2019
DAFTAR ISI
HALAMAN DOKUMEN i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
II. LATAR BELAKANG 1
III. TUJUAN UMUM 2
IV. IDENTIFIKASI BAHAYA DI RUMAH SAKIT 3
V. PENGORGANISASIAN 4
VI. STRATEGI KOMUNIKASI 5
VII. PENGELOLAAN SUMBER DAYA SAAT KEJADIAN 6
VIII. PENANGANAN BENCANA DI RS ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG 6
IX. PENGEMBALIAN KE FUNGSI NORMAL 6
X. MONITORING DAN EVALUASI
XI. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan risiko tinggi kejadian bencana alam.
Beberapa bencana alam tersebut antara lain; banjir, gempa bumi, tsunami, angin topan,
gunung berapi dan kebakaran. Disamping itu, Indonesia juga merupakan Negara yang secara
demografis dan cultural sangat kompleks, dengan tingkat ekonomi penduduk yang bervariasi.
Hal ini dapat meningkatkan kerentanan terjadinya kerusuhan social dan serangan teroris.
Sesuai dengan perubahan social budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknbologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan informasi yang demikian cepat diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih baik mengharuskan sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan
diri secara terus. Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang
ada.
Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan langsung mempunyai tujuan untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medic dan rujukan kesehatan
secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing-masing sarana pelayanan seperti
rumah sakit adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan disemua unit pelayanan, baik pada
unit pelayanan medik, pelayanan penunjang medik atau pun pada unit pelayanan administrasi
dan manajemen melalui program jaminan mutu.
Sejalan dengan Visi RS Islam Siti Khadijah Palembang menjadi Rumah Sakit unggulan
yang islami, maka diperlukan peningkatan kualitas dan mutu pelayanan.
BAB II
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik alam maupun ulah
manusia. Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi geografis,
iklim, geologis dan factor-faktor lain seperti keragaman social budaya dan politik. Rumah sakit
memegang peranan penting dalam proses penanganan, evakuasi dan perawatan korban
bencana. Namun demikian, seperti kejadian bencana di Aceh maupun beberapa daerah lain di
Indonesia, rumah sakit sering terkesan tidak mampu secara optimal dalam menanggani
bencana dengan skala besar, hal ini terkait dengan kehilangan kemampuan fungsional,
kehilangan kemampuan structural. Kekurangang dukungan medis, atau akibat manajemen
bencana yang belum berjalan secara optimal di rumah sakit.
Secara umum RS Islam Siti Khadijah Palembang telah memiliki tim medis yang siap
menangani bencana, tetapi tim medis tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan semua
unsure dirumah sakit. Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsure di rumah sakit
diperlukan sebuah pedoman yang dipahami bersama.
Oleh karena itu, perlu disusun suatu prosedur atau petunjuk manajemen bencana oleh
rumah sakit yang komprehensif dan paripurna, sehingga diharapkan rumah sakit dapat
berfungsi optimal dalam penanganan berbagai macam bencana yang diprediksi rawan terjadi.
Prosedur tersebut harus mencakup manajemen bencana yang diprediksi rawan terjadi di
wilayah sekitar rumah sakit, maupun dukungan terhadap penanganan institusi lain dan
pemerintah secara menyeluruh dalam penanganan bencana.
Manajemen penanganan bencana di RS Islam SIti Khadijah Palembang dituangkan dalam
buku pedoman yang menjelaskan tentang Struktur Organisasi dalam proses penanganan
bencana baikin ternal maupun eksternal, alur respon bencana internal dan eksternal, uraian
tugas masing-masing unit dan personal petugas, serta prosedur standar, data pendukung dan
formulir yang digunakan untuk kelengkapan data dan dokumentasi.
Pedoman ini menyediakan sistem penanganan bencana internal maupun eksternal yang
kemungkinan bias terjadi baik diinternal rumah sakit maupun eksternal rumah sakit. Kesiapan
sistem ini diuji coba melalui uji coba tahunan seluruh rencana penanggulangan bencana baik
internal maupun sebagai bagian dan dilakukan bersama masyarakat, atau uji coba sepanjang
tahun terhadap elemen kritis dari rencana yang sudah ditetapkan.
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
A. Tujuan Umum
Menyiapkan sistem tanggap efektif terhadap kondisi kedaruratan yang dapat terjadi
dirumah sakit untuk mengurangi dampak cidera, kerugian dan kehilangan nyawa yang
mengancam staf/karyawan, pengunjung, pasien dan penghuni rumah sakit lainnya.
B. Tujuan Khusus
Terciptanya sistem tanggap kondisi kedaruratan secara efektif melalui proses:
1. Menetapkan jenis kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya, ancaman dan kejadian.
2. Menetapkan peran rumah sakit dalam kejadian tersebut;
3. Strategi komunikasi pada kejadian;
4. Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber daya alternative.
5. Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternative tempat
pelayanan;
6. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf pada waktu kejadian;
7. Mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi pertentangan antara tanggung jawab
staf secara pribadi dengan tanggung jawab rumah sakit dalam hal penugasan staf untuk
pelayanan pasien.
BAB IV
IDENTIFIKASI BAHAYA DI RUMAH SAKIT
4.1.1 Kebakaran
Sumber kebakaran bias berasal dari dalam gedung bias juga terjadi diluar
gedung. Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal
Kebakaran.
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan
berbahaya yang ada di rumah sakit. Detail respon penanganannya ada pada bab
Penanganan Bencana Internal Ledakan.
A. Struktur Organisasi
Terkait penetapan peran rumah sakit dalam menanggapi situasi kedaruratan di
rumah sakit maka disusun tim penanganan bencana di rumah sakit sebagai berikut:
kOMANDAN BENCANA
(DIR YAN MED & KEP)
KABAG
TIM PRA HOSPITAL KA. RUANG IGD
KEUANGAN
TIM LOGISTIK-
OPERASIONAL
KASUBAG
RUMAH TANGGA
KEHUMASAN-
INFORMASI
TIM MEDIS
(KABID
PELAYANANN)
TIM
KEPERAWATAN
(KABID
KEPERAWATAN)
TIM UMUM
B. Uraian Tugas
1. Komandan Rumah Sakit
Bertanggung jawab kepada:Menteri Kesehatan RI berkoordinasi dengan Gubernur,
Dinar Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Walikota kota Palembang.
Bertanggung jawab untuk:mengatur pengelolaan penanganan bencana dan korban
bencana di rumah sakit.
TUGAS:
a. Member arahan kepada komandan bencana untuk pengelolaan penanganan korban.
b. Melaporkan proses penanganan bencana kepada pihak Departemen Kesehatan
maupun Pemerintah Daerah Provinsi
c. Memberikan briefing kepada komandan bencana, kedua medical support dan ketua
management support.
d. Memberikan informasi terkait proses penanganan bencana kepada pihak lain di luar
rumah sakit.
e. Mendampingi kunjungan tamu Kenegaraan, tamu Pemerintah Pusat dan Provinsi.
f. Mengkoordinasikan permintaan bantuan dalam negeri dan luar negeri.
g. Melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bencana rumah sakit.
5. Tim PraHospital
Bertanggung jawab kepada: Ketua Medical Support
Bertanggung jawab untuk: melakukan pelayanan prahospital dan evakuasi korban ke
rumah sakit.
TUGAS:
a. Melakukan triage dan RHA (rapid Health Assessment)
b. Menentukan prioritas dan melakukan evakuasi
c. Melaporkan hasil RHA:
- Jumlah korban
- Kondisi korban
- Kondisi lingkungan sekitar kepada Ketua Medical Support
6. Tim Intra Hospital
Bertanggung jawab kepada: Ketua Medical Support
Bertanggung jawab untuk: melakukan penanganan di dalam rumah sakit
TUGAS:
a. Melakukan triage dan RHA
b. Menentukan prioritas penanganan dan melakukan evakuasi ke IGD
c. Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang diperlukan pasca life saving
d. Melaporkan hasil penanganan kepada ketua medical support
Agar tim penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun eksternal, maka
semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa rompi warna hijau untuk personal sbb:
1. Komandan rumah sakit
2. Komandan bencana
3. Ketua medical support
4. Ketua management support
5. Tim medis
6. Ketua pos
7. Ketua tim dibawah manajemen keuangan.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit
diaktifkan antara lain:
- Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
- Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu diInstalasi Gawat Darurat, sedangkan korban
meninggal langsung kekamar jenazah.
- Semua korban ditriase diruangan Triase IGD
- Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu lintas disekitar rumah
sakit. Alur menuju IGD akan dijaga ketat.
- Pengunjung diarah kan ke pusat informasi kehumasan untuk informasi korban
- Petugas tambahan akan dikontak oleh masing-masing penanggung jawab.
- Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada situasi penanganan
korban bencana tanpa izin dari Komandan Bencana.
- Semua media/informasi kepada pers hanya melalui Komandan Rumah Sakit (Direktur
Utama) selanjutnya informasi diperoleh dari Komandan Bencana. Ruang pertemuan
disiapkan untuk jumpa pers.
- Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya
menggunakan form yang ada. Gudang dan farmasi dibuka sesuai keperluan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan.
- Passion non disaster yang berada di triase IGD tetap mendapatkan pelayanan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
- Komunikasi dan informasi untuk situasi yang terbaru akan disampaikan pada keluarga/yang
berkepentingan.
BAB VII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA SAAT KEJADIAN
Dalam penanganan bencana yang terjadi rumah sakit siap melakukan penanganan pasien
termasuk kesiapan sistem untuk mendukung proses penanganan tersebut. Sistem ini disusun
berupa diberlakukannya Struktur Organisasi saat aktivasi sistem penanganan bencana oleh
rumah sakit terkait pengelolaan sumber daya saat kejadian.
Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun menampung
beberapa sumber daya dan kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana sehingga
penanganan dan pengelolaannya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.
Persiapan untuk dibangunnya posko baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi
beberapa ruangan sebagai posko penanganan bencana, diaktifkannya Posko Komando sebagai
sentral aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan instansi
jejaring untuk proses penanganan korban di RS Islam Siti Khadijah Palembang.
Adapun pemanfaatan sumber daya dalam pos-pos penanganan bencana adalah sebagai
berikut:
7.1 POS KOMANDO
Tempat: ruang Kepala Ruangan Triage-IGD
Fungsi:
1. Pusat koordinasi dan komunikasi baik dengan internal maupun eksternal unit yang
dipimpin oleh Komandan Bencana. Area ini merupakan area khusus dimana hanya
petugas tertentu yang boleh masuk
2. Wadah yang melibatkan semua unsure pimpinan pengambil keputusan dan
mengendalikan bencana.
3. Tempat penyimpanan disaster kit, radio komunikasi dan peta-peta yang diperlukan
untuk koordinasi maupun pengambilan keputusan.
Lingkup kerja:
1. Pada bencana yang bersifat eksternal tetapi mengakibatkan gangguan infrastruktur
(gangguan ekonomi) maka lingkup kerjanya adalah menyelesaikan masalah pelayanan
medis dan upaya untuk dapat mengatasi masalah ekonomi dan SDM, dengan
melibatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
2. Pada disaster yang bersifat internal disaster dimana bencana terjadi di dalam rumah
sakit maka lingkup kerjanya adalah sebatas menyelesaikan masalah-masalah
pelayanan medis dan penunjangnya.
3. Pemegang kendali komunikasi medic dan non medic
Fasilitas:
- Telepon, Fax
- Computer
- Peta Area Berkumpul
- Peta ruangan perawatan pasca emergensi
- Peta Instansi Pelayanan Kesehatan di Palembang
- Peta area Hazard di rumah sakit
- White Board
- Meja Pertemuan
- Radio Komunikasi
- Emergency kit medis dan non medis
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur proses
pelayanan terhadap korban dan mengatur unsure penunjang yang mendukung proses
pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan bencana di rumah sakit
pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut:
1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak dilokasi kejadian, proses evakuasi dan
proses transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua tim medical support (ka. Instalasi IGD)
Tempat : Triage IGD/Lokasi Kejadian/Area Berkumpul/Tempat Perawatan
Prosedur penanganan :
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan.
3. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami
5. Transportasi korban ke IGD
Di rumah sakit (IGD):
1. Lakukan triage oleh trimedik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage
3. Lakukan stabilisasi korban
4. Berikan tindakan definitive sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning, Hijau)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat ditimbulkan pada saatterjadi gempa bumi adalah: trauma,
luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan jika terjadi Gempa Bumi.
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan.
- Di Dalam Ruangan: merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat
aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah di
dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar,
menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidka bias mobilisasi lindungi kepala pasien
dengan bantal.
- Di Luar Gedung: cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel.
Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
- Di Dalam Lift: jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran.
Jika anda meraskan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsihlah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan
menggunakan interphone jika tersedia.
3. ANCAMAN BOM
Ancaman bom bias tertulis dan bias juga lisan atau lewat telepon. Ancaman bom ada
dua jenis:
1. Ancaman bom yang tidak spesifik: pengancam tidak menyebutkan secara detail
tentang ancaman bom yang disampaikan
2. Ancaman bom spesifik: pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis
bom yang digunakan, kapan bom meledak, dll
Semua ancaman harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom:
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang
diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai bicara
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan HP anda untuk menghubungi orang lain
4. Hubungi satpam (ext.136) bahwa:
- Ada ancaman bom
- Tempat/ruangan yang menerima ancaman
- Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
Ancaman bom tertulis:
1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik
2. Laporkan kepada kepala ruangan bias shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon:
1. Usahakan tetap bicara dengan penelepon
2. Beri kode pada teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman
bom
Bila ada benda yang mencurigakan sebagai bom:
1. Jangan menyentuk atau memperlakukan apapun terhadap benda tersebut.
2. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim sat shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan
3. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera
4. Buka pintu dan jendela segera
5. Lakukan evakuasi sesuai prosedur
Setelah korban hidup tertangani dalam fase gawat darurat dan korban-korban meninggal telah
teridentifikasi serta kegiatan pelayanan sisa korban baik hidup maupun meninggal telah bias
ditangani dengan kapasitas normal rumah sakit, maka lakukan upaya kembali ke fungsi normal.
1. Mengembalikan semua fungsi organisasi ke fungsi pokoknya
2. Mengembalikan SDM rumah sakit ke petugas pokoknya
3. Melakukan rehabilitasi fisik maupun mental pegawai
4. Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan
Untuk mencapai maksud tersebut maka kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan adalah:
1. Dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Semua staf pegawai rumah sakit dikembalikan ke petugas pokoknya
b. Semua relawan dikembalikan ke organisasi induknya dengan pemberian ucapan terima
kasih serta piagam penghargaan bila dibutuhkan bias diberikan konseling psikologis
bagi pegawai dan relawan yang membutuhkan.
c. Lakukan rehabilitasi mental bagi masyarakat rumah sakit dengan menyelenggarakan
kegiatan keagamaan sesuai dengan petunjuk pemuka agama.
2. Sarana dan Prasarana
a. Ruang perawatan dan ruang lainnya yang dipergunakan untuk pelayanan bencana
dibersihkan dan dikembalikan ke fungsi yang normalnya.
b. Alat-alat medis dan non medis dicatat dan dikembalikan ke tempat semula
3. Debriefing
a. Lakukan pertemuan dengan seluruh komponen pelaksana baik internal maupun
eksternal membahas kegiatan yang telah dilakukan
b. Sampaikan ucapan terima kasih dan telaah pelajaran apa yang bias diambil dalam
penyelenggaraan pelayanan bencana ini dan upaya apa yang akan dilakukan untuk
penyempurnaan organisasi maupun prosedur kerja.
4. Penyusunan laporan
a. Buat laporan rumah sakit yang lengkap tentang penanganan bencana ini. Laporan
terdiri dari:
- Pendahuluan
- Kegiatan Penanggulangan Bencana
- Hasil-hasil kegiatan
- Kendala
- Kesimpulan dan saran
5. Khusus untuk laporan donasi perlu dibuat tersendiri dilaporkan ke Walikota dan Gubernur
yang mencakup secara lengkap semua donasi yang diterima baik berupa natural, uang
maupun bantuan kegiatan. Kesimpulan laporan ditempel di papan pengumuman rumah
sakit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah pengembalian operasional normal
rumah sakit adalah penilaian terhadap:kerugian rumah sakit, kesatuan struktur bangunan
yang membahayakan, kerusakan pembangkit listrik atau generator set, sistem air bersih,
keamanan plafon bangunan, sistem pemanas dan pendingin ruangan, sistem komunikasi,
sistem alarm bencana serta sistem pengolahan limbah.
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
Pedoman Penangguloangan Bencana Rumah Sakit ( Disaster Plan) merupakan salah satu
upaya RS Islam Siti Khadijah Palembang dalam mempersiapkan diri ketika terjadi bencana. Di
dalam pedoman ini terdapat hal-hal pokok yang menjadi dasar pegangan dan petunjuk untuk
melaksanakan program penanganan bencana rumah sakit.
Diharapkan dengan adanya Pedoman Penanggulangan Bencana RS ini, akan terwujud
suatu sistem yang baik dalam pengelolaan kondisi darurat bencana secara menyeluruh dan
paripurna di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Buku Pedoman Penanggulangan Bencana ( Disaster Plan) akan direview secara berkala
paling lambat 3 tahun sekali
DAFTAR PUSTAKA