HIDRONEFROSIS
Disusun Oleh :
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Tanggal : Oktober 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran urine yang terletak disebelah proksimal dari
vesika urinaria dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvic ginjal dan
ureter. Hal ini saja sudah cukup untuk mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal.
Disamping itu, obstruksi yang terjadi dibawah vesika urinaria sering disertai refluks
vesikoureter dan infeksi ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal atau
uretra, batu, neoplasma, hipertrofi prostat (sering ditemukan pada laki-laki dewasa di atas
usia 60 tahun), kelainan kongenital pada leher vesika urinaria dan uretra, serta penyempitan
uretra.(1)
Obstruksi partial bilateral dan obstruksi bilateral total, serta hidronefrosis dapat
menjadi hidronefrosis unilateral komplit, atau parsial dapat dapat tetap asimptomatik untuk
jangka waktu lama karena ginjal yang tidak terkena dapat mempertahankan fungsi ginjal.
Terkadang keberadaan hidronefrosis pertama kali diketahui ketika dilakukan piolegrafi
intravena.(2)
Etiologi dan presentasi dari hidronefrosis pada orang dewasa berbeda dari yang pada
neonatus dan anak-anak. kelainan anatomi (termasuk katup uretra atau striktur, dan stenosis
di ureterovesical atau ureteropelvic junction) menjelaskan sebagian besar kasus pada anak-
anak. Sebagai perbandingan, calculi yang paling umum pada orang dewasa muda, sedangkan
prostat hipertrofi atau karsinoma, retroperitoneal atau neoplasma panggul, dan calculi adalah
penyebab primer pada pasien yang lebih tua.(3)
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan utama :
Keluhan tambahan:
Nyeri pinggang kiri menjalar ke bagian perut, hilang timbul nyeri berupa nyeri tumpul
denga gambaran kram di pinggang disertai mual bila nyeri timbul. BAK tidak
berdarah, BAK tidak berpasir, tidak ada nyeri saat berkemih, pancaran lemah saat
berkemih disangkal, tidak terdapat gejala abnormal pasca miksi (akhir kencing
menetes, kencing tidak puas maupun merasa ada sisa saat kencing), BAB normal.
Pada tahun 2014 pasien merasa nyeri pinggang kiri menjalar ke perut terutama bila
sehabis bekerja dan menganggak beban berat, nyeri dirasakan hilang timbul. Pada
tahun 2015 pasien merasa nyeri kepala pada pelipis hingga leher seperti di timpah
beban berat dan didapatkan tekanan darah tinggi dan penyakit diabetes militus. Sejak
2 bulan lalu didapatkan benjolan pada testis yang hilang timbul dan timbul terutama
bila sedang mengedan atau beraktivitas serta menghilang bila sedang istirahat dan
tidur.
Riwayat pengobatan :-
Riwayat pribadi/sosial :
Kanan/Kidal : Kanan
Pendidikan : Kuliah
Minuman keras : Tidak
Merokok : Tidak
Kawin : Ya
Abdomen
Supel, tidak terdapat benjolan abnormal dari inspeksi
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Bimanual teraba ballottemen -/+ (ren sinistra)
Toraks
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler/vesikuler, ronkhi (-/-), whizzing (-/-)
Regio Flank
Inspeksi : Tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya luka, warna
kulit sama dengan sekitar, ramping pinggang dekstra dan
sinistra simetris.
Palpasi dan Perkusi :
Dextra Sinistra
Nyeri Tekan CVA - +
Nyeri Ketok CVA - +
Ballottemen Ginjal - +
Regio Suprapubik
Inspeksi : Tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya luka, warna
kulit sama dengan sekitar
Palpasi : supel, distensi (-), nyeri (-)
3.1.2. Ureter
Kedua ureter merupakan saluran muskular yang terbentang dari ren ke facies posterior
vesica urinaria. Urine didorong sepanjang ureter oleh kontraksi peristaltik tunica muskuklaris,
dibantu oleh tekanan filtrasi glomeruli.(4)
Setiap ureter mempunyai panjang sekitar 10 inci (25cm) dan meyerupai oesophagus
(panjang oesophasus 10 inci) karena memiliki tiga penyempitan sepanjang perjalannya : (1)
ditempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter, (2) ditempat ireter melengkung pada
waktu menyilang apertura pelvis superior dan (3) ditempat ureter menembus dinding vesica
urinaria.(4)
Pelvis renalis berbentuk corong dan merupakan ujung atas ureter yang melebar. Pelvis
renalis terletak di dalam hilum renale man menerima calices renales majores. Ureter keluar
dari hilum renale dan berjalan vertikal kebawah dibelakang peritoneum parietale (melekat
padanya) pada musculus psoas major, yang memisahkan ureter dari ujung processus
trasversus vertebra lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan menyilang bifucartio arteri iliaca
communis didepan articulatio sacroiliaca. Ureter kemudian berjalan ke bawah pada dinding
lateral pelvis menuju ke daerah spina ischiadica dan berbelok kedepan untuk masuk ke
angulus lateralis vesica urianria.(4)
3.1.3. Vesica Urinaria
Vesica urinaria terletak tepat dibelakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria
cukup baik untuk menyimpan urine dan pada orang dewasa kapasitas maksimunya kurang
lebih 500ml; sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula koff adalah:
( )
Vesica urinaria cukup baik untuk mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk daan
batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urine didalamnya. Vesica urinaria
yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terletak didalam pelvis; bila vesica urinaria terisi,
dinding atasnya terangkat sampai masukregio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica urinaria
yang kosong menonjol diatas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas pelvis
membesar, vesica uriania terbenam didalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang
dewasa.(4)(5)
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis dan sebuah
facies superior seta dua buah facies inferolateralis juga mempunyai collum.Apex vesicae
mengerah kedepa dan terletak di belakang pinggir atas sympisis pubica. Apex vesicae
dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus).
Basis atau facies posterior vesicae, menghadapke posterior dan berbentuk segitiga.
Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat
asal urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posteriorvesicae dan
memisahkan vesicula seminalis atau dengan yang lain. Bagian atas facies superior vesicae
diliputi oleh peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavation rectivesicalis. Basgian
bawah facies posterior dipisahkan oleh rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis dan
fascia retovesicalis.(4)
3.1.4. Urethra
Urethra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses
miksi. Secara anatomis urethra terbagi menjadi 2 bagian, yaitu urethra posterior dan urethra
antrior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan air mani. Urethra
dipelengkapi dengan sfingter uretra diperlengkapi dengan sfingter urethra interna yang
terletak pada perbatasan buli-buli dan urethra, serta sfingter urethra eksterna yang terletak
pada perbatasan buli-buli dan urethra, serta sfingter urethra eksterna yang terletak pada
perbatasan urethra superior dan posterior. Sfingter urethra interna terdiri atas otot polos yang
dipersarafi oleh sistem simpatetik sehingga saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter
urthra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas
sfingter urethra ekstena ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat
kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing. Panjang urethra
wanita kurang lebih 3-5cm, sedangkan urehtra pria dewasa kurang lebih 23-25cm. Perbedaan
panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi
pada pria.(5)
Urethra posteror pada pria terdiri atas urethra 1) pars prostatika, yakni bagian urthra
yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, 2) urethra pars membranacea, dibagian posterior lumen
urethra prostatika, terdapat suatu tonjolan verumontanum, dan disebelah proksimal dan distal
dari verumontanum ini terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari vas deferens, yaitu kedua
duktus ejakulatorius, terdapat dipinggir kiri dan kana verumontanum. Sekresi kelenjar
prostast bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di urethra prostatika.(5)
Urethta anterior adalah bagian urthera yang dibingkus oleh korpus spongiosum penis.
Urethra anterior terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis dan (4)
meatus urethra eksterna. Didalam lumen urethra anterior terdapat beberapa muara kelenjar
yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang berada di dalam
diphragma urogenitalis dan bermuara di urethra pars bulbosa, serta kelenjar littre, yaitu
kelenjar parairethralis yang bermuara diurethra pars pendularis.(5)
Panjang urethra pada wanita lebih kurang 4 cm dengan diameter 8 mm. Berada di
bawah simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. Di dalam urethra bermuara
kelenjar periurethra, diantaranya adalah kelenjar skene. Kurang lebih sepertiga medial
urethra, terdapat sfingter urethra eksterna yang terdiri dari otot bergaris. Tonus otot sfingter
urethra eksterna dan tonus otot levator ani berfungsi mempertahankan agar urine tetap berada
didalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika terkana intravesika
melebihi tekanan intraurethra akibat kontraksi otot destrusor dan relaksasi sfingter urethra
eksterna.(5)
Gambar 3.2 Dinding posterior abdomen, memperlihatkan ginjal dan ureter in situ,
panah menunjukan tiga tempat penyempitin ureter.(4)
Ren biasanya dapat dilihat pada foto rontgen antero-posterior standar abdomen karena
capsula adiposa yang menutupi ren menghasilkan garis transradian.(4)
3.2.2. Gambaran Radiografik Traktus Urinarius Calices, Pelvis Renalis dan Ureter
Normalnya struktur-struktur tersebut tidak terlihat pada foto rontgen standar. Lumen
dapat diperlihatkan dengan menggunakan senyawa radioopak pada pyelografi intravena atau
pyelografi retrograd.(4)
Pada pyelografi intravena, senyawa yang mengandung iodium disuntikan oada vena
subkutan dilengan. Senyawa ini dieksresikan dan dipekatkan oleh ren sehingga calices dan
ureter telihat opak dibawah sinar-X. Bila senyawa opak ini sudah cukup banyak dieksresikan,
vesica urinaria juga terlihat. Ureter terlihat tumpang tindih dengan processus transversus
vertebra lumbales. Ureter menyilang articulatio sacroiliaca dal masuk ke pelvis. Didekat
spina ischiadica, ureter membelok ke medial untuk masuk ke vesica urinaria, tiga tempat
penyempitan ureter normal (pada peralihal pelvis renalis menjadi ureter, pinggir atas pelvis,
dan tempat masuk ke vesica urinaria) dapat terlihat.(4)
3.4. Epidemiologi
Di Amerika, sebuah seri otopsi dari 59.064 subyek mulai usia neonatus untuk orang
geriatri dilaporkan hidronefrosis sebanyak 3,1% .Pada rangkaian ini, perbedaan berdasarkan
jenis kelamin tidak menjadi jelas sampai usia 20 tahun. Pada usia 20-60 tahun, hidronefrosis
lebih sering terjadi pada wanita, yang diduga karena kehamilan dan keganasan ginekologi.
Pada pria, penyakit prostat yang diindikasikan sebagai penyebab kenaikan prevalensi setelah
usia 60 tahun. Studi otopsi juga menunjukkan bahwa hidronefrosis hadir dalam 2-2,5% dari
anak-anak. Prevalensi sedikit meningkat pada laki-laki, yang sebagian besar dalam penelitian
yang lebih muda dari 1 tahun.Tingkat terjadinya ini mungkin meremehkan prevalensi karena
kondisi seperti obstruksi sementara karena kehamilan sebelumnya atau calculi tidak
dimasukkan.(3)
Pada orang dewasa muda, calculi adalah penyebab paling umum dari hidroureter dan
hidronefrosis. Pada anak-anak dan pada neonatus, frekuensi relatif dari penyebab
hidronefrosis antenatal telah bertekad untuk menjadi sebagai berikut: Transient - 48%,
fisiologis -15%, ureteropelvic junction obstruksi - 11%, vesikoureteral reflux - 9%,
megaureter - 4%, multicystic ginjal displastik - 2%, ureterocele - 2%, dan posterior katup
uretra - 1%.(3)
3.5. Etiologi(3)
Sejumlah besar penyebab ada untuk hidronefrosis. Klasifikasi dapat dibuat sesuai
dengan tingkat dalam saluran kemih dan apakah etiologi adalah intrinsik, ekstrinsik, atau
fungsional. Penyebab intrinsik yang disebabkan gangguan pada daerah ureter adalah:
Ureteropelvic junction stricture , Ureterovesical junction obstruction , Papillary necrosis,
Ureteral folds ,Ureteral valves, Ureterovesical reflux, Ureteral stricture (iatrogenic), klot,
fibroepithelial polyps jinak, tumor ueteral tumor ,alkulus ureter, ureterocele, endometriosis,
tuberculosis, retrocaval urete. Gangguan ureter fubsional dapat terjadi pada infeksi gram
negatif dan neurogenik bladder, sedangkan gangguan ekstrinsik dapat disebabkan
retroperitoneal lymphoma, retroperitoneal sarcoma, cervical cancer, prostate cancer,
retroperitoneal fibrosis, aortic aneurysm, inflammatory bowel disease, ovarian vein
syndrome, retrocaval ureter, uterine prolapse, kehamilan, ligasi iatrogenik ureteral, kista
ovarium, divertikulitis, abses tuboovarian, perdarahan retroperitoneal, lymphocele, pelvic
lipomatosis serta urinoma.
Gangguan yang disebabkan oleh intrisik kandung kemih dapat berupa karsinoma buli,
kalkuli vesika urinaria, kontraktur leher vesika urinaria, cystocele, hipertrofi primer leher
vesika urinaria dan diventrikula vesika urinaria. Sedangkan gangguan fungsional pada vesika
urinaria meliputi neurogenik vesika urinaria dan vesikoureteral fefluks.
Gangguan yang disebabkan pada intrinsik uretra meliputi striktur uretra, diventrikula
uretra, atresia uretra, hypispadia atau epispadia. Sedangkan pada ekstrinsik uretra dapat
disebabkan hyperplasia prostat, kanker prostat, kanker uretra dan fimosis.
3.6. Klasifikasi
3.6.1. Berdasarkan Pemeriksaan IVU :
Grade I : Gambaran dilatasi minimal. Sifat forniks kaliks sedikit blunting (blunting)
Grade II: Forniks dan kaliks terdapat blunting yang lebih jelas dan pelebaran kaliks,
meskipun flat mudah terlihat (flattening)
Grade III : kaliks membulat dengan obiliterasi dari papilla (clubing)
Grade IV : Terjadi balloning kaliks yang ekstrim
Pemeriksaan colok dubur harus dilakukan untuk menilai tonus sfingter dan mencari
hipertrofi, nodul, atau indurasi prostat.
Pada anak-anak, pemeriksaan fisik, terutama pada bayi baru lahir, dapat membantu
mendeteksi kelainan yang menyarankan kelainan genitourinaria terkait dengan hidronefrosis
antenatal. Ini meliputi:
Kehadiran massa abdomen bisa mewakili ginjal membesar karena uropati obstruktif
atau multicystic ginjal displastik (MCDK).
Sebuah kandung kemih teraba pada bayi laki-laki, terutama setelah berkemih,
mungkin gangguan katup uretra posterior.
Seorang bayi laki-laki dengan Sindrom Prune Belly akan memiliki kekurangan otot
dinding perut dan testis yang tidak turun. Kehadiran anomali terkait harus dicatat.
Adanya kelainan telinga luar dikaitkan dengan peningkatan risiko kelainan kongenital
ginjal dan saluran kemih (CAKUT).
Sebuah arteri umbilikalis tunggal dikaitkan dengan peningkatan risiko CAKUT,
khususnya VUR.
3.8. Patomekanisme
Hidronefrosis adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pelebaran pelvis dan
kaliks ginjal yang menyebabkan pelebaran atrofi proregresif ginjal akibat obstruktif aliran
keluar urine. Bahkan pada obstuktif komplit sekalipun, filtrasi glomerulus dapat tetap
berlangsung untuk beberapa waktu karena filtrat dapat berfungsi balik ke interstisium ginjal
dan ruang perirenal, untuk kemudian kembali ke sistem limfe dan vena. Karena filtrasi yang
berlanjut ini, kaliks dan pelvis yang terkena mengalami dilatasi, bahkan sering sangat
melebar. Tingginya tekanan di pelvis diteruskan duktus koligentes ke korteks sehingga
menyebabkan atrofi ginjal. Juga terjadi penekanan terhadap vaskularisasi medula ginjal
sehingga aliran plasma medula bagian dalam berkurang. Gangguan vaskular dimedula dapat
reversible, tetapi jika obsrtuksinya berkepanjangan, fungsi medula akan terganggu. Oleh
karena itu, perubahan fungional awal umumnya berdifat tubular, dengan maifestasi utama
berupa kemampuan gangguan ginjal untuk memekatkan urine. Barulah setelah tahap lanjut
terjadi penurunan GFR. Obstruksi juga memicu reaksi peradangan interstisium yang akhirnya
menyebabkan fibrosis interstisium melalui mekanisme yang serupa.(2)
Hidronefrosis dapat menjadi obstruksi akut, dapat menimbulkan nyeri akibat
peregangan sistem koligentes atau kapsul ginjal. Sebagian besar gejala awal terjadi akibat
hidronefrosis. Batu yang tersangkut di ureter dapat menyebabkan kolik ginjal, dan
pembesaran prostat dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan kandung kemih. (2)
Hidronefrosis unilateral komplit, atau parsial dapat tetap asimptomatik untuk jangka
waktu lama karena ginjal yang tidak terkena dapat mempertahankan fungsi ginjal. Terkadang
keberadaan hidronefrosis pertama kali diketahui ketika dilakukan piolegrafi intravena.
Sungguh disayangkan, penyakit ini cenderung tetap asimptomatik karena telah terbukti
bahwa pada stadium-stadium awal ( dalam beberapa minggu pertama), teratasinya obstruksi
akan menyebabkan fungsi ginjal kembali normal. Ultrasonografi adalah metode non-invasif
yang bermanfaat untuk mendiagnosis uropati obstruktif. (2)
Pada obstruksi partial bilateral, manifestasi paling awal adalah ketidakmampuan ginjal
memekatkan urin, yang tercermin oleh poliuria dan nokturia. Sebagian dari pasien mengalami
asidosis tubulus distal didapat, kehilangan garam, batu ginjal sekunder dan gambaran tipikal
nefritis tubulointerstisium dengan jaringan parut dan atrofi papila dan medula. Pasien-pasien
ini sering mengalami hipertensi.(2)
Obstruksi bilateral total menyebabkan oliguria atau anuria dan tidak memungkinkan
kelangsungan hidup kecuali obstruksinya dihilangkan. Menariknya, setelah obstruksi saluran
kemih total tersebut diatasi, terjadi diuresis pasca obstruksi. Diuresis ini bisa masif dan
mengekskresi sejumlah besar urin yang kaya natrium klorida.(2)
Foto polos abdomen atau Kidney Urinary Bladder (KUB) adalah foto skrining untuk
pemeriksaan kelainan urologi. Menurut Blandy,seperti ditujunkkan pada gambar 2-4, cara
pembacaan foto yang sistematis harus memperhatikan 4 S, yaitu: Side (Sisi), Skleton
dengan adanya bayangan gas pada lambung sedangkan sisi kanan oleh bayangan hepar.
Adakah kelainan bentuk (kifosis, scoliosis, atau fraktur) atau perubahan densitas tulang
3. Soft tissues: perhatikan adanya pembesaran hepar, ginjal, buli-buli akibat retensi urine
4. Stones : perhatikan adanya bayangan opak dalam sistem urinaria, yaitu mulai dari ginjal,
ureter hingga buli-buli. Bedakan dengan kalsifikasi pembuluh darah atau flebolit dan
Selain itu perlu diperhatikan adanya bayangan radio-opak yang lain, misalnya bayangan
jarum (susuk) yang terdapat disekitar paravertebral yang sengaja dipasang untuk mengurangi
rasa sakit di pinggang atau punggung, atau bayangan klip yang dipasang pada saat operasi
MENIT URAIAN
0 Foto polos perut
Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal sistem
5
pelvikaliseal sudah tampak
15 Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli
Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai
30
kemungkian terdapat perubahan posisi ginjal
Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih, antara lain: filling
defect, hidronefrosis, double system, atau kelainan lain.
60
Pada buli-buli diperhatikan adanya identasi prostat, trabekulasi,
penebalan otot detrusor, dana tau sakulasi buli-buli.
Pasca Miksi Menilai sisa kontras (residu urine0 dan divertikal pada buli-buli
3.10. Penatalaksanaan
3.10.1. Perawatan medis
Peran perawatan medis dari hidronefrosis pada orang dewasa terbatas pada kontrol
nyeri dan pengobatan atau pencegahan infeksi. Kebanyakan kondisi membutuhkan baik
perawatan bedah minimal invasif atau terbuka. Dua pengecualian adalah (1) terapi
alkalinisasi oral untuk batu asam urat dan (2) terapi steroid untuk fibrosis retroperitoneal.
Pendekatan manajemen untuk bayi dengan hidronefrosis antenatal berdasarkan
konfirmasi dari hidronefrosis postnatal menetap dan dua faktor prediktif berikut: keterlibatan
bilateral hidronefrosis berat: Janin dengan diameter renal pelvis lebih besar dari 15 mm
selama trimester ketiga berada pada risiko terbesar untuk penyakit ginjal yang signifikan
3.10.2. Perawatan bedah
Penatalaksanaan khusus dari pasien dengan hidronefrosis, tentu saja, tergantung pada
proses etiologi. Beberapa faktor membantu menentukan urgensi dimana pengobatan harus
dimulai. Secara umum, tanda-tanda infeksi dengan obstruksi karena infeksi dengan
hidronefrosis dapat berkembang dengan cepat menjadi sepsis. Sebuah jumlah sel darah putih
sedikit meningkat sering diamati pada pasien dengan batu tetapi tidak selalu mandat tindakan
segera dengan tidak adanya tanda-tanda atau gejala infeksi sistemik lainnya. Namun, bahkan
demam ringan pada pasien diabetes atau imunosupresif (yaitu, terapi steroid) membutuhkan
perawatan segera.(3)
Potensi hilangnya fungsi ginjal juga menambah urgensi (misalnya, hidronefrosis atau
hidroureter bilateral atau dalam satu ginjal). Akhirnya, gejala pasien membantu menentukan
urgensi yang pengobatan dimulai. Misalnya, nyeri refrakter pada pasien dengan ureter
kalkulus yang menghambat memerlukan intervensi, seperti halnya mual dan muntah.(3)
Kateterisasi uretra penting untuk membantu menyingkirkan penyebab saluran yang
lebih rendah untuk hidronefrosis dan hidroureter. Kesulitan dalam menempatkan kateter
Foley mungkin menyarankan striktur uretra atau leher kontraktur kandung kemih.(3)
Urolog biasanya menggunakan penempatan stent ureter dalam kasus penyebab
intrinsik dan ekstrinsik dari hidronefrosis. Prosedur ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
cystoscopy dan pyelography retrograde. Stent dapat melewati halangan dan melebarkan
ureter untuk pengobatan endoskopik berikutnya.(3)
Urolog atau ahli radiologi intervensional dapat menempatkan tabung nefrostomi
perkutan jika ureter stenting tidak mungkin. Biasanya, ultrasonografi digunakan pertama
untuk menemukan sistem mengumpulkan melebar. Menggunakan teknik Seldinger, tabung
mulai dari 8-12F dapat ditempatkan. Nephrostomies biasanya ditempatkan ketika stent
retrograde tidak dapat dilalui karena perubahan anatomi dalam kandung kemih atau obstruksi
tinggi di ureter. Karena prosedur ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal, pasien yang
terlalu hemodinamik tidak stabil untuk anestesi umum dapat menjalani penempatan tabung
nefrostomi perkutan. Selain itu, penempatan tabung nefrostomi dapat dilakukan dengan
menggunakan minimal radiasi dan mungkin berguna pada pasien hamil.(3)
Kemajuan dalam endoskopi dan instrumentasi perkutan telah menurun peran operasi
terbuka atau laparoskopi untuk hidronefrosis. Penyebab tertentu hidronefrosis, sebagian besar
ekstrinsik, masih memerlukan pengobatan dengan operasi terbuka. Contohnya termasuk
fibrosis retroperitoneal, tumor retroperitoneal, dan aneurisma aorta. Beberapa batu yang tidak
dapat diobati endoskopi atau dengan extracorporeal shockwave lithotripsy membutuhkan
penghapusan terbuka. Meskipun manajemen endoskopi tidak memainkan peran dalam tingkat
rendah tumor stadium rendah ureter, lesi ini juga biasanya memerlukan manajemen bedah
terbuka atau laparoskopi.(3)
3.10.3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang digunakan untuk memecah batu ginjal, batu
ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria.(7)
3.10.4. Endourologi (7)
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih, yaitu berupa tindakan memecah batu dan mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahanan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidrolik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
yaitu mengeluarkan batu yang berada dalam saluran ginjal, dengan cara memasukkan
alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan
atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2. Litotripsi
yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu
(litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3. Ureteroskopiatau uretero-renoskopi
yaitu memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam
ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/
ureterorenos kopi ini.
4. Ekstraksi Dormia
yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia
3.11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hidronefrosis dapat berupa infeksi seperti sistitis,
pionefrosis,urosepsis maupun gagal ginjal akut dan kronis.(7)
BAB 4
PEMBAHASAN
Peninjauan keadaan klinis pasien dan teori berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang.
Tabel 4.1 Perbandingan Teori dan Klinis Pasien
Gejala
Kasus Teori
Nyeri Pinggang Pada hidronefrosis dewasa gejala bervariasi tergantung
pada apakah hidronefrosis adalah akut atau kronis. Dengan
obstruksi akut, nyeri sering hadir, karena distensi kandung
kemih, sistem pengumpulan, atau kapsul ginjal. Nyeri
biasanya minimal atau tidak ada dengan obstruksi parsial
atau lambat berkembang (seperti dengan bawaan
ureteropelvic junction [UPJ] obstruksi atau tumor pelvis).
Hal ini tidak biasa, misalnya, untuk melihat orang dewasa
yang tercatat memiliki hidronefrosis akibat obstruksi UPJ
tak terduga sebelumnya.
Nyeri tekan CVA, Nyeri ketok Hal ini dapat disebabkan karena distensi pada kapsula
CVA, Ballotemen ginjal (+) ginjal maupun hipertropi ginjal
sinistra
Pemeriksaan USG pada ginjal
kiri membesar, terdapat Mild / minimal
pelebaran, batu (-) negatif. Tampak daerah sonolusen di bagian tengah ginjal,
karena pelebaran ringan kalises (halo sign)
Moderate
Kalises dan pyelum tampak melebar, berupa
struktur berisi cairan, terlihat sama baiknya seperti
pada urografi
Severe
Sistem kalises di bagian tengah akan tampak
sebagai suatu zona echofree yang lobulated dan
lama kelamaan pelvis akan terilihat sebagai suatu
zoa besar berisi cairan, bahkan kadang-kadang
pyelum dan kalises sulit diidentifikasi.
Pada gambaran radiologis didapatkan gambaran pembesaran ginjal kiri berat, dan
pada pemeriksaan BNO didapatkan gambaran radioopak setinggi lumbalis dua sinistra. Pada
pemeriksaan IVP pada menit ke lima, kontras sudah memasuki sistem pelvicalises dextra
pada UPJ dextra dan belum didapatkan gambaran kontras memasuki pelvicalises. Begitu pula
pada menit ke-15 masih belum terisi oleh kontras pada ginjal kiri sedangkan vesicourinaria
sudah mulai terisi. Pada menit ke-30 didapatkan gambaran twisting pada ginjal kanan dan
vesica urinaria telah terisi namun pada ginjal kiri belum terisi oleh kontras. Pada menit ke-30
dan menit ke-90 kontras sudah turun ke vesica urinaria namun pada ginjal kiri kontras masih
belum nampak. Sehingga dapat disimpulkan pasien mengidap hidronefrosis.
BAB 5
KESIMPULAN
1. Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran urine yang terletak disebelah proksimal dari
vesika urinaria dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvic
ginjal dan ureter.
2. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik Nyeri Pinggang, Nyeri tekan CVA, Nyeri
ketok CVA, Ballotemen ginjal (+) sinistra.
3. Pemeriksaan radiologi USG pada ginjal kiri membesar, terdapat pelebaran
pelvicalyxes grade IV, batu (-) negatif. Sedangkan, Pada pemeriksaan BNO-IVP
ditemukan gambaran bayangan opak setinggi Lumbalis 2 sinistra dan tidak tampak
gambaran ekskresi ginjal kiri sampai menit ke 90. Traktus Urinarius dextra normal,
dengan kesimpulan gambar Unvisualzed Ren Sinistra.
4. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan pada pasien ini terdapat hidronefrosis berat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed.
EGC PBK, editor. Jakarta; 2012. 1089-1097 p.
2. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit. 7th ed.
editor bahasa Indonesia, Rachman LY, Dany F, Rendy L, editors. Jakarta: EGC; 2009.
3. Lusaya DG. Hydronephrosis and Hydroureter [Internet]. Medscape. 2016 [cited 2016
Oct 28]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/436259-
workup#showall
4. Snell RS. Anatomi Klinik. 6th ed. Huriawati H, Listyawati E, Suyono J, Suliawati,
Mahatmmi T, Prawira J, et al., editors. Jakarta: EGC; 2006.
5. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. 3rd ed. Malang: Sagung Seto; 2012.
6. Rasad S. Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Ekayuda I, editor. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2009.