TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien
A. Pengertian
dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3
ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan tubuh tidak mampu
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang berakibat fatal pada
uremis yaitu kelebihan urea dan sampah nitrogen di dalam darah. (Priyanti &
Farhana,2016)
Dari ketiga pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Cronic Kidney
progresif dan ireversible yang berlangsung lebih dari 3 bulan, yang menyebabkan
darah.
a. Anatomi
panjang sekitar 7-12 cm (5 inci) dan tebal 1,5-2,5 cm. Berat ginjal
dari ginjal kiri dikarenakan adanya lobus hepatis dextra yang besar.
b. Fisiologi
struktur mikrokopis:
1)
B. Patofisiologi
Menurut NANDA NIC NOC 2015 adalah sebagai berikut : Gagal ginjal
merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel
nefropati obstruktif (saluran kemih bagian atas dan saluran kemih bagian bawah).
Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan penurunan jumlah
Sehingga tidak terjadi respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi tahanan natrium dan cairan. (Brunner &
mengabsorpsi bikarbonat.
hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, defisiensi besi, asam folat dan lain-
lain akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan paling serin pada saluran
peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Sehingga
menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit tulang dan penurunan
tulang uremik)
uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif. Gejala gastrointestinal,
perilaku, rasa panas pada kaki. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,
2013).
Stadium dari Chronik Kidney Disease ada 3 yaitu :stadium pertama dinamakan
penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN Normal,
Creatinin Clerance berkisar 40-70 ml/mnt. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui
dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut. Seperti, tes pemekatan
kemih yang lama atau dengan mengadakan tes GFR yang teliti.
Stadium kedua, perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak. (GFR besarnya 25% dari normal) kadar BUN mulai
meningkat diatas batas normal, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi
kadar normal. Kegagalan ginjal pada stadium kedua dimana nilai creatinin clearance 20-
40 ml/mnt. Gejala nokturia dan poliuria timbul, gejala ini timbul sebagai respon terhadap
Stadium ketiga, stadium akhir gagal ginjal proresif, disebut gagal ginjal stadium akhir
uremia, gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari masa nefron telah
hancur atau sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh, nilai GFR hanya 10% dari
keadaan normal dan creatinin clearance 5 ml/mnt. Pada keadaan ini kreatinin serum dan
kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respon terhadap GFR yang
mengalami penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal penderita mulai mengalami
gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal sudah tidak sanggup lagi mempertahankan
Stadium 1
pada stadium ini kadar kreatinin serum berada pada nilai normal
Stadium 3
stadium akhir. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadár BUN
transplantasi ginjal.__END_OF_CONTENT__
C. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai adalah furosemid (lasix).
glukonat 10% intravena dengan hati-hati sementara EKG terus diawasi. Bila
kadar K+ tidak dapat diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin
gejal
penanganan hemodialisis.
f. Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi secara pasif
kompartemen lainnya.
ureter terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah
2. Penatalaksanaan Keperawatan
diperbolehkan adalah 500-600 ml untuk 24 jam, penimbangan berat badan setiap hari,
3. Penatalaksanaan diit
Tinggi karbohidrat untuk mencegah kelemahan, rendah protein, rendah natrium, batasi
hasil akhir toksik. Tetapi apabila ingin mengkonsumsi protein harus memilih protein
yang memiliki nilai biologis tinggi (produk susu, telur, daging). Batasi makanan dan
cairan yang mengandung kalium dan fosfor (pisang, buah dan jus-jusan serta kopi).
vitamin juga penting karena diet rendah protein tidak cukup memberikan komplemen
vitamin yang diperlukan. Selain itu, pada pasien dialisis kemungkinakan kehilangan
vitamin dengan larut dalam air melalui darah selama penanganan dialisis.
1. Urine
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
(anuria)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mОsm/kg menunjukkan kerusakan tubulus dan rasio
urine/serum sering 1 : 1.
Natrium : Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada. Derajat rendah
proteinuria (1 – 2 +).
2. Darah
Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb : kurang dari 7 – 8 9/dl, Hb
azotemia.
Kalium : Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan dengan rotasi sesuai
Kalsium : menurun. Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL), cairan intersisial (2,5
g/dL)
Protein (khususnya albumin3,5-5,0 g/dL) : kadar semua menurun dapat menunjukkan
3. Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering kali sama dengan urine.
kondisi tertentu, dan juga berfungsi untuk mengetahui adanya tumor, penyakit
ginjal.
6. Sinar x ginjal, ureter, kandung kemih: Menunjukkan ukuran dan struktur ginjal,
8. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi pada
9. Biopsi ginjal : dilakukan ketika kerusakan ginjal atau proteinuria mencapai rentang
mengidentifikasi aliran balik ke dalam ureter atau retensi yang disebabkaln oleh
. Pengkajian
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram, rasa terbakar, mati rasa, kesemutan dan
2. Pernapasan
Napas pendek, dispnea terjadi mendadak pada malam hari tanpa diketahui
3. Aktivitas/Istirahat
Keletihan yang luar bias, kelemahan, malaise, gangguan tidur yaitu insomnia atau
4. Makanan/Cairan
nyeri ulu hati, mual, muntah, distensi abdomen, napas berbau amonia
5. Eliminasi
6. Higiene
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot atau nyeri pada tungkai yang memburuk terjadi
8. Seksualitas
9. Interaksi Sosial
Kesulitan yang disebabkan oleh kondisi, seperti tidak dapat bekerja, mempertahankan
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
DX 1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
Intervensi:
5. Lakukan suction
DX 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan
Kriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan ideal
Intervensi :
nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin dan kadar
bersih)
hitung kalori.
anoreksia, mual atau muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi,
Kriteria Hasil : Menunjukkan turgor kulit normal tanpa ada edema, melaporkan adanya
kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi nafas pendek, menunjukkan tidak adanya
distensi vena leher, mempertahankan pembatasan diet cairan, melaporkan tidak adanya
Intervensi :
dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah,
pembatasan cairan
Kriteria Hasil :
nyeri berkurang.
Intervensi:
Kriteria Hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka/lesi pada kulit
Intervensi :
berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan
respirasi, tanda-tanda vital menunjukkan normal, mampu berpindah dengan atau tanpa
bantuan.
Intervensi :
G. Implementasi
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri. Oleh perawat secara mandiri atau
mungkin dilakukan secara kerjasama dengan anggota team kesehatan lain misalnya : Ahli
gizi dan Fisiotherapist, hal ini sangat tergantung janis tindakan, kemampuan / keterangan
pasien serta tenaga perawat itu sendiri. Proses pelaksanaan dari proses keperawatan
Pengkajian adalah : suatu proses yang berkelanjutan yang difokuskan pada suatu
dimensi atau sistem. Setiap kali perawat berinteraksi dengan klien, data tambahan
hari, mengkonsulkan dan memberikan penyuluhan pada klien dan keluarga, memberi
asuhan keperawatan langsung, mengawasi dan mengevaluasi kerja staf anggota yang
lain.
keperawatan, respons klien terhadap pengobatan dicatatkan pada lembar catatan yang
Pada waktu tenaga perawatan memberikan asuhan keperawatan proses pengumpulan data
analisa data berjalan terus menerus guna perubahan / penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktur dapat mempengaruhi pelaksanaan keperawatan antara lain: fasilitas / alat
yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan
keperawatan dilakukan.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah : proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
pasien dengan standar normal yang berlaku. Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil
evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai
kesehatan hanya sebagai dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan sama sekali tidak tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan perilaku dan
Evaluasi dari revisi rencana perawatan dan berfikir kritis, sejalan dengan telah
keperawatan dan catatan respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan