Anda di halaman 1dari 21

Skenario 2

Hak dan Kewajiban Dokter danPasien

Seorang wanita berumur 35 tahun, istri seorang pengusaha kaya sering


mengalami gangguan pada giginya. Ia telah berobat, bergonta ganti dari satu
dokter gigi ke dokter yang lainnya (doctor shopping). Keluhan utama pasien
tersebut adalah semua gigi asli yang tersisa terasa goyang, sehingga kesulitan
mengunyah. 5 (enam) dokter gigi telah ia. kunjungi. Pembersihan karang gigi,
pencabutan beberapa gigi, pemeriksaan labolatorium, serta pemeriksaan
rontgenologis pernah dilakukan oleh berbagai dokter gigi tersebut. Seorang dokter
gigi menganjurkan untuk pencabutan total. Seorang dokter gigi yang lain
menganjurkan untuk splinting (antara satu gigi dengan gigi lainnya diikat). Dokter
gigi yang lainnya tidak memberikan penjelasan apapun kepada pasien dan hanya
memberikan resep. Obat obat yang di berikan banyak jenisnya. Pasien merasa
bahwa hak untuk mendapatkan informasi yang benar dari dokter gigi yang
merawatnya tidak pernah ia peroleh, serta ia menganggap bahwa dokter hanya
mementingkan haknya untuk mendapat imbalan jasa, tetapi lupa akan
kewajibannya memberikan pengobatan yang benar kepada pasiennya.
Diskusikanlah bagaimana sebenarnya hak dan kewajiban dokter dan pasien.

1
STEP 1

(Identifikasi Kata Sulit)

1. Doctor shopping
Pasien yang serig mengunjungi beberapa dokter sekaligus dalam periode
waktu singkat. Pasien ini biasanya memiliki kecenderungan sikap tidak
jujur mengatakan bahwa dia telah mengunjungi doketr lain sebelumnya.
2. Hak
Pengakuan yang dibuat oleh sekelompok orang atau seseorang terhadap
orang lain yang biasanya didapatkan oleh semua orang. Hak merupakan
kepentingan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum. Hak seseorang
dapat dimiliki biasanya setelah memenuhi kewajibannya.
3. Kewajiban
Sesuatu yang harus dilakukan seseorang secara bertanggung jawab dan
ketika tidak dipenuhi maka akan mendapatkan sanksi.

STEP 2

(Rumusan Masalah)

1. Apa yang menyebabkan pasien melakukan doctor shopping ?


2. Apa saja dampak negative dari dokter shopping?
3. Bagaimana solusi yang tepat utuk pasien di skenario?
4. Apa saja hak dan kewajiban dokter dan pasien?

2
STEP 3

(Analisis Masalah)

1. Apa yang menyebabkan pasien melakukan doctor shopping ?


Adanya ketidak puasan pasien dalam mendapatkan pelayanan dari dokter
menyebabkan terjadinya kegiatan dokter shopping, beberapa ketidakpusan
tersebut adalah
a. Tindakan medis yang didapatkan tidak dapat langsung meyembuhkan
penyakitnya
b. Kurang nya transparansi dokter kepada pasien tentang bagaimana kondisi
medis pasien dan penjelasan tentang tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter.
c. Kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter gigi tersebut.
d. Kurangnya komunikasu antara pasien dan dokter sehingga informasi yang
diinginkan pasien tidak tersampaikan dengan baik.
e. Pasien yang biasa menggunakan obat tertentu akan kurang nyaman bila
mendapatkan obat yang berbeda.
f. Seorang pasien secara psikologis ingin mendapatkan perawatan yang sama
dengan gejala yang sama dimasa lampau.

2. Apa saja dampak negative dari dokter shopping?


Dampak negative dari doctor shopping :
a. Mengkonsumsi obat yang berbeda beda yang diberikan oleh dokter yang
berbeda akan berdampak buruk pada kesehatan pasien
b. Pemborosan baik secara finansial maupun waktu yang juga menyebabkan
proses penyembuhan semakin lama.
c. Tindakan dokter yag berbeda-beda membuat perawatan menjadi tidak
efektif.
d. Adanya pengulangan pemeriksaan untuk menentukan diagnosis dapat
memperburuk keadaan pasien, misalnya melakukan radiografi berulang-
ulang yang menyebabkan pasien terpapar lebih sering.

3
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk pasien di skenario?
Solusi untuk pasien yang ada di skenario :
a. Adanya rasa saling percaya antara dokter dengan pasien
b. Sikap empati yang ditunjukkan oleh seorang dokter terhadap pasien
sehingga pasien dapat menceritakan semua gejala yang dirasakan sehingga
membantu dalam menegakkkan diagnose yang tepat.

4. Apa saja hak dan kewajiban dokter dan pasien?


Hak dokter:
a. Mendapatkan imbalan jasa atas tindakan medis yang dilakukan
b. Mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur dari pasien
c. Memperoleh perlindungan hokum ketika sudah bekerja sesuai dengan
standar oprasional
d. Mendapatkan ijin praktek sesuai dengan SIP
e. Menolak pasien jika tidak sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya,
kecuali dalam keadaan darurat dan mendesak.
f. Bekerja sesuai dengan standar profesi
g. Menolak tindakan yang melanggar hokum, etika dan hati nurani.
h. Memutuskan kerjasama dengan pasien yang sulit diajak bekerjasama atau
menghambat kesembuhan pasien itu sendiri.
i. Mendapatkan informasi ketidakpuasan pelayanan yang diterima oleh
pasien, sehinggal dapat memperbaiki kualitas pelayanan.
j. Hak membela diri, seorang dokter berhak membela diri dari tuntutan yang
diajukan pasien setalah bekerja sesuai dengan standar oprasional.

Kewajiban dokter.

a. Menuangkan seluruh kemempuan untuk melakuakan tindakan medis yang


dibutuhkan oleh pasien.
b. Melakukan tindakan gawat darurat, tindakan ini dapat dilakukan
walaupaun belum mendapatkan persetujuan dari pasien,

4
c. Memberikan informasi tentang dignosa dan rencana erawatan yang akan
diterima oleh pasien. Hal ini tidak mutkak, karena kondisi pasien dapat
dirahasiakan apabila dinilai informasi tersebut dapat melemahkan pasien.
d. Membuat rekam medis secara lengkap.

Hak pasien

a. Memperoleh informasi tentang diagnose, rencana perawatan, dan seluruh


informasi rekam medis
b. Mendapatkan pelayanan medis sesuai penyakitnya
c. Perincian baiaya tindakan medis yang diperoleh
d. Memperoleh secon opinion dari dokter lain
e. Menolak prosedur terapi atau menari diri dar dokter tersebut dengan
catatan menangguung resiko dari hal yang dilakukannya
f. Berhak atas kerahasiaan rekam medis atas dirinya

Kewajiban pasien

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang keadaan medisnya


b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter agar perawatan yang dilakukan
dapat maksimal
c. Memeriksakan diri sedini mungkin untuk menghindari keparahan suatu
penyakit
d. Yakin atas tindakan medis yang diberikan dokter terhadap dirinya.
e. Melunasi biaya atas tindakan medis yang diterimanya.

5
STEP 4

(Mapping)

Etika Kedokteran

Dokter Pasien

Interaksi

Hak dan Kewajiban

Dokter Pasien

STEP 5

(Learning Object)

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan :

1. Hak dan kewajiban dokter


2. Hak dan kewajiban pasien
3. Sanksi yang diterima apabila tidak menjalankan hak dan kewajiban dokter
atau pasien

6
STEP 7

LO 1 : Hak dan Kewajiban Dokter

Kewajiban Dokter Gigi


Menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan.
Dokter gigi wajib menyampaikan informasi mengenai cara
perawatan dan pengobatan yang sesuai serta memperoleh persetujuan dari
pasien.

Mengutamakan kepentingan pasien.


Dokter gigi wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas
kemampuannya dan juga memberitahu pasien bagaimana cara memperoleh
pertolongan bila terjadi situasi darurat.

Melindungi pasien dari kerugian.


Dokter gigi wajib melakukan perawatannya secara efektif dan
efisien, apabila tidak mampu melakukan perawatannya maka merujuk
pada dokter gigi atau profesional lainnya yang sesuai, untuk dokter gigi
yang menerima pasien rujukan wajib mengembalikan ke dokter gigi yang
merujuk beserta info tindakan yang telah dilakukan.

Menjaga rahasia
Seorang dokter/dokter gigi berkewajiban merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang pasien (menjaga kerahasiaan pasien)
bahkan setelah pasien tersebut meninggal dunia. Merahasiakan keadaan
pasien diwajibkan dalam sumpah dokter, kode etik kedokteran/kedokteran
gigi, dan beberapa peraturan perundang-undangan.

Meminta persetujuan pasien


Meminta persetujuan pasien atau wali baik secara lisan maupun
tertulis pada setiap melakukan tindakan kedokteran/kedokteran gigi,
khusus untuk tindakan yang berisiko persetujuan dinyatakan secara
tertulis. Persetujuan dimintakan setelah dokter menjelaskan tentang:

7
diagnosa, tujuan tindakan, alternatif tindakan, risiko tindakan, komplikasi,
dan prognosa. Penjelasan sebaiknya disampaikan dalam bahasa yang
mudah dimengerti oleh pasien.
Mengenai persetujuan pasien juga diperjelas dalam penjelasan UU
tentang Praktik Kedokteran. Pada prinsipnya yang berhak memberikan
persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang
bersangkutan. Namun apabila pasien tersebut berada di bawah
pengampunan (under curateele), persetujuan atau penolakan medis dapat
diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami atau isteri, ayah, ibu
kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara kandung.
Sementara bila pasien dalam keadaan gawat darurat, untuk
menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah
pasien sadar atau berada dalam kondisi yang telah memungkinkan, segera
diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan. Sedangkan untuk pasien
anak-anak atau orang yang tidak sadar, maka penjelasan diberikan kepada
keluarganya atau yang mengantar. Apabila tidak ada yang mengantar dan
tidak ada keluarganya, sedangkan tindakan medis harus dilakukan maka
penjelasan diberikan kepada anak yang bersangkutan atau pada
kesempatan pertama saat pasien sudah sadar.

Membuat catatan rekam medis


Dalam melayani pasien, UU juga mengatur kewajiban bagi
dokter/dokter gigi membuat rekam medis pasien yang diperiksa. Rekam
medis yaitu berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Bila terjadi kesalahan dalam pencatatan rekam
medis, berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan
cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam medis hanya
dapat dilakukan dengan pencoretan.
Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Dalam hal ini

8
dokter atau dokter gigi maupun tenaga kesehatan lain yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam
medis menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban
membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor
identitas pribadi (personal identification number).
Dokumen rekam medis merupakan milik dokter atau sarana
pelayanan kesehatan, sementara isi rekam medis merupakan milik pasien.
Karenanya, wajib bagi dokter/dokter gigi merahasiakan rekam medis milik
pasiennya. Sanksi mengenai aturan rekam medis ini juga tak main-main.
UU mengatur, dokter/dokter gigi yang tidak membuat rekam medis
dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda
maksimal Rp 50.0000.000,.

Dokter atau dokter gigi bekerja tidak dengan tujuan mencari keuntungan
tetapi mengutamakan kemanusiaan.

Seorang dokter dalam setiap praktek medisnya harus memberikan


pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubugnan dengan pasien


dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia
ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.

Menurut UU no 29 tentang praktik kedokteran pasal 51. Kewajiban dokter


gigi adalah sebagai berikut :
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

9
Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan lebih baik, apabila tidak mampu melakukan seatu
pemeriksaan atau pengobatan

Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan


jika pasien telah meninggal

Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia


yakin pada orang lain yang betugas dan mampu melakukannya

Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu


kedokteran dan kedokteran gigi.

Kewajiban seorang dokter gigi secara lebih rinci juga tertulis dalam
sistematika Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia, dimana kewajiban dokter gigi
terdiri dari 4 macam, yaitu:

1. Kewajiban Umum
2. Kewajiban Dokter Gigi terhadap Pasien
3. Kewajiban Dokter Gigi terhadap Teman Sejawat
4. Kewajiban Dokter Gigi terhadap Diri Sendiri

1. Kewajiban Umum
Kewajiban umum terdiri dari 9 pasal yaitu:
a. Pasal 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan
sumpah/ janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi
Indonesia
b. Pasal 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjjung tinggi norma-norma kehidupan
yang luhur dalam menjalankan profesinya
c. Pasal 3
Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi

10
d. Pasal 4
Dokter Gigi di Indonesia harus member kesan dan keterangan atau pendapat
yang dapat dipertanggungjawabkan
e. Pasal 5
Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara
pribadi, melalui pasien atau agen
f. Pasal 6
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas
dan martabat profesi dokter gigi
g. Pasal 7
Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi
silang yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat
h. Pasal 8
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya
i. Pasal 9
Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi
pelayanan kesehatan (promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif).

2. Kewajiban Dokter Gigi terhadap Pasien


Kode etik dokter terhadap pasien di atur dalam pasal 10-13 yang dimuat
sesuai dengan Surat Keputusan PB IDI No 22/PB/A-4/04/2002 Yang di buat oleh
organisasi profesi yang bersangkutan. Kodeki yang di putuskan oleh PBIDI Telah
menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang seiring dengan pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta etika dinamika global
yang ada.
a. Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu

11
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan sehingga atas persetujuan
pasien ia wajib merujuk pasien kepada dokter tersebut.
Sikap tulus ikhlas yang dilandasi sikap profesionalisme kerja sangat penting
untuk di terapkan karena hal ini akan menegakkan wibawa seorang dokter
dan memberikan kepercayaan dan ketenangan pada pasien selama melakukan
perawatan. Sehingga di harapkan nantinya pasien akan kooperatif dan dapat
bekerjasama dengan dokter selama masa perawatan.
b. Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dan / dalam masalah
lainnya.
Dokter juga perlu mendalami latar belakang pasien baik dari aspek
social,ekonomi, mental,intelektual dan spiritualnya. Dokter berkewajiban
menghormati agama dan keyakinan pasien. Wlaupun dalam rumah sakit
berlaku aturan aturan tertentu dalam menjalankan suatu perawatan, dokter
berkewajiban memberi waktu kepada pasien untuk berkonsultasi dengan
keluarga atau orang yang di percayainya dalam hal perawatan dan pengobatan
yang akan di jalani.
c. Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien tersebut meningeal dunia.
d. Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya
Dokter berkewajiban memberikan pertolongan pertama kepada siapapun yang
mengalami kecelakaan atau sakit mendadak. Pertolongan dokter yang di
berikan sesuai kemampuan masing masing dan sesuai sarana yang tersedia.
Jika memungkinkan pertolongan yang di berikan terlebih dahulu meminta
persetujuan pasien yang bersangkutan atau keluarganya dan segera merujuk
jika kasusnya memerlukan tindakan lebih lanjut.

12
3. Kewajiban Dokter Gigi terhadap Teman Sejawat
a. Pasal 14
Memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
b. Pasal 15
Tidak dibenarkan mengambil alih pasien dari teman sejawat tanpa
persetujuan.
c. Pasal 16
Berhalangan menyelenggarakan praktik, harus membuat
pemberitahuan/ merujuk pengganti.

4. Kewajiban Dokter Gigi terhadap Diri Sendiri


a. Pasal 17
Wajib mempertahankan martabat dirinya.
b. Pasal 18
Wajib secara aktif mengikuti perkembangan IPTEK dan etika.
c. Pasal 19
Memelihara kesehatan supaya dapat bekerja dengan baik.

Hak Dokter Gigi

Hak membela diri

Hak ketentraman bekerja

Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan tugas sesuai


dengan standart profesi dan standart prosedur operasional.

Menolak pasien apabila dokter/dokter gigi tidak memiliki spesialisasi atau


kemampuan khusus untuk menangani penyakit pasien, termasuk tidak
memiliki alat, sarana ataupun pengobatan yang memadai untuk
memberikan pelayanan yang diperlukan.

13
Melakukan tindakan medis setelah mendapatkan SIP dan STR.

Melakukan tindakan medis sesuai standar profesi.

Hak atas privacy


Seorang dokter/dokter gigi berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan
atau memalukan.

Menurut Undang-undang praktek kedokteran RI no 29 thn 24 mengatur


hak dan kewajiban dokter dan pasien
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standart profesi dan standar prosedur operasional

Memberikan pelayanan medis menurut standart profesi dan standart


prosedur operasional

Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan


keluarganya

Menerima imbalan jasa

LO 2 : Hak dan Kewajiban Pasien

Kewajiban Pasien

Memeriksakan diri sedini mungkin


Memberi informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
Pasien yang telah mempercayai dokter dalam upaya penyembuhannya,
berkewajiban menyerahkan dirinya untuk diperiksa dan diobati sesuai
kemampuan dokter. Pasien yang tidak yakin lagi pada kemampuan
dokternya, dapat memutuskan kontrak terapeutik.
Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan
pengobatan serta honorarium dokter.

14
Imbalan untuk dokter merupakan penghargaan yang sepantasnya diberikan
oleh pasien/keluarga atas jerih payah seorang dokter. Kewajiban pasien ini
haruslah disesuaikan dengan kemampuannya dan besar kecilnya
honorarium dokter tidak boleh mempengaruhi dokter dalam memberikan
pelayanan kedokteran yang bermutu, sesuai standar pelayanan medik.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
Setiap pasien berkewajiban untuk taat terhadap petunjuk dan
nasihat dokter, seperti mentaati pemakaian obat, makanan yang dilarang
dikonsumsi selama perawatan, dll. Apabila pasien tidak mentaati erintah
dokter, dapat menyebabkan rencana perawatan yang berlangsung menjadi
kurang baik.Menandatangani surat PTM (Persetujuan Tindakan Medis)
Dalam melaksanakan tindakan medis, baik untuk diagnosis ataupun untuk
terapi, terdapat beberapa tindakan yang membuthukan persetujuan berupa
tanda tangan pada surat PTM. Surat ini wajib ditanda tangani oleh pasien
ataupun keluarga pasien (apabila pasien masih anak-anak dan untuk pasien
sakit jiwa)

Hak Pasien

Menerima atau menolak menjadi bagian dalam riset kedokteran


Memperoleh informasi selengkapnya mengenai riset kedokteran yang
diikutinya
Dirujuk
Memperoleh penjelasan tentang informasi rumah sakit
Berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniawan selama
perawatan
Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya
Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara
wajar.

15
Berdasarkan UU RI No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran,
disebutkan beberapa hak pasien, antara lain adalah:
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, seperti
pada pasal 45 ayat (3). Penjelasan tersebut memuat sekurang-kurangnya
mencakup:
b. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
c. Tujuan tindakan medis
d. Alternative tindakan lain dan resikonya
e. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
f. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
g. Meminta pendapat dokter dan dokter gigi lain sebagai second opinion
h. Mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan medis
i. Menolak tindakan medis
j. Mendapatkan isi rekam medis. Maksudnya adalah pasien berhak atas
rahasia rekam medisnya.
UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan merumuskan hak pasien
sebagai konsumen pelayanan kesehayan adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap tentang keadaan dirinya
b. Memberikan persetujuan ataupun penolakan terhadap terapi yang
dilakukan atas dirinya
c. Menjaga rahasia kedokteran terkait dengan kondisi dan layanan medis
lainnya.
d. Memperoleh ganti rugi sebagai akibat dari adanya kesalahan dan
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya

LO 3 : Sanksi yang diterima apabila tidak menjalankan hak dan kewajiban


dokter atau pasien
Sanksi pelanggaran hak dan kewajiban dokter atau pasien tertuang pada
dasar hukum berikut :

16
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran

Pasal 69
(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa :
a. pemberian peringatan tertulis;
b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik;
dan/atau
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi.

Sanksi pidana
Pasal 75
(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran
tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana

17
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah
yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

18
Pasal 80
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan
berupa pencabutan izin.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang


Tenaga Kesehatan
Pasal 82
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.

Sanksi Pidana
Pasal 83
Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-olah
sebagai Tenaga Kesehatan yang
telah memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun.

Pasal 84

19
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan
Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun.
(2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun.

Pasal 85
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa
memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 86
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

20
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, Eryatti, dan Hardisman. 2014. Etika Profesi Kesehatan.


Yogyakarta: Deepublish.

SURAT KEPUTUSAN NOMOR: SKEP/034/PB PDGI/V/2008


TENTANG KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
PENGURUS BESAR PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA
Suryani, Bhekti. 2013. Panduan Yuridis Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran. Jakarta : Dunia Cerdas.

21

Anda mungkin juga menyukai