Anda di halaman 1dari 43

PANDUAN KEWASPADAAN BENCANA

RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA BANDA ACEH


TAHUN 2021

RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA


Jl. T. Umar, Seutui, No. 181-211 Telp. (0651) 48114 (Hunting) Fax. (0651) 40856-43583
E-mail: rsharapanbunda181@gmail.com
BANDA ACEH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Kewaspadaan Bencana
RS. Harapan Bunda Banda Aceh selesai disusun.

Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi pihak yang terkait dalam Kewaspadaan
Bencana di RS. Harapan Bunda Banda Aceh. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Panduan Kewaspadaan Bencana di
RS. Harapan Bunda Banda Aceh ini.

Banda Aceh, Januari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I DEFINISI.................................................................................................................4
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................8
BAB III TATA LAKSANA................................................................................................29
BAB IV DEKONTAMINASI RUANGAN ATAU KAMAR OPERASI...........................29
BAB V DOKONTAMINASI IGD......................................................................................37
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Bencana adalah situasi yang gawat dimana kehidupan sehari-hari mendadak terganggu dan
banyak orang terjerumus dalam keadaan tidak berdaya dan menderita, kemudian
mengakibatkan mereka membutuhkan pengobatan, perawatan, perlindungan, makanan,
pakaian, tempat penampungan dan lain-lain kebutuhan.
Bencana merupakan suatu keadaan yang tidak diharapkan, dan biasanya terjadi secara tiba-
tiba disertai oleh jatuhnya banyak korban jiwa manusia.
Keadaan ini bila tidak ditangani secara semestinya akan menghambat, mengganggu dan
merugikan kehidupan dan penghidupan masyarakat serta pelaksanaan pembangunan.
Bencana dapat terjadi baik di luar maupun di dalam RS Pelengkap Medical Center.
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik alam maupun ulah
manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi
geografis, iklim, geologis dan faktor – faktor lain seperti keragaman sosial budaya dan
politik. Wilayah Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Secara geografis merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik lapis bumi.
2. Terdapat 130 gunung api aktif
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil
Sesuai dengan fungsinya, rumah sakit dapat menjadi tempat rujukan bagi korban bencana
masal yang terjadi dimana saja diseluruh tanah air. Rumah sakit bertugas sebagai pusat
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi penetapan kebijakan serta kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen penanganan bencana di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center dituangkan
dalam buku pedoman yang menjelaskan tentang Struktur Organisasi untuk penanganan
bencana baik internal maupun eksternal, alur respon bencana internal dan eksternal, uraian
tugas masing–masing unit dan personal petugas, serta prosedur standar, data pendukung
dan formulir yang digunakan untuk kelengkapan data dan dokumentasi.
Pedoman ini menyediakan framework penanganan bencana internal maupun eksternal
yang kemungkinan bisa terjadi baik di internal Rumah Sakit maupun eksternal Rumah
Sakit. Penanganannya tergantung dari situasi yang ada.
B. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi, baik dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang mengenai pegawai rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitar
2. Menentukan tanggung jawab dari masing – masing personel dan unit kerja pada saat
terjadinya bencana
3. Sebagai acuan dalam penyusunan standar operasional prosedur dalam
penanggulangan kegawatdaruratan
4. Memberikan pertolongan medis yang optimal dengan waktu yang sesingkat mungkin
di rumah sakit
5. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat
6. Menurunkan jumlah kesakitan dan kematian korban akibat bencana
7. Mencegah penyakit yang mungkin timbul serta mencegah penyebabnya pasca bencana
8. Menciptakan dan meningkatkan mekanisme kerja sektoral dan lintas program dengan
mengikutsertakan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana / musibah masal
kegawat daruratan sehari – hari
9. Menyiapkan Rumah Sakit dalam penanggulangan bencana
10. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu cepat ( rapid
system establishment )
11. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas ( psikologis, social ), pasien dan
pengunjung / tamu.
12. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana dan pemulihan, serta tahap kembali
ke fungsi normal
13. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar kualitas
pelayanan tertentu

C. Gambaran Bencana Internal Dan Eksternal


1. Bencana Internal
Bencana internal adalah bencana yang terjadi di dalam Rumah Sakit dan bencana
eksternal yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi jenis bencana ( Hazard )
yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center adalah sebagai
berikut :
a. Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung.
b. Gempa Bumi
Lokasi kepulauan di Indonesia berada pada area lempengan bumi di bawah laut
yang sewaktu – waktu dapat bergerak dan menghasilkan gempa, dan kepulauan di
Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang sangat memungkinkan terjadinya
gempa bumi. Dampak terjadinya gempa ini dapat juga terjadi di Jombang dan
sekitarnya yang akan merupakan bencana eksternal namun bila dampak gempa
pada areal bangunan di Rumah Sakit maka hal ini merupakan situasi bencana
yang terjadi di Rumah Sakit.
c. Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung – tabung besar gas maupun central gas
Rumah Sakit yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan
dan sabotase. Dan tabung – tabung gas maupun salurannya itu sendiri merupakan
sumber dari kebocoran.
d. Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan
berbahaya yang ada di Rumah Sakit.
e. Penyakit Menular
Penyakit menular yang potensial terjadi adalah diare, demam berdarah, serta new
emerging disease akibat pembauran peradaban global.
2. Bencana Eksternal
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center sangat memungkinkan untuk menerima
korban bencana eksternal, maupun memberikan bantuan terhadap korban bencana
keluar Rumah Sakit. Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada Rumah Sakit
adalah : ledakan / bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di Rumah
Sakit diaktifkan, antara lain :
a. Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
b. Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di Instalasi Gawat Darurat,
sedangkan korban meninggal langsung ke kamar jenazah
c. Semua korban di triage – IGD
d. Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu – lintas di
sekitar Rumah Sakit. Alur menuju IGD akan dijaga ketat.
e. Pengunjung diarahkan ke pusat informasi kehumasan untuk informasi korban
f. Petugas tambahan akan dihubungi oleh masing – masing penanggung jawaban
g. Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan Rumah Sakit pada situasi
penanganan korban bencana tanpa izin dari Komandan Bencana
h. Semua media / informasi kepada pers hanya melalui Komandan. Ruang
pertemuan dipersiapkan untuk jumpa pers
i. Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya
menggunakan form yang ada. Gudang dan farmasi dibuka sesuai keperluan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan.
j. Pasien non – disaster yang berada di Triage – IGD tetap mendapatkan pelayanan
sesuai dengan prosedur yang berlaku
k. Komunikasi dan informasi untuk situasi yang terbaru akan disampaikan pada
keluarga / yang berkepentingan

D. KOMPONEN PEDOMAN PENANGANAN BENCANA


1. Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
2. Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
3. Peta institusi pelayanan kesehatan Dinas Jombang
4. Kartu Instruksi Kerja
5. Kartu Identitas
6. Disaster Kit
7. Buku Pedoman
BAB II
RUANG LINGKUP

Dalam penanganan bencana yang terjadi, Rumah Sakit Pelengkap Medical Center siap
melakukan penanganan pasien termasuk kesiapan sistem untuk mendukung proses penanganan
tersebut. Sistem ini disusun berupa diberlakukannya Struktur Organisasi saat aktivasi sistem
penanganan bencana oleh Rumah Sakit.
Persiapan untuk dibangunnya posko baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi beberapa
ruangan sebagai posko penanganan bencana, diaktifkannya Posko Komando sebagai sentral
aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan instansi jejaring
untuk proses penanganan korban di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center.
BAB III
TATA LAKSANA

Struktur Organisasi Penanganan Bencana Rumah Sakit Pelengkap Medical Center

KOMANDAN

KOMANDAN
BENCANA

KETUA KETUA
MANAJEMEN SUPPORT MEDICAL SUPPORT

TIM PRA-
TIM
KEUANGA TIM MEDIS
MOBILISASI
TIM
ANGGAR

SDM TIM PRA-


SDM RS
RELAWAN

TIM
LOGISTIK dan PENANGANAN
OPERASIONAL
PENGADA TIM KAMAR

GIZI TIM ICU

KEAMANAN TIM RUANG


-LALU - RAWAT
PERENCANATIM
DATA,RAWAT
INFORMAS
TIM
SANITASI
TIM
GEDUNG, ALAT
DAN

MEDIS DAN KAMAR


PENUNJANG LABORATORI DONASI
FARMASI DAN ALKES REKAM

CSSD
RADIOLOG
SURVEILA
KONSELIN
KEPERAW
INFORMASI MOBILISASI
A. URAIAN TUGAS
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
setiap personal dalam sistem penanganan bencana di Rumah Sakit sesuai dengan struktur
yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat terjadinya situasi bencana baik di dalam
Rumah Sakit maupun penanganan korban bencana dari luar Rumah Sakit.
KOMANDAN RUMAH SAKIT
(DIREKTUR UTAMA/ DIREKTUR
PELAYANAN)

Bertanggung Jawab kepada : Pengurus Rumah Sakit Pelengkap Medical Center


Bertanggung Jawab untuk : Mengatur pengelolaan penanganan bencana dan korban
bencana di Rumah Sakit
TUGAS :
1. Memberi arahan kepada Komandan Bencana untuk pengelolaan penanganan korban
2. Melaporkan proses penanganan bencana kepada pihak Departemen Kesehatan
maupun Pemerintah Daerah Kabupaten /Kotamadya
3. Memberikan briefing kepada Komandan Bencana, ketua medical support dan ketua
management support
4. Memberikan informasi terkait proses penanganan bencana kepada pihak lain di luar
Rumah Sakit
5. Mendampingi kunjungan tamu pemerintahan ( Gubernur, Dinas Kesehatan )
6. Mengkoordinasikan permintaan bantuan
7. Melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bencana Rumah Sakit

KOMANDAN BENCANA
( MANAGER PELAYANAN / MANAGER KEPERAWATAN )

Bertanggung Jawab Kepada : Komandan Rumah Sakit


Bertanggung Jawab Untuk : Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan medical support dan
management support
TUGAS :
1. Merencanakan dan mengendalikan pelayanan medical support dan managemen
support
2. Memberikan laporan kepada Komandan Rumah Sakit terkait proses tersebut di atas
3. Menindaklanjuti upaya permintaan bantuan oleh Komandan Rumah Sakit
4. Memastikan proses penanganan korban dan sumber pendukungnya terlaksana dan
tersedia sesuai kebutuhan
5. Melakukan koordinasi kerja kepada instansi lain dan rumah sakit jejaring
KETUA MANAGEMENT SUPPORT
(WAKIL DIREKTUR DAN OPERASIONAL / MANAGER KEUANGAN)

Bertanggung Jawab Kepada : Komandan Bencana


Bertanggung Jawab Untuk : Memastikan ketersediaan sumber pendukung untuk
pelaksanaan penanganan korban
TUGAS :
1. Mengkoordinir penyediaan logistik, SDM, keuangan dan penunjang medis
2. Menindaklanjuti koordinasi kerja ke instansi luar yang dilakukan oleh Komandan
3. Bencana sehubungan dengan penyediaan sumber pendukung penanganan medis
4. Melaporkan pelaksanaan proses penyiapan, kesiapan sumber pendukung dan
sumber bantuan yang diterima kepada Komandan Bencana

KETUA MEDICAL SUPPORT


(KEPALA INSTALASI GAWAT
DARURAT)

Bertanggung Jawab Kepada : Komando Bencana


Bertanggung Jawab Untuk : Pengendalian penanganan korban bencana hidup dan mati
TUGAS :
1. Mengendalikan penanganan korban hidup
2. Mengendalikan penanganan korban mati
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tim medis dan forensik
4. Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban mati kepada Komandan
Bencana
5. Mengkoordinir proses evakuasi korban ke luar Rumah Sakit
6. Memberikan briefing kepada tim pra – hospital dan intra – hospital
7. Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan korban dan evakuasi
korban ( data hasil kegiatan ) kepada Komandan Bencana
TIM PRA HOSPITAL

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Medical Support


Bertanggung Jawab Untuk : Melakukan pelayanan pra hospital dan evakuasi korban ke
Rumah Sakit
TUGAS :
1. Melaksanakan Triage dan RHA ( Rapid Health Assesment )
2. Menentukan prioritas dan melakukan evakuasi
3. Melaporkan hasil RHA :
a. Jumlah korban
b. Kondisi korban
c. Kondisi lingkungan sekitar
d. Kepada Ketua Medical Support
TIM INTRA HOSPITAL

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Medical Support


Bertanggung Jawab Untuk : Melakukan penanganan di dalam Rumah Sakit
TUGAS :
1. Melakukan Triage dan RHA
2. Menentukan prioritas penanganan dan melakukan evakuasi ke Instalasi Gawat
Darurat
3. Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang diperlukan pasca life saving
4. Melaporkan hasil penanganan kepada ketua medical support

KETUA TIM KEUANGAN


(WADIR KEUANGAN & UMUM)

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support


Bertanggung Jawab Untuk : Pengelolaan keuangan baik dari sumber Rumah Sakit –
Dinkes maupun donatur
TUGAS :
1. Merencanakan, memobilisasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan untuk
menunjang keperluan penanganan bencana
2. Melakukan koordinasi kerja dengan tim perencanaan, tim pengadaan terkait
pengelolaan dana bencana
3. Melaporkan pengelolaan keuangan baik bersumber RS –Pengurus Yayasan maupun
donatur kepada Ketua Management Support dan Komandan Bencana

KETUA TIM SDM


(MANAGER
HRD)

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support


Bertanggung Jawab Untuk : Penyediaan SDM dari karyawan RS maupun relawan sesuai
kualifikasi yang diperlukan
TUGAS :
1. Mengkoordinir penyediaan SDM di RS
2. Melakukan koordinasi dengan unit eksternal dalam upaya pemenuhan kebutuhan,
seta merencanakan penugasannya
3. Mengkoordinir proses seleksi relawan berdasarkan keahlian dan kebutuhan, serta
merencanakan penugasannya
4. Mengkoordinir pendokumentasian semua relawan yang bekerja di RS dan
mengelola proses penugasannya
5. Melaporkan kesiapan tenaga kepada Ketua Management Support
KETUA TIM LOGISTIK DAN OPERASIONAL
(KEPALA BAGIAN RUMAH TANGGA)

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support


Bertanggung Jawab Untuk : Penyediaan logistik, penyediaan informasi dan operasional
penanganan bencana
TUGAS :
1. Merencanakan dan mengadakan seluruh kebutuhan dalam penanganan bencana
2. Mengkoordinir penyediaan dan pengelolaan logistik
3. Menindaklanjuti bantuan logistik dari instansi terkait dan donatur
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan logistik
5. Memastikan penyediaan sarana transportasi ( termasuk ambulance ), kebersihan
lingkungan dan keamanan rumah sakit serta ketertiban lalu lintas
6. Mengkoordinir pengelolaan jenazah di kamar jenazah
7. Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta melaksanakan
8. Menyelesaikan urusan administrasi bantuan yang di berikan dari luar.
KETUA TIM MEDIS DAN PENUNJANG
(KEPALA BIDANG PELAYANAN MEDIS / ASISTEN MANAGER
PELAYANAN MEDIS)

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support


Bertanggung Jawab Untuk : Penyediaan dan pelaksanaan pelayanan medis,
keperawatan, penunjang serta informasi tentang keberadaan
korban hidup selama di Rumah Sakit
TUGAS :
1. Mengkoordinir kesiapan tim medis, keperawatan dan penunjang
2. Menjamin kesiapan operasional penunjang dan pendukung pelayanan korban
bencana
3. Menyiapkan dukungan konseling dan survailance pasca bencana
4. Melaporkan pelaksanaan pelayanan medis dan penunjang kepada ketua
management support

B. POS PENANGANAN BENCANA


Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun menampung
beberapa kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana sehingga penanganan
dan pengelolaannya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.
PENGALIHAN RUANGAN SEBAGAI POSKO
POS LOKASI
POS KOMANDO Ruang Poli umum
POS PENGOLAHAN DATA Ruangan Rekam Medis
POS INFORMASI Ruangan pendaftaran pasien
POS LOGISTIK DAN
Ruangan di Bagian Rumah Tangga
DONASI
POS PENANGANAN
Ruang Jenazah
JENAZAH
POS RELAWAN Ruangan Dokter ( SMF )

1. Pos Komando
Tempat: Ruangan Poli umum
Fungsi:
a. Pusat koordinasi dan komunikasi baik dengan internal maupun eksternal unit yang
dipimpin oleh Komandan Bencana. Area ini merupakan area khusus, dimana
hanya petugas tertentu yang boleh masuk.
b. Wadah yang melibatkan semua unsur pimpinan pengambil keputusan dan
mengendalikan bencana.
c. Tempat penyimpanan disaster kit, radio komunikasi dan peta – peta yang
diperlukan untuk koordinasi maupun pengambilan keputusan.
Lingkup Kerja:
a. Pada bencana yang bersifat eksternal tetapi mengakibatkan gangguan infrastruktur
( gangguan ekonomi ) maka lingkup kerjanya adalah menyelesaikan masalah
pelayanan medis dan upaya untuk dapat mengatasi masalah ekonomi dan SDM,
dengan melibatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
b. Pada disaster yang bersifat internal disaster dimana bencana terjadi di dalam
rumah sakit, maka lingkup kerjanya adalah sebatas menyelesaikan masalah
pelayanan medis dan penunjangnya.
c. Pemegang kendali komunikasi medis dan non medis

Fasilitas:
a. Telephone
b. Peta ruangan perawatan pasca emergency
c. Peta instansi pelayanan kesehatan di Jombang
d. Peta area hazard di Rumah Sakit
e. White Board
f. Radio komunikasi
g. Emergency kit medis dan non medis
2. Pos Pengolahan Data
Tempat: Ruangan Rekam Medis
Fungsi:
Tempat penerimaan dan pengolahan data yang terkait dengan penanganan bencana
Lingkup Kerja:
a. Mengumpulkan seluruh data yang terkait dengan bencana
b. Melakukan koordinasi dengan pos – pos penanganan bencana lainnya dan unit
pelayanan terkait baik internal maupun eksternal
c. Mengolah data menjadi informasi yang terbaru untuk menunjang keputusan
komandan bencana
d. Melakukan pengarsipan seluruh data dan informasi dalam bentuk file sehingga
sewaktu – waktu bisa dibuka bila diperlukan
e. Mengirimkan data ke pusat informasi dan ke Komandan Rumah Sakit sebagai
bahan press conference dan informasi ke pihak eksternal
Fasilitas:
a. Telephone PABX (Private Automatic Branch Exchange)
b. Komputer, internet
c. Radio komunikasi
3. Pos Informasi
Tempat: Ruangan Pendaftaran Pasien
Fungsi:
Tempat tersedianya informasi untuk data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis / non
medis, perbaikan gedung, data donatur. Informasi yang disiapkan di pos ini didapatkan
dari pos pengolahan data.

Lingkup Kerja:
a. Memberikan informasi data korban, data kebutuhan relawan, data perencanaan
kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis / non medis,
perbaikan gedung, data donatur.
b. Mengekspose hanya data korban saja, baik korban sedang di rawat, korban hilang,
korban meninggal, hasil identifikasi jenazah, korban yang telah dievakuasi ke luar
Rumah Sakit.
Fasilitas:
a. Telephone ( Lokal / SLI )
b. Komputer / internet
c. Papan Informasi
4. Pos Logistik Dan Donasi
Tempat: Ruangan Bagian Rumah Tangga
Fungsi:
a. Menerima dan mendistribusikan semua bantuan logistik dan lainnya dari pihak
luar dalam menunjang operasional penanganan bencana
b. Tempat penyimpanan sementara barang sumbangan, selanjutnya didistribusikan
ke bagian yang bertanggung jawab.
Lingkup Kerja :
a. Menerima bantuan / sumbangan logistik dan obat untuk menunjang pelayanan
medis
b. Mengkoordinasikan kepada kepala instalasi terkait tentang sumbangan yang
diterima
c. Membuat laporan penerimaan bantuan dan pendistribusiannya
Fasilitas:
a. Komputer
b. Buku pencatatan dan pelaporan
5. Pos Penanganan Jenazah
Tempat: Ruangan Jenazah
Fungsi:
a. Tempat penampungan, penyimpanan korban meninggal dan atau body part serta
proses pengeluarannya
b. Tempat identifikasi jenazah
c. Tempat penyimpanan barang bukti
Lingkup Kerja:
a. Pada eksternal disaster penekanan pada korban masuk terutama ketepatan data
korban sehingga identifikasi lebih cepat
b. Menunjang pelayanan medis dalam mengungkapkan kejadian sehingga
penanganan pelayanan medis lebih tepat ( korban bencana mekanikal / biologis )
c. Koordinasi dengan jajaran terkait ( tim SAR ) terutama dalam identifikasi
d. Menyiapkan segala hal yang terkait dengan evakuasi jenazah
e. Menjaga barang bukti
f. Membangun komunikasi dengan keluarga korban terkait identifikasi
g. Melakukan penyelesaian jenazah yang tidak ada keluarga
h. Menyiapkan tempat penyimpanan jenazah
i. Membuat laporan yang informatif terutama pada kasus internal disaster yang
melibatkan korban dari pasien dan petugas
Fasilitas:
a. Komputer, internet
b. Telephone
c. Radio komunikasi
d. Papan informasi
6. Pos Relawan
Tempat: Ruangan Dokter (SMF)
Fungsi:
a. Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan, baik orang awam, awam
khusus maupun tenaga professional
b. Tempat informasi relawan
Lingkup kerja:
a. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan, yang sesuai kompetensinya
b. Mengatur schedule kerja sesuai tempat dan waktu yang diperlukan
c. Menyiapkan ID card relawan
d. Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai keinginan Rumah Sakit
Fasilitas:
a. Komputer, telephone, internet
b. Radio komunikasi
c. Buku pencatatan

C. PENGOSONGAN RUANGAN
Pada keadaan bencana baik internal maupun eksternal, setelah penanganan emergency
korban di triage – IGD maka ruang perawatan untuk melokalisasi korban yang ada
diarahkan ke area parkir sebagai bangsal darurat sementara.
1. Area Dekontaminasi
Area dekontaminasi adalah area / tempat untuk membersihkan korban dari
kontaminasi bahan – bahan yang bersifat iritasi. Area ini berlokasi di lingkungan IGD
dan diperuntukkan bagi korban terkontaminasi bahan kimia dan atau biologis. Area
dekontaminasi yang dimiliki rumah sakit ditujukan untuk melaksanakan
dekontaminasi sekunder, sehingga upaya dekontaminasi primer diasumsikan telah
dilaksanakan di tempat kejadian.
2. Aktifasi Sistem Bencana

Informasi Keadaan Bencana

Komandan Bencana

Tim Penanggulangan Bencana Melakukan Penilaian Tempat Kejadian

Aktifkan Sistem Penanggulangan Bencana Tidak Perlu Diaktifkan Penanggulangan Bencana

Aktifkan Posko
Penanggulanan Bencana

Evaluasi Proses
Penanggulangan Yang Sudah

3. Garis Komunikasi
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah :
a. Aktivasi Sistem Penanganan Bencana Rumah Sakit
b. Mobilisasi Team Medis
c. Mobilisasi Team Management
d. Aktivasi Pos Komando
e. Penggunaan media komunikasi yang ada, yaitu radio medis, operator Rumah Sakit
f. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang dilaksanakan oleh
tiap orang sewaktu – waktu sesuai jabatannya
g. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Komando
Rumah Sakit
Agar team penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun eksternal, maka
semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa name tag Untuk personal
sebagai berikut :
a. Direktur Pelayanan Medis
b. Manajer Pelayanan / Manajer Keperawatan
c. Koordinator IGD
d. Manajer Keuangan
e. Team Medis
f. Ketua Pos
g. Ketua Team di bawah Manajer Keuangan
4. Pengaturan Lalu – Lintas
a. Bencana Eksternal
Pengaturan lalu - lintas pada bencana eksternal dilakukan sebagai berikut :
1) Kendaraan korban masuk melalui pintu masuk utama Rumah Sakit (IGD)
2) Pintu masuk dijaga oleh SATPAM Rumah Sakit bekerja sama dengan aparat
kepolisian, untuk kemudian diarahkan menuju IGD Rumah Sakit Pelengkap
Medical Center.
3) Di lobby triage petugas satpam dan kepolisian mengatur ketertiban dan
kelancaran proses penurunan korban dari kendaraan, serta mengarahkan
kendaraan untuk keluar Rumah Sakit
4) Korban diterima oleh team medis yang ada di IGD, untuk selanjutnya
dilakukan pertolongan korban
5) Kendaraan pengangkut pasien yang bukan korban bencana, diarahkan menuju
tempat parkir
b. Bencana Internal
Pengaturan lalu lintas pada bencana internal dilakukan sesuai dengan lokasi
bencana. Seluruh kendaraan tidak diijinkan memasuki area Rumah Sakit, kecuali
kendaraan PMK, Pemadam Kebakaran, Badan Penangulangan Bencana,
ambulance rumah sakit dan polisi.
D. PERAN INSTANSI JEJARING
Pada situasi bencana suatu Rumah Sakit diharapkan dapat menyelenggarakan pelayanan
dan mengatasi semua situasi terkait dengan pertolongan korban baik ketersediaan
peralatan medis atau masalah teknis lainnya dalam tempo yang sesingkat – singkatnya
sehingga pelayanan dapat diberikan dengan sebaik – baiknya, serta dengan seminimal
mungkin adanya korban meninggal. Dalam situasi demikian, maka kemampuan Rumah
Sakit diuji untuk mampu mengatasi semua kejadian / korban yang ada. Sangatlah tidak
mungkin jika semua hal tersebut dibebankan kepada hanya 1 ( satu ) Rumah Sakit, dalm
hal ini Rumah Sakit Royal Progress, sehingga sangatlah penting untuk mengembangkan
kerjasama dengan instansi dan Rumah Sakit jejaring sebagai upaya memperluas dan
meningkatkan peran aktif sektor / instansi lain untuk bersama – sama memberikan bantuan
sesuai dengan kemampuan masing – masing.
Instansi jejaring yang diharapkan perannya pada situasi bancana, antara lain :
1. Dinas Pemadam Kebakaran
Bantuan Pemadam Kebakaran diperlukan apabila bencana yang terjadi tidak dapat
diatasi dengan hanya memakai APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ) yang ada di
Rumah Sakit Royal Progress. Kepala Instalasi Pengamanan Rumah Sakit
menghubungi nomor telpon 112 untuk meminta bantuan petugas dari Dinas Pemadam
Kebakaran. Selain untuk tujuan memadamkan api, membantu proses evakuasi korban
dan melaksanakan dekontaminasi primer
2. Palang Merah Indonesia
Palang Merah Indonesia (PMI) diperlukan dalam rangka membantu proses triage dan
evakuasi, serta penggunaan fasilitas yang dimilikinya.
3. Kepolisian
Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu – lintas menuju dan keluar Rumah Sakit
Royal Progress, khususnya akses menuju IGD pada saat kejadian bencana.
4. SatKorLak
Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Satkorlak Kabupaten Jombang sebagai
upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan, dsb.
5. PLN
Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk penambahan titik
sambungan listrik di unit yang diperlukan agar pelayanan yang diberikan tetap
optimal. Apabila diperlukan mendatangkan mesin diesel generator set untuk mengatasi
kebutuhan listrik. Hal ini perlu dipersiapkan mengingat terjadi kegagalan pada mesin
genset di rumah sakit. Upaya Utility.
6. TELKOM
Tambahan sambungan telepon bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian
bencana, terutama untuk membantu korban / keluarga yang ingi berhubungan dengan
keluarganya. Sambungan telepon diperlukan juga untuk membuka akses internet guna
memberikan informasi tentang bencana yang terjadi. Jenis peralatan komunikasi yang
dapat digunakan di rumah sakit selain telepon misalnya, HT, kentongan, Emergency
Call dan saluran Radio Internal rumah sakit.
7. PDAM
Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk operasional penanganan
bencana. Rumah sakit membuat tempat penampungan air bersih dengan kapasitas
cukup untuk 7 hari. Kerjasama pihak terkait, misalnya pengiriman tanki air bersih ke
rumah sakit merupakan upaya pemenuhan kebutuhan utilitas.
8. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Jombang
Laporan kepada Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten kota menjadi prioritas
pertama pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan bagi diupayakannya mobilisasi
bantuan dari pihak / instansi terkait, khususnya Pemda dan instansi kesehatan jejaring
lainnya.
9. Rumah Sakit Jejaring
Pada situasi korban yang sangat besar dimana Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
tidak mampu menampung untuk penanganannya, maka kerja sama penanganan dengan
Rumah Sakit lain sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu diinformasikan upaya
meminta bantuan kepada Rumah Sakit lain yang menjadi Rumah Sakit jejaring untuk
penanganan bencana di wilayah Kabupaten Jombang dan sekitarnya. Beberapa rumah
sakit negeri maupun swasta.
10. SAR
Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam penenganan
bencana.
11. Institusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan lainnya:
Pada situasi korban yang sangat besar dimana Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
tidak mampu menampung untuk penanganannya,maka kerja sama bantuan relawan
untuk membantu penanganan bencana sangat diperlukan.

E. PENANGANAN KORBAN
Proses penenganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
risiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian,proses evakuasi dan
proses tranportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung Jawab: Ketua Tim Medical support (ka IGD)
Tempat: Triage IGD/lokasi kejadian/area berkumpul/tempat perawatan
Prosedur di lapangan:
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialaminya
5. Tranportasi korban ke IGD
Di Rumah Sakit (IGD) :
1. Lakukan triage oleh tim medik
2. Penempatan korban sesuai hasil triage
3. Lakukan stabilisasi korban
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah:
Gawat darurat, missal serangan jantung, Kuning: darurat tidak gawat, missal
kecelakaan sobek dan lecet, Hijau: tidak gawat dan tidak darurat, missal badan panas,
tidak ada luka, Putih: Gawat tidak darurat, missal stroke infak dan hitam meninggal)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasusnya (ruang perawatan dan OK)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.
F. PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll ditempatkan
secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun tertukar. Sedangkan barang
milik korban meninggal, setelah didokumentasikan oleh koordinator tim medis selanjutnya
diserahkan ke pihak Security Rumah Sakit Pelengkap Medical Center atau Kepolisiaan.
Tempat : Ruang Triage IGD
Penanggung jawab : Kepala Ruangan Triage IGD
Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban.
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban dengan
menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan dilemari/locker
terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya, maka barang barang tersebut diserahkan kepada Ka Humas
dengan menandatangani dokumen serah terima, selanjutnya Ka Humas menghubungi
pasien maupun keluarganya. Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil,
maka barang tersebut diserahkan oleh ka Humas ke Polsek setempat.
G. PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN
Pada situasi bencana maka ruang perawatan tertentu harus dikosongkan untuk menampung
sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan keruangan yang
sudah di tentukan.
Tempat : Area Parkir Depan
Penanggung jawab : Ka.Humas
Prosedur :
1. Ka Humas. mengintruksikan ka Parkir untuk mengosongkan area parkir.
2. Ka Humas berkoordinasi dengan bawahannya untuk memindahkan parkir mobiln
3. Ka Humas menjelaskan pada keluarga pasien alasan pengosongan area parkir.
4. Ka Humas mencatat tempat tujuan area parkir di pindah dan menginstuksikan kepada
petugas parkir.
5. Ka Humas melaporkan proses pengosongan area parkir kepada Ka Bagian Umum.

H. PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS


Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya dikoordinir oleh Instalasi
Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala ruangan maupun
penanggung jawab pos. Makanan yang dipersiapan dengan memperhitungkan sejumlah
makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru/relawan.
Tempat : Instalasi gizi dan Posko Donasi (Makanan)
Penanggung jawab : Ka Instalasi Gizi
Prosedur :
1. Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah korban dan petugas yang ada ke
ruangan/posko sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu makan.
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan/posko.
3. Instalasi Gizi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan posko
donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan/dapat
didistribusikan
I. PENGELOLAAN TENAGA RUMAH SAKIT
Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang di perlukan saat penanganan bencana.
Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan serta
pengelolaannya saat situasi bencana.
Tempat : Bagian SDM
Penanggung jawab : Wakir Direktur Keuangan & Umum
Prosedur :
1. Wadir Keu & Umum menginstuksikan Ka.Bagian/Ka Instalasi yang terkait untuk
kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/volunteer dari luar
Rumah Sakit.
3. Dokumentasikan semua staff yang bertugas untuk setiap shift.
J. PENGENDALIAAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG
Pada situasi bencana internal, maka pengunjung yang saat itu berada di RS ditertibkan dan
diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian pula korban diarahkan untuk
dikumpulkan pada ruangan/area tempat berkumpul yang ditentukan.
Tempat/area berkumpul: Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ka Instalasi pengamanan
Prosedur :
1. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan agar korban
dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Perintahkan Ka Ruangan untuk memindahkan korban.
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.
K. KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana maupun efek dari
bencana yang ada.Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi.
Instansi terkait yang dimaksud adalah sarkolak, Dinas Kesehatan Kabupaten,
Kepolisian,Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM, PLN, TELKOM, PMI, RS Jejaring,
Institusi pendidikan Kesehatan, dan Perhotelan.
Tempat : Pos Komando
Penanggung jawab : Komandan RS
Prosedur :
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang sedang
dialami serta bantuan yang diperlukan.
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Propinsi, termasuk lembaga/instansi/militer/polisi dan atau organisasi profesi.
L. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN/ ALAT HABIS PAKAI
Penyediaan obat dan bahan/alat habis pakai dalam situasi bencana merupakan salah satu
unsu penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu
diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/alat habis pakai sebagai penunjang
pelayanan korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggung jawab : Kepala Instalasi farmasi
Prosedur :
1. Menyiapkan persediaan obat&bahan/alat habis pakai untuk keperluaan penanganan
korban bencana.
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan/alat habis pakai sesuai dengan
permintaan unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat & bahan/alat
habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dan atau Dinas
Kesehatan Provisi Jawa Tengah.
4. Bantuan obat & bahan/alat habis pakai kepada LSM/lembaga donor darah pilihan
terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan, buatkan criteria dan
persyaratannya.
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi peryaratan penyimpanan
obat & bahan/alat habis pakai
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
7. Lakukan pemusnahan/koordinasikan ke pihak terkait apabila telah kadaluarsa dan atau
tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan
M. PENGELOLAAN VOLUNTEER (RELAWAN)
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana. Individu/kelompok organisasi
yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat dan diregistrasi secara baik oleh
bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan sesuai
dengan jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggung jawab : Ka.Bagian SDM
Prosedur :
1. Lakukan rapid assessment untuk mengetahui jenis dan jumlah tenaga yang diperlukan.
2. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan.
3. Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar (identitas organisasi profesi)
4. Dokumentasikan seluruh data relawan
5. Buatkan tanda pengenal resmi/name tag
6. Informasikan tugas dan kewajibannya
7. Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya
8. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan/unit dimaksud
9. Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari
10. Siapkan penghargaan/sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas
N. PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi bencana untuk
mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggung jawab : Ka.Instalasi IPS Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Prosedur :
1. Pastikan system pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah medis dan non
medis sesuai dengan ketentuaan yang berlaku
2. Catat dan laporkan pemakaian bahan bakar dan jumlah sampah medis yang dibakar
serta kulitas hasilnya
3. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk pengolahan sampah dan limbah agar
tidak terjadi pencemaran lingkungan
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan sampah umum
dengan petugas ruangan.
O. PENGELOLAAN DONASI
Pada keadaan bencana , rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik berupa obat,
bahan/alat habis pakai, makanan, alat medis/non medis, maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggung jawab : Ka.Bag.Umum
Prosedur:
1. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat, makanan,
barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tangal kadaluarsa.
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggung jawab :
a. Obat dan bahan/alat habis pakai ke Ka.Instalasi Farmasi
b. Makanan/minuman ke Ka.Instalasi Gizi
c. Barang medis/non medis ke Ka.Bag Rumah Tangga
d. Uang ke Ka.Sie Keuangan Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
e. Line telpon,sumbangan daya listrik ke IPS
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi (yang termasuk, yang didistribusikan
dan sisanya) kepada Pos Komando
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh kepala
ruangan atas sepengetahuaan ketua manajemen support.
P. PENGELOLAAN LISTRIK, TELEPON DAN AIR
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan telepon saat
disaster membutuhkan kesiap siagaan dari tenaga yang melaksanakannya. Persiapan
pengadaan maupun sambungannya mulai dilaksanakan saat aktifasi bencana di rumah
sakit.
Tempat : Instalasi Pemelihara Sarana rumah sakit
Penanggung jawab : Ka.Instalasi IPS-RS
Prosedur :
1. Pastikan system berfungsi dengan baik dan aman.
2. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan aman.
3. Siapkan penambahan line telepon untuk SLI maupun sambungan keluar lainnya
4. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air bersih dan hindari
kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan
5. Lakukan Koordinasi dengan instansi terkait ( PLN, PT TELKOM Indonesia, PDAM )
untuk menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan listrik, telepon,
maupun air.
6. Distribusikan kebutuhan listrik, telepon dan air ke area yang membutuhkan
7. Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
8. Lakukan monitoring secara rutin.
Q. PENANGANAN KEAMANAN
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area transportasi korban dari lokasi ke
IGD, pengamanan sekitar Triage dan IGD pada umumnya serta pengamanan pada unit
perawatan dan pos-pos yang didirikan.
Tempat : Alur masuk ambulance ke IGD, seluruh unit pelayanan dan pos.
Penanggung jawab : Koordinator SATPAM Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisiaan.
3. Atur dan arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana internal
4. Lakukan kontrol rutin dan teratur
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.
R. PENGELOLAAN INFORMASI
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang ditentukan
sehingga tidak terjadi kesimpang siuran mengenai jumlah korban baik korban hidup,
korban meninggal, asal Negara, tempat perawatan korban dan status evakuasi ke luar
rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang diperlukn
untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggung jawab : Ka.Bag.Umum dan Humas
Prosedur :
1. Lengkapi semua data korban yang mencangkup nama pasien, umur, dan alamat/asal
Negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi dan lengkapi
dengan data tindakan yang telah dilakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama ( jam 08,00 dan jam 20.00 )
dan 24 jam untuk hari hari-hari berikutnya (jam 08.00)
3. Informasi di tulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
4. Setiap lembar informasi yang keluar di tandatangani oleh komandan bencana dan di
serahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos informasi.
S. JUMPA PERS
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan digunakan pihak rumah
sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang menghadiri press release adalah Direktur
sebagai Komandan RS sekaligus Komandan Bencana, Wadir Pelayanan (Ketua Medikal
support), dan Ketua manajemen support.
Tempat : Aula
Penanggung jawab : Ka.Bag.Umum dan Humas Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari jam 10.00 untuk 5 hari pertama, dua hari sekali
untuk hari berikutnya dan seterusnnya bilamana dipandang perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adannya jumpa pers dilakukan oleh
Ka.Bag.Umum.
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan pada jumpa
pers kepada Direktur RS
4. Jumpa pers dipimpin oleh komandan Rumah Sakit
T. PENGELOLAAN MEDIA
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam disekitar rumah
sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit pelayanan, bukan hanya
berasal dari media regional, nasional tetapi juga internasional sehingga perlu dikelola
dengan baik.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka.Sub.Bag.Humas
Prosedur:
1. Registrasi dan berikan identitas semua media serta wartawan yang datang
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi.
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan rumah sakit untuk pengaturannya.
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.
U. PENGELOLAAN REKAM MEDIS.
Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis sesuai dengan
prosedur yang berlaku di RS. Pada rekam medis diberikan tanda khusus untuk
mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : IGD
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Rekam Medi
Prosedur :
1. Diapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan kedatangan
korban.
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medis.
3. Registrasi semua korban pada system billing setelah dilakukan penanganan
emergency.
V. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID yang dipasangkan
pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan tindakan life saving, label
ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang bersangkutan.
Tempat : Ruang Triage IGD,Kamar jenazah
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat masuk
ruang triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah, serta dibuatkan
rekam mediknya.
2. Control semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label ID.
W. PENGELOLAAN TAMU/ KUNJUNGAN
Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan pelayanan terhadap
korban dilakukan berupa kunjungan formal/non formal kenegaraan atau oleh institusi,
LSM, partai politik maupun perseorangan. Pengelolaannya diatur untuk mencegah
terganggunya proses pelayanan dan mengupayakan privacy korban. Tamu kenegaraan dari
Negara lain maupun tamu kenegaraan RI dan tamu Gubenur atau Bupati /Walikota akan
didampingi oleh Direktur, Wadir dan para kepala bagian terkait. Tamu dari organisasi
partai politik, LSM, institusi, dll diterima dan didampingi Direktur RS.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka.Bag.Umum dan Humas
Prosedur :
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada bagian Hukum dan Humas
2. Hubungi Direktur Utama dan para Direktur, Dewan Pengawas, Pejabat Struktural
terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau tamu yang akan hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan lainnya(makanan/minuman) bila
dibutuhkan.
4. Siapkan informasi/data korban dan perkembangannya, data kesiapan rumah sakit dan
proses pelayanannya.
5. Koordinasikan Ka.Bag.RT dan Bidang Keperawatan untuk kebersihan unit terkait.
6. Siapkan dokementasi tem dokumentasi RS.
X. PENGELOLAAN JENAZAH
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim keruang jenazah untuk sementara.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan menentukan
jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah dilakukan di Rumah
Sakit Pelengkap Medical Center setelah mendapat otorisasi medis.
Tempat : Kamar jenasah
Penanggung jawab : Ka.IGD Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Proses :
1. Registrasi semua jenasah korban bencana yang masuk ke RS melalui kamar jenazah
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan sebab
kematian, jenasah akan dikirim ke Rumah Sakit Pelengkap Medical Center bagian
forensik
3. Identifikasi sesuai dengan guide line dari DV-Interpil
4. Siapkan surat-surat yang diperlukan, penyerahan ke polisi dari rumah sakit ke Rumah
Sakit Pelengkap Medical Center bagian forensik
5. Buat laporan jumlah dan status jenasah kepada ketua medical support dan pos
pengelolaan data.

Y. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RUMAH SAKIT


Atas indikasi medis, social, politik dan hukum, maupun permintaan Negara yang
bersangkutan atau atas permintaan keluarga pasien/korban pindah ataupun keluar dari
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu
di luar Rumah Sakit Pelengkap Medical Center. Perpindahan/Evakuasi korban ini
dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun Negara yang bersangkutan
bila korban adalah warga Negara asing. Kelengkapan dokumen medik serta persetujuan
keluarga/Negara yang bersangkutan diperlukan untuk pelaksanakan proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggung jawab : Ketua Medical Support
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujaan keluarga/Negara yang
bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan.
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/rumah sakit penerima.
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi
4. Siapkan ambulance sesuai standar untuk evakuasi pasien
5. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan untuk kesiapan tranportasi pasien.
6. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi.

Z. BENCANA INTERNAL
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center adalah :
Kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, kecelakaan dan banjir, oleh karena zat berbahaya,
kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah sebagai berikut :
1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : Luka bakar,
trauma, sesak nafas ,hysteria (gangguan psikologis) dan korban meninggal.
Langkah-langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran:
a) Pindahkan korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
b) Hubungi petugas satpam atau operator (112) atau langsung melalui pesawat extention
(0321) 869826 untuk menghubungi petugas kebakaran :
a. Ada kebakaran
b. Lokasi kebakaran
c. Sebutkan nama pelapor
c) Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAT, APAR atau
Hidrant RS.
d) Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil risiko.
Bila terjadi kebakaran selalu ingat:
Kejadian kebakaran harus dilaporkan
1. Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga darurat dan jangan gunakan lift,
2. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan
3. Matikan alat-alat lain seperti : mesin anestesi, suction, alat-alat elektronik, dll
4. Tetap tenang dan jangan panik
5. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih.
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita
harus tahu:
1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2. Nomor pemadam kebakaran (telp 0321-854928),operator (ext. 0321-869826) dan
satpam (ext.112)
3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4. Ada satu orang yang bias mengambil keputusan dan tahu bagaimana penanggulangan
bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan shift pagi/hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam yang
memegang kendali/mengkoordinir bila terjadi bencana.
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma, luka
bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan jika terjadi gempa bumi
Jika terjadi gempa bumi menguncang secara tiba-tiba yang dapat dijadikan pegangan :
a) Di dalam ruangan: Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat
aman.Beranjaklah beberapakah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah didalam
ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar , menjaulah
dari jendela. Pasien yang tidak bias mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.
b) Di luar gedung: Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan
badan ke tanah. Jangan menyebabakan kepanikan atau korban dari kepanikan.Ikuti
semua petunjuk dari petugas atau satpam.
c) Di dalam lift: Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika
anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua
tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
Jika anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan menggunakan interphone jika
tersedia atau memukul dinding lift berulang kali sampai ada yang merespon.
3. ACAMAN BOM
Ancaman bom bias tertulis dan juga bias lisan atau lewat telepon. Ancaman bom ada 2
jenis:
a) Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara detail
tentang ancaman bom yang disampaikan
b) Ancaman bom yang spesifik : pengancam menyebutkan tempat di taruhnya bom, jenis
bom yang digunakan, kapan bom akan diledakkan dan lain-lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim penjinak
bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom :
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang diterima
dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam (ext.112) bahwa:
a. Ada ancaman bom
b. Tempat/ruangan yang menerima ancaman
c. Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.
Ancaman bom tertulis :
1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
2. Laporkan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada ketua tim
saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon :
1. Usahakan tetap bicara dengan penelepon
2. Beri kode teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom.
Bila ada benda yang mencurigai sebagai bom :
1. Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda tersebut.
2. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada ketua tim
shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan.
3. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera
4. Buka pintu dan jendela segera
5. Lakukan evakuasi sesuai prosedur
4. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan atau sengaja
mengeluarkan caiaran dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang bersifat korosif, beracun,
zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : Keracunan, luka bakar,
trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan :
a) Keamanaan adalah yang utama
b) Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran
c) Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di lokasi
kejadian.
d) Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
e) Tanggulangi tumpahan atau kebocoran , jika anda pernah mendapat pelatihan tentang
hal tersebut, tapi jangan mengambil risiko jika anda tidak pernah mendapatkan
pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocoran zat-zat berbahaya.
f) Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban.
5. KEJADIAAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematiaan dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
(Peraturan Menteri Kesehatan No.949/Menkes/SK/VIII/2004)
Kriteria KLB penyakit adalah :
a) Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah.
b) Adanya peningkatan kejadiaan kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :
a) Catat dan laporkan jumlah kejadiaan/penyakit yang terjadi diruangan kepada Direktur
Medik dan Keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke Pengamat
Keperawatan bila diluar jam kerja.
b) Tingkatkan standart umtuk mencegah penularan ke pasien lain atau ke petugas
kesehatan.
c) Komite Pengendaliaan Infeksi Nosokomial melakukan penyelidikan epidemiologi
terhadap terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB dan membuat
rekomendasi untuk mengambil tindakan selanjutnya
6. BENCANA ALAM
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
Penangan bencana banjir dititikberatkan pada pendayagunaan sumberdaya manusia dan
peralatan yang tersedia untuk dapat melakukan penanganan sebaik-baiknya.
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a) Memberikan pelindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b) Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c) Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
d) Menghargai budaya lokal;
e) M embangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f) Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
g) Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi Bencana Alam
Rumah sakit sebagai lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat terpanggil
melakukan kegiatan bakti social bersama team FORKOM; yaitu GKI, GKJ dan Rumah
Sakit Pelengkap Medical Center. Meskipun secara spontan, langkah yang dapat ditempuh
adalah sebagai berikut
a) Memberikan bantuan darurat (Relief) dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa
pangan, - sandang - tempat tinggal sementara - kesehatan, sanitasi dan air bersih
b) Pemulihan darurat (recovery) kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula
c) Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar
puskesmas, dll).
d) Rehabilitasi (rehabilitation) Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana
untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas
sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian
e) Rekonstruksi ( reconstruction) Program jangka menengah dan jangka panjang guna
perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada
kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
7. BENCANA SOSIAL
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Penanganan bencana social di Indonesia sesuai Undang-Undang menjadi tanggung jawa
Pemerintah melalui Dinas Sosial. Akan tetapi pada kenyataanya peran rumah sakit juga
terlibat sebagai bentuk pelayanan pada pasyarakat paling marginal, susah dan tak berdaya.
Bakti sosial di rumah sakit menjadi domain bagian Humas dan konselling, melibatkan
medis, paramedis dan relawan.

BAB IV
DEKONTAMINASI
A. DEFINISI

1. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh


mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi
dengan cara fisik dan kimiawi.
2. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme
patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik
dan kimiawi.
B. RUANG LINGKUP
1. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80°C dalam
waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam waktu 1 menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang, disinfektan
mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak
terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
3. Pengunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi dan ruang
isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dinding 0-5 cfu/cm², bebas
mikroorganisme patogen dan gas ganggren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat
inap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan
laundry) sebesar 5-10 cfu/cm².
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik dengan
pemanasan pada suhu ± 121°C selama 30 menit atau pada suhu 134°C selama 13 menit
dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur dari
sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas dari
mikroorganisme hidup.
C. TATA LAKSANA
Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan disinfeksi dan disterilisasi
sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan, meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai.
b. Penataan – Pengemasan – Pelabelan – Sterilisasi
c. Persiapan sterilisasi instrumen baru :
d. Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila diperlukan) - Pelabelan – Sterilisasi
3. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama :
Disinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan (pelipatan bila perlu) - Penataan –
Pelabelan – Sterilisasi
4. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi :
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke dalam
jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu dalam keadaan
steril sebelum digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa endotracheal
harus disterilkan/ didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah atau sekresi
harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan.
5. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu
dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah dan
jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
6. Sterilisasi (132°C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer) tidak
dianjurkan untuk implant.
7. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau didisinfeksi
tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang yang dapat
mengakibatkan keadan toxin atau mengganggu keamanan dan efektivitas pekerjaan.
8. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahannya mudah sobek, basah, dan sebagainya.
9. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat (lemari)
khusus setelah dikemas steril pada ruangan :
a. Dengan suhu 18°C-22°C dan kelembaban 35%-75%, ventilasi menggunakan sistem
tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5
mikron)
b. Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan.
c. Barang yang steril disimpan pada jarak 19-24 cm. d. Lantai minimum 43 cm dari
langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
penempelan debu kemasan.
10. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk
dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun. 10. Peralatan operasi yang
telah steril jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan peralatan yang telah terpakai.
11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis dilakukan
sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.
BAB VI

DEKONTAMINASI

A. PENGERTIAN:

Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan, sarung

tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Proses yang membuat benda mati lebih

aman untuk ditangani oleh staf sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivikasi HBV, HBC

dan HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang

mengkontaminasi.

B. RUANG LINGKUP

Berdasarkan Standar Instalasi Gawat Darurat yang tertuang dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Rumah Sakit, maka Rumah Sakit wajib mempunyai Ruang dekontaminasi. Area

dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah dengan IGD.

Ruang Dekontaminasi di IGD sesuai peraturan perundang-perundangan sebagai berikut :

1) Ruangan ini ditempatkan disisi depan / luar ruang gawat darurat atau terpisah dengan

ruang gawat darurat

2) Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka kea rah dalam dan dilengakapi

dengan alat penutup pintu otomatis

3) Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan brankar

4) Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air

5) Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cmdari permukaan

lantai

6) Ruangan dilengkapi dengan wastafel (sink) dan pancuran air (shower)


C. TATA LAKSANA

1. KEBIJAKAN:

a. Dilakukan pada korban masal terutama pada korban yg terkontaminasi bahan

kimia.

b. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang dating dan

terpapar bahan kimia harus didekontaminasi sebelum masuk keruangan yang ada

di rumah sakit.

c. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang telah dipersiapkan, terpisah dan

tertutup, tersedia air mengalir dan sebaiknya dekat dengan UGD/IRD .

2. PROSEDUR:

a. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan dekontaminasi, pastikan

korban dalam keadaan stabil atau telah dilakukan stabilisasi fungsi vitalnya.

b. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminant)

c. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6 galon air ( 25 ltr air/

4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches² (66 cm²) per-orang.

d. Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh korban.

e. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5 % Sodium

hypochlorite (HTH chlorine) efektif utk kontaminant biologi atau kimia.

f. Utk kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk korban masal).

g. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).

h. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan

kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki.

i. Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan bersih.

j. Korban di masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan

triage ulang walaupun sudah dilakukan triage di lapangan.


k. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat daruratan korban bencana.

l. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan rumah sakit.

m. Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera lakukan dekontaminasi.

n. Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan dari area tindakan,

pakaian dibuka dan observasi (medical evaluation).

o. Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan prioritas dekontaminasi.

3. KEBUTUHAN

1. sarana air yang mengalir

a) pipa

b) keran air

c) selang

d) semprotan

2. saluran pembuangan ke IPAL

3. porselen yang tahan air supaya air tidak rembes ke bagian yang lain

4. APD :

a) cap/tutup kepala

b) google

c) masker

d) celemek/dress

e) sepatu boot

5. sikat, gunting dan peralatan lain

Anda mungkin juga menyukai