BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep asuhan keperawatan dengan Gagal
Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) yang terdiri dari pengertian,
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah sebagi suatu kondisi penurunan progresif jaringan fungsi
ginjal yang tidak dapat dipulihkan atau dikembalikan. Hal ini terjadi apabila massa
ginjal yang tersisa tidak dapat lagi menjaga lingkungan internal tubuh. (Black dan
Hawks, 2014)
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal
biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Penyakit ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron
(biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). Penyakit ginjal kronik
beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan
dengan penyakit kritisnya. (Price & Wilson, 2006 dalam Nanda Nic-Noc, 2015)
7
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
akibat dari uremia atau azotemia (retensi urea dan sampah nitrogen lainnya dalam
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Gagal ginjal kronis atau
Chronic kidney disease adalah penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan ginjal
B. Patofisiologi
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. Banyak masalah muncul pada gagal
ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
glomerulus (akibat tidak berfungsi glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan
kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN)
biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitive dari
fungsi renal karena substansi ini diprosuksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak
8
hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
Retensi Cairan dan Natrium. Ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir ; respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak
terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat
mencetuskan resiko hipotensi dan hypovolemia. Episode muntah darah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakim memperburuk status uremik.
Anemia. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat terjadi disertai keletihan angina dan nafas sesak.
9
gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fospat kadar serum
kalsium dan fospat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus
ginjal, terdapat peningkatan kadar fospat serum dan sebaliknya penurunan kadar
hormone dari kelenjar paratiroid. Namun demikian, pada gagal ginjal, tubuh tidak
Penyakit tulang uremik, sering disebut osteodistropi renal, terjadi dari perubahan
Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan
gangguan yang mendasari, ekresi protein dalam urin, dan adanya hipertensi. Pasien
peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk daripada mereka yang
Burke dan Bauldoff (2017) mengklasifikasikan stadium penyakit gagal ginjal kronik
berdasarkan laju filtrasi glomerulus. Tabel dibawah ini menggambarkan stadium dari
Glomerulus
Stadium 1 > 90 ml/menit/1,73 m2 Kerusakan Ginjal dengan GFR normal atau
serum
2
Stadium 4 15-29 ml/menit/1,73 m Penurunan berat GFR, hipertensi, anemia,
serum
Menurut Black dan Hawks (2014) penyebab terjadinya gagal ginjal secara umum
dibedakan menjadi gagal ginjal primer yang terjadi akibat kerusakan pada ginjal
yang secara langsung dan gagal ginjal yang terjadi secara sekunder akibat penyakit
sistemik lainnya. Pada gagal ginjal kronik stadium akhir penyebabnya sangatlah
Sedangkan penyakit sistemik ekstra renal yang dapat menyebabkan gagal ginjal
kronis yaitu diabetes melitus, hipertensi, lupus eritemathosus, poli artritis, penyakit
sel sabit dan amyloidosis. Akan tetapi tanpa melihat penyebab awalnya,
glumerulosklerosis dan inflamasi intertisial serta adanya fibrosis adalah ciri khas dari
gagal ginjal kronis yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal. (Copstead &
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gagal ginjal kronis yaitu : (Kowalak,
dkk, 2011)
Menurut Brunner dan suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala pada pasien dengan gagal ginjal kronis
bergantung pada tingkat kerusakan ginjal. anda dan gejala pasien dengan gagal ginjal
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiostensin-
pericardial, pembesaran vena leher, Sistem Integumen gejala yang timbul adalah
warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering (bersisik), pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar, Sistem Pulmoner gejala yang timbul adalah
krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan kussmaul, Sistem
Gastrointestinal gejala yang timbul adalah napas berbau ammonia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut, anoreksia (mual muntah), konstipasi dan diare, perdarahan
dari saluran gastrointestinal, Sistem Neurologi gejala yang timbul adalah kelemahan
dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas
pada telapak kaki, Sistem Muskuloskeletal gejala yang timbul adalah kram otot,
kekuatan otot hilang, fraktur tulang, Sistem Reproduktif gejala yang timbul adalah
Seperti penyakit kronis lainnya penderita gagal ginjal kronis akam mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi yang terjadi pada penyakit gagal ginjal kronis
c. Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin-
angiostenin-aldosteron.
13
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
alumunium.
C. Penatalaksanaan
derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, factor
resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan faktor risiko untuk penyakit
berikut :
1. Penatalaksanaan medis
a. Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah metildopa (Aldomet), propanolol
b. Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena
10% intravena dengan hati-hati sementara EKG terus diawasi. Bila kadar K+ tidak
dapat diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin penukar kation
saat ini untuk pengobatan anemia urenik: dengan memperkecil kehilangan darah
14
gejala.
penanganan hemodialisis,
f. Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir dan difusi secara pasif
kompartemen lainnya.
h. Pada orang dewasa 2 liter cairan steril dibiarkan mengalir ke dalam rongga
ureter terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Konservatif
7) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis
yang kuat
4) Kendalikan hiperfosfatemia
6) Terapi hiperfosfatemia
b. Dialisis
1) Peritoneal diailisis
16
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif di vena dan arteri dengan
a) Pasien yang memerlukan hemodiliasis adalah pasien Gagal ginjal kronik dan
kreatinin tinggi dalam darah, kelebihan cairan, mual dan muntah hebat
b) Anemia berat
3. Penatalaksanaan diit
17
penumoukan hasil akhir toksik. Tetapi apabila ingin mengkonsumsi protein harus
memilih protein yang memiliki nilai biologis tinggi (produk susu, telur, daging)
membatasi makanan dan cairan yang mengandung kalium dan fosfor (pisang,buah
dan jus-jusan serta kopi). Biasanya cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml
untuk 24 jam. Pemberian vitamin juga penting karena diet rendah protein tidak cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan. Selain itu, pada pasien dialisis
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gagal ginjal kronik, menurut Doengoes (2000)
1. Aktivitas/istirahat
penurunan rentang pergerakan sendi (RPS), gangguan tidur (insomnia, gelisah), dan
penurunan kesadaran.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, hipertensi, Distensi vena jugularis (DVJ), nadi
kuat, edema jaringan umum, dan pitting edema pada kaki, tungkai dan tangan,
disritmia jantung, suara jantung yang jauh, friction rub perikardia jika terdapat
perikarditis uremik, pembesaean hati, ginjal dan jantung, kulit pucat berwarna
3. Integritas ego
18
Faktor stres, contoh keuangan, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak berdaya, tak
ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut). Abdomen kembung,
5. Makanan/cairan
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
6. Hygiene
Kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), kurus, kering, kuku dan
7. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”, kebas
terasa terbakar, mati rasa pada telapak kaki, mati rasa, kesemutan, dan kelemahan,
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot atau nyeri tungkai (memburuk saat malam
9. Pernafasan
19
Nafas pendek, dispnea tiba-tiba dimalam hari, batuk dengan/tanpa sputum kental dan
10. Keamanan
Kulit gatal, sering menggaruk, infeksi saat ini atau berulang, kecenderungan
pendarahan.
11. Seksualitas
mempertahankan hubungan sosial, atau fungsi sosial atau fungsi peran yang biasa di
keluarga.
13. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat penyakit polikistik dalam keluaraga, nefritis yang diturunkan, batu ginjal,
malignansi, riwayat hipertensi atau diabetes yang tidak terkendali (resiko tinggi
untuk gagal ginjal), pajanan terhadap toksin, seperti obat nefrotoksik, overdosis obat,
keracunan lingkungan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
urea nitrogen (BUN) untuk mengukur produk akhir metabolisme protein dihati
difiltrasi oleh ginjal dan diekskresi dalam urine, Kreatinin (Cr) produk akhir
metabolisme protein dan otot yang difiltrasi oleh ginjal dan diekskresi dalam urine,
Laju filtrasi glomerulus (GFR) dihitung dari kadar Cr serum dan dilaukan untuk
20
tujuan area permukaan tubuh normal, GFR memiliki nilai sekitar 90 mL/menit pada
orang dewasa sehat, Hitung darah lengkap (CBC) adalah rangkaian pemeriksaan
hitung morfologi, indeks, dan indeks luasnya distribusi Sel darah merah (SDM),
hitung dan ukuran trombosit, hitung sel darah putih dan hitung jenisnya, Gas darah
arteri (ABG) untuk menentukan pH dan presentase oksigen, karbon dioksida, dan
bikarbonat pada darah arteri, Elektrolit (renalit) mineral bermuatan listrik yang
ditemukan dalam jaringan tubuh dan darah dalam bentuk garam terlarut yang
mengukur rasio dan zat terlarut, seperti elektrolit, asam, dan sampah metablik lain
yang diproses oleh ginjal dan dilepaskan dalam urine, Natrium untuk menentukan
2. Pemeriksaan Radiologi
gambaran pembuluh darah, jaringan dan organ, Computed temographic (CT) scan
kemih, sinar X abdomen yang menunjukkan ginjal, ureter, dan kandung kemih,
memeriksa pembuluh darah ginjal guna mengetahui adanya tanda penyumbatan atau
abnormalitas.
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Nurarif dalam Nanda Nic
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, mual dan
F. Perencanaan Keperawatan
oksigenasi yang adekuat, 3) Dapat memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari
Intervensi
Krteria Hasil :1) Pasien mengatakan nyeri hilang, 2) Menunjukkan sikap santai, 3)
Intervensi
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan istirahat baring, gips, pemberat
dan traksi
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
Kriteria hasil : klien Terbebas dari edema, efusi, anaskara ,Bunyi nafas bersih, tidak
(+),Klien dapat Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal,Terbebas dari kelelahan,kecemasan atau
Intervensi
2) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolitas urin )
Kriteria Hasil :1) Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan, 2) Berat badan
Intervensi
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
24
konstipasi
Kriteria Hasil : 1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan, 2)
Klien dapat berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan dan 3) Klien
Intervensi
teratasi.
25
Kriteria Hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diperlukan yang
bebas dari tanda intoleran (mis, nadi, pernafasan, dan tekanan darah tetap dalam
rentang normal).
Intervensi
2) Observasi adanya takikardia, pucat kulit dan membran mukosa,dispnea, dan nyeri
dada.
mukosa, 2) klien dapat menunjukkan perilaku dan teknik untuk mencegah kerusakan
Intervensi
5) Anjurkan klien untuk menggunakan kompres dingin dan lembab pada area yang
mengalami pruritus, bukan menggaruknya. Jaga agar kuku tangan tetap pendek
6) Sarankan menggunkan bahan pakaian yang terbuat dari katun dan longgar
G. Pelaksanaan
keperawatan tersebut dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri. Oleh perawat
secara mandiri atau mungkin dilakukan secara kerjasama dengan anggota team
kesehatan lain, misalnya : Ahli gizi dan fisioterapist, hal ini sangat tergantung
dengan jenis tindakan, kemampuan / keterangan pasien serta tenaga perawat itu
sendiri. Proses pelaksanaan dari proses keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu:
Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang difokuskan pada suatu
dimensi atau sistem. Setiap kali perawat berinteraksi dengan pasien, data
pada lembar catatan yang sesuai dengan menuliskan waktu dan rincian tentang
H. Evaluasi
28
a. Tujuan tercapai
kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan sama sekali tidak tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan perilaku
Evaluasi dari revisi perencanaan perawatan dan berfikir kritis, sejalan dengan telah
keperawatan.