Anda di halaman 1dari 49

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan ..............................................................................................3

C. Ruang Lingkup .................................................................................................4

D. Metode Penulisan .............................................................................................4

E. Sistematika Penulisan ......................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Menua .................................................................................................6

1. Pengertian ........................................................................................................6

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia ......................................7

3. Patofisiologi ...................................................................................................11

4. Penatalaksanaan Medis...................................................................................12

B. Konsep Asuhan keperawatan keluarga ...........................................................12

1. Konsep Keluarga .............................................................................................12

2. Konsep Proses Keperwatan Keluarga .............................................................19

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ......................................................................................................35

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................49

C. Penapisan Masalah .........................................................................................49

D. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi ........................................................52


BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ......................................................................................................71

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................74

C. Penapisan .......................................................................................................74

D. Perencanaan ...................................................................................................75

E. Pelaksanaan ....................................................................................................76

F. Evaluasi ..........................................................................................................77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

B. Saran ..............................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada

zaman sekarang ini, menyebabkan terjadinya perubahan pola gaya hidup manusia

yang menjadi tidak teratur serta mempengaruhi pula pada kesehatan individu.

Indonesia sebagai negara yang berkembang memiliki visi dan misi untuk

mewujudkan Negara Indonesia yang sehat.Tujuan pembangunan kesehatan adalah

tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tujuan utamanya adalah peningkatan

derajat kesehatan yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan sosial dan ekonomi

yang produktif, diarahkan untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan yang ditandai dengan

peningkatan usia, penurunan angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan.

Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga yang berisiko tinggi, salah

satunya adalah keluarga dengan usia lanjut yang mempunyai masalah kesehatan

yaitu penyakit Cedera serebrovaskuler.Cedera serebrovaskuler atau yang lebih

dikenal pada masyarakat sebagai penyakit stroke merupakan suatu penyakit yang

ada di masyarakat yang angka kejadiannya mengalami peningkatan dalam beberapa

tahun terakhir ini. Pada keadaan ini terjadi gangguan peredaran darah otak yang

menyebabkan defisit neurologis sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi


2

saraf otak.Penyakit stroke ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok

umur lebih dari 40 tahun dan kelompok sosial ekonomi. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit stroke ini, diantaranya adalah faktor keturunan,

faktor usia, hipertensi, obesitas, kolesterol tinggi, merokok.

Stroke merupakan masalah neurologis primer di AS dan di dunia sebagai peringkat

ketiga penyebab kematian pada tahun 2012, dengan laju mortalitas 18% sampai 37%

untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Menurut data

RIKESDAS tahun 2013 prevalensi stroke di Indonesia sebesar 7 per mil dan yang

terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke di

DKI Jakarta sebesar 9,7%. Hasil laporan dari Puskesmas kecamatan Gambir selama

3 bulan terakhir didapatkan penderita stroke sebanyak 16 orang

Masalah yang dapat terjadi bila penyakit stroke tidak ditangani dengan baik adalah

dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek seperti pneumonia, infark miokard,

emboli paru, komplikasi jangka panjang seperti stroke rekuren, infark miokard,

gangguan vaskuler.Melihat betapa seriusnya penyakit stroke bila tidak ditangani

lebih lanjut, maka dari itu sangat diperlukan adanya peran perawat, khususnya

perawat keluarga untuk mengatasi penyakit stroke. Peran perawat yang diperlukan

mencakup aspek promotif yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan

mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, cara pencegahan, dan cara

perawatan stroke. Aspek preventif yaitu dengan menganjurkan penderita stroke

untuk menjaga pola makan, melakukan olahraga secara teratur, kontrol tekanan darah

secara teratur, dsb. Aspek kuratif yang dapat diberikan yaitu dengan cara mengajak

penderita untuk memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas atau Rumah sakit,

minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur. Aspek terakhir adalah aspek
3

rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan penderita untuk mengontrol tekanan darah

ke Puskesmas, klinik, ataupun RS terdekat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana cara

memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Ny.P khususnya Ny.P dengan

penyakit Stroke yang tinggal di RT 08/RW 14 Kelurahan Gambir Kecamatan

Gambir Jakarta Pusat.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus :

1. Tujuan umum

Tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan pengalaman

nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah

strokedengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga.

2. Tujuan khusus

Sedangkan tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan stroke.

b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga

dengan stroke.

c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada keluarga dengan stroke.

d. Melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dan dibuat pada

keluarga dengan stroke.

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga

dengan stroke.

f. Membuat pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

keluarga dengan stroke


4

g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan-kesenjangan asuhan keperawatan antara

teori dan kasus.

h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat serta alternatif pemecahan

masalah.

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini merupakan bahasan asuhan keperawatan keluarga pada Ny.P

khususnya Ny.P dengan Stroke di Jalan Pejambon gg 2 Rt 08/ RW 14 Kelurahan

Gambir Kecamatan Gambir Jakarta Pusat. Dilaksanakan pada tanggal 23 Desember –

3 Januari 2019.

D. Metode Penulisan

Metodeyang digunakan dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua yaitu:

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara,

observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer

yang diperoleh langsung dari klien dan data sekunder yang diperoleh dari

keluarga,tenaga kesehatan, dokumen hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari bukusumber yang berhubungan

dengan asuhan keperawatan yang diberikanpada klien.


5

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab yaitu: Bab satu: pendahuluan

yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan

dan sistematika penulisan.Bab dua: tinjauan teori yang terdiri dari konsep menua,

konsep keluarga, konsep asuhan keperawatan dengan stroke. Bab tiga: tinjauan

kasus yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan masalah,

perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan evaluasi. Bab empat: pembahasan terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan

evaluasi. Bab lima: penutup yang terdiri dari dari kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Sebelum membahas lebih lanjut dan mengenai kasus ini maka penulis terlebih dahulu

diuraikan tentang konsep proses menua, konsep penyakit Stroke dan konsep asuhan

keperawatan keluarga.

A. Konsep Menua

Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai konsep proses menua yang meliputi

pengertian, perubahan-perubahan sistem yang terjadi pada lansia, dan pengertiaan

stroke patofisiologistroke, penatalaksanaan stroke.

1. Pengertian

Menurut Nugroho Wahjudi 2008, menua adalah suatu keadan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998, yang dikutip Nugroho wahjudi

2008, menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang

berakhir dengan kematian.

Menurut Boedi Darmojo dan Hadi Martoyo(1994), yang dikutip Nugroho wahjudi

2008, menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas(termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita.


7

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa menua adalah proses

yang akan berlangsung secara terus-menerus berlanjut secara alamiah dan merupakan

bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan dimana menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri.

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar

akan dialami semua orang yang dikarunia umur panjang. Proses menua pada lansia

dapat mempengaruhi berbagai macam aspek yang meliputi aspek biologis,

psikologis, sosial dan spiritual. Proses menua juga dipengaruhi oleh berbagai fakor

antara lain faktor intrinsik dan ekstrinsik. Proses menua terjadi pada berbagai organ

atau sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, kardiovaskuler, endokrin, pencernaan,

muskuloskeletal, perkemihan, persarafan dan sensori persepsi.

Perubahan anatomis pada sistem pernapasan antara lain perubahan pada komplians

dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada

usia 60 tahun. Atropi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan otot-otot

pernapasan dapat meningkatkan risko berkembangnya keletihan otot-otot pernapasan

pada lansia. Perubahan-perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi

oksigen maksimum. Perubahan pada interstisium parenkim dan penurunan pada

daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan penurunan difusi oksigen.

Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan dengan sekitar 50% pengurangan

respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan

efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya. Implikasi klinis dari perubahan
8

pada sistem respirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi

pulmonal, dan perubahan sistem imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk

mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan

penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

Pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan pada ventrikel kiri menebal, katup

jantung menebal dan membentuk penonjolan, jumlah sel pacemaker menurun, arteri

menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi, vena mengalami dilatas, katup-

katup menjadi tidak kompeten. Masalah yang dapat ditimbulkan pada sistem

kardiovaskuler yaitu hipertensi, penyakit arteri koroner, perikarditis, gagal jantung

kongestif, dll.

Pada sistem endokrin terjadi penurunan hormone antara lain hormone GH, TSH,

LH, FSH, dll yang dapat menimbulkan masalah antara lain DM, hipertiroid,

hipotiroid, dsb.

Pada sistem pencernaan terjadi kehilangan gigi, hilangnya kuncup rasa, penurunan

reflek muntah, atropi mukosa lambung, penurunan mortilitas lambung. Gangguan

pada sistem gastrointestinal adalah penyakit periondontal, disfagia, refluks

gastroesofagus, hernia hiatal, penyakit malabsorpsi, penyakit divertikular, obstruksi

usus, konstipasi, diare.

Pada sistem muskuloskeletal terjadi perubahan penurunan tinggi badan progresif

yang disebabkan oleh penyempitan diskus intervetebrata, kekakuan rangka tulang

dada pada keadaan mengembang, penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular,
9

penurunan massa otot dengan kehilangan lemak subkutan, kekakuan ligamen dan

sendi. Masalah pada sistem muskuloskeletal adalah osteoporosis, osteoartitis,

artoplasti, artitis reumatoid, dll.

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan penurunan kapasitas kandung kemih,

atropi pada otot kandung kemih secara umum, peningkatan kontraksi kandung kemih

yang tidak disadari, sirkulasi renal berubah atau berkurang, penurunan aliran darah

vaskular, penurunan cairan intrasel. Masalah yang terjadi pada sistem perkemihan

adalah nokturia, inkonteninsia, BPH, batu ginjal, gagal ginjal.

Pada sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada

telingga dalam, membran timpani menjadi atropi, terjadi pengumpulan serumen.

Masalah yang terajadi pada sistem pendengaran adalah tinitus, otosklerosis, vertigo.

Pada sistem pengelihatan perubahan yang terjadi adalah kornea lebih berbentuk

sferis (bola), lensa lebih suram, penurunan/hilangnya daya akomodasi, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap, daya membedakan

warna menurun terutama warna biru atau hijau pada skala. Masalah pada sitem

penglihatan adalah katarak, glukoma, presbiopia, dll.

Pada sistem persarafan perubahan struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu

sendiri, walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat(SSP) juga terpengaruh.

Perubahan ukuran otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan

ventrikel otak. Penurunan aliran darah serebral ketika seseorang mengalami penuan,

sehingga risiko untuk mengalami stroke meningkat. Insufiensi vaskuler akibat stroke

mendorong terjadinya iskemi dan terkadang nekrosis pada jaringan otak. Stroke
10

trombolitik dimulai dengan arteroma dan lesi ulseratif didalam pembuluh darah besar

serebral. Stroke trombosis dihubungkan dengan pembentukan plak aterosklerosis,

paling sering terlihat dalam cabang pembuluh darah. Suatu pembuluh darah menjadi

sempit karena adanya plak yang memperlambat atau menggangu aliran darah. Proses

ini membawa ke arah perkembangan gejala akhir yang dihubungkan dengan stroke.

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis

mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Sudoyo Aru,

yang dikutip Amin Huda tahun 2015).

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadinya gangguan peredaran

darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

menyebabkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian(Fransisca B.

Batticaca 2012).

Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Stroke adalah

gangguan kelainan otak secara mendadak akibat adanya sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah serebral.

3.Patofisiologi stroke

Pada stroke non hemoragic terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di pembuluh

darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.

Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan lemak yang mengandung

kolesterol(plak) dalam pembuluh darah besar(arteri karotis) atau pembuluh darah

sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Plak menyebabkan dinding dalam
11

areteri menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak lancar, darah yang kental akan

menggumpal(trombosis) sehingga alirannya menjadi semakin lambat.Akibatnya

otak akan menggalami kekurangan pasokan oksigen. Jika keterlambatan pasokan

berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati.

Pada stroke hemoragik merupakan penyebab utama kematian pada pasien stroke,

perdarahan intrakranial termasuk perdarahan kedalam ruang subarakhnoid.

Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah

yang mengakibatkan rupturnya arteri serebaral sehingga perdarahan menyebar

dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh

darah otak. Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombosit dan oleh

tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan

merupakan risiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.

Tanda dan gejala dari stroke ialah tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan

separuh badan, bicara cadel/pelo, gangguan penglihatan, mulut mencong atau tidak

simetris ketika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat.Akibat stroke

adalah thrombosis (kekakuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher),

iskemia (penurunan aliran darah kearea otak), hemoragi (pecahnya pembuluh darah),

stroke berulang.

4. Penatalaksanaan stroke

Penatalaksanaan penyakit stroke dibagi menjadi beberapa tahap:

a. Pada serangan akut.

Pasein dimasukkan diruangan perawatan khusus stroke, saran operasi dengan

pemeriksaan, pengawasan tekanan darah dan kosentrasinya, kontrol adanya edema


12

yang dapat menyebabkan kematian, terapi perdarahan dan perawatan pembuluh

darah.

b. Pada program rehabilitasi.

Penatalaksanaan klien dengan stroke diruang rehabilitasi meliputi terapi olahraga,

terapi fisik, elektrostimulasi, terapi kerja, terapi wicara dan bahasa.

c. Penanganan dan perawatan stroke di rumah

Berobat secara teratur ke dokter, jangan menghentikan atau mengubah dan

menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter, perbaiki kondisi fisk dengan latihan

teratur di rumah, bantu kebutuhan klien, motivasi klien agar tetap bersemangat dalam

latihan fisik, periksa tekanan darah secara teratur, segera bawa klien ke fasilitas

kesehatan terdekat jika timbul tanda dan gejala stroke.


13

B. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga

Pada sub bab ini yang akandiuraikan adalah pengertian keluarga, tipe keluarga,

struktur keluarga, fungsi keluarga, tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas

perkembangan keluarga.

a. Pengertian keluarga

Menurut Duval (1972), yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010), keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran

yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang

ada di dalamnya, di lihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya

ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.

Menurut Depkes RI (1998), yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010), keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal disuatu dibawah atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Bailon dan Maglaya (1989), yang dikutip oleh Zaidin Ali

(2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu dengan

yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
14

Dari ketiga pengertian dapat kita simpulkan bahwa ada dua atau lebih individu yang

tergabung dan hidup bersama atas ikatan darah, hubungan perkawinan, adopsi dan

saling berinteraksi satu sama lain dalam satu rumah tangga.

b. Tipe atau Jenis Keluarga

Untuk mengupayakanperan keluarga dalam meningkat kanderajat kesehatan, maka

diperlukan seorang perawat yang mengetahui jenis atau tipe keluarga, kita ketahui

bahwa keluarga berasal macam pola dan ragam kehidupan berkembang sesuai

perkembangan sosial.

Menurut Allender dan Spadley(2001), yang dikutip oleh Komang Ayu (2010),

mengemukakan bahwa tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu tipe keluarga

tradisional dan nontradisional :

1) Tipe Keluarga Tradisional terdiri dari :

a) Keluarga inti (nuclear family) adalah terdiri dari suami, istri, dan anak kandung

atau angkat.

b) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan anggota

lain yang mempunyai hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi).

c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.

d) Orang tua tunggal (single parent) adalah keluarga yang terdiri dari satu orang

tua ayah atau ibu dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan

perceraian atau kematian.

e) Single adultadalah rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.

f) Keluarga usia lanjut adalahkeluarga yang terdiri dari suami, istri yang berusia

lanjut.

2) Tipe Keluarga Nontradisional terdiri dari :


15

a) Commune family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah yang

tinggal satu rumah.

b) Orang tua (ayah/ibu) adalah keluarga yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

bersama satu rumah.

c) Homoseksual dan lesbian adalah : individu yang sejenis hidup bersama-sama

dalam satu rumah dan mereka berperilaku layaknya sebagai pasangan suami istri

c. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1989), yang dikutip oleh Sulistyo Andormoyo( 2012), struktur

keluarga terdiri dari :

1) Pola dan Proses komunikasi merupakan elemen penting dalam pemenuhan

fungsi-fungsi suatu keluarga. Komunikasi berfungsi sebagai alat yang penting

untuk mengikat subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka

membentuk ikatan(kohensif) menyeluruh dan memelihara keberlangsungan

suatu sistem.

2) Struktur peran. Peran menunjukkan kepada beberapa set perilakuyang kurang

lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari

seorang okupan dalam situasi sosial tertentu.

3) Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,

fungsi ekonomi, fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan, fungsi

pengatur/pengontrol.

4) Struktur kekuatan keluarga yang menggambarkan kemampuan keluarga untuk

mempengaruhi dan mengendalikan orang lain, untuk mengubah perilaku

keluarga yang mendukung kesehatan. Dasar-dasar kemampuan keluarga yaitu

kekuasaan/wawasan yang sah, kekuasaan yang tak berdaya/putus asa, kekuasaan


16

referen, kekuasaan ahli, kekuasaan sumber, kekuasaan ahli, kekuasaan memaksa,

kekuasaan afektif.

d. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998), yang dikutip dari Zaidin Ali

(2010) adalah sebagai berikut :

1) Fungsi afektif adalah fungsi keluargayang utama untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga.

2) Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi adalah fungsi pengembangan dan tempat

melatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain.

3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi yaitu keluarga mampu memenuhi kebutuhan secara ekonomi

dantempat untuk mengembangkan kemampuan individu, meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi, fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga.

Sedangkan menurut Undang-Undang No.10 tahun 1992, yang dikutip dari Zaidin Ali

(2010), mengemukakan bahwa keluarga mempunyai beberapa fungsi diantaranya :

1) Fungsi keagamaan yaitu membina norma/ajaran keagamaan/ajaran agama

sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, menerjemahkan ajaran
17

dan norma agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari bagi seluruh anggota

keluarga.

2) Fungsi budaya yaitu membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan

norma budaya dan bangsa yang ingin dipertahankan..

3) Fungsi cinta kasih sayangyaitu menumbuh kembangkan potensi simbol kasih

sayang yang telah ada diantara anggota keluarga dalam simbol nyata, seperti

ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus. Bina sosialisasi pada

anak, membentuk norma–norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak dan meneruskan nilai–nilai budaya keluarga.

4) Fungsi perlindungan yaitu memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara

anggota keluarga.

5) Fungsi reproduksi yaitumembina kehidupan keluarga sebagai wahana

pendidikan reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun keluarga sekitarnya.

6) Fungsi sosialisasi yaitu menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan

keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan

utama.

7) Fungsi ekonomi yaitu melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam

kehidupan keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup keluarga.

8) Fungsi pelestarian lingkungan yaitu membina kesadaran dan praktik

pelestarian lingkungan internal keluarga.

e.Tahap–tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Menurut Duvall dan Miller dikutip oleh Friedman (1998), yang dikutip oleh Zaidin

Ali (2010),bahwa tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan, dan

masing–masing tahap keluarga mempunyai tugas perkembangan sebagai berikut:


18

1) Keluarga baru menikah yaitu pasangan yang belum mempunyai anak, tugas

keluarga ini antara lain membina hubungan intim yang memuaskan, membina

hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok, sosial dan mendiskusikan

rencana memiliki anak.

2) Keluarga dengan anak baru lahir yaitu bayi sampai umur 30 bulan tugas

keluarga ini antara lain mempersiapkan menjadi orang tua adaptasi dengan

adanya perubahan anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual,

kegiatan dan mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan

pasangannya.

3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah dengan usia anak 2,5 tahun sampai

dengan 6 tahun, tugas keluarga ini antara lain memenuhi kebutuhan keluarga,

misalnya kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak

untuk bersosialisasi beradaptasi dengan anak-anak yang baru lahir. Sementara

kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang

sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian waktu untuk individu,

pasangan dan anak, pembagian tanggung jawabkeluarga dan merencanakan

kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

4) Keluarga dengan anak usia sekolah umur 6 tahun sampai 12 tahun,tugas

keluarga ini antara lain membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar

rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas mempertahankan keintiman pasangan,

dan memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja umur 13 sampai dengan 20 tahun, tugas keluarga

ini antara lain memberikan kebebasan yang seimbang dan tanggung jawab

mengingat remaja adalah seorang dewasa yang muda dan mulai memiliki
19

otonomi mempertahankan hubungan keluarga, mempertahankan komunikasi

terbuka antara anak dan orang tua, hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan

dan permusuhan, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

6) Keluarga dengan anak dewasa umur 20 sampai dengan 27 tahun, tugas

perkembangan keluarga ini adalah memperluas jaringan keluarga dan keluarga

inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu

anak untuk mandiri. Sebagai keluarga baru di masyarakat, dan penataan kembali

peran orang tua dan kegiatan dirumah.

7) Keluarga usia pertengahan umur 45 tahun sampai dengan 55 tahun, tugas

perkembangan keluarga ini adalah mempertahankan kesehatan individu dan dan

pasangan usia pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasi dan

memuaskan dengan anak-anaknya yang sebaya dan meningkatkan keakraban

pasangan.

8) Keluarga lanjut usia, tugas perkembangan keluarga ini adalah mempertahankan

suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya,

adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan

fisik dan penghasilan keluarga, mempertahankan

9) keakraban pasangan dan saling merawat, melakukan live preview masa lalu.
20

2. Asuhan Keperawatan Keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pendekatan proses keperawatan

keluarga yang digunakan. Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah dan peran

keperawatan yang meliputi pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan,

penapisan masalah, pelaksanaan, dan evaluasi sebagai berikut :

a. Pengkajian

Data yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedman (1998), yang dikutip oleh

Zaidin Ali (2010) sebagai berikut:

1) Data dasar keluarga meliputi: nama kepala keluarga, alamat, dan nomor telepon,

tipe keluarga, latar belakang kebudayaan, identitas religi, status kelas keluarga

dan aktifitas rekreasi.

2) Data lingkungan meliputi: perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah,

sumber air bersih, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dan

fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas geografis

keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga

sebelumnya.

3) Struktur keluarga

a) Pola dan proses komunikasi keluarga yang meliputi : hubungan antar

keluarga, fungsikomunikasi dalam keluarga, kemampuan setiap anggota

keluarga menjadi pendengar, kejelasan dalam penyampaian, perasaan

terhadap komunikasi dan interaksi, cara keluarga dalam penyampaian pesan.

b) Struktur kekuatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi : siapa yang

mengambil keputusan, yang mengatur anggaran belanja, tempat tinggal,

disiplin dan aktifitas anak dan cara pengambilan keputusan.


21

c) Struktur peran keluarga meliputi peran baik secara formal atau peran yang

tidak formal.

d) Nilai – nilai keluarga yang meliputi : nilai kebudayaan yang dianut keluarga

dan bagaimana nilai tersebut mempengaruhi keluarga.

4) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif data yang harus dikaji adalah : bagaimana respon keluarga

terhadap kebutuhan anggota keluarga.

b) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, bertanggung

jawab dalam membesarkan anak, bagaimana anak dihargai, masalah -

masalah keluarga dalam membesarkan anak.

5) Stress dan koping keluarga : hal yang perlu dikaji adalah stressor keluarga

jangka pendek dan jangka panjang. Kemampuan keluarga untuk merespon

penggunaan strategi koping, situasi keluarga mencapai penguasaan dan

penggunaan strategi afektif disfungsional yang digunakan.

6) Fungsi keperawatan kesehatan.

Fungsi keperawatan kesehatan (penjajakan tahap II) sesuai dengan fungsi

pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan,

meliputi:

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data

yang perlu dilihat meliputi : pengertian, penyebab, tanda-tanda dan faktor -

faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluargadalam mengambil keputusan

terhadap tindakan kesehatan yang tepat hal yang dapat dikaji adalah :

pengetahuan keluarga mengenai besar dan sifatnya masalah yang dirasakan


22

keluarga, apakah keluarga merasa takut akan akibat tindakan yang

dilakukan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,

apakah keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan dan apakah keluarga

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c) Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit, data yang yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga mengenai

keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran komplikasi, prognosa dan cara

perawatannya), pengetahuan keluarga tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga tentang keadaan fasilitas

yang diperlukan untuk perawatan, pengetahuan keluarga tentang sumber-

sumber yang ada dalam keluarga(anggota keluarga yang bertanggung jawab,

sumber -sumber keuangan, fasilitas, fisik, psikososial), bagaimana sikap

keluarga dalam menghadapi keluarga yang sakit.

d) Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang

sehat, hal yang dikaji adalah : kemampuan keluarga menggunakan sumber-

sumber yang dimiliki keluarga, kemampuan keluargamelihat

keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, pengetahuan keluarga

tentang pentingnya hygiene sanitasi, pengetahuan keluarga tentang upaya

pencegahan, bagaimana sikap keluarga terhadap hygiene dan sanitasi dan

bagaimana kekompakan antara anggota keluarga.

e) Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di masyarakat, hal yang harus dikaji adalah : pengetahuan

keluarga, keberadaan fasilitas kesehatan, pengetahuan keluarga tentang

keuntungan –keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,

tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas


23

kesehatan,pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan dan

apakah fasilitaskesehatan terjangkau. Dalam pengumpulan data metode

yang dapat digunakan yaitu : wawancara, pengamatan studi dokumentasi,

dan pemeriksaan fisik.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang

dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawatan berfungsi sebagai alat untuk

menggambarkan masalah pasien yang dapat ditangani oleh perawat. Cara yang

seragam dan standar untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan melabel

fenomena yang spesifik memungkinkan perawat untuk menangani respon pasien

dengan efektif.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga

dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan

potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.

Menurut Suprajitno (2012), perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan

kepada sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi

masalah (problem), penyebab (etiologi), dan tanda (sign). Perumusan diagnosa

keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari:

1) Masalah (problem),adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga

2) Penyebab (etiologi),adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah

dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah,

mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit,

memelihara lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.


24

3) Tanda (sign), adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan

penyebab.

Tipologi diagnosa keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2012), dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Diagnosa aktualyaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga

dan memerlukan bantuan perawat dengan cepat.

2) Diagnosa risiko atau risiko tinggiadalahmasalah kesehatan yang belum terjadi,

tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan

cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga

telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

c. Penapisan Masalah

Setelah menentukan diagnosa keperawatan langkah selanjutnya adalah menentukan

prioritas masalah keperawatan keluarga. Dalam menyusun prioritas masalah terdiri

dari kriteria , bobot dan pembenaran. Untuk dapat menentukan prioritas masalah

keperawatan keluarga harus menggunakan kriteria penapisan masalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1
Penapisan Masalah

NO KRITERIA SKOR BOBOT

1 Sifat masalah

Skala
25

a. Aktual 3

b. Risiko 2 1

c. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala

a. Mudah 2

b. Sebagian 1 2

c. Tidak dapat diubah 0

3 Potensi masalah dapat dicegah

Skala

a. Tinggi 3

b. Sedang 2 1

c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah

Skala

a. Masalah berat harus segera ditangani 2 1

b. Ada masalah tetapi tidak perlu

segeraditangani 1

c. Masalah tidak dirasakan

0
26

Cara perhitungan untuk menentukan skore :

Tentukan skore untuk setiap kriteria kemudian dilakukan perhitungan dengan cara

skore dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot lalu dijumlahkan

hasil perhitungan skore untuk seluruh kriteria.

Setelah menentukan diagnosa keperawatan langkah selanjutnya adalah menentukan

prioritas masalah keperawatan keluarga. Dalam menyusun prioritas masalah terdiri

dari kriteria, bobot dan pembenaran. Untuk menentukan prioritas masalah

keperawatan keluarga harus didasarkan kepada beberapa kriteria sebagai berikut :

1) Sifat masalah : aktual, risiko dan potensial, aktual bobot tertinggi karena

memerlukan tindakan yang segera dan biasanya dirasakan oleh keluarga,

potensial bobot rendah karena merupakan keadaan dimana keluarga dalam

keadaan sejahtera.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil atau mencegah

masalah jika ada intervensi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : pengetahuan

dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk mengenali masalah.

Sumber daya keluarga, dalam bentuk fisik, keuangan serta tenaga. Sumber daya

perawat dalam pengetahuan, keterampilan, dan waktu, masyarakat dan dukungan

sosial masyarakat.

3) Potensial masalah dapat dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan

timbul yang dapat dikurangai atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan

kesehatan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : kepelikan masalah yaitu

berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, lamanya masalah dan

tindakan apa yang sudah keluarga lakukan untuk mengatasi masalah kesehatan

tersebut atau bahkan belum sama sekali, atau dengan adanya kelompok “high
27

risk” atau kelompok yang berisiko tinggi adanya kelompok tersebut pada

keluarga akan menambah potensi masalah dapat dicegah.

4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai masalah

tentang beratnya masalah serta mendesak masalah untuk diatasi. Hal yang perlu

diperhatikan perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat

masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu ditangani segera

mendapat skore tertinggi.

4. Perencanaan

Rencanaasuhan keperawatan keluarga merupakan kesimpulan tindakan yang

ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah

kesehatan/diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga yaitu :

1) Rencana keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun

dengan jelas dan benar.

2) Rencana harus realistis, dan dapat dilaksanakan(ada sarana,metodelogi, dan

sumber daya manusianya).

3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijakan

pemerintah dan institusi layanan kesehatan.

4) Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga sebagai objek dan subjek

pelayanan.

5) Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti

oleh orang lain secara berkesinambungan dan mudah dievaluasi.

6) Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah

masalah/meringkan
28

Menurut S.G. Bailon dikutip dari Zaidin Ali (2010), langkah-langkah pengembangan

rencana asuhan keperawatan sebagai berikut :

1) Penentuan masalah. Melalui proses pengkajian ditemukan masalah kesehatan

dan kebutuhan yang akan menjadi dasar untuk mengembangkan rencana asuhan

keperawatan.

2) Penentuan sasaran dan tujuan. Sasaran adalah keadaan atau situasi yang

diharapkan setelah tindakan dilaksanakan.

3) Merumuskan tujuan. Tujuan merupakan pernyataan yang lebih spesifik tentang

hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan.

4) Memilih tindakan keperawatan. S.G. Bailon menyatakan bahwa pilihan tindakan

keperawatan sangat tergantung pada 2 faktor yang dapat berubah, yaitu sifat

masalah dan sumber daya yang tersedia dalam memecahkan masalah.

5) Menentukan kriteria dan evaluasi. Kriteria merupakan indikator yang digunakan

untuk mengukur pencapaian tujuan. Sedangkan standar menunjukan tingkat

“performa” yang diingkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi

tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Pernyataan tujuan yang tepat akan

menentukan kejelasan kriteria dan standar.

Wright dan Leahey (1984) danFriedman (1998), yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010)

menggolongkan intervensi keperawatan dalam tiga tingkatan fungsi keluarga yaitu :

1) Kognitif, intervensi diharapkan pada fungsi keluarga tingkat kognitif yang terdiri

dari tindakan perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu

keadaan atau pengalaman.

2) Afektif, tindakan yang dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga

sehingga keluarga dapat menyelesaikan lebih efektif.


29

3) Perilaku, strategi perawatan yang diarahkan untuk membantu anggota keluarga

berinteraksi / bertingkah laku satu sama lain.

Setelah menyusun prioritas masalah, maka tahap berikutnya adalah perumusan

tujuan yang berorientasi pada keluarga, penyusunan tujuan bersama keluarga

menjadi penentu perencanaan yang efektif. Salah satu faktor utama keperawatan

keluarga adalah bahwa keluarga mempunyai tanggung jawab akhir dalam mengatur

kehidupannya dan perawat harus menghormati keyakinan keluarga tersebut ada dua

macam tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka

panjang (goal) adalah tujuan umum yang merupakan hasil akhir yang diharapkan

dapat dicapai oleh keluarga melalui semua usaha. Tujuan jangka panjang (sasaran)

ditentukan oleh perawat bersama dengan keluarga berhubungan dengan masalah

keperawatan keluarga. Sedangkan tujuan jangka pendek atau obyektif pernyataan

tentang spesifik tentang hasil tindakan keperawatan yang sifatnya spesifik dapat

diukur, dapat dicapai, realistis serta ada batasan waktu. Tujuan jangka pendek

penting untuk memotivasi kepada keluarga, serta membimbinglebih komprehensif.

Dalam menyusun tujuan sangat diperlukan kerja sama dengan keluarga dalam

membedakan masalah-masalah yang perlu diselesaikan dengan intervensi

keperawatan.

Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi

penyebab masalah keluarga :

1) Perluas dasar pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi.

2) Bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang ada.

3) Hubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sarana yang telah ditentukan.

4) Kembangkan sikap positif dalam mengahadapi masalah.


30

Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam

rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

1) Diskusikan dengan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak

melakukan tindakan

2) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat

diambil serta sumber -sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternatif

tersebut.

3) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing- masing alternatif

tindakan yang dilakukan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan keperawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara lain:

1) Demontrasikan tindakan yang diperlukan.

2) Manfaatkan fasilitas yang ada di rumah sakit.

3) Hindari hal -hal yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien

atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang

menunjang kesehatan, perawat melakukan tindakan-tindakan antara lain :

1) Bantu keluarga untuk menghindari adanya ancaman perkembangan kepribadian-

kepribadian anggota keluarga.

2) Bantu keluarga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang ada.

3) Hindari ancaman psikologis dalam keluarga dengan cara memperbaiki pola

komunikasi keluarga, memperjelas masing–masing anggota keluarga.

Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkanfasilitas kesehatan yang ada maka

perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya
31

yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya. Seperti instansi kesehatan,

program peningkatan kesehatan dan organisasi-organisasi masyarakat.

5. Pelaksanaan

Implementasi keperawatan keluarga merupakan merupakan satu tahap proses

keperawatan yang memberikan kesempatan bagi perawat untuk membangkitkan

minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku sehat. Kesulitan,

kebingungan dan ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus menjadi perhatian

perawat dan perawat diharapkan dapat memberikan kekuatan serta membantu

mengembangkan potensi yang ada sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri

dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Friedman (2004), yang dikutip oleh Susanto Tantut (2012), pada

pelaksanaan implementasi keluarga hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat dengan cara :

a) Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan.

b) Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta sumber

yang dibutuhkan.

c) Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan.

2) Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan

kesehatan dengan cara :

a) Memperluas informasi keluarga.

b) Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada.

c) Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga.

d) Dorong sikap emosi yang sehat mengahadapi masalah.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit dengan

cara :
32

a) Mendemonstrasikan cara perawatan.

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada.

c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis :

a) Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat, meningkatkan pola

komunikasi/interaksi, meningkatkan peran dan tanggung jawab.

b) Memilih intervensi keperawatan yang tepat

c) Memilih metode kontak yang tepat: kunjungan rumah, konferensi di

klinik/puskesmas, pendekatan kelompok.

5) Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi

sehat, dengan cara :

a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b) Melakukan perubahan lingkungan kerja seoptimal mungkin

6) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan

cara :

a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

6. Evaluasi

Dalam keperawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan salah satu proses

keperawatan yang tahap kelima dimana dalam evaluasi tersebut, untuk menentukan

sejauh mana tujuan keperawatan telah dicapai. Pada umumnya terdapat dua jenis

evaluasi yaitu : evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif

adalahkuantitatif atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi

kualitatif difokuskan pada salah satu dan tiga dimensi yaitu dimensi struktur atau

sumber, terkait dengan tenaga manusia atau bahan -bahan yang diperlukandalam
33

melakukan kegiatan, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang kita lakukan.

Dan ketiga dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan

dapat dilihat dari dimensi yang terakhir yaitu dimensi hasil. Menurut S.G. Bailon

yang dikuti Zaidin Ali(2010), metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah

tujuan dan tindakan keperawatan telah dicapai adalah sebagai berikut :

1) Observasi langsung, metode ini merupakan metode paling valid untuk

menentukan adanya perubahan, yaitu bila interprestasi yang subyektif dan

pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrumen yang tepat dan petunjuk

tujuan yang di tetapkan.

2) Memeriksa laporan, laporan mengenai test diagnostik yang menunjukkan

perubahan status kesehatan pasien dapat diperoleh dan kartu pasien (medical

record).

3) Wawancara, untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku, dapat disusun

dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.

4) Latihan simulasi, latihan simulasi ini berguna menentukan

perkembangankesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat

keputusan dan menganalisa masalah.


.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus

yang ada dengan cara membandingkan dan mengemukakan alasannya. Adapun

langkah-langkah pembahasan ini sesuai dengan proses keperawatan keluarga yaitu

dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian dalam teori data-data yang dikaji meliputi data dasar

keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping

keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan fungsi

perawatan kesehatan..

Pada kasus stroke menurut teori penyebab stroke adalah hipertensi, penyakit jantung,

obesitas,kolesterol tinggi,diabetes melitus.Pada kasus penyebab stroke pada Ny.P

karena hipertensi dan vertigo. Menurut teori tanda dan gejala stroke adalah tiba-tiba

mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan, bicara cadel/pelo, gangguan

penglihatan, gangguan daya ingat, mulut mencong/tidak simetris ketika menyeringai,

nyeri kepala hebat, vertigo, gangguan fungsi otak. Pada kasus tanda dan gejala stroke

pada Ny.P adalah vertigo danhipertensi, tiba-tiba mengalami kelemahan/kelumpuhan

separuh badan yaitu ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri..

Pada tahap penjajakan II ditemukan bahwa keluarga Ny.P mengalami masalah

kesehatan dimana Ny.P menderita stroke. Menurut friedman (1998), yang dikutip

Zaidin Ali (2010), mengemukakan bahwa keluarga yang memiliki masalah kesehatan
72

mempunyai lima tugas keluarga yang harus dilaksanakan yaitu kemampuan

mengenal masalah, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan merawat

anggota yang sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit,

serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Pada

penjajakan II kasus stroke didapatkan data untuk tugas keluarga yang pertama yaitu

kemampuan mengenal masalah, Ny.P kurang diderita tentang pengertian, penyebab,

tanda dan gejala. Untuk tugas keluarga yang kedua yaitu kemampuan keluarga

mengambil keputusan, Ny.P belum dapat mengambil tindakan kesehatan yang tepat

untuk penyakitnya.

Tugas keluarga yang ketiga yaitu kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit,

Ny.P sudah mampu melakukan perawatan yang tepat untuk penyakitnya tapi belum

maksimal, selama ini Ny.P mengatasinya dengan beristirahat. Tugas keluarga yang

keempat yaitu kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mencegah

penyakit,Ny.P sudah melakukan tindakan yang tepat seperti memantang makanan

yang banyak mengandung lemak, salah satunya jeroan,walaupun belum bisa

berolahraga. Tugas keluarga yang kelima yaitu kemampuan memanfaatkan fasilitas

kesehatan untuk memriksakan kesehatannya, Ny.P belum memnfaatkan fasilitas

kesehatannya,dengan memeriksa ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat. Pada

tahap ini tidak ada faktor penghambat pada pengkajian,data-data sudah cukup

karena keluarga sangat kooperatif dan mau berkerja sama dengan baik dan data

yang didapat sudah sesuai dengan kondisi dan keadaan keluarga saat ini.

A. Diagnosa Keperawatan

Menurut teori terdapat 3 tipologi diagnosa keperawatan yaitu aktual, risiko, potesial.

Sedangkan pada kasus terdapat dua masalah kesehatan yaitu risiko. Diagnosa

keperawatan keluarga yang pertama adalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif .


73

Diagnosa keperawatan keluarga yang kedua adalah risiko terjadi cidera) .Sedangkan

untuk diagnosa aktual tidak ditemukan karena klien tudak mengalami stroke

berulang dan masih berisiko untuk terjadinya stroke. Diagnosa potensial tidak

ditemukan pada kasus karena diagnosa harus mengacu pada teori yaitu pencapain

tingkat fungsi yang lebih tinggi atau sejahtera. Dalam menyusun diagnosa

keperawatan keluarga , penulis tidak menemukan hambatan, sedangkan faktor

pendukung adalah kerja sama yang terjalin baik antara keluarga dan perawat.

B. Penapisan masalah

Dalam menyusun penapisan masalah berdasarkan pioritas secara teori menggunakan

empat kriteria penapisan yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk diubah,

potensi masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Pada kasus, penapisan

sudah menggunakan kriteria sesuai dengan teori, dan skor disesuaikan dengan

kondisi keluarga saat ini. Perhitungan skor yang disesuaikan dengan kondisi

keluarga didapatkan diagnosa keperawatan dengan pioritas pertama yaitu

pemeliharaan kesehatan tidak efektid dengan skor 4 1/2.Diagnosa keperawatan

kedua yaitu risiko cidera(jatuh) dengan skor 3 1/3.

Dalam memprioritaskan masalah keperawatan, penulis tidak menemukan faktor

penghambat, faktor pendukung adalah kerjasama yang terjalin balik dan keluarga

sangat kooperatif.

C. Perencanaan

Dalam menyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga secara teori adalah

berdasarkan sifat masalah keluarga dan sumber-sumber yang ada baik pada keluarga,

perawat maupun sumber daya pada masyarakat untuk menyelesaikan masalah.

Perencanan pada teori meliputi menentukan prioritas masalah kesehatan, menetapkan


74

sasaran, menentukan tujuan, menetapkan kriteria dan standar evaluasi serta

menyusun rencana tindakan untuk mengatasi setiap masalah kesehatan dan masalah

keperawatan.

Dalam menyusun rencana tindakan dibuat bersama-sama keluarga dengan

memperhatikan sumber daya yang ada pada keluarga. Dalam perencanaan tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus serta tidak ada hambatan

karena keluarga sangat kooperatif, sehingga semua perencanaan seperti mengkaji

tingkat pengetahuan keluarga, mendiskusikan bersama-sama keluarga, memotivasi

keluarga dapat dilakukan semuanya. Dalam perencanaan waktu memberikan asuhan

keperawatan perlu berkelanjutan bukan sesaat agar masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang ditemukan dapat diselesaikan. Pada perencanaan tidak ditemukan

hambatan karena apa yang direncanakan disesuaikan dengan kondisi keluarga dan

kemampuan keluarga.

D. Pelaksanan

Dalam tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai

tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut upaya yang dilakukan

adalah memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang dihadapi keluarga,

memberikan motivasi untuk menghadapi masalah serta memberi petunjuk atau

alternatif penyelesaian masalah. Dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan

sumber daya yang ada pada keluarga agar tidak mengalami kesulitan untuk

mencapai tujuan yang ditemukan bersama maka pelaksanaan pada kasus

memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanan pada teori. Pada tahap pelaksanan ini

penulis lebih banyak memberi pengetahuan pada keluarga karena umumnya

penyebab masalah yang terjadi pada keluarga karena ketidaktahuan keluarga.


75

Faktor penghambat dalam pelaksanaan adalah pada waktu memberikan asuhan

keperawatan pada keluarga tidak semua anggota keluarga mengikuti penyuluhan

yang diberikan oleh perawat. Karena anggota keluarga sedang berada diluar dan

tidak tentu waktu pulangnya, faktor penunjang respon dan penerimaan keluarga

sangat baik sehingga dalam melakukan pelaksanaan penulisan tidak mengalami

kesulitan dan keluarga mau mengadakan perbaikan kearah prilaku sehat.

E. Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini penulis membandingkan data yang diperoleh dan telah

dilakukan tindakan dengan kriteria dan standar evaluasi. Hal ini sesuai dengan apa

yang ada dalam teori, dimana dengan dilakukannya tindakan keperawatan pada

kasus ini pengetahuan keluarga meningkat tentang Stroke di samping itu juga

terdapat perubahan prilaku keluarga dalam memelihara kesehatan, memperhatikan

makanan pada Ny.P

Berdasarkan hasil evaluasi untuk diagnosa pertama TUK 1 ,TUK 2 TUK 3 dan

TUK 4 tercapai.TUK 5 tercapai sebagian dikarenakan keluarga belum memanfaatkan

fasilitas kesehatan dengan baik.Diagnosa kedua TUK 1, TUK 2, TUK 3 tercapai,

TUK 4 dan TUK 5 tercapai sebagian karena keluarga Ny.P masih kurang dalam

merawat Ny.P agar tidak jatuh dan di tempat tidurnya belum ada pengaman agar

Ny.P tidak atuh. Untuk tindakan selanjutnya penulis membutuhkan koordinasi

dengan pelayanan kesehatan terdekat diwilayah tersebut.

Pada pendokumentasian asuhan keperawatan pada keluarga penulis tidak mengalami

hambatan karena dokumentasi yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah proses

keperawatan keluarga mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan,

perencanan, pelaksanan dan evaluasi.


76
78

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan mengambil kesimpulan dan akan memberikan saran dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Ny.P dengan Stroke di RT 08 RW 014

Kelurahan Gambir Kecamatan Gambir.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan teori dan kasus, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pengkajian tidak semua data ditemukan dalam kasus, karena dalam hal ini

ada anggota keluarga yang tidak terkaji, dalam pengkajian penulis tidak

ditemukan adanya hambatan karena keluarga kooperatif, sehingga penulis

mudah mendapatkan data dari keluarga.

2. Pada diagnosa keperawatan ditemukan dua diagnosa keperawatan yaitu

pemeliharaan kesehatan tidak efektif.Diagnosa kedua risiko terjadinya

cidera(jatuh) .Faktor penghambat tidak didapatkan dalam merumuskan diagnosa

keperawatan. Faktor pendukung karena keluarga sangat kooperatif dalam

memberikan data, sehingga memudahkan untuk menegakkan diagnosa

keperawatan.

3. Pada tahap perencanaan dilakukan berdasarkan prioritas, sasaran, tujuan,

kriteria, standar evaluasi serta menyusun rencana tindakan. Pada tahap

perencanaan dilakukan bersama-sama keluarga dengan memperhatikan

sumberdaya yang ada pada keluarga. Pada tahap perencanaan penulis tidak

menemukan kesulitan.
79

4. Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai

tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut tindakan yang

dilakukan adalah memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang ada

pada keluarga, memberikan motivasi kepada keluarga untuk mengatasi masalah,

mendemonstrasikan cara perawatan penyakit stroke dan DM. Pada pelaksanaan

tindakan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun selain itu

keluarga kooperatif selama tindakan keperawatan dilakukan.

5. Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana evaluasi

dilakukan sejauh mana keberhasilan keluarga untuk mengatasi masalah

kesehatan. Dalam evaluasi penulis membandingkan data yang diperoleh setelah

dilakukan tindakan keperawatan untuk memperoleh data apakah pengetahuan

keluarga meningkat tentang stroke sehingga dapat melakukan upaya kesehatan.

Dari upaya kesehatan yang ada tidak semuanya teratasi sehingga masih perlu

adanya pemantauan dari pihak puskesmas.

6. Dokumentasi Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan pada keluarga

menggunakan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajaian sampai

evaluasi agar menjadi pedoman bagi setiap perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga. Selain itu juga dokumentasi merupakan aspek legal untuk

mempertanggung jawabkan asuhan keperawatan yang telah diberikan.


80

B. Saran

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap keluarga Ny.P

maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Motivasi keluarga Ny.P untuk tetap melakukan tindakan yang sudah disepakati

dan untuk masalah yang belum terjadi harus tetap dipertahankan agar tidak

terjadi.

2. Kerja sama yang terbina dengan keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga.

3. Dari masalah yang dihadapi walaupun sudah teratasi secara maksimal dan

keluarga sudah mengerti tentang tugas keluarga kesatu dan ketiga diharapkan

keluarga mau memeriksakan diri secara rutin ke Puskesmas.

4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat

hendaknya tetap mempertahankan pendekatan keluarga yang lebih baik dan

perlu memperhatikan kemampuan yang ada pada keluarga sehingga dapat

memberikanbimbingan dan pendidikan kesehatan dengan baik dan tidak

mendapat hambatan. Dalam pelaksanan asuhan keperawatan keluarga ini

diharapkan keluarga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.

5. Untuk setiap perawat yang memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu

mempertahankan cara pendokumentasian proses keperawatan keluarga agar

setiap perawat dapat melanjutkan asuhan keperawatan yang diberikan pada

keluarga Ny.P
83

DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistiyo. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktik Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Batticaca.B. Fransisca. ( 2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Doenges. E. Marilynn dkk. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik& Geriatrik edisi 3. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda. ( 2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosis


medis dan NANDA Nic-Noc. Yogyakarta: Media Action.
1
1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Ny.P DI

KECAMATAN GAMBIR

DISUSUN OLEH

SYAFIRA ANDINI

17058

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai