Anda di halaman 1dari 38

KEBIJAKAN DIKLAT APARATUR

(Kebijakan Pelatihan SDM Kesehatan)

Disampaikan oleh :
Kepala Puslat SDM Kesehatan
Dra Oos Fatimah Rosyati, M.Kes

Pada Pelatihan Jabfung Penyuluh Kesehatan Masyarakat Jenjang Ahli


Di BBPK Ciloto, 15 Juni 2021
Kebijakan Pelatihan

DASAR HUKUM
 UU NO.36 TAHUN 2009 Tentang
Kesehatan
 UU NO. 5 TAHUN 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN)
 UU NO.36 TAHUN 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan
 PP NO.67 TAHUN 2019 Tentang
Pengelolaan Tenaga Kesehatan
 PP NO.17 TAHUN 2020 Tentang
Perubahan Atas PP NO. 11 TAHUN 2017
Tentang Manajemen PNS
 Permenkes RI no.17 TAHUN 2015
Tentang Standar Kompetensi Manajerial
Jabfung PKM
Setiap pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi
Dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan,
seminar, kursus, dan penataran
Dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang (PyB)
dan digunakan sbg salah satu dasar dalam
pengangkatan jabatan dan pengembangan karier

wajib menyusun
Setiap Instansi Pemerintah
rencana pengembangan kompetensi
tahunan yang tertuang dalam rencana kerja
anggaran tahunan instansi masing-masing

Pasal 70 UU ASN ayat (1) – (6)


UU No 5 Thn 2014 ttg
Aparatur Sipil Negara

3
KOMPETENSI ASN

KOMPETENSI TEKNIS PENGEMBANG


• Pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, ANNYA
diukur, dan dikembangkan yg spesifik  KOMPETENSI TEKNIS
berkaitan dg bidang teknis jabatan oleh Instansi Teknis/Pembina
• Diukur dari tingkat dan spesialisasi JF (Kementerian/LPNK)
pendidikan, pelatihan teknis fungsional
dan pengalaman bekerja secara teknis;
 KOMPETENSI MANAJERIAL
KOMPETENSI MANAJERIAL oleh Lembaga Administrasi
Negara
• Pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan  KOMPETENSI SOSIAL
utk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi KULTURAL oleh Lembaga
• Diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
structural atau manajemen, dan pengalaman
Administrasi Negara
kepemimpinan

KOMPETENSI SOSIAL KULTURAL


• Pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dan dikembangkan terkait dg pengalaman berinteraksi dg masyarakat
majemuk dlm hal agama, suku & budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai2 moral, emosi & prinsip, yg hrs dipenuhi oleh setiap pemegang
jabatan utk memperoleh hasil kerja sesuai dg peran, fungsi, & jabatan
• Diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk
dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
KOMPETENSI ASN
diterapkan untuk menjadi role model

KOMPETENSI
MANAJERIAL

MENGELOLA
PERUBAHAN
INTEGRITAS

PEREKA KOMPETENSI
TEKNIS
T

KOMUNIKASI
BANGSA

KOMPETENSI
SOSIAL KULTURAL ORIENTASI
PADA HASIL 11
Kebijakan Pelatihan
UU
No.36 th
2014 UU No. 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan

Pasal 30
 Pengembangan Nakes bertujuan untuk meningkatkan mutu dan karier
Nakes
 Pengembangan Nakes dilakukan melaui Pendidikan dan Pelatihan
serta kesinambungan dlm menjalankan praktik
 Dalam rangka pengembangan Nakes, Kepala Daerah dan Pimpinan
Fasyankes bertanggung jawab atas pemberian kesempatan yang sama
kepada Nakes

Pasal 31
 Pelatihan Nakes dapat diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat
 Pelatihan harus memenuhi program pelatihan dan tenaga
pelatih yang sesuai dengan Standar Profesi dan Standar
Kompetensi serta diselenggarakan oleh Institusi
penyelenggara pelatihan yang terakreditasi
ARAH
PEMBANGUNAN
KESEHATAN
DAN
PEMBANGUNAN
ASN
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN RPJPN 2005 – 2025
(UU 17/ 2007 ttg Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional th 2005 – 2025)

RPJMN 1 RPJMN 2 RPJMN 3 RPJMN 4


(2005 - 2009 (2010 - 2014 (2015 - 2019 (2020 – 2025)
Menata kembali Memantapkan Memantapkan Mewujdkan
NKRI, penataan pembangunan masyarakat
membangun kembali NKRI, secara menye- Indonesia yang
Indonesia yang meningkatkan luruh dgn mandiri, maju,
aman, damai, kualitas SDM, menekankan adil dan
yang adil dan membangun pembangunan makmur melalui
demokratis, kemampuan keunggulan percepatan
dengan tingkat IPTEK, kompetitif pembangunan
kesejahteraan memperkuat perekonomian disegala bidang
yang lebih baik daya saing yang berbasis dgn struktur
perekonomian SDA yang perekonomian
tersedia, SDM yg kokoh
yg berkualitas, berlandaskan
serta kemam- keunggulan
puan IPTEK kompetitif
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
RPJMN I RPJMN II RPJMN III RPJMN IV
(2005-2009) (2010-2014 (2015-2019) (2020-2025)

Bangkes Akses Akses Kesmas thdp


diarahkan masyarakat masyarakat yankes yg
untuk thdp yankes thdp yankes berkualitas
meningkat- yg berkualitas yg telah
kan akses telah lebih berkualitas menjangkau &
dan mutu berkembang telah mulai merata di
yankes dan mantap seluruh wilyah
meningkat Indonesia

KURATIF - REHABILITATIF
VISI:
Masyarakat
sehat yang
mandiri dan
UPAYA PROMOTIF - PREVENTIF
berkeadilan

Arah pembangunan upaya kesehatan dan kuratif bergerak kearah


promotif, preventif sesuai kondisi dan kebutuhan
RPJMN KE IV DALAM RPJPN 2005-2025
PEMBANGUNAN ASN
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

ASN
Human
SMART ASN Capital
Reformasi
Birokrasi &
Good UU ASN
nan ASN
Governance mbang
u
es Pe
on
Milest (UU 17 TAHUN 2007)
SMART ASN
Memiliki /Kuasai :
 Nasionalisme
 Integritas
 Wawasan Global
 Hospitality
 Networking
 Teknologi Informasi
 Bahasa Asing
Sumber: LAN RI  Entrepreneurship
TARGET CAPAIAN GRAND DESIGN
S-1 S-2 S-3 PEMBANGUNAN KUALITAS ASN
DIKLAT MAGANG
2025 BIROKRASI
BERSIH,
KOMPETEN
2019 DAN
MELAYANI

2013 PENGEMBANGAN
MANAJEMEN POTENSI HUMAN
SDM CAPITAL
50 15 2.5 60 20 5
% % % % % %
ADMINISTRASI
KEPEGAWAIAN 5-25% 10% 26-50% 25%
42 11 1.1
% % %
<5% <1%
TANTANGAN GLOBAL SDM KESEHATAN
DISRUPTION
ERA
Volatile,
Uncertain,
Complex,
What We Need?
Ambiguous

INDUSTRY 4.0
Artificial
intelligence, Competitive -
Internet of things Adaptive Human
Advance Robotics Capital
Big Data - Digital life
Digital Leadership
DIGITAL
TRANSFORMATION
Entreprise
Architecture

MILLENIALS
Confidence,
connectivity,
creativity
Social Media
E-Commerce
Source : PriME
STRATEGI PENGEMBANGAN SDM
KESEHATAN

STRATEGI
Peningkatan Peningkatan
Penguatan
Perencanaan Pendidikan dan
regulasi
SDMK Pelatihan SDMK

Peningkatan Pembinaan &


Penguatan
Pendayagunaan pengawasan mutu
sumber daya
SDMK SDMK

Setiap penduduk memperoleh akses terhadap tenaga


kesehatan yang berkualitas
TUGAS BPPSDMK

 Mengawal jenis
 Mengawal jumlah
 Mengawal mutu TENAGA KESEHATAN
 Mengawal penyebaran

berbagai regulasi, pembagian urusan


kewenangan, peningkatan peran pemda dan
dukungan kelembagaan lainnya

Peningkatan akses pelayanan kesehatan


yang bermutu
Kebijakan Pelatihan

PENGEMBANGAN
KOMPETENSI PP No.17 Th
2020
Pasal 212

Pendidikan Pelatihan
• Pelatihan tatap muka di kelas
• Kursus
• Seminar
Klasikal • Penataran

• Pelatihan jarak jauh


Non • E-learning
• Bimbingan di tempat kerja
Klasikal • Magang
• Pertukaran antara PNS dengan
pegawai swasta, dikoordinasikan oleh
LAN dan BKN
Kebijakan
Pelatihan

PELATIHAN
Pelatihan merupakan proses
pembelajaran untuk
meningkatkan kompetensi,
kinerja, profesionalisme dan
menunjang pengembangan
karir dengan meminimalisir
“gap kompetensi” SDM dalam
melaksanakan tugas &
fungsinya.
Kebijakan
Pelatihan

KEBIJAKAN PELATIHAN BIDANG KESEHATAN

 Pelatihan memiliki alokasi waktu minimal 30 JP @ 45 menit


 Peserta pelatihan adalah PNS yang akan atau telah menduduki
jabatan dan/atau membutuhkan peningkatan kompetensi teknis
dalam pelaksanaan tugas
 Kurikulum pelatihan mengacu kepada standar kompetensi
jabatan atau hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan di Organisasi
 Metode pelatihan disusun sesuai dengan tujuan dan program
pelatihan bagi orang dewasa
 Pelatihan dapat diselenggarakan secara klasikal dan/atau non
klasikal
 Pelatihan dilaksanakan oleh lembaga/institusi pelatihan yang
terakreditasi
Kebijakan
Pelatihan

KEBIJAKAN PELATIHAN BIDANG


KESEHATAN
 Sarana dan prasarana pelatihan ditetapkan sesuai dengan jenis
pelatihan dan jumlah peserta pelatihan
 Manajemen pelatihan diselenggarakan melalui proses TNA,
penetapan tujuan pelatihan, merancang program pelatihan,
penyelenggaraan pelatihan, evaluasi pelatihan dan pengendalian
mutu
 Dalam menjaga mutu pelatihan, Kementerian Kesehatan
menetapkan akreditasi pelatihan dan akreditasi institusi pelatihan
 Pelatihan diselenggarakan setelah terakreditasi oleh Kementerian
Kesehatan cq Pusat Pelatihan SDM Kesehatan
 Sertifikat diberikan utk penyelenggaraan pelatihan yang telah
terakreditasi serta memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
kurikulum
KEBIJAKAN PELATIHAN

PP No. 17 tahun 2020 tentang Peraturan LAN No.8 Tahun 2018


Perubahan atas PP No. 11 tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan
tentang Manajemen PNS Pasal 206 Bangkom PNS melalui e-Learning

Juklak Pelatihan SDM Kesehatan


Masa Pandemi
KEPPRES
INPRES
SE
NPB
KA B
-L A Ka
N SK

Kebijakan-Kebijakan
Pelatihan Bidang Kesehatan
Pada Masa Pandemi Covid-19
S SE
NKE ME
ME PPSDMK
NP
BADAN
AN

SK KA
P
KE

Nomor: HK.02.02/IV/1081/2020
tentang PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK)
PELATIHAN BIDANG KESEHATAN PADA MASA
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
Ruang LINGKUP • PerLAN Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengembangan Kompetensi PNS melalui e- learning
• PerLAN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pedoman
• Kebijakan Pelatihan dimasa Pengembangan Kompetensi PNS
• SK Ka. Badan PPSDMK Nomor: HK.02.02/IV/1081/2020
pendemi Covid 19 tentang petunjuk pelaksanaan pelatihan bidang kesehatan
pada masa pandemi corona virus disease 2019 (covid-19

Pelaksanaan PELATIHAN pada masa Covid-19

Klasikal Distance learning Blended


(masa covid-19) full online
Standar mutu

Kontrol mutu
• Manajemen Pelatihan • Penyiapan SDM penyelenggara
• Skenario pembelajaran Pelatihan
• Metoda dan Media pembelajaran • Penyiapan fasilitator
• Sistem evaluasi • Penyiapan sarpras

Dituangkan dalam suatu panduan penyelenggaraan untuk setiap


program pelatihan.

Penjaminan mutu
Kebijakan
Pelatihan

PELAKSANAAN PELATIHAN MASA PANDEMI

Disarankan full daring


Praktik lapangan dilaksanakan secara praktik
mandiri
Apabila dilaksanakan blended,
- ada ijin dari Ketua Satgas setempat / pernyataan
Kepala Institusi untuk menerapkan protokol
kesehatan
- Kapasitas kelas maksimal 50% atau jarak antar
kursi peserta minimal 1 m
- Konsumsi box
- Kapasitas kamar maksimal 50%
Laksanakan sesuai Juklak Pelatihan Masa Pandemi
30 Jenis Jabatan Fungsional Kesehatan
1. Administrator Kesehatan 17. Perawat
2. Apoteker 18. Perawat Gigi
3. Asisten Apoteker 19. Pranata Laboratorium Kesehatan
4. Bidan 20. Psikolog Klinis
5. Dokter 21. Radiografer
6. Dokter Gigi 22. Refraksionis Optisien
7. Dokter Pendidik Klinis 23. Sanitarian
8. Entomolog Kesehatan 24. Teknisi Elektromedis
9. Epidemiolog Kesehatan 25. Terapis Wicara
10. Fisikawan Medik 26. Teknisi Transfusi Darah
11. Fisioterapis 27. Teknisi Gigi
12. Nutrisionis 28. Pembimbing Kesehatan Kerja
13. Okupasi Terapis 29. Penata Anestesi
14. Ortotis Prostetis 30. Asisten penata Anestesi
15. Penyuluh Kesehatan Masy.
DEMAND PELATIHAN
JUMLAH PEJABAT FUNGSIONAL KESEHATAN DI INDONESIA
1 Administrator Kesehatan 1.806 16 Pembimbing Kesehatan Kerja 259
2 Apoteker 4.418 17 Penata Anestesi 33
3 Asisten Apoteker 12.187 18 Penyuluh Kesehatan Masyarakat 4.759
4 Asisten Penata Anestesi 24 19 Perawat 174.683
5 Bidan 80.055 20 Terais Gigi dan Mulut 11.246
6 Dokter 24.672 21 Perekam Medis 3.671
7 Dokter Gigi 7.389 22 Pranata Laboratorium Kesehatan 13.419

8 Dokter Pendidik Klinis 2.157 23 Psikolog Klinis 160

24 Radiografer 3.321
9 Entomolog Kesehatan 129
25 Refraksionis Optisien 392
10 Epidemiolog Kesehatan 1.831
26 Sanitarian 11.488
11 Fisikawan Medis 92
27 Teknisi Elektromedis 1.536
12 Fisioterapis 2.437
28 Teknisi Gigi 113
13 Nutrisionis 11.551
29 Teknisi Transfusi Darah 147
14 Okupasi Terapis 136
30 Terapis Wicara 95
15 Ortotis Prostetis 33
Total tahun 2019 : 362.948 (per Desember 2019)
TOTAL : 374.239 (per Juli 2020)
Sumber: SAPK BKN/ Puskat Mutu
KEWAJIBAN JABFUNG
KEWAJIBAN JABFUNG

Melaksanakan tugas Mencatat dan


pokok menginventarisir

KEWAJIBAN PEJABAT
FUNGSIONAL

Mengumpulkan bukti fisik MENGIKUTI


hasil pelaksanaan kegiatan KETENTUAN
pelayanan/pekerjaan
sehari-hari sebagai dasar LAINNYA
untuk pengumpulan angka Tugas lain
kredit yang
diperintahkan
oleh atasan
Unit Pembina Jabfung Kesehatan
No Unit Pembina No Jabatan Fungsional
1 Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Sekretariat 1 Administrator Kesehatan
Jenderal
2 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan 2 Apoteker
Alat Kesehatan 3 Asisten Apoteker
3 Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Ditjen 4 Dokter
Yankes 5 Dokter Gigi
6 Dokter Pendidik Klinis
7 Fisioterapis
8 Okupasi Terapis
9 Ortotis Prostetis
10 Perawat
11 Terapis Gigi dan Mulut
12 Perekam Medis
13 Teknisi Gigi
14 Refraksionis Optisien
15 Terapis Wicara
4 Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Ditjen 16 Bidan
Yankes 17 Teknisi Transfusi Darah
5 Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Ditjen 18 Fisikawan Medis
Yankes 19 Pranata Labkes
20 Radiografer
21 Teknisi Elektromedis
Unit Pembina Jabfung Kesehatan
NO UNIT PEMBINA NO JABATAN FUNGSIONAL
6 Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tular Vektor & 22 Entomolog Kesehatan
Zoonotik, Ditjen P2P
Insert Your Image Insert Your Image
7 Direktorat Pencegahan & Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa 23 Psikolog Klinis
& NAPZA, Ditjen P2P

8 Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen P2P 24 Epidemiolog Kesehatan


9 Direktorat Kesehatan Lingkungan, Ditjen Kesmas 25 Sanitarian

10 Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Kesmas 26 Nutrisionis


Insert Your Image Insert Your Image
11 Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Ditjen Kesmas 27 Pembimbing Kesehatan Kerja

12 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 28 Penyuluh Kesehatan


Ditjen Kesmas Masyarakat
INSTANSI PEMBINA JABFUNG DI LINGKUNGAN KEMENKES RI
(PMK No.60 THN 2016)
1. Menyusun naskah akademik
dan matriks butir kegiatan;
2. Mensosialisasikan jabfungkes;
1. Menyusun & melaksanakan kebijakan teknis 3. Melakukan pembinaan;
jabfungkes 4. memfasilitasi ukom;
2. Memonev pengembangan Puskat 5. Memutakhirkan data
jabfungkes;
3. Mutu jabfungkes;
6. Memonev Jabatan
Mengoordinasikan hasil Fungsional
binwas jfk yang menjadi binaannya;

UNIT
Kemenkes
Unit
PELATIHAN pembina

1. Merencanakan kebutuhan 1. Usul formasi CASN;


pelatihan dan pengembangan 2. Usul & Tetapkan ASN dalam Jabfungke
program pelatihan Jabfungkes; Unit 3. Susun usul mutasi Jabfung
2. Menyusun kurikulum dan modul kepegawaian kes;
pelatihan 4. Susun usulan jenis dan jumlah kebutuhan
jabfungkes
jabfungkes 5. Sharing data
3. Mengevaluasi pasca pelatihan
jabfungkes
Kebijakan
Pelatihan

Permenkes RI no.17 TAHUN 2015 Tentang Standar


Kompetensi Manajerial Jabfung PKM

JABFUNG PENYULUH
KESEHATAN
MASYARAKAT
adalah PNS yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang
untuk melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan
masyarakat.
Kebijakan
Pelatihan

Permenkes RI no.17 TAHUN 2015 Tentang Standar


Kompetensi Manajerial Jabfung PKM

Standar Kompetensi Manajerial Jabfung PKM terdiri


atas kelompok kompetensi yang meliputi kemampuan:
a. berpikir;
b. mengelola diri;
c. mengelola orang lain;
d. mengelola tugas; dan
e. mengelola sosial dan budaya

merupakan persyaratan Kompetensi Manajerial minimal yang


harus dimiliki oleh seorang pemangku Jabfung PKM dalam
melaksanakan tugas jabatan

digunakan dalam pengangkatan Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat
Kebijakan
Pelatihan

PELATIHAN JABFUNG PKM (87 jpl)


PERAN
Setelah mengikuti pelatihan
peserta berperan
sebagai pelaksana teknis
fungsional penyuluhan
kesehatan.

TUJUAN PELATIHAN
Setelah mengikuti pelatihan,
peserta mampu melakukan
penyuluhan kesehatan pada
unit kerja di lingkungan
Kemenkes dan institusi/unit
diluar Kemenkes.
Kebijakan
STRUKTUR
Pelatihan KURIKULUM
ALOKASI WAKTU
NO MATERI
T P PL JUM
A. MATERI DASAR        
1. Kebijakan Diklat Aparatur 2 - - 2
2. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan PromKes 2 - - 2
3. Jabatan Fungsional Penyuluh KesMas 2 - - 2
4. Etika Profesi Penyuluh Kesmas 2 - - 2
  SUB TOTAL 8 0 0 8
B. MATERI INTI        
1. Persiapan Kegiatan Penyuluhan Kesmas 2 12 - 14
2. Pelaksanaan Advokasi Kesehatan 1 3 - 4
3. Pelaksanaan Penggalangan Dukungan Sosial 2 2 - 4
4. Pelaksanaan Penyuluhan untuk Pemberdayaan Masy 2 5 8 15
5. Pelaksanaan Pengembangan Pedoman Penyuluhan/ PromKes 2 3 - 5
6. Perumusan Sistem Pengembangan Penyuluhan 1 3 - 4
7. Pengembangan Metode Penyuluhan Kesehatan 1 5 - 6
8. Karya Tulis/Karya Ilmiah bidang Kesehatan 2 6 - 8
9. Teknologi Tepat Guna di bidang Penyuluhan Kesmas 2 4 - 6
10. Perhitungan Angka Kredit dan Pengajuan DUPAK 2 6 - 8
  SUB TOTAL 17 49 8 74
C. MATERI PENUNJANG        
1. Membangun Komitmen Belajar - 3 - 3
2. Rencana Tindak Lanjut - 2 - 2
  SUB TOTAL 0 5 0 5
  JUMLAH 25 59 8 87
Kebijakan
Pelatihan

KOMPETENSI yg harus dimiliki


Pejabat Jabfung PKM
1. Melakukan persiapan kegiatan
penyuluhan kesmasy.
2. Melaksanakan advokasi kesehatan.
3. Melaksanakan penggalangan
dukungan sosial.
4. Melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat.
5. Membuat karya tulis/karya ilmiah
bidang kesehatan.
6. Mengembangkan teknologi tepat
guna di bidang penyuluhan kesmasy.
Kebijakan
Pelatihan

PESERTA

1. Kriteria peserta:
a. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana (SI) atau Diploma
IV Kesehatan;
b. Pangkat serendahnya-rendahnya Penata Muda, Gol. III/a;
c. Telah melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan
dengan promosi kesehatan sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun;
d. Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir.

2. Jumlah peserta maksimal 30 orang/kelas.


Kebijakan
Pelatihan

PELATIH/FASILITATOR
Pelatih/fasilitator memiliki kriteria:
1. Memiliki kemampuan kediklatan, yaitu telah mengikuti
pelatihan calon widyaiswara atau AKTA/Pekerti atau TOT
atau TPPK.
2. Pendidikan S1 atau minimal setara dengan kriteria peserta
dengan tambahan keahlian di bidang materi yang
diajarkan.
3. Memahami kurikulum pelatihan pengangkatan pertama
Jabfung PKM yang telah distandarisasi.
4. Menguasai materi yang disampaikan sesuai dengan Garis
Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang ditetapkan
dalam kurikulum pelatihan
Kebijakan
Pelatihan

SERTIFIKASI
Peserta yang telah menyelesaikan proses
pembelajaran minimal 90% dari keseluruhan
jumlah jam pembelajaran akan diberikan
sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan RI dengan angka kredit 2 (dua).

Anda mungkin juga menyukai