Manajemen Emergensi
Rumah Sakit dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas
Tahun 2017.
1
I. PENDAHULUAN
Musi Rawas sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang
berbatasan dengan Propinsi Bengkulu ( Kabupaten Rejang Lebong ), seperti kita ketahui
propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi di pulau Sumatera yang rawan bencana
alam gempa, Selain itu sebagian daerah pemukiman Kabupaten Musi Rawas berada pada
daerah aliran sungai yang rawan bencana banjir. Kabupaten Musi Rawas juga berbatasan
dengan propinsi Jambi ( Kabupaten Sarolangun ), Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten
Empat Lawang, sehingga mobilitas penduduk yang sangat cepat menimbulkan kerawanan
terhadap bencana biologi, sosial dan politik.
Rumah Sakit dr.Sobirin sebagai pusat rujukan kesehatan tertinggi di Kabupaten Musi
Rawas, Kota Lubuklinggau, dan Kabupaten – kabupaten lain disekitarnya sehingga
diperlukan sebuah pedoman penanganan bencana yang mengatur kerja dan koordinasi rumah
sakit untuk mengoptimalkan pelayanan. Secara umum RS dr.Sobirin telah memiliki tim medis
yang siap menangani bencana, tetapi tim medis tidak akan dapat bekerja optimal tanpa
dukungan semua unsur di rumah sakit. Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsur di
rumah sakit diperlukan sebuah pedoman yang dipahami bersama.Manajemen penanganan
bencana di RS dr.Sobirin dituangkan dalam buku pedoman yang menjelaskan tentang Struktur
Organisasi untuk penanganan bencana baik internal maupun eksternal, alur respon bencana
internal dan eksternal, uraian tugas masing – masing unit dan personal petugas, serta prosedur
standar, data pendukung dan formulir yang digunakan untuk kelengkapan data dan
dokumentasi.
2
C. Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung – tabung besar gas maupun central gas rumah
sakit yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan dan sabotase.
Dan tabung – tabung gas maupun salurannya itu sendiri merupakan sumber kebocoran.
D. Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan berbahaya
yang ada di Rumah Sakit.
E.Penyakit Menular
Penyakit menular yang potensial terjadi di Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuklinggau
dan sekitarnya adalah diare, demam berdarah.
b. BENCANA EKSTERNAL
Rumah Sakit dr.Sobirin sebagai Rumah Sakit terbesar di Kabupaten Musi Rawas dan
pusat rujukan, sangat memungkinkan untuk menerima korban bencana eksternal, maupun
memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar rumah sakit di Kabupaten Musi Rawas
dan Kota Lubuklinggau dan sekitar, Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada rumah
sakit adalah : ledakan / bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit
diaktifkan, antara lain :
Tim Penanggulangan Bencana diaktifkan oleh Direktur
Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di IGD, sedangkan korban meninggal
langsung ke kamar jenazah.
Semua korban di triase di ruangan triase IGD
Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu lintas di sekitar
rumah sakit. Alur menuju IGD akan dijaga ketat.
Pengunjung diarahkan ke pusat informasi untuk informasi korban
Petugas tambahan akan dikontak oleh masing –masing penanggungjawab
Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada situasi
penanganan korban bencana tanpa ijin dari Direktur
Semua media / informasi kepada pers hanya melalui Direktur selanjutnya informasi
diperoleh dari Ketua Tim
Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya
menggunakan form yang ada. Farmasi dibuka sesuai keperluan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan.
3
Pasien non disaster yang berada di Triase IGD tetap mendapatkan pelayanan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Komunikasi dan informasi untuk situasi terbaru akan disampaikan pada keluarga /
yang berkepentingan.
III. TUJUAN
a. Menyiapkan rumah sakit dalam penanggulangan bencana
b. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu cepat ( rapid system
estabishment)
c. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas ( psikologis, sosial ), pasien dan pengunjung
/ tamu.
d. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana dan pemulihan , serta tahap kembali ke
fungsi normal.
e. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar kualitas pelayanan
tertentu.
IV. KOMPONEN
1. Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
2. Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
3. Kartu instruksi kerja
4. Label ID
5. Disaster kit
6. Buku Pedoman.
4
V. POS PENANGANAN BENCANA
Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun menampung
beberapa kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana sehingga penanganan
dan pengelolaannya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.
POSKO LOKASI
Pos Tim disaster Ruang Rapat IGD
Pos Pengolahan data Ruang Karu IGD
Pos Informasi Ruang Informasi IGD
Pos Logistik dan Donasi Ruang Perlengkapan
Pos penanganan jenazah Kamar Jenazah
Pos Relawan Ruang Perpustakaan Diklat
c. POS INFORMASI
Tempat : Ruang Informasi IGD
Fungsi : Tempat tersedianya informasi untuk data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis/ non
medis, perbaikan gedung, data donatur.
Lingkup kerja :
1. Memberikan informasi data korban , data kebutuhan relawan, data perencanaan
kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis / non medis,
perbaikan gedung, data donatur yang diperoleh dari Pos Pengolahan Data.
2. Mengexpose hanya data korban saja, baik korban sedang dirawat, korban hilang,
korban meninggal, hasil identifikasi jenazah, korban yang telah dievakuasi keluar RS.
6
Fasilitas :
1. Telepon
2. Papan informasi
f. POS RELAWAN
Tempat : Ruang Perpustakaan Diklat
Fungsi :
1. Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan, baik orang awam, awam khusus
maupun tenaga profesional.
2. Tempat informasi relawan
Lingkup kerja :
1. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan, yang sesuai kompetensinya.
2. Mengatur schedule kerja sesuai tempat dan waktu yang diperlukan
3. Menyiapkan ID card relawan
4. Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai keinginan rumah sakit
Fasilitas :
1. Komputer
2. Buku pencatatan
VII.AREA DEKONTAMINASI
Adalah area/ tempat untuk membersihkan korban dari kontaminasi bahan – bahan yang
bersifat iritasi. Area ini berlokasi di lingkungan IGD dan diperuntukkan bagi korban
terkontaminasi bahan kimia dan atau biologis. Area dekomantinasi yang dimiliki rumah sakit
ditujukan melaksanakan dekontaminasi sekunder, sehingga upaya dekontaminasi primer
diasumsikan telah dilaksanakan ditempet kejadian.
8
VIII. RUANGAN DAN AREA BERKUMPUL TERBUKA
Area tempat berkumpul (titik aman berkumpul) saat terjadinya bencana internal bagi
pasien, petugas dan pengunjung / keluarga pasien, serta tempat untuk melaksanakan triage
korban.
AREA BERKUMPUL TERBUKA ( TITIK AMAN BERKUMPUL )
AREA WILAYAH SEKITAR RS AREA TERBUKA
1 Ruang Paviliun,Teratai, Mawar dan Asoka Jl. Kesehatan depan Akper FA
2 Ruang Anggrek,Melati,NI, IPSRS, Jl. Kesehatan samping IPSRS
Gizi,Loundry, K3 Sanitasi
3 Ruang Cempaka , Kenanga,ICU,OK,Radiologi, Halaman parkir Rumah Sakit
Rawat Jalan,IGD dan Manajemen, Labor,
UTDRS, Kamar Jenazah.
AKTIFKAN POSKO
PENANGGULANGAN
BENCANA
EVALUASI PROSES
PENANGGULANGAN
YANG SUDAH
DILAKUKAN
9
XI. GARIS KOMUNIKASI
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah :
1. Aktivasi sistem penanganan bencana RS
2. Mobilisasi tim medik
3. Mobilisasi tim manajemen
4. Aktifasi Pos Tim Disaster
5. Penggunaan media komunikasi yang ada , yaitu telepon,HT
6. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang dilaksanakan oleh tiap
orang sewaktu – waktu sesuai jabatannya.
7. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Direktur
10
XIII. PERAN INSTANSI JEJARING
Pada situasi bencana suatu rumah sakit diharapkan dapat menyelenggarakan pelayanan dan
mengatasi semua situasi terkait dengan pertolongan korban baik ketersediaan peralatan medik
atau masalah teknis lainnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sehingga pelayanan
dapat diberikan dengan sebaik-baiknya, serta dengan seminimal mungkin adanya korban
meninggal. Dalam situasi demikian, amak kemampuan rumah sakit diuji untuk mampu
mengatasi semua kejadian / korban yang ada. Sangatlah tidak mungkin jika semua hal
tersebut dibebankan kepada hanya 1 (satu) rumah sakit, dalam hal ini RS dr.Sobirin, sehingga
sangatlah penting untuk mengembangkan kerjsama dengan instansi dan rumah sakit jejaring
sebagai upaya memperluas dan meningkatkan peran aktif sektor / instansi lain untuk bersama
– sama memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan masing – masing. Instansi jejaring
yang diharapkan perannya pada situasi bencana, antara lain :
1. Dinas Pemadam Kebakaran : Bantuan pemadam kebakaran diperlukan apabila bencana
yang terjadi tidak dapat diatasi dengan hanya memakai APAR ( Alat Pemadam Api
Ringan )yang ada di RS dr.Sobirin.Satpam jaga rumah sakit menghubungi no telp.113 untuk
meminta bantuan petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Lubuklinggau dan Posko
Kebakaran Mura dengan nomor telepon 0733-453008. Selain untuk tujuan memadamkan api,
membantu proses evakuasi korban dan melaksanakan dekontaminasi primer.
2.Palang Merah Indonesia : PMI diperlukan dalam rangka membantu proses triage dan
evakuasi, serta penggunaan fasilitas yang dimilikinya.
3.Kepolisian : Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu lintas menuju dan keluar RS ,
khususnya akses menuju ke ORD pada saat kejadian bencana.
4.Tagana : Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Tagana Lubuklinggau dan Tagana
Kabupaten Musi Rawas sebagai upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan,
dsb.
5.PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk penambahan titik
sambungan listrik di unit – unit yang diperlukan agar pelayanan yang diberikan tetap optimal.
6.TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telepon internasional
bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana, terutama untuk membantu
korban/keluarga warga negara asing yang ingin berhubungan dengan negaranya. Sambungan
telepon internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana, terutama
untuk membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin berhubungan dengan
negaranya. Sambungan telepon diperlukan untuk membuka akses internet guna memberikan
informasi tentang bencana yang terjadi.
11
7.PDAM : Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk operasional penanganan
korban.
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau : Laporan kepada Dinas
Kesehatan menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan bagi
diupayakannya mobilisasi bantuan dari pihak / instansi terkait, khususnya Pemda dan instansi
kesehatan jejaring lainnya.
9. Rumah Sakit Jejaring : Pada situasi korban sangat besar dimana RS dr.Sobirin tidak mampu
menampung untuk penanganannya, maka kerjasama penanganan dengan rumah sakit lain
sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu diinformasikan upaya meminta bantuan kepada
rumah sakit lain, seperti RS Siti Aisyah Kota Lubuklinggau, RS DKT dan beberapa rumah
sakit swasta.
10. SAR : Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam penanganan
bencana.
12
XIV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian, proses
evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak korban
tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical Support
Tempat : Triage – IGD / lokasi kejadian / area berkumpul / tempat perawatan
definitif.
SPO
14
3.PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN
Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk
menampung sejumlah korban dan pasien – pasien diruangan tersebut harus dipindahkan
keruangan yang sudah ditentukan.
Tempat : Ruang Melati
Penanggungjawab : Kepala Bidang Keperawatan
SPO
15
4.PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS
Persiapan dan distribusi makanan untuk pasien dan petugas dikoordinir oleh Instalasi
Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala ruang maupun
penanggunjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan memperhitungkan sejumlah
makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru / relawan.
Tempat : Instalasi Gizi dan Posko Donasi ( Makanan )
Penanggungjawab : Kepala Instalasi Gizi
SPO
16
5.PENGELOLAAN SDM RUMAH SAKIT
Rumah Sakit perlu pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat
penanganan bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan
serta pengelolaannya saat situasi bencana.
SPO
17
6.PENGENDALIAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS ditertibkan
dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan.Demikian pula korban diarahkan
untuk dikumpulkan pada ruangan / area tempat berkumpul yang ditentukan.
Tempat berkumpul : Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggungjawab : Koordinator satpam
SPO
18
7.KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana maupun efek
dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi.
Instansi terkait yang dimaksud adalah Satkorlak, Dinas Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas
Pemadam Kebakaran, SAR,PDAM,PLN,TELKOM,PMI dan RS Jejaring, Intitusi Pendidikan
Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggungjawab : Direktur RS
SPO
19
8.PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN / ALAT HABIS PAKAI
Penyediaan obat dan bahan / alat habis pakai dalam situasi bencana merupakan salah
satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu
diperlukan adanya persediaan obat dan bahan / alat habis pakai sebagai penunjang pelayanan
korban
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggungjawab : Kepala Instalasi Farmasi
SPO
20
4. Kepala Instalasi Farmasi membuat kriteria dan
persyaratannya mengenai bantuan obat & bahan/ alat habis
pakai dari LSM /lembaga donor. Hal ini pilihan terakhir,
apabila ada yang berminat dan tanpa ada permintaan.
5. Kepala Instalasi Farmasi mengkoordinir persiapan tempat
penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan / alat habis pakai.
6. Staf Farmasi membuatkan pencatatan dan pelaporan
harian.
7. Kepala Instalasi Farmasi melakukan
pemusnahan/koordinasikan ke pihak terkait apabila obat
atau bahan / alat habis pakai telah kadaluarsa dan atau
tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan.
UNIT TERKAIT 1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Pelayanan
3. Bidang Perawatan
4. Bidang Perencanaan dan Rekam Medis
21
9.PENGELOLAAN VOLUNTER ( RELAWAN )
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana, individu /kelompok
organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat dan direistrasi secara
baik oleh bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan
sesuai dengan jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggungjawab : Kasubag Umum dan Kepegawaian
SPO
PENGELOLAAN RELAWAN
22
7. Kasubag umum dan kepegawaian memastikan relawan
tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan / unit dimaksud.
8. Staf subag umum dan kepegawaian membuatkan absensi
kehadiran relawan setiap shift / hari
UNIT TERKAIT 1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Pelayanan
3. Bidang Perawatan
23
10.PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggungjawab : Ka Instalasi Sanitasi
SPO
24
11. PENGELOLAAN DONASI
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik berupa obat,
bahan / alat habis pakai, makanan, alat medis / non medis, makanan maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggungjawab : Kasubag Perlengkapan
SPO
PENGELOLAAN DONASI
25
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Gizi
3. Sub bidang analisa dan pendayagunaan sarana medik
4. Sub bagian keuangan
5. IPSRS
6. Ruang pelayanan
26
12. PENGELOLAAN LISTRIK, TELPON DAN AIR
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan telpon
saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang melaksanakannya. Persiapan
pengadaan maupun sambungannya mulai dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di rumah
sakit.
Tempat : Unit pelayanan di RS dr.Sobirin
Penangungjawab : Ka Instalasi IPSRS
SPO
27
13. PENANGANAN KEAMANAN
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area – area transportasi korban dari
lokasi ke IRD, pengamanan sekitar IGD pada umumnya serta pengamanan pada ruang
perawatan dan pos – pos yang didirikan.
Penanggungjawab : Koordinator Satpam
Tempat : Alur masuk ambulance ke iGD, Seluruh unit pelayanan dan pos
SPO
PENANGANAN KEAMANAN
28
14. PENGELOLAAN INFORMASI
Informasi , baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik korban
hidup, korban meninggal, tempa perawatan korban dan status evakuasi ke luar rumah
sakit.Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang diperlukan untuk
penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggungjawab : Kasi Pengendalian Pelayanan Medik dan Penunjang Medik
SPO
PENGELOLAAN INFORMASI
29
15. PENGELOLAAN REKAM MEDIS
Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis sesuai
dengan prosedur yang berlaku di RS. Pada rekam medis diberikan tanda khusus untuk
mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : Triage IGD
Penanggungjawab : Kasubid Rekam Medik
SPO
30
16. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID, Label ID yang
dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan tindakan life
saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang bersangkutan.
Tempat : Ruang Triage- IGD, Kamar Jenazah
Penanggungjawab : Kasubid Rekam Medik
SPO
IDENTIFIKASI KORBAN
31
17. PENGELOLAAN JENAZAH
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan menentukan jenis
musibah yang terjadi pengeluaran jenazah dilakukan di kamar jenazah.
Tempat : Kamar Jenazah
Penangungjawab : Petugas Kamar Jenazah
SPO
PENGELOLAAN JENAZAH
32
18. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RS
Atas indikasi medis, politik dan hukum, maupun permintaan yang bersangkutan atau
atas permintaan keluarga seringkali pasien / korban pindah ataupun keluar dari Rumah Sakit
dr.Sobirin untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu. Perpindahan / evakuasi korban
ini dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga yang bersangkutan.Kelangkapan
dokumen medik serta persetujuan keluarga yang bersangkutan diperlukan untuk pelaksanaan
proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggungjawab : Ketua medical support
SPO
PENGELOLAAN JENAZAH
33
BAB IV
BENCANA INTERNAL
34
Prosedur : Jika melihat api atau asap
1. Harap tenang dan jangan panic
2. Petugas pengendali api yang berada di ruangan / dilantai bersangkutan sambil
mengambil APAR terdekat dan lakukan pemadaman api sesuai dengan petunjuk,
apabila api tersebut tidak bisa di padamkan petugas berteriak Red code, red code,
red code dan petugas yang lain menghubungi pusat pengendali informasi
emergency ( Petugas Keamanan ) nomor 243 melaporkan bahwa telah terjadi
Red code, red code, red code nama lokasi kejadian ( lantai, ruangan, kamar ),
mohon red code diaktifkan.
3. Pusat pengendali komunikasi emergency ( Petugas Keamanan ) setelah mendapat
informasi adanya kode merah atau red code akan melakukan pengumuman ada
situasi kode merah sebanyak 3 kali ( Red Code, Red Code, Red Code diaktifkan )
dan menyebutkan lokasi kejadian segera bunyikan Alarm.
4. Petugas IPSRS segera mematikan panel sentral listrik di Rumah Sakit.
5. Tim Bencana Kebakaran dan petugas keamanan menuju lokasi kejadian sesuai
dengan tugasnya masing – masing melakukan evakuasi
a. Helm Merah, Personal yang bertanggung jawab mengendalikan api dan
memutus rantai penyebaran api dengan salah satunya memutus aliran gas
medis, serta mengendalika pemadaman sampai datangnya petugas pemadam
kebakaran defenitif. Pengendali api dengan memakai helm merah, bertanggung
jawab membangun komunikasi kode merah kepada pusat pengendali informasi
emergency ( petugas keamanan )
b. Helm Biru, Pengendali pasien, khususnya bila diperlukan evakuasi. Pengendali
pasien dengan memakai helm biru, bertanggung jawab mengendalikan pasien
dan atau keluarga pasien bila diperlukan evakuasi mengatur proses evakuasi
ketitik aman berkumpul dengan mengikuti petunjuk arah evakuasi yang
tersedia di ruangan dan atau ke IGD bila diperlukan penanganan kedaruratan.
Saat evakuasi pasien selalu berpedoman pada status pasien yang dirawat
dimana saat pasien ditetapkan dirawat di rumah sakit maka petugas sudah
melakukan penandaan pada pasien yang bersangkutan masuk dalam kelompok
mana pasien tersebut.
c. Helm Putih, Pengendali dokumen (evakuasi dokumen ), pengendali dokumen
memakai helm putih, mengatur penyelamatan dokumen yang ada di ruangan/
lantai bersangkutan.
35
d. Helm Kuning, Penyelamatan fasilitas medis yang adai diruangan/ lantai
bersangkutan.
6. Jika api dapat dipadamkan, Komando Helm Merah mengatakan Red code, red
code, red code di non aktifkan, lakukan pembersihan area dan kesiapsiagaan.
7. Jika api tidak kunjung padam, Pusat komunikasi membangun komunikasi
emergency dengan pemadam kebakaran (PPK Kota) bahwa ada Kebakaran di
rumah sakit dr. Sobirin dengan memberikan informasi cara masuk ke lokasi
kebakaran dengan mengacu pada peta alur kendaraan keluar masuk.
8. Proses pemadaman api dibawah koordinator api ( helm merah), bila tim
pengendali api pusat (pemadam kebakaran) telah tiba maka pengendalian dibawah
tim PPK.
9. Personal / tenaga bantuan yang memberi bantuan pertolongan mengikuti perintah
dari masing – masing koordinator ( helm merah, helm kuning,helm putih dan
hem biru ) sesuai dengan pertolongan dalam hal apa yang akan dilakukan.
10. Bila diperlukan evakuasi, proses evakuasi mengacu pada kebijakan yang ada.
36
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
Kejadian kebakaran harus dilaporkan
Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga , biarkan lampu selalu menyalau
untuk penerangan.
Matikan alat – alat lain seperti : mesin anasthesi, suction, alat – alat elektronik,
dll.
Tetap tenang dan jangan panik
Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih
37
PENANGULANGAN KEBAKARAN DI
RS dr.SOBIRIN
38
PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN
( APAR )
39
PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN
( APAR )
40
ada situasi kode merah sebanyak 3 kali ( Red Code,
Red Code, Red Code diaktifkan ) dan menyebutkan
lokasi kejadian segera bunyikan Alarm.
4. Petugas IPSRS segera mematikan panel sentral listrik
di Rumah Sakit.
5. Tim Bencana Kebakaran dan petugas keamanan
menuju lokasi kejadian sesuai dengan tugasnya
masing – masing melakukan evakuasi
a. Helm Merah, Personal yang bertanggung jawab
mengendalikan api dan memutus rantai penyebaran
api dengan salah satunya memutus aliran gas
medis, serta mengendalika pemadaman sampai
datangnya petugas pemadam kebakaran defenitif.
Pengendali api dengan memakai helm merah,
bertanggung jawab membangun komunikasi kode
merah kepada pusat pengendali informasi
emergency ( petugas keamanan )
b. Helm Biru, Pengendali pasien, khususnya bila
diperlukan evakuasi. Pengendali pasien dengan
memakai helm biru, bertanggung jawab
mengendalikan pasien dan atau keluarga pasien bila
diperlukan evakuasi mengatur proses evakuasi
ketitik aman berkumpul dengan mengikuti petunjuk
arah evakuasi yang tersedia di ruangan dan atau ke
IGD bila diperlukan penanganan kedaruratan. Saat
evakuasi pasien selalu berpedoman pada status
pasien yang dirawat dimana saat pasien ditetapkan
dirawat di rumah sakit maka petugas sudah
melakukan penandaan pada pasien yang
bersangkutan masuk dalam kelompok mana pasien
tersebut.
e. Helm Putih, Pengendali dokumen (evakuasi
dokumen ), pengendali dokumen memakai helm
putih, mengatur penyelamatan dokumen yang ada
41
di ruangan/ lantai bersangkutan.
f. Helm Kuning, Penyelamatan fasilitas medis yang
adai diruangan/ lantai bersangkutan.
6. Jika api dapat dipadamkan, Komando Helm Merah
mengatakan Red code, red code, red code di non
aktifkan, lakukan pembersihan area dan kesiapsiagaan.
7. Jika api tidak kunjung padam, Pusat komunikasi
membangun komunikasi emergency dengan pemadam
kebakaran (PPK Kota) bahwa ada Kebakaran di rumah
sakit dr. Sobirin dengan memberikan informasi cara
masuk ke lokasi kebakaran dengan mengacu pada peta
alur kendaraan keluar masuk.
8. Proses pemadaman api dibawah koordinator api
( helm merah), bila tim pengendali api pusat
(pemadam kebakaran) telah tiba maka pengendalian
dibawah tim PPK.
9. Personal / tenaga bantuan yang memberi bantuan
pertolongan mengikuti perintah dari masing – masing
koordinator ( helm merah, helm kuning,helm putih
dan hem biru ) sesuai dengan pertolongan dalam hal
apa yang akan dilakukan.
10. Bila diperlukan evakuasi, proses evakuasi
mengacu pada kebijakan yang ada.
UNIT TERKAIT Seluruh unit Rumah Sakit.
42
No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman
1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS
PENGGUNAAN ALARM
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma, luka
bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi
44
Jika gempa bumi menguncang secara tiba – tiba, berikut petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan :
Di dalam ruangan : Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat aman.
Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah didalam ruangan
sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela.
Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.
Di luar gedung : Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan
badan ketanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua
petunjuk dari petugas atau satpam.
45
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. ( Peraturan Menteri Kesehatan
No.949/Menkes/SK/VII/2004)
Kriteria KLB penyakit adalah :
1. Timbulnya penyakit sebelumnya tidak ada di suatu daerah
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :
1. Catat dan laporkan jumlah kejadian / penyakit yang terjadi di ruangan kepada Kepala
Bidang Perawatan bila shif pagi atau pada hari kerja ke perawat kontrol bila diluar jam
kerja.
2. Tingkatkan standar precaution untuk mencegah penularan ke pasien lain atau ke
petugas kesehatan.
3. Tim pengendalian infeksi nosokomial melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap
terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB dan membuat
rekomendasi untuk mengambil tindakan selanjutnya.
46
47
48
49