Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul diantara tulang rawan dengan
mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya.
Abses septum jarang terjadi dan biasanya terjadi setelah trauma pada hidung. Abses
septum seringkali didahului oleh hematoma septum yang kemudian terinfeksi kuman
dan menjadi abses.

Abses septum biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering
merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.
Keadaan ini dapat menimbulkan nekrosis kartilago septum yang dapat diikuti oleh
terjadinya hidung pelana.

Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemui dan biasanya terjadi pada
laki-laki. Abses septum ditemukan pada umur dibawah 31 tahun sebanyak 74%, dan
42 % mengenai umur diantara 3-14 tahun. Bagian anterior tulang rawan septum
merupakan lokasi yang paling sering ditemukan. Di RSUP H. Adam Malik Medan
selama tahun 1999-2004 mendapatkan 5 kasus. Pada RSUP. Dr. M. Djamil Padang
didapatkan 3 kasus abses septum selama 2 tahun (2008-2010).

Gejala abses septum nasi berupa hidung tersumbat yang progresif disertai rasa
nyeri. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama di puncak
hidung. Keluhan sistemik juga dirasakan seperti demam dan sakit kepala.

1
BAB II

TINJAUAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI SEPTUM NASI

Septum nasi membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri. Septum
nasi terdiri dari dua bagian yaitu yang berupa tulang dibagian posterior dan tulang
rawan di bagian anterior. Septum kartilagenous merupakan plat rata kartilago dengan
bentuk kuadrilateral yang tidak teratur yang berartikulasi dengan lamina
perpendicular os ethmoid, os vomer, dan premaksilaris. Pada bagian kaudal septum,
teridentifikasi tiga sudut. Sudut septum anterior dapat dipalpasi dengan menekan area
supratip nasal. Sudut septal posterior ditemukan di bawah nasal spine articulation
dekat perlintasan bibir/hidung. Sudut midseptal terletak di pertengahan antara sudut
anterior dan posterior septal. Septum berfungsi sebagai pendukung dorsum nasal dan
puncak hidung, dan mendukung penopang berbentuk L di bagian kaudal dan dorsal
septum.1,2

Gambar : Gambaran hidung eksterna

2
Gambar : Anatomi septum nasi

Septum nasi terdiri dari tiga bagian :

a) Septum kolumellar

Septum kolumellar dibentuk oleh kolumella yang terdiri dari crura medial dari
alar cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh kulit. 2

b) Septum membran

Septum membran terdiri dari dua lapisan kulit tanpa disokong oleh tulang atau
kartilago. Septum ini terletak diantara kolumella dan batas kaudal kartilago
septal. Bagian kolumela dan membran adalah bagian yang gampang
digerakkan. 2

c) Septum yang sebenarnya

3
Septum ini terdiri dari kerangka osteokartilago, yang diselimuti oleh membran
mukosa nasal. 2

Perdarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui cabang arteria
sphenopalatina, arteria ethmoidalis anterior dan arteria ethmoidalis posterior, arteria
palatina mayor, arteria labialis superior, dan rami lateralis arteria facialis. Pleksus
venosus menyalurkan darah kembali ke dalam vena sphenopalatina, vena facialis, dan
vena ophtalmica. Persarafan bagian dua pertiga inferior membran mukosa hidung
terutama terjadi melalui nervus nasopalatinus, cabang nervus kranialis V 2. Bagian
anterior dipersarafi oleh nervus ethmoidalis anterior, cabang nervus nasociliaris yang
merupakan cabang nervus cranialis V1. Dinding lateral cavitas nasi memperoleh
pesarafan melalui rami nasal nervi maksilaris, nervus palatina mayor, dan nervus
ethmoidalis anterior. 1

Gambar : Vaskularisasi dan persarafan hidung

II.2 DEFINISI

4
Abses septum nasi didefinisikan sebagai pus atau nanah yang terkumpul antara
tulang rawan septum nasi dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan
mukoperiosteum yang melapisinya.3,4

Abses septum biasanya didahului oleh trauma hidung yang kadang-kadang


sangat ringan sehingga tidak dirasakan oleh penderita, akibatnya timbul hematoma
septum yang bila terinfeksi akan menjadi abses. Pada umumnya, abses septum nasi
yang besar, terasa nyeri dan mukosa mengalami inflamasi dan ditutupi oleh eksudat. 3

II.3 EPIDEMIOLOGI

Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemukan. Dikutip dari Jalaludin,
Eavei mendapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 10 tahun terakhir di
Children’s hospital Los Angeles. Fearon mendapatkan 43 kasus abses septum nasi
dalam periode 8 tahun di Hospital for Sick Children di Toronto. Dikutip oleh
Jalaluddin, Ambrus menyatakan pada dekade terakhir ini didapatkan hanya 14 kasus
abses septum nasi, termasuk 16 kasus yang terjadi lebih dari periode 10 tahun di
Massachusetts Eye and Ear Infirmary. 4

Di Rumah Sakit M.DJamil Padang didapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam
waktu 2 tahun terakhir. Usia yang paling sering terkena adalah di bawah 15 tahun
diikuti usia 16-31 tahun dan jarang usia lanjut. Laki-laki lebih sering dibandingkan
wanita. Hal ini dihubungkan dengan agresivitas dan aktivitas mereka sehingga
insidens trauma mudah terjadi. 4

II.4 ETIOLOGI

5
Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain
adalah akibat penyebaran dari sinusitis ethmoidalis dan sinusitis sphenoidalis.
Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi. Sebanyak 7% dari abses
septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti. Penyebab lain
adalah trauma tumpul, diathesis perdarahan, cedera saat olahraga, dan kekerasan pada
anak. Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari hasil
kultur pada abses septum. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus ß hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.5

II.5 PATOFISIOLOGI

Patogenesis abses septum biasanya tergantung dari penyebabnya. Penyebab


yang paling sering adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul hematoma septum.
Trauma pada septum nasi dapat menyebabkan pembuluh darah sekitar tulang rawan
pecah. Darah berkumpul di ruang antara tulang rawan dan mukoperikondrium yang
melapisinya, menyebabkan tulang rawan mengalami penekanan, menjadi iskemik dan
nekrosis, sehingga tulang rawan jadi destruksi. Darah yang terkumpul merupakan
media untuk pertumbuhan bakteri dan selanjutnya terbentuk abses.5

Bila terdapat daerah yang fraktur atau nekrosis pada tulang rawan, maka darah
akan merembes ke sisi yang lain dan menyebabkan hematoma bilateral. Hematoma
yang besar akan menyebabkan obstruksi pada kedua sisi rongga hidung. Kemudian
hematoma ini terinfeksi kuman dan menjadi abses septum. Selain dari trauma ada
beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu
penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus. Di samping
itu penyebaran infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau sinus kavernosus.
Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi
hidung. 5

6
II.6 GEJALA KLINIS

Gejala abses septum berupa hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri
yang hebat. Terutama dirasakan didaerah dorsum nasi terutama dipuncak hidung.
Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan sakit kepala. 5

Gambar : Hypertrofi abses septum nasal

II.7 DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada


anamnesis didapatkan sebagian besar abses septum nasi biasanya mempunyai
riwayat trauma. Gejala abses septum adalah adanya obstruksi nasi bilateral yang
parah dengan rasa nyeri di hidung. Terkadang pasien juga mengeluhkan adanya
demam dan menggigil serta nyeri dikepala dibagian frontal. Abses septum nasi sering
timbul 24-48 jam setelah trauma, terutama pada dewasa muda dan anak.6

Perlu ditanyakan riwayat operasi hidung sebelumnya, gejala peradangan hidung


dan sinus paranasal, furunkel intra nasal, penyakit gigi dan penyakit sistemik. Apabila
akibat trauma hidung, terkadang pada inspeksi masih tampak kelainan berupa

7
eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis.
Pemeriksaan sebaiknya tanpa menggunakan spekulum hidung. Tampak
pembengkakan septum berbentuk bulat dengan permukaan licin pada kedua sisi. 6

Identifikasi abses septum nasi sangat mudah bagi para ahli, tetapi tidak jarang
dokter gagal dalam mengamati keadaan ini. Karena kegagalan dalam
mengidentifikasi hematoma atau abses septum nasi cukup banyak, maka diperlukan
pemeriksaan intra nasal yang teliti. Jika penderita tidak kooperatif, misalnya pada
anak-anak, pemeriksaan dapat dilakukan dengan anestesi umum. Pada pemeriksaan
rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal septum nasi
sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun bilateral, mulai tepat di
belakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi. Perubahan warna
menjadi kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang membengkak
menunjukkan suatu hematoma. Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan forsep
bayonet atau aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan. Pada
palpasi dapat ditemukan nyeri tekan.7,8

Gambar : Pembengkakan bilateral pada septum nasi.

Untuk memastikan abses septum nasi cukup dengan aspirasi pada daerah yang
paling fluktuasi. Pada aspirasi akan didapatkan pus pada abses septum nasi,
sedangkan dari hematoma septum nasi akan keluar darah. Beberapa penulis

8
menyarankan tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan operatif. Pus
yang diperoleh sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan jenis
kuman dan tes sensitifitas terhadap antibiotik. Selain bernilai diagnostik, aspirasi juga
berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah abses septum nasi dan
mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan laboratorium
darah akan menunjukkan leukositosis. 7,8

Pemeriksaan Penunjang

Abses septum nasi memiliki penampakan yang khas pada pemeriksaan CT scan
sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang tipis yang melibatkan
septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada penyakit abses septum nasi adalah
kumpulan cairan yang berdinding tipis dengan perubahan peradangan di daerah
sekitarnya, sama yang dengan yang terlihat pada abses di bagian tubuh yang lain.8

Gambar : Pemeriksaan CT scan pada kavum nasi

II.8 DIAGNOSIS BANDING 4

Hematoma septum

9
Septum deviasi

Furunkulosis

Vestibulitis

II.9 PENATALAKSANAAN

Abses septum nasi dan hematoma septum nasi harus dianggap sebagai kasus
darurat dalam bidang THT dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan
untuk mencegah adanya komplikasi lebih lanjut. Penatalaksanaan abses septum nasi
yang dianjurkan yaitu drainase, antibiotik parenteral dan rekonstruksi defek septum.
Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan
dan ketebalan septum, mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah
obstruksi nasal akibat deformitas. 3

Sebelum insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi abses dan dikirim ke


laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas. Hasil dari pewarnaan
Gram, kultur dan tes sensitifitas dari aspirasi abses, menentukan antibiotik sistemik
yang sesuai. Jenis-jenis antibiotik termasuk metronidazole, chloramphenicol,
clindamycin, cefoxitin, dan kombinasi dari penicilin dan penghambat β-lactamase.
Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau
anestesi umum. Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan
antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada
daerah sisi kiri septum nasi. 9

Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Jaringan granulasi,
debris dan kartilago yang nekrosis diangkat dengan menggunakan kuret dan suction.
Sebaiknya semua jaringan kartilago yang patologis diangkat. 7

10
Gambar : Teknik insisi hematom / abses septum nasi.

Dilakukan pemasangan tampon anterior dan pemasangan salir untuk mencegah


rekurensi. Drainase bilateral merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan
perforasi septum nasi. Pada abses bilateral atau nekrosis dari tulang rawan septum
nasi dianjurkan untuk segera melakukan eksplorasi dan rekonstruksi septum nasi
dengan pemasangan implan tulang rawan. 7,9

Gambar : Drainase abses septum nasi

II.10 KOMPLIKASI

11
Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum nasi dapat
dibedakan dalam tiga proses di bawah ini : 3

1. Hilangnya sanggahan mekanik dari kartilago piramid dan lobul


2. Retraksi dan atrofi jaringan ikat
3. Gangguan pertumbuhan hidung dan muka bagian tengah.

Abses septum nasi dapat juga menimbulkan komplikasi yang berat dan
berbahaya bila terjadi penjalaran infeksi ke intrakranial berupa meningitis, abses otak
dan empiema subaraknoid. Penjalaran ke intrakranial dapat melalui berbagai jalan.3

Komplikasi lainnya yaitu berupa penjalaran infeksi ke organ-organ di sekitar


hidung dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf olfaktorius sehingga
terjadi infeksi ke orbita dan sinus paranasal. Keterlambatan diagnosis dapat
menyebabkan destruksi tulang rawan dan tulang hidung sehingga terjadi deformitas
yang berupa hidung pelana,retraksi kolumella,dan pelebaran dasar hidung. Nekrosis
pada setiap komponen septum nasi dapat menyebabkan terjadinya perforasi septum
nasi. 10

II.11 PROGNOSIS

Keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan destruksi tulang rawan dan tulang


hidung sehingga terjadi deformitas yang berupa hidung pelana,retraksi kolumella,dan
pelebaran dasar hidung. Nekrosis pada setiap komponen septum nasi dapat
menyebabkan terjadinya perforasi septum nasi. 4

Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau abses, akan digantikan oleh
jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada bagian dorsum
hidung merupakan komplikasi abses septum yang dapat menimbulkan hidung pelana,

12
retraksi kolumela dan pelebaran dasar hidung. Kadang – kadang dapat timbul fasial
selulitis. 5

Bila infeksi tidak diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat timbul
perforasi septum, penyebaran infeksi melalui darah sehingga dapat timbul meningitis,
thrombosis sinus kavernosis dan sepsis. 4

II.12 PENCEGAHAN

Abses septum dapat dicegah dengan mengenali dan menangani hematoma


septum pada tahap awal. Ini merupakan alasan dilakukannya inspeksi dan palpasi
septum nasi (setelah dekongesti dan anastesi mukosa) pada pasien yang baru saja
mengalami trauma, terutama pada anak-anak. Hal yang sama juga digunakan pada
pasien yang telah menjalani operasi septal dan tidak dapat bernafas melalui hidung
setelah pelepasan perban dibagian dalam hidung. 11

BAB III

KESIMPULAN

13
Abses septum relative jarang ditemukan, sering didahului oleh trauma hidung.
Abses septum biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering merupakan
komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.

Pada umumnya penyebab utama dikarenakan trauma pada hidung 75 % kasus


dan dilaporkan penyebab abses septum nasi yang lain karena tindakan operasi, benda
asing, sinusitis, infeksi pada gigi atau furunkulosis pada hidung.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Gejala abses septum berupa hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri yang
hebat. Terutama dirasakan didaerah dorsum nasi terutama dipuncak hidung.
Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan sakit kepala. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal
septum nasi sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun bilateral,
mulai tepat dibelakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi.

Pemeriksaan secara pasti untuk menentukan abses septum nasi dengan cara
aspirasi berupa pus, dan sekaligus pemeriksaan kultur dan sensitifitas untuk
mengetahui jenis kuman serta menentukan jenis antibiotic intravena yang tepat. Pada
umumnya pathogen berupa Streptococcus aureus.

Penatalaksanaan abses septum nasi yang dianjurkan saat ini yaitu drainase,
antibiotik parenteral dan rekonstruksi defek septum. Untuk nyeri dan demam
diberikan analgetik. Penanganan hematoma septum yang terlambat dapat
menghambat aliran darah yang merupakan suplai makanan ke kartilago septum,
sehingga dapat menyebabkan nekrosis iskemia kartilago septum nasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moore, K. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.

14
2. Tank, Patrick W. 2005. Grant,s Dissector. Lippincot Williams-Wilkins: New
York.
3. Debnam J.M, Gillenwater A.M, Ginsberg L.E. 2007. Nasal septal abscess in
Patients with Immunosuppression. AJNR Am J Neuroradiol.
4. Cervera E.J, Calderon N.R, Enriquez de Salamanca J. 2008. Post-traumatic
haematoma and abscess in the nasal septa of children. Acta otorinolaryngol.

5. Haryono Yuritna. 2006. Abses Septum dan Sinusitis Maksila. Majalah


kedokteran nusantara; vol 39.

6. Bailey B. 2006. Head & neck Surgery Otolaryngology, 4th Ed, USA :
Lippicont Williams-Wilkinss.

7. Budiman B.J. 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi.


Jurnal Kesehatan Andalas.

8. Dirk J.M, Ivar C.T, Gilbert J.N. 2008. nasal septal Abscess in Children. Arch
Otolaryngology HNS.

9. Cain, J., Roy, S. 2011 . “Nasal Septal Abscess”. ENT-Ear, Nose & Throat
Journal. 90.

10. Bechara Y.Ghorayeb, MD. 2011. Imaging nasal septal abscess.


Otolaryngology – head & neck surgery, texas .

11. Huizing E, et al. 2003. Functional reconstructive Nasal Surgery. New york :
George Thieme Verlag.

15

Anda mungkin juga menyukai