Anda di halaman 1dari 21

Tugas Stase Ilmu Radiologi REFERAT MUCOCELE Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Radiologi

Disusun oleh: Aditya Mohammad Fathony, S.Ked Fungki Pamungkas Sari, S.Ked Anna Listyana Dewi, S.Ked Dini Nurul Annisa, S.Ked Zahrotu Aimah, S.Ked J500080027 J500070058 J500060071 J500080102 J500070048

Pembimbing: dr. Sulistyani K, M.Sc, Sp.Rad

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS STASE RADIOLOGI

REFERAT

Disusun Oleh : Aditya Mohammad Fathony, S.Ked Fungki Pamungkas Sari, S.Ked Anna Listyana Dewi, S.Ked Dini Nurul Annisa, S.Ked Zahrotul Aimah, S.Ked J500080027 J500070058 J500060071 J500080102 J500070048

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing : dr. Sulistyani K, M.Sc, Sp.Rad (.................................)

Disahkan oleh : dr. Yuni Prasetyo Kurniati, MM.Kes (.................................)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................ B. Tujuan ............................................................................. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi ........................................................................... B. Etiologi ........................................................................... C. Patofisiologi .................................................................... D. Gambaran Klinis dan Histopatologis ............................. E. Klasifikasi ...................................................................... F. Diagnosis........................................................................ G. Pemeriksaan Radiologi .................................................. H. Diagnosis Banding......................................................... I. Penatalaksanaan ............................................................. J. Komplikasi ..................................................................... K. Prognosis........................................................................ BAB III. KESIMPULAN A. Kesimpulan ............................................................ DAFTAR PUSTAKA

i ii

1 2

3 3 4 5 7 9 10 13 13 13 14

15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut, sering kali disepelekan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Diantaranya adalah ketidaktahuan atas risiko apabila masalah gigi dan mulut dibiarkan saja.8,19 Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Ada berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan karena infeksi di dalam rongga mulut. Sumber infeksi di dalam rongga mulut disebut sebagai fokus atau fokal infeksi. Sedangkan infeksi yang ditimbulkannya disebut infeksifokal, yaitu menyebarnya kuman atau toksin dari fokus infeksi (pusat infeksi) yang mengakibatkan kerusakan jaringan di bagian tubuh yang lain.
8,19

Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja untuk mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter spesialis bedah mulut atau minimal dokter gigi umum. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada glandula saliva adalah kista. Kista adalah suatu kantong tertutup, berdinding membrane yang berlapis epitel dan berisi cairan atau semi cairan, tumbuh tidak normal di dalam rongga suatu organ. Mucocele adalah salah satu kista rongga mulut yang berasal dari glandula saliva minor tipe mucus.10,24,27 Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum (langit-langit) lunak. 1,20,21

Mucocele merupakan kista retensi yang biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor. Terlihat sebagai pembengkakan akibat pengumpulan musin, sering dijumpai pada bibir bawah. Dapat ditemukan di setiap tempat disekitar klelenjar liur minor dalam rongga mulut. Mococele biasanya berfluktuasi. Ini merupakan tanda yang dapat digunakan untuk membedakan dengan massa pembengkakan lain seperti mixed tumor (tumor jinak pada kelenjar liur), lipoma (tumor jinak pada jaringan lemak). Mixed tumor terasa lebih padat pada palpasi, sedangkan lipoma terasa lunak dan berwarna kekuningan. 1,18,20,21

B. Tujuan Memberikan informasi tentang Mucocele serta gambaran radiologisnya sehingga diagnosis dapat segera ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.11 Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.11,12. Mukokel merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya3,11,12,15,16. Lokasinya bervariasi 3. Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.11 Umumnya terletak di bagian lateral mengarah ke midline.11 Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas.11 Banyak literatur yang menyebut mukokel sebagai mucous cyst. Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi mukokel adalah usia muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang spesifik.1

B. Etiologi Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi.1,11,12,17-21 Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain.1,12,22 Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran

bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.1 Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.1 Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.1,18,23 Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktu sekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi.1,11,12,17-21,23 Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.1,6,18,19,23,24

C. Patofisiologi Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mucus. Terjadi karena mucus mengisi ruangan dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding saluran kelenjar saliva ekstravasasi. 1,18 Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering

tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele). 1,21 Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melaluisaluran kecil yang disebutduct (pembuluh). Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucoceledidapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat jugaditemukan di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. 18,20,21 Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct )tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi karena sub mandibular duct, mucocele tersebut dinamakan ranula. Sebuah ranula mempunyai ukuran yang cukup besar dan muncul di bawah lidah. 1,21

D. Gambaran Klinis dan Histopatologis. Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudahter letak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit.1,11,12,17-22 Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa liter atur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.1,11,12,16-22

Gambar 1. Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah yang melibatkan blandin-nuhn1

Gambar 2. Mukokel pada bibir bawah1 Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 1).16 Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 2).16

Gambar 3. Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang terletak di bibir bawah21

Gambar 4. Gambaran histopatologi mukokel yang bagian duktusnya mengalami dilatasi26

E. Klasifikasi Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik, dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung.1,17-19,21 Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi tiga, yaitu superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya.16 Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi.1

Gambar 5. Mukokel ekstravasase Mucus

Gambar 6. Mukokel retensi mukus25

F. Diagnosis Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.27 Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung.27 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.1 Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.27 Pemeriksaan laboratorium sanga tmembantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography konfensional.2 Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi

G. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.2 Gambaran Pemeriksaan MRI

MRI T2

MRI T1

MRI T1 C+

Gambar involving ethmoid sinus : T1

involving ethmoid and sphenoid sinus

with soft tissue windowing

10

involving frontal sinus

Gambaran Pemeriksaan CT Scan

Tanda panah menunjukkan mukokel di daerah sinus frontalis dekstra

Mukokel di sinus maxilaris

Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Mukokel pada appendiks tipe onion layer appereance

11

Mukokel pada pankreatitis di pankreas

Mukokel di appendiks

Pemeriksaan Sialografi

Mukokel di kelenjar saliva

12

Sialografi kelenjar saliva potongan sagittal

H. Diagnosis Banding 1. Adenoma Pleomorfik Adalah suatu nodul keras berwarna kebiru-biruan. 2. Kista nasolabial Adalah suatu nodula yang berfluktuasi pada palpasi. 3. Kista Implantasi

I.

Komplikasi Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak. Pada perabaan akan juga akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakitdan timbul pus (nanah). 24,27

J.

Penatalaksanaan Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel

13

dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur menuliskan beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-anak.1,11,12 Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah. 1,27,28,29 Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa. 27

K. Prognosis Prognosis pada umumnya baik, jika eksisi mengikutkan jaringan sehat (saluran kelenjar liur minor sekitarnya), mukokel superfisial relatif kambuh secara periodik. Selalu kirim hasil biopsi ke laboratorium PA untuk mencari apa ada kecenderungan ke cystadenoma atau mucoepidermoid carcinoma. 1,21

14

BAB III KESIMPULAN

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.11 Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik. Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Untuk melakukan diagnosis dilaksanakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Flaitz CM, Hicks J. 2006. Mucocele and Ranula. http://www.emedicine.com/dem/topics64. 2. Rshid AK, Anwar N, Azizah AM, Narayan KA. 2008. Cases of Mucocele Treated in The Dental Department of Penang Hospital. Achives of Orofacial Sciences; 3(1): 7-10 3. Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago P. 2009.

MucoceleResection : A Comparison of Two Techniques. 4. Al-Tubaikh JA, Reiser MF. 2009. Congenital Disease and Syndromes : The Head and Neck. Berlin Heidenberg:47-8. 5. Zhi KQ, Wen YM, Zhou H. 2008. Management of The Pediatric Plunging Ranula : Result of 15 Years Clinical Experience. China Xian Jiaotong University and Sichuan University; 107:499-500. 6. Van de graaff RL. 2007. Ranula and Plunging Ranulas.

<http://emedicine.medscape.com/article/847589-print> 7. Bradley PJ. 2006.Head and Neck : Pathology and Treatment of Salivary Gland Conditions. Elsevier Ltd :304. 8. Darby H, Leonardi M. 2006. Comprehensive Riview of Dental Hygiene : Head and Neck Anatomy and Phisiology. 6th ed. Mosbys Elsevier :163-4. 9. Rosen FS. 2001. Anatomy and Phisiology of The Salivary Glands.

<http://www.otohns.net/default.asp?id=14646> 10. Anonymous. Dictionary : Salivary Gland. < http://www.answers.com/topic/salivary-gland> 11. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. 2002. Oral & Maxillofacial
Pathology : Salivary Gland Pathology. 2nd ed. W.B. Saunders Co:389-93.

12. Krol DM, Keels MA. 2007. Pediatric in Riview : Oral Condition. American
Academy of Pediatrics Journal; 28:18.

13. Macdonald AJ, Salzman KL, Harnsberger HR. 2003. Giant Ranula of The
Neck : Differentiation from Cystic Hygroma. AJNR Am J Neuroradiology ;24:757- 8.

16

14. Anonymous.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Mochamm ad%20(060911)/f26-4a_salivary_glands_c.jpg

15. Yuca K, Bayram I, Cankaya H et al. 2005. Pediatric Intra Oral Ranula : An
Analysys of Nine Case. Tohoku J Exp Med; 205:151-5.

16. Angelica MS. Mucous cyst. 2003


http://www.emedicine.com/derm/topic274.htm

17. Menta MSN, Hee JP, Vanessa SL. 2008.Mucocele in Pediatric Patients :
Analysis of 36 Children. Pediatric Dermatology. Vol 25. Blackwell Publishing In:308- 11.

18. Cecconi DR, Achilli A, Tarozzi M, Lodi G, Demarosi F, Sardella A, Carrassi


A. Mucocele of The Oral Cavity : A Large Case Series (1994-2008) and Literature Riview. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.

19. Anonymous. PDQ Oral Disease : Salivary Gland Disease. 206-9;212-13. 20. Anonymous.Mucocele.
http://www.simplestepsddental.com/ss/ihtSSPrint/r.WSI H000/st.3221...

21. Anonymous.Mucocele
.<http://www.domainhelp.search.com/reference/Mucocele

22. Anonymous. Mucous cyst : Medical Encyclopedia.


http://www.nlm.nih.goh/medlineplus/print/ency/article/001639.htm

23. Regezi JA, Sciubba JJ. 1989. Oral Pathology : Salivary Gland Diseases. WB
Saunders Co, :225-311.

24. Langlais RP, Miller CS. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim. Alih Bahasa. Budi Susetyo. Jakarta:Hipokrates :40-1.

25. Zieve D. The A.D.A.M. Medical Encyclopedia. A.D.A.M., Inc. 1997-2010


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html

26. Jahanshahi G, Mansour AS, Khozeimeh F. 2007. Multiple Mucous Retention


Cyst (Mucocele) of The Oral Mucosa : A Case Report. Dent res J ;4(2):111-3.

27. Hasibuan S. 2007. Penuntun Prosedur Diagnosa Penyakit Mulut : Prosedurprosedur untuk Menegakkan Diagnosa Penyakit Jaringan Lunak Mulut. Bina Teknik Press. Edisi II :30-1.

17

28. Watanabe K, Tomiyama S, Jinnouchi K, Nakajima H, Yagi T. Local Injection


of OK-432 in The Treatment of Ranula : A Case Report original article. http://findarticles.com/p/article/mi_m0BUM

29. Lych, Brightman, Greenberg, Burkets. 1984. Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 8th ed. Philadelphia : JB Lippincott: 235-57.

30. Anonymous
.http://content.answers.com/main/content/img/elsevier/dental/f0533 -01.jpg

31. Anonymous.
http://www.rad-pb.de/e1543/e1546/e1546/e2109/ranula.jpg

18

Anda mungkin juga menyukai