(HDP)
Penyusun
K3RS RSU Islami Mutiara Bunda
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana.
Stigma Indonesia adalah super market bencana nampaknya tidak berlebihan,
tahun 2007 sampai dengan tahun 2020, bencana alam seringkali terjadi di
bumi Indonesia tercinta. Bencana alam menjadi bagian tak terpisahkan dari
nadi kehidupan masyarakat Indonesia, baik bencana alam teknonik, vulkanik
maupun bencana banjir, tanah longsor. Begitu pula bencana yang diakibatkan
ulah manusia seperti berbagai kecelakaan sarana transportasi, bencana
kelaparan dan konflik bernuansa sara kerap terjadi belakangan ini. Fenomena
ini semakin sering terjadi tanpa dapat diduga kapan datangnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana antara lain
kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman
sosial budaya, ekonomi dan situasi politik. Secara geografis wilayah
Indonesia berada pada pertemuan empat lempeng tektonik lapis bumi.
Lempeng ini selalu bergerak sehingga menyebabkan pergeseran permukaan
lempeng bumi. Disamping itu wilayah Indonesia juga merupakan rangkaian
cincin api (ring of fire), dimana terdapat kurang lebih 130 gunung api aktif,
dan lebih dari 80 gunung api tidak aktif. Kondisi ini menegaskan bahwa
secara geografis Indonesia berada di atas zona bahaya bencana. Hal yang
tidak kalah penting yaitu Indonesia memiliki lebih dari 5.000 sungai besar
dan kecil yang juga berpotensi menimbulkan ancaman bencana.
Sementara itu dari aspek keragaman sosial budaya, ekonomi dan situasi
politik, Indonesia terdapat 5 Agama yang diakui Negara dengan berbagai
aliran/golongan. Kondisi sosial budaya yang beragam dengan adat istiadat
berbeda beda dan tersebar. Kondisi ekonomi yang belum merata serta peta
politik yang dinamis, berpotensi menimbulkan kerawanan sosial dan bencana
sosial.
3
Khusus mengenai Provinsi Jawa Barat sendiri merupakan salah satu
wilayah yang tidak lepas dari kerawanan bencana. Banyak gugusan gunung
api aktif maupun tidak aktif berpotensi memicu terjadinya bencana alam
gunung berapi. Jawa Tengah juga terdapat banyak waduk dan sungai besar
maupun kecil yang kondisinya banyak mengalami pendangkalan sehingga
berpotensi mengakibatkan banjir. Dari aspek sosial budaya, Jawa Tengah
terdiri dari berbagai suku, adat dan budaya serta agama atau aliran
kepercayaan. Semuanya itu berpotensi menimbulkan kerawanan bencana
sosial.
4
Penyakit menular yang potensial terjadi di Jawa Barat adalah diare,
demam berdarah, serta untuk yang paling baru adalah maslah
pandemic covid 19
e. Keracunan Makanan/ KLB
Keracunan yang potensial terjadi di RS adalah muntah, demam
akibat makanan yang kurang higienis terkontaminasi. Detail respon
penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal
Keracunan Makanan.
2. Bencana Eksternal
Bencana eksternal adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit
yang berdampak pada rumah sakit. RS Karisma Cimareme sebagai
rumah sakit tipe C yang berada di KBB , sangat memungkinkan untuk
menerima korban bencana eksternal (Intra Hospital Service) maupun
memberikan bantuan dengan mengirimkan tim kesehatan terhadap
korban bencana keluar rumah sakit (Pra Hospital Service) di wilayah
Bandung bagian barat. Potensi bencana eksternal yang berdampak
kepada rumah sakit adalah : ledakan/ bom, kecelakaan transportasi,
keracunan massal, gempa bumi, banjir bandang, angin puting beliung,
kebakaran, tanah longsor, wabah dan letusan gunung berapi.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan
bencana di rumah sakit diaktifkan, antara lain :
a. Pusat komando diaktifkan oleh Komando Bencana
b. Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di IGD, sedangkan
korban meninggal langsung ke Pemulasaran Jenazah.
c. Semua korban diseleksi sesuai triase di teras IGD
d. Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu
lintas di sekitar rumah sakit. Alur masuk serta keluar IGD akan
diatur melalui sistem lalu lintas lingkar dalam rumah sakit dengan
penjagaan ketat.
e. Pengunjung diarahkan ke pusat informasi kehumasan untuk
informasi korban
5
f. Petugas tambahan akan dikontak oleh masing – masing
penanggungjawab
g. Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada
situasi penanganan korban bencana tanpa ijin dari Komandan
Bencana
h. Semua media/ informasi kepada pers hanya melalui Komandan
Rumah Sakit (Direktur) selanjutnya informasi diperoleh dari
Komandan Bencana. Ruang pertemuan dipersiapkan untuk jumpa
pers.
i. Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan
kebutuhan lainnya menggunakan form yang ada. Gudang dan
farmasi dibuka sesuai keperluan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan.
j. Pasien non disaster yang berada di IGD tetap mendapatkan
pelayanan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
k. Komunikasi dan informasi untuk situasi yang terbaru akan
disampaikan pada keluarga/ yang berkepentingan.
C. Tujuan
1. Menyiapkan Rumah Sakit dalam penanggulangan bencana
2. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu
cepat.
3. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas (psikologis, sosial), pasien
dan pengunjung/ tamu.
4. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana, tanggap darurat dan
pemulihan, serta tahap kembali ke fungsi normal
5. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar
kualitas pelayanan tertentu.
6
3. Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
4. Kartu instruktur kerja
5. Kartu identitas
6. Disaster kit
7. Buku pedoman
7
BAB II
KESIAPSIAGAAN
8
A. Sturktur Organisasi Penanganan Bencana
Penanggung Jawab
dr. Bisri Agus Setiawan
Ketua
Suparyanto, S.Kar
Sekretaris
Efrida Nuraeni, STr.Kes
Komunikasi & Transportasi Logistik Umum Teknik & Sarpras Diklat K3/ Disaster
Fiki Rinaldi, S.Kom Mustofa Kamal, S.Ag Fajar Nurmansyah Kiki Cuheni, Amd.Keb
Komari
9
SUSUNAN TIM OPERASIONAL TANGGAP BENCANA RS KARISMA CIMAREME
Penanggung Jawab
Drg Riva Aradi
Koordinator
Andri Bagja Koswara
Logistik Umum
Komunikator Lia Komunikasi & Transportasi Teknik & Sarpras
Erni Kadariah Yanti Refian Fahmi
Harun
Logistik Farmasi
Kebakaran & Keamanan
Ardi , S.Farm.Apt
Revi
10
STRUKTUR TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
Ketua
Andri Bagja Koswara
Wakil
Revi
Seksi Hydrant Seksi APAR Seksi Pengamanan Dokumen Seksi Evakuasi Pasien Seksi Pengamanan Alkes
FAHMI IGD
WANDI HARI KASOMI
ROHIMAN REIDZA OK DIBAWAH TANGGUNG JAWAB PEMEGANG HELM BIRU DI SETIAP UNIT
RUDI DIBAWAH 2.DIBAWAH
TANGGUNG JAWAB PEMEGANG
AJAT Iskandar TANGGUNG
HELM KUNING JAWAB
DI SETIAP UNITPEMEGANG HELM KUNING DAN PUTIH DI
YAYAN DEVA
MISNA
11
B. Uraian Tugas
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh setiap tim dan personal dalam sistem penanganan bencana di Rumah
Sakit sesuai dengan struktur yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat
terjadinya situasi bencana baik di dalam rumah sakit maupun penanganan korban
bencana dari luar rumah sakit oleh Komandan Rumah Sakit atau Pimpinan Disaster.
1. Pimpinan Disaster
Pada saat jam dinas kantor yang bertindak sebagai pimpinan disaster
adalah Manajer Umum rumah sakit, dan di luar jam kantor yang bertindak
sebagai pimpinan disaster adalah Kepala Jaga yang bertugas saat itu sebagai
pengganti direktur rumah sakit.
Berwenang :
a. Menentukan keadaan bencana
b. Menentukan tingkat siaga
c. Memobilisasi Tenaga
Bertugas :
a. Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas
menanggulangi bencana.
b. Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang
perlu, setelah berkonsultasi dengan direktur Rumah Sakit.
2. Tim Evakuasi
Terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan
keuangan
Bertugas :
a. Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit
menyelamatkan diri.
b. Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien.
12
3. Tim Keamanan
Adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit.
Bertugas :
a. Mengamankan lokasi bencana dari orang-orang yang tidak
bertanggungjawab.
b. Mengamankan jalur lalulintas ambulan, tenaga medis, dokumen-dokumen,
dan harta benda.
c. Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit.
4. Tim Medis
Dipimpin oleh kepala ruang IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh
perawat IGD.
Berwenang :
a. Menentukan kondisi kegawatdarurat korban.
b. Menentukan penanganan lanjut untuk para korban, misalnya dirujuk atau
tidak.
c. Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban.
Bertugas:
Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana.
5. Tim Logistik Umum
Adalah petugas kepala logistik
Bertugas :
Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan
oleh petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu.
6. Tim Penunjang
Tim Penunjang ini terdiri dari :
a. Penunjang medik yaitu radiologi, farmasi, laboratorium, ambulan, rekam
medis yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai
bidangnya.
b. Penunjang Umum yaitu petugas teknik akan memberikan bantuan
penunjang yang sifatnya umum seperti mengamanan kelistrikan agar tetap
13
berfungsi dan dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan dan
bantuan komunikasi, serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat
bencana.
7. Tim Khusus
Adalah petugas / perawat di Kamar Operasi
a. Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan
maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara, maka petugas kamar
operasi bertugas :
Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi
petugas tekhnik.
Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi
bencana.
Petugas Kamar Operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi
dan mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak
memungkinkan lagi.
b. Bila tidak ada operasi/operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan
dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan.
c. Bila Korban bencana dari luar Rumah Sakit, maka perawat Kamar Operasi
berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi, baik kamar
operasi yang akan digunakan, tim oparasi yaitu dokter anastesi dan dokter
operator, dll, bagi korban yang memerlukan tindakan operasi segera.
d. Perawat OK dapat dalam keadaan stand by di tempat atau bila diperlukan
perawat OK dapat menjemput korban yang telah tiba di IGD rumah sakit.
14
C. Aktifasi Sistem Bencana
Komandan bencana
15
Area P1 Area PARKIR DEPAN
Area PERKANTORAN Area PARKIR P2
E. Garis Komunikasi
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah :
1. Aktivasi sistem penanganan bencana rumah sakit (code purple)
2. Menyiapkan pos komando
3. Menyiapkan SDM
4. Menyiapkan logistic
5. Menyiapkan alur evakuasi, titik kumpul penampungan korban yang aman
6. Jika diperlukan menyiapkan lokasi dekontaminasi
7. Melakukan pendataan pasien dan pengiriman pasien
8. Menetapkan masa pengakhiran penanganan bencana
9. Menyiapkan fasilitas komunikasi didalam dan di luar Rumah Sakit
10. Menangani masalah pemberitaan media dan informasi bagi korban
11. Menyediakan fasilitas transportasi untuk petugas dan korban.
Agar tim penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun
eksternal maka semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa rompi
warna hijau untuk personal sebagai berikut :
1. Komandan RS
2. Komandan bencana
3. Ketua medical support
4. Ketua manajemen support
5. Tim medis
6. Ketua pos
7. Ketua tim dibawah menejemen support
16
F. Pengaturan Lalu Lintas
Pengaturan lalu lintas Rumah Sakit pada saat terjadi bencana ditentukan
berdasarkan jenis bencana yang terjadi, apakah bencana eksternal atau internal.
1. Bencana Eksternal
Pada kejadian eksternal, maka RS KARISMA memberikan dukungan
eksternal dan internal.
a. Menyiapkan daerah triase dan rambu-rambu
b. Menyiapkan peralatan pertolongan dari peralatan emergency kit sampai
peralatan terapi defentif
c. Menyiapkan fasilitas logistic seperti makanan dan minuman, obat-
obatan, pakaian dan transportasi
d. Menyiapkan SDM sesuai dengan standar pelayanan dan kompetensi
e. Menyiapkan prosedur-prosedur khusus dalam pelayanan medis.
f. Menyiapkan ruangan khusus bagi pasien covid
2. Bencana Internal
Pada kejadian internal, maka RS KARISMA memberikan dukungan
pelayanan medis (medical support) dan manajerial (managerial support)
mencakup :
a. Medical support :
Menyiapkan daerah triase, lanel dan rambu-rambu
Menyiapkan peralatan pertolongan dari peralatan emergency kit
sampai peralatan terapi defentif
Menyiapkan fasilitas logistic seperti makanan dan minuman, obat-
obatan, pakaian dan transportasi
Menyiapkan SDM sesuai dengan standar pelayanan dan kompetensi
Menyiapkan prosedur-prosedur khusus dalam pelayanan medis.
b. Managerial support :
Menyiapkan pos komando
Menyiapkan SDM
Menyiapkan logistik
17
Menyiapkan alur evakuasi, titik kumpul penampungan korban yang
aman
Jika diperlukan menyiapkan lokasi dekontaminasi
Melakukan pendataan pasien dan pengiriman pasien
Menetapkan masa pengakhiran penanganan bencana
Menyiapkan fasilitas komunikasi didalam dan di luar Rumah Sakit
Menangani masalah pemberitaan media dan informasi bagi korban
Menyediakan fasilitas transportasi untuk petugas dan korban.
18
3. Kepolisian : pengaturan keamanan ketertiban dan lalu lintas menuju dan keluar
Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda khususnya akses menuju ke IGD
dan jalan keluar menuju Rumah Sakit Umum Islami Mutiara Bunda pada saat
terjadi bencana.
4. Badan Penanggulanga Bencana Deerah (BPBD) : kejadian bencana
dikoordinasikan kepada BPBD propinsi jawa tengah sebagai upaya antisipasi
diperlukannya bantuan logistik, makanan dan lain-lain.
5. PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk
penambahan titik sambung ke listrik di unit-unit yang diperlukan agar
pelayanan yang diberikan tetap optimal.
6. TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telpon
internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana,
terutama untuk membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin
berhubungan dengan negara asalnya. Sambungan telepon juga diperlukan
untuk membuka akses internet guna memberikan informasi tentang bencana
yang terjadi.
7. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah : Laporan kepada dinas kesehatan
proponsi jawa tengah menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini
menjadi jembatan bagi diupayakannya mobilisasi bantuan baik dari dinas
kesehatan propinsi melalui Pusat Penanggulangan Krisis Regional (PPKR)
maupun dari instansi terkait, khususnya pemda dan instansi kesehatan jejaring
lainnya.
19
BAB III
PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung
proses pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan bencana
dirumah sakit pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut :
A. Penanganan Korban
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya
untuk mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi
kejadian, proses evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul.
Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IRD.
Penanggungjawa : Ketua Tim Medical support (Ka IGD)
b
Tempat : Triase-IRD / lokasi kejadian / area berkumpul /
tempat perawatan
Prosedur :
Di lapangan:
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami
5. Transportasi korban ke IGD
Di rumah sakit (IRD):
6. Lakukan triage oleh tim medik
7. Penempatan korban sesuai hasil triage
8. Lakukan stabilisasi korban
9. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah, Kuning,Hijau)
20
10. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
11. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.
21
Tempat : Area Titik Kumpul
Penanggungjawab : Ka. Bidang Keperawatan
Prosedur :
1. Manager Keperawatan menginstruksikan kepala ruangan yang dimaksud
untuk mengosongkan ruangan.
2. Kepala Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan
pasiennya.
3. Kepala Ruangan dan Wakil serta Perawat Primer menjelaskan pada pasien/
keluarganya alasan pengosongan ruangan.
4. Kepala Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada system
billing.
5. Kepala Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka. Bidang
Keperawatan.
22
3. Instalasi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan posko
donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan/ dapat
didistribusikan.
23
G. Koordinasi Dengan Instansi Lain
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana
maupun efek dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis
bencana yang terjadi. Instansi terkait yang dimaksud adalah Satkorlak, Dinas
Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM, PLN,
TELKOM, PMI, dan RS Jejaring, Intitusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan
PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggungjawab : Komandan RS
Prosedur :
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang
sedang dialami serta bantuan yang diperlukan.
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Provinsi,
Kabupaten/ Kota dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan
atau organisasi profesi.
24
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat &
bahan/ alat habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Propinsi
dan atau Departemen Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan/ alat habis pakai kepada LSM/ lembaga donor adalah
pilihan terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan,
buatkan kriteria dan persyaratannya.
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan/ alat habis pakai.
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian.
7. Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait apabila telah
kadaluwarsa dan atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan.
25
7. Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya.
8. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan/ unit dimaksud.
9. Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari.
10. Siapkan penghargaan/ sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas
K. Pengelolaan Donasi
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik
berupa obat, bahan/ alat habis pakai, makanan, alat medis/ non medis, makanan,
maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggungjawab : Manager Umum
Prosedur :
1. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat,
makanan, barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tanggal kedaluarsa.
26
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggung jawab :
a. Obat dan bahan/ alat habis pakai ke Ka. Instalasi Farmasi
b. Makanan/ minuman ke Ka Instalasi Gizi
c. Barang medis/ non medis ke Ka Bag Rumah Tangga
d. Uang ke Ka Sub Bagian Mobilisasi Dana
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi ( yang masuk, yang
didistribusikan dan sisanya) kepada Pos Komando
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh
kepala ruangan atas sepengetahuan ketua manajemen support.
27
M. Pengamanan Keamanan
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area-area transportasi
korban dari lokasi ke titik kumpul, pengamanan sekitar Triage dan titik kumpul
pada umumnya serta pengamanan pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan.
Tempat : Alur masuk ambulance ke titik kumpul, seluruh unit
pelayanan dan pos
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Pengamanan
Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan.
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian dan pecalang.
3. Atur dan Arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana
internal.
4. Lakukan kontrol rutin dan teratur.
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.
N. Penglolaan Informasi
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik
korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban dan status
evakuasi ke luar rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan
fasilitas yang diperlukan untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggungjawab : Ka. Bag Hukum dan Humas
Prosedur :
1. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan alamat/
asal negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi
dan lengkapi dengan data tindakan yang telah dilakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama (jam 08.00 dan jam
20.00) dan 24 jam untuk hari-hari berikutnya (jam 08.00).
3. Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
28
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana
dan diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos
informasi.
O. Jumpa Pers
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan digunakan
pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang menghadiri press release
adalah Direktur Utama sebagai Komandan RS, Komandan Bencana, Ketua Medikal
support, dan Ketua manajement support.
Tempat : Posko Penanggulangan Bencana
Penanggungjawab : Humas RS
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari setiap jam 11.00 WIB untuk 5 hari
pertama, dua hari sekali untuk hari berikutnya dan seterusnya bilamana
dipandang perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adanya jumpa pers dilakukan
oleh Ka Bag Hukum dan Humas.
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan
pada jumpa pers kepada Direktur Utama.
4. Jumpa pers dipimpin oleh Komandan Rumah Sakit
P. Pengelolaan Media
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam
disekitar rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit
pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga
internasional sehingga perlu dikelola dengan baik.
Tempat : Posko Penanggulangan Bencana
Penanggungjawab : Humas RS
Prosedur :
29
1. Registrasi dan berikan kartu identitas semua media serta wartawan yang
datang.
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi.
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan rumah sakit untuk
pengaturannya.
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu
identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.
R. Identifikasi Korban
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID yang
dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan
tindakan life saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang
bersangkutan.
Tempat : Ruang Admisi IGD
Penanggungjawab : Ka. Instalasi Rekam Medik
30
Prosedur :
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat
masuk ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah,
serta dibuatkan rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label ID.
31
T. Pengelolaan Jenazah
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan
menentukan jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah
dilakukan di kamar jenazah.
Tempat : Kamar Jenazah
Penanggungjawab : Ka. Ruang Jenazah
Prosedur :
1. Registrasi semua jenazah korban bencana yang masuk ke RS melalui kamar
jenazah
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan sebab
kematian.
3. Identifikasi korban sesuai dengan guide line dari DVI-Interpol.
4. Siapkan surat-surat yang diperlukan untuk identifikasi, penyerahan ke
keluarga, pengeluaran jenazah dan evakuasi dari rumah sakit serta sertifikat
kematian
5. Buat laporan jumlah dan status jenazah kepada ketua medical support dan pos
pengolahan data.
32
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga/ negara
yang bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan.
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/ Rumah Sakit
penerima.
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi.
4. Siapkan ambulans sesuai standar untuk evakuasi pasien.
5. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi.
33
BAB IV
BENCANA INTERNAL
34
2. Nomor pemadam kebakaran (telp.0283672858)
3. Jalur evakuasi dan pintu darurat
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi/hari kerja dan ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali/mengkoordinir bila terjadi bencana.
B. Gempa Bumi
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah: Trauma, sesak
nafas, luka bakar dan meninggal.
Penanganan bila terjadi gempa bumi
Jika gempa bumi mengguncang secara tiba-tiba berikut petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan.
Di dalam ruangan : menunduklah, lindungi kepada anda dan bertahan
ditempat aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat.
Tetap didalam ruangan sampai goncangan tersebut berhenti setelah yakin telah
aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa di
mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.
Diluar gedung : cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel
(titik kumpul). Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau
korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
35
2. Isolasi areal apabila terjadi tumpahan
3. Apabila kecelakaan yang berhubungan dengan gas beracun atau sejenisnya,
evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin
dilokasi kejadian.
4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah
sakit
5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan
tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda pernah
mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocoran
zat-zat berbahaya.
36
E. Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Makanan Massal
Kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan massal adalah suatu kejadian
kesakitan/kematian yang disebabkan keracunan makanan dengan jumlah korban
yang cukup banyak dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria keracunan makanan massal adalah :
1. Timbulnya korban keracunan dalam jumlah banyak (lebih dari separuh jumlah
pasien dalam satu ruang)
2. Adanya penambahan jumlah korban keracunan pada periode yang sama.
Tindakan yang harus dilaporkan jika terjadi KLB Keracunan makanan
massal:
1. Catat dan laporkan jumlah kejadian/ keracunan yang terjadi diruangan kepada
kepala bidang keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke perawat
supervisi bila diluar jam kerja.
2. Kepala instalasi sanitasi melakukan investigasi untuk mengetahui terjadinya
KLB keracunan makanan massal dan membuat rekomendasi untuk mengambil
tindakan selanjutnya.
3. Komandan RS melaporkan kepada Dinas Kesehatan.
37