Anda di halaman 1dari 9

Alfaridzi Rahardja Putra

0701518005
Daftar Negatif Investasi (DNI)

Latar Belakang

Pemerintah saat ini tengah memberikan kesempatan seluas-luasnya pada perusahaan yang ingin
bekerja sama dalam Penanaman modal Asing di negara kita. Kebutuhan akan keamanan,
kejelasan dan kenyamanan bagi para  penanam modal menjadi faktor yang sangat diperhatikan
oleh pemeintah Indonesia. Sang penanam modal ini bisa perseorangan ataupun sebuah badan
usaha, bisa Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing yang berada di Negara
kita.
Dalam bidang penanaman modal atau biasa juga disebut dengan Daftar Negatif Investasi (DNI),
Pemerintah membaginya dalam tiga bidang, yaitu
1. Bidang usaha yang bersifat terbuka tanpa persyaratan. Contohnya usaha perkebunan lada,
jambu dan sebagainya.
2. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan. Contohnya perkebunan tembakau.
3. Bidang usaha yang tertutup atau terlarang. Seperti budidaya tanaman ganja.

Apa itu DNI?


Apakah sebenarnya Daftar Negatif Investasi (DNI) itu? DNI adalah daftar sektor bisnis yang
disusun pemerintah sebagai informasi bagi para calon investor tentang bisnis yang tidak
diperbolehkan di Indonesia dan berbagai aturannya, terutama mengenai kepemilikan bersama.
DNI Indonesia dibuat untuk melindungi ekonomi Indonesia, serta untuk memberikan peluang
bisnis lebih kepada investor. Seiring waktu, DNI dapat berubah untuk disesuaikan dengan
peraturan pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mengetahui DNI di Indonesia
saat ini sebelum membuat perencanaan lebih lanjut mengenai investasi di Indonesia. Hal
terpenting yang perlu diketahui investor mengenai DNI Indonesia terbaru adalah tentang sektor
bisnis mana yang dibuka dengan persyaratan dan mana yang ditutup sepenuhnya.
Sektor bisnis yang saat ini terbuka untuk 100% kepemilikan asing dalam perdagangan adalah
bisnis penyimpanan dingin, distribusi yang berafiliasi dengan produksi, penjualan langsung
melalui jaringan pemasaran, dan broker. Dalam pariwisata dan ekonomi kreatif, seperti
membuka bar, kafe, restoran, dan fasilitas olahraga. Sementara di sektor komunikasi dan
informasi, ada investasi yang melibatkan investasi Rp100 miliar diperbolehkan untuk 100%
kepemilikan asing. Lainnya, di sektor energi dan sumber daya mineral, ada industri pelet
biomassa untuk energi terbarukan yang terbuka untuk kepemilikan 100%.
Revisi DNI 2018 Pemerintah menyimpulkan bahwa meskipun telah direlaksasi pengaturan
terkait DNI pada Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016, hasilnya belum optimal terlepas dari
adanya kenaikan komitmen Penanaman Modal Asing (PMA). Dari 83 bidang usaha yang dibuka
bebas untuk asing, ternyata 51 bidang usaha tidak ada peminatnya sama sekali. Terkait hal
tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Ekon) melansir terdapat
empat alasan yang disinyalir sebagai penyebab. Alasan-alasan tersebut, yakni: DNI kurang
tersosialisasi; keterbukaan DNI versi Tahun 2016 dianggap kurang menarik; belum sepenuhnya
memberikan kepastian usaha; dan DNI 2016 masih butuh waktu pelaksanaan dan penguatan
kebijakan. Pemerintah kemudian memutuskan untuk merevisi DNI yang ada demi memajukan
investasi dalam rangka Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI. Pemerintah lalu memutuskan
untuk mengeluarkan 54 bidang usaha dari DNI. Setelah mendapat tentangan dari pelaku usaha,
maka Pemerintah kembali memasukkan lima bidang usaha ke dalam DNI atas pertimbangan
untuk melindungi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terdapat empat sektor usaha
dari Kelompok A yang tak jadi dikeluarkan dari DNI. Empat sektor tersebut yakni usaha warung
internet (warnet), industri pengupasan dan pembersihan umbi-umbian, industri percetakan kain,
dan industri kain rajut khususnya renda. Sementara ada satu sektor usaha dari Kelompok B yang
tak jadi dikeluarkan dari DNI, yakni perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet.
Pemerintah memberikan alasan bahwa hal tersebut dilakukan demi melindungi kepentingan
rakyat yang berusaha dalam kendaraan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan
koperasi. Sejatinya, kelima sektor usaha tersebut memang tak bisa dimasuki oleh Asing karena
batasan minimal Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 10 miliar.
Revisi DNI 2018
Pemerintah menyimpulkan bahwa meskipun telah direlaksasi pengaturan terkait DNI pada
Peraturan
Tidak jadinya kelima sektor usaha tersebut dikeluarkan dari DNI berakibat masyarakat harus
memenuhi segala persyaratan yang ada secara penuh melalui Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Dengan kembalinya lima sektor usaha ke dalam DNI, maka secara keseluruhan
hanya terdapat 49 sektor usaha yang dikeluarkan Pemerintah dalam rangka PKE XVI, antara
lain:
1. Industri kayu gergajian dengan kapasitas produksi di atas 2.000 m3/tahun
2. Industri kayu veneer
3. Industri kayu lapis
4. Industri kayu laminated veneer lumber (LVL)
5. Industri kayu industri serpih kayu (wood chip)
6. Industri pelet kayu (wood pellet)
7. Pengusahaan pariwisata alam berupa pengusahaan sarana, kegiatan, dan jasa ekowisata di
dalam kawasan hutan
8. Budidaya koral/karang hias
9. Jasa konstruksi migas: Platform
10. Jasa survei panas bumi
11. Jasa pemboran migas di laut
12. Jasa pemboran panas bumi
13. Jasa pengoperasian dan pemeliharaan panas bumi
14. Pembangkit listrik di atas 10 MW
15. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik atau pemanfaatan tenaga listrik
tegangan tinggi/ekstra tinggi
16. Industri rokok kretek
17. Industri rokok putih
18. Industri rokok lainnya
19. Industri bubur kertas pulp
20. Industri siklamat dan sakarin
21. Industri crumb rubber
22. Jasa survei terhadap objek-objek pembiayaan atau pengawasan persediaan barang dan
pergudangan
23. Jasa survei dengan atau tanpa merusak objek
24. Jasa survei kuantitas
25. Jasa survei kualitas
26. Jasa survei pengawasan atas suatu proses kegiatan sesuai standar yang berlaku atau yang
disepakati
27. Jasa survei/jajak pendapat masyarakat dan penelitian pasar
28. Persewaan mesin konstruksi dan teknik sipil dan peralatannya
29. Persewaan mesin lainnya dan peralatannya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain
(pembangkit tenaga listrik, tekstil, pengolahan/pengerjaan logam/kayu, percetakan dan
las listrik
30. Galeri seni
31. Gedung pertunjukan seni
32. Angkutan orang dengan moda darat tidak dalam trayek: angkutan pariwisata dan
angkutan tujuan tertentu
33. Angkutan moda laut luar negeri untuk penumpang
34. Jasa sistem komunikasi data
35. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap
36. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi bergerak
37. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi layanan content (ringtone, sms premium, dan
sebagainya)
38. Pusat layanan informasi dan jasa nilai tambah telepon lainnya
39. Jasa akses internet
40. Jasa internet telepon untuk keperluan public
41. Jasa interkoneki internet (NAP) dan jasa multimedia lainnya
42. Pelatihan kerja
43. Industri farmasi obat jadi
44. Fasilitas pelayanan akupuntur
45. Pelayanan pest control atau fumigasi
46. Industri alat kesehatan: kelas B
47. Industri alat kesehatan: kelas C
48. Industri alat kesehatan: kelas D
49. Bank dan laboratorium jaringan dan sel
Pemerintah memangkas Daftar Negatif Investasi (DNI) menjadi 6 bidang usaha dari sebelumnya
20 bidang usaha. Tak hanya itu, pemerintah juga ingin mengubah istilah DNI menjadi DPI yang
berarti Daftar Positif Investasi (DPI).
Pemerintah sudah melakukan pembahasan revisi Daftar Negatir Investasi (DNI). Revisi DNI
menjadi bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI hari Jumat (16/11) pekan lalu. Salah
satu kebijakan dalam PKE XVI adalah merelaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI) sebagai upaya
mendorong kemajuan sektor-sektor unggulan. Kebijakan ini membuka kesempatan bagi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah dan
Koperasi (UMKM-K), untuk masuk ke seluruh bidang usaha.
 
Menurut Menteri Koordinator dan Perekonomian, Darmin Nasution, relaksasi DNI dibagi dalam
lima bagian. Dari lima bagian ini, terdapat 54 bidang usaha yang direlaksasi Pemerintah.
Relaksasi dilakukan berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
implementasi mengenai Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Daftar ini sering disebut Daftar Negatif
Investasi (DNI).
Berikut daftar 25 bidang usaha yang sepenuhnya dapat dimiliki oleh asing.

Sektor Kehutanan

Pengusahaan Pariwisata Alam berupa Pengusahaan Sarana, Kegiatan, dan Jasa Ekowisata di
dalam Kawasan Hutan dengan pengaturan Penanaman Modal Asing Maksimal 51 persen (70
persen ASEAN).

Sektor Energi Sumber Daya Alam

Jasa Konstruksi Migas: Platform dengan pengaturan PMA Maksimal 75 persen


Jasa Survei Panas Bumi dengan pengaturan PMA Maksimal 95 persen
Jasa Pemboran Migas di Laut dengan pengaturan PMA Maksimal 75 persen
Jasa Pemboran Panas Bumi dengan pengaturan PMA Maksimal 95 persen
Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Panas Bumi dangan pengaturan PMA Maksimal 90 persen
Pembangkit Listrik > 10 MW, dengan pengaturan PMA Maksimal 95 persen (Maksimal 100
persen apabila dalam rangka Kerjasama Pemerintah Swasta/KPS selama masa konsesi)
Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Tenaga Listrik atas Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik
atau Pemanfaatan Tenaga Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi, dengan pengaturan PMA
Maksimal 49 persen (optimalisasi)

Sektor Perdagangan

Jasa Survei/Jajak Pendapat Masyarakat dan Penelitian Pasar, dengan pengaturan PMDN 100
persen dan Maksimal 70 persen bagi penanam modal dari negara-negara ASEAN
Sektor Pariwisata

Galeri Seni, dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen


Gedung Pertunjukan Seni dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen

Sektor Perhubungan

Angkutan orang dengan moda darat tidak dalam trayek: Angkutan pariwisata dan Angkutan
Tujuan Tertentu dengan pengaturan PMA Maksimal 49 persen
Angkutan Moda Laut Luar Negeri untuk Penumpang (tidak termasuk cabotage) (CPC 7211)
dengan pengaturan PMA ASEAN Maksimal 70 persen

Sektor Kominfo

Jasa Sistem Komunikasi Data dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen


Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Tetap dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen
Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Bergerak dengan pengaturan PMA Maksimal 67
persen
Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi Layanan Content (ring tone, sms premium,dsb) dengan
pengaturan PMA Maksimal 67 persen
Pusat Layanan Informasi (call centre) dan jasa nilai tambah telepon lainnya dengan pengaturan
PMA Maksimal 67 persen
Jasa Akses Internet (Internet Service Provider) dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen
Jasa Internet Teleponi Untuk Keperluan Publik dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen
Jasa Interkoneksi Internet (NAP), Jasa Multimedia Lainnya dengan pengaturan PMA Maksimal
67 persen
Sektor Ketenagakerjaan

Pelatihan Kerja (memberi, memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja,


produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja antara lain meliputi bidang kejuruan teknik dan
engineering, tata niaga, bahasa, pariwisata, manajemen, teknologi informasi, seni dan pertanian
yang diarahkan untuk membekali angkatan kerja memasuki dunia kerja) dengan pengaturan
PMA Maksimal 67 persen

Sektor Kesehatan

Industri Farmasi Obat Jadi > Rp100 Milyar dengan pengaturan PMA Maksimal 85 persen
Fasilitas Pelayanan Akupuntur dengan pengaturan PMA Maksimal 49 persen
Pelayanan Pest Control/Fumigasi dengan pengaturan PMA Maksimal 67 persen

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto menegaskan bahwa pemerintah merevisi DNI untuk
menekan ketergantungan Indonesia terhadap impor. Dengan dibukanya DNI, katanya, Indonesia dapat
memenuhi sendiri barang-barang yang selama inimasih mengandalkan impor. "Pada dasarnya yang
dibuka ketergantungan impor meningkat, dan peminat investasi tidak banyak atau hampir nol. Saat
sekarang perlu perdalam industri substitusi impor. Contoh printing kain kebutuhan 236.000 ton
sedangkan produksi tidak sampai segitu, sehingga terjadi gap

Anda mungkin juga menyukai