HEMATOMA
&
ABSES SEPTUM
NASI
Penyebab :
Beda kecepatan tumbuh tulang & tulang rawan
Trauma :
trauma lahir ( 60% )
kecelakaan waktu bermain / olah raga /
kecelakaan lalu lintas mengenai tulang
hidung / septum / tulang-tulang wajah
3
Gejala – gejala :
Sebagian besar ( 80% ) orang dewasa memiliki
septum deviasi tidak lurus, tetapi tidak menimbulkan
gangguan baik pada fungsi hidung maupun kosmetik
pdu buntu hidung unilateral / hilang timbul
hiposmia / anosmia dan sefalgi
Buntu hidung belum dirasakan :
proses kronik
adaptasi / dpt bernapas lewat lubang hidung
kontra lateral
4
Gejala – gejala (lanjutan …) :
Buntu hidung dirasakan :
saat tjd hipertrofi kompensata pd konka inferior
atau konka media ( kadang-kadang )
buntu >> pd rinitis vasomotor / rinitis alergi
Epistaksis : terutama yg berbentuk krista karena
mukosa pressure atrophy dan tekanan udara yang
mengalami turbulensi sekret di tempat tsb. cepat
kering terbentuk krusta diangkat
EPISTAKSIS
5
Gejala – gejala (lanjutan …) :
Rasa nyeri : akibat septum yang bengkok menusuk
konka inferior atau media.
Nyeri dpt menjalar ke mata / dahi (impaction
syndrome atau anterior ethmoidal nerve synd.).
Nyeri hilang timbul diperberat bila ada bengkak
mukosa akibat radang atau yang lain.
OM Serosa : akibat gangguan turbulensi udara
pernapasan di daerah nasofaring menyebabkan
kerusakan mukosa sekitar tuba Eustakius.
6
Septum deviasi dapat :
Terjadi di bagian tulang rawan, tulang keras septum
atau keduanya
Disertai dengan dislokasi bagian bawah tulang rawan
septum
Bermacam bentuk : krista ( lancip ), spina (
melengkung ), dan S
7
BENTUK – BENTUK SEPTUM DEVIASI
8
Terapi :
Tergantung berat ringannya deviasi dan akibatnya.
Obstruksi nasi RINGAN kauterisasi konka inferior
Obstruksi nasi BERAT operasi pelurusan septum
nasi :
septoplasti
reseksi submukosa ( Killian, Cottle )
9
10
11
Komplikasi :
Gangguan oksigenasi dan drainase sinus
paranasales dan kavum timpani sinusitis dan
otitis media
Tindakan operasi di atas dorsum nasi turun
disebut saddle nose
12
HEMATOMA & ABSES SEPTUM NASI
13
Gejala :
Anamnesa : hidung terkena trauma obstruksi nasi
progresif, nyeri hidung, kadang disertai epistaksis.
Bila ABSES buntu hidung unilateral berubah
bilateral, nyeri hidung >, sefalgi / panas badan
Pemeriksaan :
Inspeksi bagian luar ( aspek nasi ) hiperemi,
udim, kulit mengkilat
Rinoskopi anterior tu pd septum nasi, >>unilat.,
jarang bilat., merah tua kebiruan
14
Diagnosa banding :
dengan sol. tetrakain efedrin 1% tidak mengecil,
permukaan licin / elastis ( kenyal ) / nyeri tekan
dengan pungsi percobaan darah / pus
Terapi :
insisi lebar & pemasangan drain pada bagian antero-
inferior scr steril pasang tampon selama 24 jam
tampon diganti tiap hari tidak ada darah atau pus
pada abses diberikan antibiotika
15
Komplikasi / prognosis :
bila tidak diinsisi ( terapi konservatif saja ) darah
mengalami organisasi / fibrosis septum nasi tebal
timbul obstruksi nasi permanen
bila terjadi nekrosis tulang rawan perforasi septum
atau terjadi lorgnet nose ( gangguan kosmetik )
infeksi sekunder abses septi nasi
trombosis sinus kavernosus
16
HEMATOM SEPTI NASI ABSES SEPTI NASI
17
18
19