Triage dan titik kumpul
pada umumnya serta pengamanan pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan.
Tempat : Alur masuk ambulance ke titik kumpul, seluruh unit
pelayanan dan pos
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Pengamanan
Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan.
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian dan pecalang.
3. Atur dan Arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana
internal.
4. Lakukan kontrol rutin dan teratur.
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.

N. Penglolaan Informasi
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik
korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban dan status
evakuasi ke luar rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan
fasilitas yang diperlukan untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggungjawab : Ka. Bag Hukum dan Humas
Prosedur :
1. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan alamat/
asal negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi
dan lengkapi dengan data tindakan yang telah dilakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama (jam 08.00 dan jam
20.00) dan 24 jam untuk hari-hari berikutnya (jam 08.00).
3. Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.

28
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana
dan diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos
informasi.

O. Jumpa Pers
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan digunakan
pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang menghadiri press release
adalah Direktur Utama sebagai Komandan RS, Komandan Bencana, Ketua Medikal
support, dan Ketua manajement support.
Tempat : Posko Penanggulangan Bencana
Penanggungjawab : Humas RS
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari setiap jam 11.00 WIB untuk 5 hari
pertama, dua hari sekali untuk hari berikutnya dan seterusnya bilamana
dipandang perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adanya jumpa pers dilakukan
oleh Ka Bag Hukum dan Humas.
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan
pada jumpa pers kepada Direktur Utama.
4. Jumpa pers dipimpin oleh Komandan Rumah Sakit

P. Pengelolaan Media
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam
disekitar rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit
pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga
internasional sehingga perlu dikelola dengan baik.
Tempat : Posko Penanggulangan Bencana
Penanggungjawab : Humas RS
Prosedur :

29
1. Registrasi dan berikan kartu identitas semua media serta wartawan yang
datang.
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi.
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan rumah sakit untuk
pengaturannya.
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu
identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.

Q. Pengelolaan Rekam Medis


Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis
sesuai dengan prosedur yang berlaku di RS. Pada rekam medis diberikan tanda
khusus untuk mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : Ruang Admisi IGD
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Siapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan
kedatangan korban.
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medik.
3. Registrasi semua korban pada system billing setelah dilakukan penanganan
emergency.

R. Identifikasi Korban
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID yang
dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan
tindakan life saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang
bersangkutan.
Tempat : Ruang Admisi IGD
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Rekam Medik

30
Prosedur :
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat
masuk ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah,
serta dibuatkan rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label ID.

S. Pengelolaan Tamu/ Kunjungan


Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan pelayanan
terhadap korban dilakukan berupa kunjungan formal/ non formal kenegaraan
ataupun oleh institusi, LSM, partai politik maupun perseorangan. Pengelolaannya
diatur untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan mengupayakan privacy
korban. Tamu kenegaraan dari negara lain maupun tamu kenegaraan RI dan tamu
Gubernur akan didampingi oleh direktur Utama dan para Direktur. Tamu dari
organisasi partai politik, LSM, Institusi, LSM, dll diterima dan didampingi oleh
Direktur RS.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggungjawab : Humas RS
Prosedur :
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada Bagian Humas RS.
2. Hubungi Direktur Utama dan para Direktur, Dewan Pengawas, Pejabat
Struktural terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau
tamu yang akan hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan lainnya (makanan/ minuman)
bila dibutuhkan.
4. Siapkan informasi/ data korban dan perkembangannya, data kesiapan rumah
sakit dan proses pelayanannya.
5. Koordinasi ke Ka Instalasi Pengamanan Rumah Sakit untuk persiapan
pengamanannya.
6. Koordinasikan Ka Bagian CS untuk kebersihan unit terkait.
7. Siapkan dokumentasi team dokumentasi RS

31
T. Pengelolaan Jenazah
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan
menentukan jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah
dilakukan di kamar jenazah.
Tempat : Kamar Jenazah
Penanggungjawab : Ka. Ruang Jenazah
Prosedur :
1. Registrasi semua jenazah korban bencana yang masuk ke RS melalui kamar
jenazah
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan sebab
kematian.
3. Identifikasi korban sesuai dengan guide line dari DVI-Interpol.
4. Siapkan surat-surat yang diperlukan untuk identifikasi, penyerahan ke
keluarga, pengeluaran jenazah dan evakuasi dari rumah sakit serta sertifikat
kematian
5. Buat laporan jumlah dan status jenazah kepada ketua medical support dan pos
pengolahan data.

U. Evakuasi Korban Keluar RS


Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan negara
yang bersangkutan atau atas permintaan keluarga seringkali pasien/ korban pindah
ataupun keluar dari RSU Islami Mutiara Bunda untuk dilakukan perawatan di
rumah sakit tertentu di luar RSU Islami Mutiara Bunda. Perpindahan/ evakuasi
korban ini dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun negara
yang bersangkutan bila korban adalah warga negara asing. Kelengkapan dokumen
medik serta persetujuan keluarga/ negara ybs diperlukan untuk pelaksanaan proses
evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggungjawab : Ka. IGD dan Yanmed

32
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga/ negara
yang bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan.
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/ Rumah Sakit
penerima.
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi.
4. Siapkan ambulans sesuai standar untuk evakuasi pasien.
5. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi.

33
BAB IV
BENCANA INTERNAL

Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Umum Islami Mutiara


Bunda adalah : kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat
berbahaya, kejadian luar biasa penyakit menular, penanganan tiap-tiap jenis bencana
adalah sebagai berikut :
A. Kebakaran
Pada saat terjadi kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi
adalah : luka bakar, trauma, sesak nafas, histeria (gangguan psikologis) dan korban
meninggal dunia.
Langkah-langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkan korban ke tempat yang aman
2. Hubungi petugas satpam dan diminta untuk menghubungi petugas kebakaran
bahwa :
- Ada kode merah (red code)
- Lokasi kebakaran
- Sebutkan nama pelapor
3. Jika memungkinan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
4. Padamkan api jika memungkinan dan jangan mengambil resiko.
Bila terjadi kebakaran harus selalu ingat :
1. Kejadian kebakaran harus selalu dilalaporkan
2. Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga darurat dan jangan gunakan lift.
3. Biarkan lampu menyala untuk penerangan
4. Matikan alat-alat lain seperti : mesin anastesi, suction, dan alat elektronik yang
lainnya
5. Tetap tenang dan jangan panik
6. Tempat yang rendah memiliki udara yang bersih.
Agar proses penganggulangan berjalan dengan baik, maka kita harus tahu :
1. Tempat menaruh APAR dan cara menggunakannya.

34
2. Nomor pemadam kebakaran (telp.0283672858)
3. Jalur evakuasi dan pintu darurat
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi/hari kerja dan ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali/mengkoordinir bila terjadi bencana.

B. Gempa Bumi
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah: Trauma, sesak
nafas, luka bakar dan meninggal.
Penanganan bila terjadi gempa bumi
Jika gempa bumi mengguncang secara tiba-tiba berikut petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan.
 Di dalam ruangan : menunduklah, lindungi kepada anda dan bertahan
ditempat aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat.
Tetap didalam ruangan sampai goncangan tersebut berhenti setelah yakin telah
aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa di
mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.
 Diluar gedung : cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel
(titik kumpul). Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau
korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.

C. Kecelakaan Oleh Karena Zat Berbahaya


Kecelakaan oleh karena zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan
atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat zat yang
bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi
adalah : keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan:
1. Keamanan adalah yang utama

35
2. Isolasi areal apabila terjadi tumpahan
3. Apabila kecelakaan yang berhubungan dengan gas beracun atau sejenisnya,
evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin
dilokasi kejadian.
4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah
sakit
5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan
tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda pernah
mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocoran
zat-zat berbahaya.

D. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit


Kejadian luar biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.”
(Peraturan Menteri Kesehatan No.949/Menkes/SK/VIII/2004).
Kriteria KLB penyakit adalah :
1. Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada disuatu daerah.
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun
sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :
1. Catat dan laporkan jumlah kejadian/penyakit yang terjadi diruangan kepada
direktur medik dan keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke
pengamat keperawatan bila diluar jam kerja
2. Tingkatkan standard precaution untuk mencegah penularan ke pasien lain atau
ke petugas kesehatan.
3. Komite pencegahan dan pengendalian infeksi melakukan investigasi untuk
mengetahui penyebab terjadinya KLB dan membuat rekomendasi rencana
tindak lanjut.

36
E. Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Makanan Massal
Kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan massal adalah suatu kejadian
kesakitan/kematian yang disebabkan keracunan makanan dengan jumlah korban
yang cukup banyak dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria keracunan makanan massal adalah :
1. Timbulnya korban keracunan dalam jumlah banyak (lebih dari separuh jumlah
pasien dalam satu ruang)
2. Adanya penambahan jumlah korban keracunan pada periode yang sama.
Tindakan yang harus dilaporkan jika terjadi KLB Keracunan makanan
massal:
1. Catat dan laporkan jumlah kejadian/ keracunan yang terjadi diruangan kepada
kepala bidang keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke perawat
supervisi bila diluar jam kerja.
2. Kepala instalasi sanitasi melakukan investigasi untuk mengetahui terjadinya
KLB keracunan makanan massal dan membuat rekomendasi untuk mengambil
tindakan selanjutnya.
3. Komandan RS melaporkan kepada Dinas Kesehatan.

37

Anda mungkin juga menyukai