Anda di halaman 1dari 49

PROGRAM

Manajemen Emergensi
Rumah Sakit dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas
Tahun 2017.

Penulis Dokumen Unit K3 Rumah Sakit dr.Sobirin


Tanggal
Jumlah Halaman

1
I. PENDAHULUAN
Musi Rawas sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang
berbatasan dengan Propinsi Bengkulu ( Kabupaten Rejang Lebong ), seperti kita ketahui
propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi di pulau Sumatera yang rawan bencana
alam gempa, Selain itu sebagian daerah pemukiman Kabupaten Musi Rawas berada pada
daerah aliran sungai yang rawan bencana banjir. Kabupaten Musi Rawas juga berbatasan
dengan propinsi Jambi ( Kabupaten Sarolangun ), Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten
Empat Lawang, sehingga mobilitas penduduk yang sangat cepat menimbulkan kerawanan
terhadap bencana biologi, sosial dan politik.
Rumah Sakit dr.Sobirin sebagai pusat rujukan kesehatan tertinggi di Kabupaten Musi
Rawas, Kota Lubuklinggau, dan Kabupaten – kabupaten lain disekitarnya sehingga
diperlukan sebuah pedoman penanganan bencana yang mengatur kerja dan koordinasi rumah
sakit untuk mengoptimalkan pelayanan. Secara umum RS dr.Sobirin telah memiliki tim medis
yang siap menangani bencana, tetapi tim medis tidak akan dapat bekerja optimal tanpa
dukungan semua unsur di rumah sakit. Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsur di
rumah sakit diperlukan sebuah pedoman yang dipahami bersama.Manajemen penanganan
bencana di RS dr.Sobirin dituangkan dalam buku pedoman yang menjelaskan tentang Struktur
Organisasi untuk penanganan bencana baik internal maupun eksternal, alur respon bencana
internal dan eksternal, uraian tugas masing – masing unit dan personal petugas, serta prosedur
standar, data pendukung dan formulir yang digunakan untuk kelengkapan data dan
dokumentasi.

II. GAMBARAN BENCANA INTERNAL DAN EKSTERNAL


a. BENCANA INTERNAL
Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit dan bencana eksternal
yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi jenis bencana (hazard) yang mungkin terjadi
di rumah sakit dr.sobirin adalah sebagai berikut :
A. Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung.
B. Gempa Bumi
Propinsi Bengkulu merupakan daerah yang rawan terjadi gempa. Dampak terjadinya
gempa ini dapat juga terjadi di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau dan
sekitarnya yang akan merupakan bencana external namun bila dampak gempa pada areal
bangunan di RS maka hal ini merupakan situasi bencana yang terjadi di RS.

2
C. Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung – tabung besar gas maupun central gas rumah
sakit yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan dan sabotase.
Dan tabung – tabung gas maupun salurannya itu sendiri merupakan sumber kebocoran.
D. Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan berbahaya
yang ada di Rumah Sakit.
E.Penyakit Menular
Penyakit menular yang potensial terjadi di Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuklinggau
dan sekitarnya adalah diare, demam berdarah.

b. BENCANA EKSTERNAL
Rumah Sakit dr.Sobirin sebagai Rumah Sakit terbesar di Kabupaten Musi Rawas dan
pusat rujukan, sangat memungkinkan untuk menerima korban bencana eksternal, maupun
memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar rumah sakit di Kabupaten Musi Rawas
dan Kota Lubuklinggau dan sekitar, Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada rumah
sakit adalah : ledakan / bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit
diaktifkan, antara lain :
 Tim Penanggulangan Bencana diaktifkan oleh Direktur
 Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di IGD, sedangkan korban meninggal
langsung ke kamar jenazah.
 Semua korban di triase di ruangan triase IGD
 Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu lintas di sekitar
rumah sakit. Alur menuju IGD akan dijaga ketat.
 Pengunjung diarahkan ke pusat informasi untuk informasi korban
 Petugas tambahan akan dikontak oleh masing –masing penanggungjawab
 Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada situasi
penanganan korban bencana tanpa ijin dari Direktur
 Semua media / informasi kepada pers hanya melalui Direktur selanjutnya informasi
diperoleh dari Ketua Tim
 Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya
menggunakan form yang ada. Farmasi dibuka sesuai keperluan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan.

3
 Pasien non disaster yang berada di Triase IGD tetap mendapatkan pelayanan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
 Komunikasi dan informasi untuk situasi terbaru akan disampaikan pada keluarga /
yang berkepentingan.
III. TUJUAN
a. Menyiapkan rumah sakit dalam penanggulangan bencana
b. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu cepat ( rapid system
estabishment)
c. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas ( psikologis, sosial ), pasien dan pengunjung
/ tamu.
d. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana dan pemulihan , serta tahap kembali ke
fungsi normal.
e. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar kualitas pelayanan
tertentu.
IV. KOMPONEN
1. Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
2. Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
3. Kartu instruksi kerja
4. Label ID
5. Disaster kit
6. Buku Pedoman.

4
V. POS PENANGANAN BENCANA
Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun menampung
beberapa kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana sehingga penanganan
dan pengelolaannya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.

PENGALIHAN RUANGAN SEBAGAI POSKO

POSKO LOKASI
Pos Tim disaster Ruang Rapat IGD
Pos Pengolahan data Ruang Karu IGD
Pos Informasi Ruang Informasi IGD
Pos Logistik dan Donasi Ruang Perlengkapan
Pos penanganan jenazah Kamar Jenazah
Pos Relawan Ruang Perpustakaan Diklat

a. POS TIM DISASTER


Tempat : Ruang Rapat IGD
Fungsi :
1. Pusat koordinasi dan komunikasi baik internal maupun external unit yang dipimpin
oleh Ketua Tim Disaster. Area ini merupakan area khusu, diman hanya petugas
tertentu yang boleh masuk.
2. Wadah yang melibatkan semua unsur pimpinan pengambil keputusan dan
mengendalikan bencana.
3. Tempat penyimpanan disaster kit, radio komunikasi dan peta – peta yang diperlukan
untuk koordinasi maupun pengambilan keputusan.
Lingkup kerja :
1. Pada bencana yang bersifat ekternal tetapi mengakibatkan gangguan infrastruktur
(gangguan ekonom) maka lingkup kerjanya adalah menyelesaikan masalah pelayanan
medis dan upaya untuk dapat mengatasi masalah ekonomi dan sdm, dengan
melibatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
2. Pada disaster yang bersifat internal disaster dimana bencana terjadi di dalam rumah
sakit, maka lingkup kerjanya adalah sebatas menyelesaikan masalah pelayanan medis
dan penunjangnya.
3. Pemegang kendali komunikasi medik dan non medik.
Fasilitas :
1. Telepon
2. Komputer
5
3. Peta area berkumpul
4. Peta ruangan perawatan pasca emergency
5. Peta area hazard di rumah sakit
6. White Board
7. Meja Pertemuan
8. Emergency kit medis dan non medis

b. POS PENGOLAHAN DATA


Tempat : Ruang Karu IGD
Fungsi : Tempat penerimaan dasn pengolahan data yang terkait dengan penanganan bencana.
Lingkup kerja :
1. Mengumpulkan seluruh data yang terkait dengan bencana
2. Melakukan koordinasi dengan pos – pos penanganan bencana lainnya dan unit
pelayanan terkait baik internal maupun eksternal.
3. Mengolah data menjadi informasi yang terbaru untuk menunjang keputusan ketua Tim
Disaster.
4. Melakukan pengarsipan seluruh data dan informasi dalam bentuk file sehingga
sewaktu –waktu bisa dibuka bila diperlukan
5. Mengirimkan data Direktur Rumah Sakit sebagai bahan informasi ke pihak external.
Fasilitas :
1. Earphone
2. Komputer

c. POS INFORMASI
Tempat : Ruang Informasi IGD
Fungsi : Tempat tersedianya informasi untuk data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis/ non
medis, perbaikan gedung, data donatur.
Lingkup kerja :
1. Memberikan informasi data korban , data kebutuhan relawan, data perencanaan
kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis / non medis,
perbaikan gedung, data donatur yang diperoleh dari Pos Pengolahan Data.
2. Mengexpose hanya data korban saja, baik korban sedang dirawat, korban hilang,
korban meninggal, hasil identifikasi jenazah, korban yang telah dievakuasi keluar RS.

6
Fasilitas :
1. Telepon
2. Papan informasi

d. POS LOGISTIK dan DONASI


Tempat : Ruang Perlengkapan
Fungsi :
1. Menerima dan mendistribusikan semua bantuan logistik dan uang dari pihak luar
dalam menunjang operasional penanganan bencana.
2. Tempat penyimpanan sementara barang sumbangan, selanjutnya didistribusikan ke
bagian yang bertanggungjawab.
Lingkup kerja :
1. Menerima bantuan logistik dan obat untuk menunjang pelayanan medis.
2. Mengkoordinasikan kepada Kepala Instalasi terkait tentang sumbangan yang diterima.
3. Membuat laporan penerimaan bantuan dan pendistribusiannya.
Fasilitas :
1. Komputer
2. Buku pencatatan dan pelaporan

e. POS PENANGANAN JENAZAH


Tempat : Kamar Jenazah
Fungsi :
1. Tempat penampungan, penyimpanan korban meninggal dan atau body part serta
proses pengeluarannya.
2. Tempat identifikasi jenazah
3. Tempat penyimpanan barang bukti
Lingkup kerja :
1. Pada eksternal disaster penekanan pada korban masuk terutama ketepatan data korban
sehingga identifikasi lebih cepat.
2. Menunjang pelayanan medis dalam mengungkapkan kejadian sehingga penanganan
pelayanan medis lebih tepat ( korban bencana mekanikal / biologis )
3. Koordinasi dengan jajaran terkait terutama dalam identifikasi
4. Menyiapkan segala hal yang terkait dengan evakuasi jenazah.
5. Menjaga barang bukti
6. Membangun komunikasi dengan keluarga korban terkait identifikasi
7
7. Melakukan penyelesaian jenazah yang tidak ada keluarga (pengawetan jenazah,
upacara, kremasi, pemusnahan jenazah yang beresiko penularan )
8. Membuat laporan yang informatif terutama pada kasus internal disaster yang
melibatkan korban dari pasien dan petugas (untuk melihat gambaran proses kejadian
penyelamatan oleh petugas rumah sakit dalam upaya mengurangi korban meninggal )
Fasilitas : Papan informasi.

f. POS RELAWAN
Tempat : Ruang Perpustakaan Diklat
Fungsi :
1. Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan, baik orang awam, awam khusus
maupun tenaga profesional.
2. Tempat informasi relawan
Lingkup kerja :
1. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan, yang sesuai kompetensinya.
2. Mengatur schedule kerja sesuai tempat dan waktu yang diperlukan
3. Menyiapkan ID card relawan
4. Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai keinginan rumah sakit
Fasilitas :
1. Komputer
2. Buku pencatatan

VI. PENGOSONGAN RUANGAN


Pada keadaan bencana baik internal maupun eksternal, setelah penanganan emergency
korban di triage IGD maka ruang perawatan untuk melokalisasi korban yang ada diarahkan ke
ruang teratai, sedangkan perawatan pasien teratai dialihkan ke ruang anggrek, kenanga,
cempaka, melati dan nusa indah.

VII.AREA DEKONTAMINASI
Adalah area/ tempat untuk membersihkan korban dari kontaminasi bahan – bahan yang
bersifat iritasi. Area ini berlokasi di lingkungan IGD dan diperuntukkan bagi korban
terkontaminasi bahan kimia dan atau biologis. Area dekomantinasi yang dimiliki rumah sakit
ditujukan melaksanakan dekontaminasi sekunder, sehingga upaya dekontaminasi primer
diasumsikan telah dilaksanakan ditempet kejadian.

8
VIII. RUANGAN DAN AREA BERKUMPUL TERBUKA
Area tempat berkumpul (titik aman berkumpul) saat terjadinya bencana internal bagi
pasien, petugas dan pengunjung / keluarga pasien, serta tempat untuk melaksanakan triage
korban.
AREA BERKUMPUL TERBUKA ( TITIK AMAN BERKUMPUL )
AREA WILAYAH SEKITAR RS AREA TERBUKA
1 Ruang Paviliun,Teratai, Mawar dan Asoka Jl. Kesehatan depan Akper FA
2 Ruang Anggrek,Melati,NI, IPSRS, Jl. Kesehatan samping IPSRS
Gizi,Loundry, K3 Sanitasi
3 Ruang Cempaka , Kenanga,ICU,OK,Radiologi, Halaman parkir Rumah Sakit
Rawat Jalan,IGD dan Manajemen, Labor,
UTDRS, Kamar Jenazah.

IX. RUANGAN BERKUMPUL


Ruangan yang dipilih untuk dimanfaatkan sebagai tempat penampungan pasien
sementara adalah ruangan aman terdekat dengan kejadian.

X. AKTIFASI SISTEM BENCANA

INFORMASI KEADAAN BENCANA

KETUA TIM PENANGANAN BENCANA


( DISASTER )

TIM PENANGGULANGAN BENCANA


MELAKUKAN PENILAIAN TEMPAT KEJADIAN

AKTIFKAN SISTEM TIDAK PERLU DIAKTIFKAN


PENANGGULANGAN PENANGGULANGAN
BENCANA BENCANA

AKTIFKAN POSKO
PENANGGULANGAN
BENCANA

EVALUASI PROSES
PENANGGULANGAN
YANG SUDAH
DILAKUKAN

9
XI. GARIS KOMUNIKASI
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah :
1. Aktivasi sistem penanganan bencana RS
2. Mobilisasi tim medik
3. Mobilisasi tim manajemen
4. Aktifasi Pos Tim Disaster
5. Penggunaan media komunikasi yang ada , yaitu telepon,HT
6. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang dilaksanakan oleh tiap
orang sewaktu – waktu sesuai jabatannya.
7. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Direktur

XII. PENGATURAN LALU LINTAS


Bencana Eksternal
Pengaturan lalu lintas pada bencana eksternal dilakukan sebagai berikut :
1. Kendaraan korban masuk melalui pintu mauk utama rumah sakit
2. Pintu masuk dibuka dan dijaga oleh satpam rumah skit bekedrja sama dengan
kepolisian, untuk kemudian diarahkan menuju IGD.
3. Di lobby triage petugas satpam dan kepolisisn mengatur ketertiban dan kelancaran
proses penurunan korban dari kendaraan, serta mengarahkan kendaraan untuk keluar
rumah sakit.
4. Korban diterima oleh tim medis yang ada di IGD, untuk selanjutnya dilakukan
pertolongan korban.
5. Kendaraan pengangkut pasien yang bukan korban bencana, diarahkan menuju ruang
rawat jalan.
6. Kendaraan petugas dan pengunjung diarahkan untuk parkir di luar lahan parkir rumah
sakit.
Bencana Internal
Pengaturan lalu lintas pada bencana internal dilakukans esuai dengan lokasi bencana.
Seluruh kendaraan tidak diijinkan memasuki area rumah sakit, kecuali kendaraan PMK,
Ambulance dan Polisi.Pengaturan kendaraan keluar masuk rumah sakit selanjutnya diatur
sebagai berikut :

10
XIII. PERAN INSTANSI JEJARING
Pada situasi bencana suatu rumah sakit diharapkan dapat menyelenggarakan pelayanan dan
mengatasi semua situasi terkait dengan pertolongan korban baik ketersediaan peralatan medik
atau masalah teknis lainnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sehingga pelayanan
dapat diberikan dengan sebaik-baiknya, serta dengan seminimal mungkin adanya korban
meninggal. Dalam situasi demikian, amak kemampuan rumah sakit diuji untuk mampu
mengatasi semua kejadian / korban yang ada. Sangatlah tidak mungkin jika semua hal
tersebut dibebankan kepada hanya 1 (satu) rumah sakit, dalam hal ini RS dr.Sobirin, sehingga
sangatlah penting untuk mengembangkan kerjsama dengan instansi dan rumah sakit jejaring
sebagai upaya memperluas dan meningkatkan peran aktif sektor / instansi lain untuk bersama
– sama memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan masing – masing. Instansi jejaring
yang diharapkan perannya pada situasi bencana, antara lain :
1. Dinas Pemadam Kebakaran : Bantuan pemadam kebakaran diperlukan apabila bencana
yang terjadi tidak dapat diatasi dengan hanya memakai APAR ( Alat Pemadam Api
Ringan )yang ada di RS dr.Sobirin.Satpam jaga rumah sakit menghubungi no telp.113 untuk
meminta bantuan petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Lubuklinggau dan Posko
Kebakaran Mura dengan nomor telepon 0733-453008. Selain untuk tujuan memadamkan api,
membantu proses evakuasi korban dan melaksanakan dekontaminasi primer.
2.Palang Merah Indonesia : PMI diperlukan dalam rangka membantu proses triage dan
evakuasi, serta penggunaan fasilitas yang dimilikinya.
3.Kepolisian : Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu lintas menuju dan keluar RS ,
khususnya akses menuju ke ORD pada saat kejadian bencana.
4.Tagana : Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Tagana Lubuklinggau dan Tagana
Kabupaten Musi Rawas sebagai upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan,
dsb.
5.PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk penambahan titik
sambungan listrik di unit – unit yang diperlukan agar pelayanan yang diberikan tetap optimal.
6.TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telepon internasional
bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana, terutama untuk membantu
korban/keluarga warga negara asing yang ingin berhubungan dengan negaranya. Sambungan
telepon internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana, terutama
untuk membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin berhubungan dengan
negaranya. Sambungan telepon diperlukan untuk membuka akses internet guna memberikan
informasi tentang bencana yang terjadi.

11
7.PDAM : Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk operasional penanganan
korban.
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau : Laporan kepada Dinas
Kesehatan menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan bagi
diupayakannya mobilisasi bantuan dari pihak / instansi terkait, khususnya Pemda dan instansi
kesehatan jejaring lainnya.
9. Rumah Sakit Jejaring : Pada situasi korban sangat besar dimana RS dr.Sobirin tidak mampu
menampung untuk penanganannya, maka kerjasama penanganan dengan rumah sakit lain
sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu diinformasikan upaya meminta bantuan kepada
rumah sakit lain, seperti RS Siti Aisyah Kota Lubuklinggau, RS DKT dan beberapa rumah
sakit swasta.
10. SAR : Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam penanganan
bencana.

12
XIV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian, proses
evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak korban
tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical Support
Tempat : Triage – IGD / lokasi kejadian / area berkumpul / tempat perawatan
definitif.
SPO

PENANGANAN KORBAN BENCANA

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam penanganan korban bencana yang terjadi
di luar rumah sakit.
TUJUAN Sebagai acuam penerapan langkah – langkah penanganan
korban bencana yang terjadi di luar rumah sakit.
KEBIJAKAN Setiap korban bencana harus diberi pertolongan secepatnya
untuk mencegah kecacatan dan atau kematian.
PROSEDUR Di lapangan :
1. Tim pra hospital melakukan triage sesuai dengan berat
ringannya kasus ( hijau, kuning, merah )
2. Tim pra hospital menentukan prioritas penanganan
3. Tim pra hospital melakukan evakuasi korban ke tempat
yang lebih aman
4. Petugas medis dari tim pra hospital melakukan stabilisasi
sesuai kasus yang dialami
5. Tim pra hospital melakukan transportasi korban ke IGD
Di Rumah Sakit (IGD)
1. Tim medik melakukan triage korban
2. Petugas menempatkan korban sesuai hasil triage
3. Tim medik melakukan stabilisasi korban
4. Tim medik memberikan tindakan definitif pada korban
sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah,kuning,hijau)
5. Tim medik melakukan perawatan lanjutan sesuai dengan
jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
6. Tim merujuk korban bila diperlukan baik karena
pertimbangan medis maupun tempat perawatan.
UNIT TERKAIT 1. Tim pra hospital & Tim intra hospital
13
2.PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll ditempatkan
secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun tertukar. Sedangkan barang
milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh koordinator tim forensik, selanjutnya
diserahkab ke pihak kepolisian yang bertugas di forensik.
Tempat : Ruang Triage – IGD
Penanggungjawab : Kepala Instalasi Perawatan IGD
SPO

PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengelolaan barang milik korban
bencana yang ditangani di rumah sakit.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah pengelolaan
barang milik korban bencana yang ditangani di rumah sakit
KEBIJAKAN Semua barang milik korban bencana harus ditangani dengan
baik
PROSEDUR 1. Petugas IGD mencatat barang yang dilepaskan dari korban
atau dibawa oleh korban
2. Bila ada keluarga maka petugas menyerahkan barang
tersebut kepada keluarga korban dengan menandatangani
form catatan
3. Petugas menempatkan barang milik korban pada kantong
plastik dan disimpan di lemari/locker terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil
baik oleh pasien sendiri maupun keluarganya, maka petugas
menyerahkan barang – barang
PROSEDUR 5. Selanjutnya Kabag Tata Usaha menghubungi pasien
maupun keluarganya untuk penyerahan barang dengan
berita acara serah terima.
6. Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil , maka
Kabag Tata Usaha menyerahkan barang tersebut ke Polres
tempat tinggal asal korban.
UNIT TERKAIT Tim pra hospital & tim intra hospital

14
3.PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN
Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk
menampung sejumlah korban dan pasien – pasien diruangan tersebut harus dipindahkan
keruangan yang sudah ditentukan.
Tempat : Ruang Melati
Penanggungjawab : Kepala Bidang Keperawatan
SPO

PENGOSONGAN RUANG DAN PEMINDAHAN PASIEN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengosongan ruang dan pemindahan
pasien dari ruang melati.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah pengosongan
ruang dan pemindahan pasien dari ruang Melati.
KEBIJAKAN Untuk perawatan korban – korban bencana, maka ruang melati
harus dikosongkan dan semua pasiennya dipindahkan ke ruang
perawatan lainnya.
PROSEDUR 1. Kabid keperawatan menginstryksikan kepala ruang Melati
untuk mengosongkan ruangan.
2. Kepala Ruang Melati berkoordinasi ke kepala ruang lain
dalam memindahkan pasiennya.
3. Kepala Ruang Melati dan Perawat Jaga menjelaskan pada
pasien /keluarganya alasan pengosongan ruang.
4. Kepala Ruang Melati mencatat ruang – ruang tempat tujuan
pasien pindah
PROSEDUR 5. Kepala Ruang Melati melaporkan proses pengosongan
ruangan kepada Kepala Bidang Keperawatan.
UNIT TERKAIT 1. Tata Usaha
2. IGD

15
4.PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS
Persiapan dan distribusi makanan untuk pasien dan petugas dikoordinir oleh Instalasi
Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala ruang maupun
penanggunjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan memperhitungkan sejumlah
makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru / relawan.
Tempat : Instalasi Gizi dan Posko Donasi ( Makanan )
Penanggungjawab : Kepala Instalasi Gizi
SPO

PENGELOLAAN MAKANAN BAGI KORBAN


BENCANA DAN PETUGAS

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengelolaan makanan bagi korban dan
petugas.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah –langkah pengelolaan
makanan bagi korban dan petugas
KEBIJAKAN Makanan bagi korban bencana dan petugas dikelola oleh
instalasi gizi dan posko donasi (makanan)
PROSEDUR 1. Instalasi gizi berkoordinasi dengan ruang dan posko
mengenai jumlah korban dan petugas yang ada sebelum
mempersiapkan makanan pada setiap waktu makan.
2. Instalasi gizi mengumpulkan semua permintaan makanan
dari ruangan /posko.
3. Instalasi gizi mengkoordinir persiapan makanan dan
berkolaborasi dengan posko donasi makanan untuk
mengetahui jumlah donasi makanan yang akan / dapat
disitribusikan.
UNIT TERKAIT 1. Ruang Melati, 2. Posko Relawan

16
5.PENGELOLAAN SDM RUMAH SAKIT
Rumah Sakit perlu pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat
penanganan bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan
serta pengelolaannya saat situasi bencana.
SPO

PENGELOLAAN SDM RUMAH SAKIT

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengelolaan SDM Rumah Sakit saat
terjadi bencana
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah pengelolaan SDM
rumah sakit ketika terjadi bencana
KEBIJAKAN SDM rumah sakit terlatih dalam penanganan bencana harus
bertugas sesuai shift
PROSEDUR 1. Kabang Tata Usaha menginstruksikan Kepala bidang /
bagian / Kepala instalasi yang terkait untuk kesiapan
tenaga.
2. Kepala Bagian Tata Usaha melakukan koordinasi dengan
pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/volunter dari
luar RS
3. Kasubag Umum dan Kepegawaian mendokumentasikan
semua staf yang bertugas untuk setiap shift.
UNIT TERKAIT 1. Bidang Keperawatan
2. Bidang Pelayanan

17
6.PENGENDALIAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS ditertibkan
dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan.Demikian pula korban diarahkan
untuk dikumpulkan pada ruangan / area tempat berkumpul yang ditentukan.
Tempat berkumpul : Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggungjawab : Koordinator satpam
SPO

PENGENDALIAN KORBAN BENCANA DAN


PENGUNJUNG

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengendalian korban bencana dan
penunjang
TUJUAN Sebagai acuam penerapan langkah –langkah pengendalian
korban bencana dan pengunjung saat terjadi bencana internal
RS.
KEBIJAKAN Pada saat terjadi bencana internal RS, maka korban dan
pengunjung diarahkan untuk berkumpul ditempat tertentu
PROSEDUR 1. Koordinator Satpam mengumumkan kejadian dan lokasi
bencana melalui speaker dan informasikan agar korban
dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Koordinator satpam berkoordinasi dengan Kabid Pelayanan
dan Kabid Perawatan dalam memindahkan korban
3. Kabid perawatan memerintahkan kepala ruang terkait untuk
memindahkan korban
4. Koordinator satpam mengkoordinir proses pemindahan
pasien dan alur pengunjung ke area dimaksud
PROSEDUR 1. Bidang Pelayanan
2. Bidang Perawatan

18
7.KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana maupun efek
dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi.
Instansi terkait yang dimaksud adalah Satkorlak, Dinas Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas
Pemadam Kebakaran, SAR,PDAM,PLN,TELKOM,PMI dan RS Jejaring, Intitusi Pendidikan
Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggungjawab : Direktur RS
SPO

KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan koordinasi dengan instansi
lain dalam penanggulangan bencana
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
koordinasi dengan instansi lain dalam penanggulangan
bencana.
KEBIJAKAN RS perlu melakukan koordinasi dengan Instansi lain dalam
penanganan bencana
PROSEDUR 1. Direktur mengkoordinir persiapan rapat koordinasi dan
mengkmunikasikan kejadian yang sedang dialami serta
bantuan yang
2. Ketua Tim Disaster menghubungi instansi terkait untuk
meminta bantuan sesuai kebutuhan
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah
Propinsi, Kabupaten/Kota dan Pusat, termasuk lembaga
/instansi/militer/polisi dan atau organisasi profesi.
UNIT TERKAIT 1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Pelayanan
3. Bidang Perawatan
4. Bidang Perencanaan dan Rekam Medis

19
8.PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN / ALAT HABIS PAKAI
Penyediaan obat dan bahan / alat habis pakai dalam situasi bencana merupakan salah
satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu
diperlukan adanya persediaan obat dan bahan / alat habis pakai sebagai penunjang pelayanan
korban
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggungjawab : Kepala Instalasi Farmasi
SPO

PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN /


ALAT HABIS PAKAI

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/2
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan pengelolaan obat dan bahan /
alat habis pakai dalam penanganan korban bencana
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
pengelolaan obat dan bahan / alat habis pakai untuk
penanganan korban bencana.
KEBIJAKAN Obat dab bahan / alat habis pakai perlu disiapkan dengan baik,
sehingga tidak terjadi kekurangan yang dapat menghambat
penanganan korban
PROSEDUR 1. Kepala Instalasi Farmasi menyiapkan perseiaan obat &
bahan / alat habis pakai untuk keperluan penanganan
korban bencana.
2. Kepala Instalasi Farmasi mengkoordinir pendistribusian
obat & bahan / alat habis pakai sesuai dengan permintaan
unit pelayanan.
3. Kepala Instalasi Farmasi membua permintaan bantuan
apabila perkiraan jumlah dan jenis obat & bahan / alat
habis pakai tidak mencukupi, kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Musi Rawas.

20
4. Kepala Instalasi Farmasi membuat kriteria dan
persyaratannya mengenai bantuan obat & bahan/ alat habis
pakai dari LSM /lembaga donor. Hal ini pilihan terakhir,
apabila ada yang berminat dan tanpa ada permintaan.
5. Kepala Instalasi Farmasi mengkoordinir persiapan tempat
penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan / alat habis pakai.
6. Staf Farmasi membuatkan pencatatan dan pelaporan
harian.
7. Kepala Instalasi Farmasi melakukan
pemusnahan/koordinasikan ke pihak terkait apabila obat
atau bahan / alat habis pakai telah kadaluarsa dan atau
tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan.
UNIT TERKAIT 1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Pelayanan
3. Bidang Perawatan
4. Bidang Perencanaan dan Rekam Medis

21
9.PENGELOLAAN VOLUNTER ( RELAWAN )
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana, individu /kelompok
organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat dan direistrasi secara
baik oleh bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan
sesuai dengan jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggungjawab : Kasubag Umum dan Kepegawaian
SPO

PENGELOLAAN RELAWAN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/2
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan pengelolaan volunter /
relawan.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
pengelolaan relawan untuk penanaganan korban bencana.
KEBIJAKAN Relawan / vounter perlu diatur sedemikian rupa agar
keberadannya dapat bermanfaat secara maksimal.
PROSEDUR 1. Kasubag Umum dan Kepegawaian melakukan rapid
assessment untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah tenaga
yang diperlukan.
2. Kasubag Umum dan Kepegawaian mengumumkan
kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan.
3. Kasubag Umum dan Kepegawaian melakukan seleksi
secara ketat terhadap identitas, keahlian dan keterampilan
yang dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar
( identitas organisasi profesi )
4. Staf sub bagian umum dan kepegawaian
mendokumentasikan seluruh data relawan
5. Kasubag umum dan kepegawaian menginformasikan tugas
dan kewajiban relawan.
6. Staf subag umum dan kepegawaian mengantarkan dan
memperkenalkan relawan pada tempat tugasnya.

22
7. Kasubag umum dan kepegawaian memastikan relawan
tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan / unit dimaksud.
8. Staf subag umum dan kepegawaian membuatkan absensi
kehadiran relawan setiap shift / hari
UNIT TERKAIT 1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Pelayanan
3. Bidang Perawatan

23
10.PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggungjawab : Ka Instalasi Sanitasi
SPO

PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan pengelolaan kesehatan
lingkungan.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
pengelolaan kesehatan lingkungan RS saat terjadi bencana.
KEBIJAKAN Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun
termasuk situasi bencana untuk mencegah terjadinya
pencemaran ,maupun dampak dari bencana
PROSEDUR 1. Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan
limbah medis dan non medis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Catat dan laporkan pemakaian bahan bakar dan jumlah
sampah medis yang dibakar serta kualitas hasilnya.
3. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk
pengolahan sampah dan limbah agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah
medis dan sampah umum dengan petugas ruangan.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Sanitasi
2. IPSRS

24
11. PENGELOLAAN DONASI
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik berupa obat,
bahan / alat habis pakai, makanan, alat medis / non medis, makanan maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggungjawab : Kasubag Perlengkapan
SPO

PENGELOLAAN DONASI

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/2
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan pengelolaan donasi untuk
penanganan bencana.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
pengelolaan donasi dari donatur untuk keperluan penanganan
bencana
KEBIJAKAN Semua donasi harus dikelola dan dipertanggungjawabkan oleh
pihak RS
PROSEDUR 1. Petugas perlengkapan mencatat semua asal, jumlah dan
jenis donasi yang masuk baik berupa obat, makanan, barang
dan uang maupun jasa.
2. Petugas mencatat tanggal kadaluarsa
3. Petugas mendistribusikan donasi yang ada kepada pos – pos
yang bertanggung jawab :
a. Obat dan bahan / alat habis pakai ke Ka.Instalasi
Farmasi
b. Makanan / minuman ke Ka Insatalasi Gzi
c. Barang medis ke kasubid analisa dan pendayagunaan
sarana medik
d. Uang ke Kasubag Keuangan
e. Line telpon, sumbangan daya listrik ke IPSRS
4. Kasubag perlengkapan melaporkan rekapitulasi jumlah dan
jenis donasi ( yang masuk, yang didistribusikan dan
sisanya) kepada Pos Tim Disaster.
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan
difasilitasi oleh kepala ruang atas sepengetahuan ketua
manajemen support.

25
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Gizi
3. Sub bidang analisa dan pendayagunaan sarana medik
4. Sub bagian keuangan
5. IPSRS
6. Ruang pelayanan

26
12. PENGELOLAAN LISTRIK, TELPON DAN AIR
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan telpon
saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang melaksanakannya. Persiapan
pengadaan maupun sambungannya mulai dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di rumah
sakit.
Tempat : Unit pelayanan di RS dr.Sobirin
Penangungjawab : Ka Instalasi IPSRS
SPO

PENGELOLAAN LISTRIK, TELEPON DAN AIR

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan pengelolaan listrik, telepon
dan air
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
pengelolaan listrik, telepon dan air
KEBIJAKAN Listik, telepon dan air harus dikelola dengan secara efisien agar
tidak mengganggu jalannya pelayanan bagi pasien lainnya.
PROSEDUR 1. Kepala IPSRS mengkoordinir untuk memastikan sistem
berfungsi dengan baik dan aman.
2. Kepala IPSRS mengkoordinir persiapan BBM untuk genset.
3. Kepala IPSRS memonitoring kualitas air sesuai dengan
syarat kualitas maupun kuantitas air bersih dan hindari
kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan.
4. Direktur RS melakukan koordinasi dengan Instansi terkait
( PLN,PT.TELKOM,PDAM) menjaga ketersediaan listrik,
telpon maupun air.
5. Kepala IPSRS mengkoordinir pendistribusian kebutuhan
listrik, telpn dan air ke area yang membutuhkan
6. Kepala IPSRS berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan
penanggungjawab area
7. Kepala IPSRS membuat jadwal monitoring secara rutin
bagi staf IPSRS
8. Staf IPSRS melakukan monitoring secara rutin
UNIT TERKAIT 1. Sub bagian perlengkapan
2. Panitia K3RS

27
13. PENANGANAN KEAMANAN
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area – area transportasi korban dari
lokasi ke IRD, pengamanan sekitar IGD pada umumnya serta pengamanan pada ruang
perawatan dan pos – pos yang didirikan.
Penanggungjawab : Koordinator Satpam
Tempat : Alur masuk ambulance ke iGD, Seluruh unit pelayanan dan pos
SPO

PENANGANAN KEAMANAN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam melakukan penanganan keamanan area
transportasi korban, sekitar IGD, ruang perawatan dan posko
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
penanganan keamanan area transportasi korban, sekitar IGD,
ruang perawatan dan posko.
KEBIJAKAN Area transportasi, sekitar IGD, ruang perawatan dan posko
perlu diatur dan dijaga keamanannya demi lancarnya
penanganan korban
PROSEDUR 1. Koordinator satpam mengatur satpam sesuai dengan
wilayah pengamanan
2. Kabag Tata Usaha melakukan koordinasi dengan instansi
terkait seperti kepolisian
3. Satpam mengatur dan mengarahkan pengunjung ke lokasi
yang ditentukan pada saat bencana intenal.
4. Satpam melakukan kontrol rutin dan teratur
5. Satpam mendampingi petugas bila ada keluarga
yang ,mengamuk.
UNIT TERKAIT 1. Bagian Tata Usaha
2. IGD
3. Ruang Perawatan.

28
14. PENGELOLAAN INFORMASI
Informasi , baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik korban
hidup, korban meninggal, tempa perawatan korban dan status evakuasi ke luar rumah
sakit.Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang diperlukan untuk
penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggungjawab : Kasi Pengendalian Pelayanan Medik dan Penunjang Medik
SPO

PENGELOLAAN INFORMASI

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengelolaan informasi mengenai korban
bencana
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam pengelolaan
informasi mengenai korban bencana sehingga tidak terjadi
kesimpangsiuran informasi.
KEBIJAKAN Informasi baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai
dengan form yang ditentukan
PROSEDUR 1. Kasi pengendalian pelayanan medik dan penunjang medik
mengkoordinir untuk melengkapi semua data korban yang
mencakup nama pasien, umur dan alamat , dari korban
rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi dan
melengkapi data tindakan yang telah dilakukan.
2. Petugas mengupdate informasi setiap 12 jam untuk 2 hari
pertama ( jam 08.00 dan jam 20.00 ) dan 24 jam untuk hari
– hari berikutnya (jam 08.00).
3. Petugas menulis informasi pada papan informasi dan
dipasang di pos informasi.
4. Ketua Tim Disaster menandatangani setiap lembar
informasi yang keluar dan diserahkan kepada pihak yang
membutuhkan oleh penanggungjawab pos informasi.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Ruang Perawatan
3. Kamar Jenazah
4. Pos Informasi

29
15. PENGELOLAAN REKAM MEDIS
Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis sesuai
dengan prosedur yang berlaku di RS. Pada rekam medis diberikan tanda khusus untuk
mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : Triage IGD
Penanggungjawab : Kasubid Rekam Medik
SPO

PENGELOLAAN REKAM MEDIS

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam pengelolaan rekam medis korban
bencana
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam pengelolaan
Rekam Medis korban bencana
KEBIJAKAN Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan
rekam medis sesuai prosedur yang berlaku di RS yang diberi
tanda khusus untuk mengidentifikasi.
PROSEDUR 1. Sub bidang Rekam Medis membuat cap khusus untuk
memberi tanda pada berkas rekam medis yang ada.
2. Petugas Rekam Medis jaga mengisi data identitas korban
sesuai dengan form Rekam Medis yang ada.
3. Petugas Rekam Medis jaga mengecap berkas Rekam Medis
untuk korban bencana yang ditangani di RS, baik korban
yang rawat jalan maupun korban yang harus dirawat.
4. Petugas Rekam Medis jaga mengontrol dan pastikan semua
korban sudah dibuatkan rekam medik.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Ruang Perawatan

30
16. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID, Label ID yang
dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan tindakan life
saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang bersangkutan.
Tempat : Ruang Triage- IGD, Kamar Jenazah
Penanggungjawab : Kasubid Rekam Medik
SPO

IDENTIFIKASI KORBAN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam mengidentifikasi korban bencana yang
dirawat.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langah dalam
mengidentifikasi pasien korban bencana
KEBIJAKAN Semua korban bencana yang dirawat di RS menggunakan label
ID
PROSEDUR 1. Petugas Rekam Medik IGD menulis identitas korban pada
label ID
2. Petugas Rekam Medik IGD memasang label ID pada semua
lengan atas kanan korban hidup pada saat masuk ruangan
triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar
jenazah, serta dibuatkan rekam mediknya.
3. Petugas mengontrol semua korban bencana dan memastikan
sudah menggunakan label ID
4. Setelah dilakukan tindakan life saving, petugas Rekam
Medik jaga IGD melepas ID dari korban dan
menyimpannya pada rekam medis yang bersangkutan.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Kamar Jenazah

31
17. PENGELOLAAN JENAZAH
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan menentukan jenis
musibah yang terjadi pengeluaran jenazah dilakukan di kamar jenazah.
Tempat : Kamar Jenazah
Penangungjawab : Petugas Kamar Jenazah
SPO

PENGELOLAAN JENAZAH

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam mengelola jenazah korban bencana .
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam mengelola
jenazah korban bencana
KEBIJAKAN Pengelolaan jenazah seperti identifikasi dan menentukan jenis
musibah yang terjadi pengeluaran jenazah dilakukan di kamar
jenazah.
PROSEDUR 1. Petugas kamar jenazah melakukan registrasi semua jenazah
korban bencana yang masuk ke RS melalui kamar jenazah.
2. Petugas berkoordinasi dengan tenaga medis untuk
identifikasi korban.
3. Siapkan surat – surat yang diperlukan untuk penyerahan ke
keluarga, pengeluaran jenazah dan evakuasi dari rumah
sakit serta sertifikat kematian.
4. Untuk jenazah yang tidak dikenal / belum diketahui
keluargaya akan dilakukan pengawetan, dan apabila dalam
waktu 3x24 jam belum diketahui keluarganya, maka
petugas kamar jenazah menguburkannya.
5. Petugas kamar jenazah membuat laporan jumlah dan status
jenazah dan dikirim kepada ketua medical support dan pos
pengolahan data.
UNIT TERKAIT 1. Pos Pengolahan data
2. Bidang Pelayanan

32
18. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RS
Atas indikasi medis, politik dan hukum, maupun permintaan yang bersangkutan atau
atas permintaan keluarga seringkali pasien / korban pindah ataupun keluar dari Rumah Sakit
dr.Sobirin untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu. Perpindahan / evakuasi korban
ini dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga yang bersangkutan.Kelangkapan
dokumen medik serta persetujuan keluarga yang bersangkutan diperlukan untuk pelaksanaan
proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggungjawab : Ketua medical support
SPO

PENGELOLAAN JENAZAH

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Suatu prosedur dalam mengevaluasi korban ke luar RS
dr.Sobirin .
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam
mengevakuasi korban bencana ke luar RS dr.Sobirin.
KEBIJAKAN Evakuasi korban bencana atas indikasi medis, sosial, politik,
hukum atau permintaan ybg/keluarga dilakukan atas
persetujuan tim medis dengan keluarga ybs.
PROSEDUR 1. Petugas IGD memastikan adanya persetujuan medis,
maupun persetujuan keluarga yang bersangkutan sebelum
proses evakuasi dilakukan.
2. Ketua Medical Support mengkoordinasikan rencana
evakuasi korban kepada pihak rumah sakit penerima.
3. Tim medis memastikan pasien dalam keadaan stabil dan
siap untuk dievakuasi.
4. Sopir menyiapkan ambulance sesuai standar untuk evakuasi
pasien.
5. Bila diperlukan , Ketua Tim Disaster menghubungi pihak
penerbangan untuk kesiapan transportasi pasien.
6. Ketua Medical Support memastikan adanya tim medis yang
mendampingi selama proses evakuasi
UNIT TERKAIT 1. Tim abulance RS
2. Bidang Pelayanan

33
BAB IV
BENCANA INTERNAL

Kemungkinan bencana yang terjadi di rumah sakit dr.Sobirin adalah : kebakaran,


gempa bumi, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat berbahaya, kejadian luar biasa
penyakit. Penanganan tiap –tiap jenis bencana adalah sebagai berikut :
1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka bakar,
trauma, sesak nafas, histeria dan korban meninggal.
1. Pindahkan korban ke tempat yang aman ( lihat pembahasan area berkumpul )
2. Hubungi petugas satpam untuk menghubungi petugas kebakaran bahwa :
 Ada kebakaran
 Lokasi kebakaran
 Sebutkan nama pelapor
3. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR.
4. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
1. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
2. Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga
3. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan.
4. Matikan alat – alat lain seperti : mesin anastesi,suction, alat – alat elektronik dll
5. Tetap tenang dan jangan panik
6. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih.
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita harus tahu :
1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2. Nomor pemadam kebakaran (telp.113) dan keamanan ( 243)
3. Rute evakuasi dan pintu – pintu darurat
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaiman penanggulangan
bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam
yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.

34
Prosedur : Jika melihat api atau asap
1. Harap tenang dan jangan panic
2. Petugas pengendali api yang berada di ruangan / dilantai bersangkutan sambil
mengambil APAR terdekat dan lakukan pemadaman api sesuai dengan petunjuk,
apabila api tersebut tidak bisa di padamkan petugas berteriak Red code, red code,
red code dan petugas yang lain menghubungi pusat pengendali informasi
emergency ( Petugas Keamanan ) nomor 243 melaporkan bahwa telah terjadi
Red code, red code, red code nama lokasi kejadian ( lantai, ruangan, kamar ),
mohon red code diaktifkan.
3. Pusat pengendali komunikasi emergency ( Petugas Keamanan ) setelah mendapat
informasi adanya kode merah atau red code akan melakukan pengumuman ada
situasi kode merah sebanyak 3 kali ( Red Code, Red Code, Red Code diaktifkan )
dan menyebutkan lokasi kejadian segera bunyikan Alarm.
4. Petugas IPSRS segera mematikan panel sentral listrik di Rumah Sakit.
5. Tim Bencana Kebakaran dan petugas keamanan menuju lokasi kejadian sesuai
dengan tugasnya masing – masing melakukan evakuasi
a. Helm Merah, Personal yang bertanggung jawab mengendalikan api dan
memutus rantai penyebaran api dengan salah satunya memutus aliran gas
medis, serta mengendalika pemadaman sampai datangnya petugas pemadam
kebakaran defenitif. Pengendali api dengan memakai helm merah, bertanggung
jawab membangun komunikasi kode merah kepada pusat pengendali informasi
emergency ( petugas keamanan )
b. Helm Biru, Pengendali pasien, khususnya bila diperlukan evakuasi. Pengendali
pasien dengan memakai helm biru, bertanggung jawab mengendalikan pasien
dan atau keluarga pasien bila diperlukan evakuasi mengatur proses evakuasi
ketitik aman berkumpul dengan mengikuti petunjuk arah evakuasi yang
tersedia di ruangan dan atau ke IGD bila diperlukan penanganan kedaruratan.
Saat evakuasi pasien selalu berpedoman pada status pasien yang dirawat
dimana saat pasien ditetapkan dirawat di rumah sakit maka petugas sudah
melakukan penandaan pada pasien yang bersangkutan masuk dalam kelompok
mana pasien tersebut.
c. Helm Putih, Pengendali dokumen (evakuasi dokumen ), pengendali dokumen
memakai helm putih, mengatur penyelamatan dokumen yang ada di ruangan/
lantai bersangkutan.

35
d. Helm Kuning, Penyelamatan fasilitas medis yang adai diruangan/ lantai
bersangkutan.
6. Jika api dapat dipadamkan, Komando Helm Merah mengatakan Red code, red
code, red code di non aktifkan, lakukan pembersihan area dan kesiapsiagaan.
7. Jika api tidak kunjung padam, Pusat komunikasi membangun komunikasi
emergency dengan pemadam kebakaran (PPK Kota) bahwa ada Kebakaran di
rumah sakit dr. Sobirin dengan memberikan informasi cara masuk ke lokasi
kebakaran dengan mengacu pada peta alur kendaraan keluar masuk.
8. Proses pemadaman api dibawah koordinator api ( helm merah), bila tim
pengendali api pusat (pemadam kebakaran) telah tiba maka pengendalian dibawah
tim PPK.
9. Personal / tenaga bantuan yang memberi bantuan pertolongan mengikuti perintah
dari masing – masing koordinator ( helm merah, helm kuning,helm putih dan
hem biru ) sesuai dengan pertolongan dalam hal apa yang akan dilakukan.
10. Bila diperlukan evakuasi, proses evakuasi mengacu pada kebijakan yang ada.

Mekanisme evakuasi Pasien


Setiap pasien akan dirawat di ruang perawatan diberi tanda (warna) sesuai
kegawatan dan prognosisnya. Penandaan oleh perawat sebagai dasar acuan
melaksanakan triase ketika diperlukan evakuasi pasien.
Pada Saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka
bakar, sesak nafas, histeria ( gangguan psikologis ) dan korban meninggal.
Langkah – langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
 Pindahkan korban ketempat yang aman
 Hubungi petugas satpam ( ext. 243 ) atau IPSRS (ext. 111 ) untuk
menginformasikan kebakaran, dengan :
- Sebutkan nama pelapor
- Ada kebakaran
- Lokasi kebakaran
 Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR.
 Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.

36
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
 Kejadian kebakaran harus dilaporkan
 Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga , biarkan lampu selalu menyalau
untuk penerangan.
 Matikan alat – alat lain seperti : mesin anasthesi, suction, alat – alat elektronik,
dll.
 Tetap tenang dan jangan panik
 Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih

Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik


kita harus tahu :
 Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
 Nomor pemadam kebakaran ( Telp IPSRS ext.111 ) dan satpam ( ext. 243 )
 Jalur evakuasi dan pintu – pintu darurat
 Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
 Kepala ruangan pada shift pagi/ hari kerja dan ketua tim piket struktural dan
perawat kontrol pada jaga sore dan malam memegang kendali/ kontrol bila
terjadi bencana kebakaran.

37
PENANGULANGAN KEBAKARAN DI
RS dr.SOBIRIN

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Memberikan kemudahan bagi karyawan dan karyawati Rumah
Sakit dalam melaksanakan cara penanggulangan kebakaran
yang terjadi
TUJUAN Mencegah terjadinya bahaya kebakaran di RS dr.Sobirin
KEBIJAKAN Bencana kebakaran di RS dr.Sobirin harus segera ditanggulangi
dengan cepat dan tepat
PROSEDUR 1. Laporan adanya kejadian kebakaran dari unit kerja
2. Teknisi dan segenap penghubi dan barang – barang yang ada
di unit kerja tersebut
3. Teknisi segera melaksanakan pemutusan jaringan listrik
disemua ruangan.
4. Teknisi dan segenap karyawan dan karyawati serta
keamanan segera melaksanakan pemadaman dengan alat
pemadam api yang tersedia dan mudah terjangkau.
5. Teknisi dan segenap karyawan dan karyawati serta staf
keamanan berusaha memperkecil radius kebakaran.
6. Staf keamanan segera menghubungi Dinas Pemadam
Kebakaran dan unit kebakaran yang ada di instalasi lain
yang terlibat bila kerusakan tidak dapat diatasi.
7. Teknisi dan staf keamanan segera mengecek sebab – sebab
terjadinya kebakaran.
8. Teknisi dan staf keamanan membuat laporan kejadian pada
Direktur melalui IPSRS
9. Kepala IPSRS membuat laporan kronologis kejadian
kebakaran dan segera menyampaikan kepada Direktur
10. Teknisi membuat laporan kejadian harian.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
2. Seluruh Unit

38
PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN
( APAR )

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Adalah alat pemadam api ringan yang digunakan untuk
menanggulangi kebakaran yang berskala ringan.
TUJUAN Sebagai acuan dalam langkah – langkah penggunaan alat
pemadam api ringan ( APAR )
KEBIJAKAN Alat pemadam api ringan harus dipelihara dan diperiksa secara
berkala oleh petugas IPSRS
PROSEDUR 1. Petugas mencabut pin pengamanan
2. Petugas memegang ujung selang penyemprot
3. Petugas mengarahkan penyemprot ke sumber api
4. Petugas menekan gagang APAR
5. Petugas memastikan api sudah padam, kalau belum
tertanggulangi lapor pada Dinas pemadam kebakaran dan
koordinasikan dengan unit terkait
UNIT TERKAIT Semua Unit

39
PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN
( APAR )

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/3
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Prosedur komunikasi saat tejadi bencana dan kebakaran
adalah langkah – langkah koordinasi secara sistematis
dalam upaya penanggulangan bencana dan kebakaran di
RS.
TUJUAN Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
penanggulangan kebakaran baik komunikasi dan
koordinasi pada saat terjadi bencana kebakaran di RS.
KEBIJAKAN
PROSEDUR PROSEDUR KOMUNIKASI PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Apa yang harus anda lakukan, jika melihat api atau
asap ?
1. Harap tenang dan jangan panic
2. Petugas pengendali api yang berada di ruangan /
dilantai bersangkutan sambil mengambil APAR
terdekat dan lakukan pemadaman api sesuai dengan
petunjuk, apabila api tersebut tidak bisa di padamkan
petugas berteriak Red code, red code, red code dan
petugas yang lain menghubungi pusat pengendali
informasi emergency ( Petugas Keamanan ) nomor
243 melaporkan bahwa telah terjadi Red code, red
code, red code nama lokasi kejadian ( lantai, ruangan,
kamar ), mohon red code diaktifkan.
3. Pusat pengendali komunikasi emergency ( Petugas
Keamanan ) setelah mendapat informasi adanya kode
merah atau red code akan melakukan pengumuman

40
ada situasi kode merah sebanyak 3 kali ( Red Code,
Red Code, Red Code diaktifkan ) dan menyebutkan
lokasi kejadian segera bunyikan Alarm.
4. Petugas IPSRS segera mematikan panel sentral listrik
di Rumah Sakit.
5. Tim Bencana Kebakaran dan petugas keamanan
menuju lokasi kejadian sesuai dengan tugasnya
masing – masing melakukan evakuasi
a. Helm Merah, Personal yang bertanggung jawab
mengendalikan api dan memutus rantai penyebaran
api dengan salah satunya memutus aliran gas
medis, serta mengendalika pemadaman sampai
datangnya petugas pemadam kebakaran defenitif.
Pengendali api dengan memakai helm merah,
bertanggung jawab membangun komunikasi kode
merah kepada pusat pengendali informasi
emergency ( petugas keamanan )
b. Helm Biru, Pengendali pasien, khususnya bila
diperlukan evakuasi. Pengendali pasien dengan
memakai helm biru, bertanggung jawab
mengendalikan pasien dan atau keluarga pasien bila
diperlukan evakuasi mengatur proses evakuasi
ketitik aman berkumpul dengan mengikuti petunjuk
arah evakuasi yang tersedia di ruangan dan atau ke
IGD bila diperlukan penanganan kedaruratan. Saat
evakuasi pasien selalu berpedoman pada status
pasien yang dirawat dimana saat pasien ditetapkan
dirawat di rumah sakit maka petugas sudah
melakukan penandaan pada pasien yang
bersangkutan masuk dalam kelompok mana pasien
tersebut.
e. Helm Putih, Pengendali dokumen (evakuasi
dokumen ), pengendali dokumen memakai helm
putih, mengatur penyelamatan dokumen yang ada

41
di ruangan/ lantai bersangkutan.
f. Helm Kuning, Penyelamatan fasilitas medis yang
adai diruangan/ lantai bersangkutan.
6. Jika api dapat dipadamkan, Komando Helm Merah
mengatakan Red code, red code, red code di non
aktifkan, lakukan pembersihan area dan kesiapsiagaan.
7. Jika api tidak kunjung padam, Pusat komunikasi
membangun komunikasi emergency dengan pemadam
kebakaran (PPK Kota) bahwa ada Kebakaran di rumah
sakit dr. Sobirin dengan memberikan informasi cara
masuk ke lokasi kebakaran dengan mengacu pada peta
alur kendaraan keluar masuk.
8. Proses pemadaman api dibawah koordinator api
( helm merah), bila tim pengendali api pusat
(pemadam kebakaran) telah tiba maka pengendalian
dibawah tim PPK.
9. Personal / tenaga bantuan yang memberi bantuan
pertolongan mengikuti perintah dari masing – masing
koordinator ( helm merah, helm kuning,helm putih
dan hem biru ) sesuai dengan pertolongan dalam hal
apa yang akan dilakukan.
10. Bila diperlukan evakuasi, proses evakuasi
mengacu pada kebijakan yang ada.
UNIT TERKAIT Seluruh unit Rumah Sakit.

PENGOPERASIAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

42
No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman
1/1
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Adalah alat untuk memadamkan api pada saat terjadinya
kebakaran
TUJUAN Sebagai acuan dalam langkah – langkah pengoperasian alat
pemadam kebakaran
KEBIJAKAN Alat pemadam kebakaran harus bisa mencapai seluruh ruangan
Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Petugas mengambil tabung pemadam kebakaran dari
tempatnya.
2. Petugas mencabut kunci kawat pembuka tabung, angkat
tabung pemadam api dan arahkan selang penyemprot ke titik
sasaran searah dengan tiupan angin yang ada ditempat
kejadian.
3. Petugas menekan tombol penyemprotan (jepit yang ada di
atas tabung sampai gas api mencampai titik sasaran dengan
tekanan maksimal )
4. Petugas tidak diperkenankan melaksanakan penyemprotan
dengan melawan arah angin yang ada di tempat kejadian.
5. Petugas harus memperhatikan keselamatan penyemprotan
sehingga tidak menimbulkan masalah baru
6. Petugas memastikan gas yang keluar dari tabung pemadam
kebakaran benar – benar habis.
7. Petugas menyerahkan tabung yang sudah habis
dipergunakan untuk di isi kembali
UNIT TERKAIT Semua unit

PENGGUNAAN ALARM

No. Dokumen No. Revisi : 2 Halaman


1/1
43
STANDAR PROSUDUR Tanggal Terbit Di tetapkan
OPERASIONAL 01 April 2016 DIREKTUR RS Dr. SOBIRIN
(SPO) KABUPATEN MUSI RAWAS

dr. Harun, MKM


Nip. 19620617 200003 1 001
PENGERTIAN Langkah – langkah penggunaan alarm untuk menginformasikan
terjadinya bencana di lingkungan Rumah Sakit dr.Sobirin
TUJUAN Untuk menginformasikan /memberitahukan kepada petugas,
pasien dan pengunjung bahwa di Rumah Sakit dr.Sobirin
terjadi bencana.
KEBIJAKAN Alarm harus segera dibunyikan bila terjadi bencana oleh
petugas operator yang bertugas pada saat terjadinya bencana
PROSEDUR 1. Operator menerima sambungan telepon dari ruangan atau
tempat dimana terjadinya bencana.
2. Operator segera membunyikan alarm tanda bahaya agar
terdengar ke seluruh ruangan yang ada di Rumah sakit
dr.Sobirin .
UNIT TERKAIT 1. Seluruh unit
2. Petugas satpam

2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma, luka
bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi

44
Jika gempa bumi menguncang secara tiba – tiba, berikut petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan :
 Di dalam ruangan : Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat aman.
Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah didalam ruangan
sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela.
Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.

 Di luar gedung : Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan
badan ketanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua
petunjuk dari petugas atau satpam.

3. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT – ZAT BERBAHAYA


Kecelakaan oleh karena zat – zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan
sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, xat – zat yang bersifat korosif,
beracun, zat – zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : keracunan, luka
bakar, trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan oleh karena zat –zat berbahaya selalu diperhatikan :
1. Keamanan adalah yang utama
2. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran
3. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di lokasi
kejadian.
4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan tentang
hal ntersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda tidak pernah mendapatkan
pelatihan tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda tidak pernah
mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocoran zat –
zat berbahaya.
6. Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban.

4. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT


Kejadian Luar Biasa ( KLB ) adalah suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

45
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. ( Peraturan Menteri Kesehatan
No.949/Menkes/SK/VII/2004)
Kriteria KLB penyakit adalah :
1. Timbulnya penyakit sebelumnya tidak ada di suatu daerah
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :
1. Catat dan laporkan jumlah kejadian / penyakit yang terjadi di ruangan kepada Kepala
Bidang Perawatan bila shif pagi atau pada hari kerja ke perawat kontrol bila diluar jam
kerja.
2. Tingkatkan standar precaution untuk mencegah penularan ke pasien lain atau ke
petugas kesehatan.
3. Tim pengendalian infeksi nosokomial melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap
terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB dan membuat
rekomendasi untuk mengambil tindakan selanjutnya.

46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai