Anda di halaman 1dari 36

TERAPI INSULIN

Disusun Oleh:
dr. Junetta Airene Priskila Taba

Pembimbing:
dr. Ida Bagus Ngurah Wisesa, Sp.PD

Program Internsip Dokter Indonesia


Angkatan IV Tahun 2017
Periode 21 November 2017 – 20 November 2018
Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
Diabetes Melitus
Penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Klasifikasi DM
Klasifikasi DM Etiologi
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut :
• Autoimun
• Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai
yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin .
Tipe lain • Defek genetic fungsi sel beta
• Defek genetic kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas
• Endokrinopati
• Karena obat atau zat kimia
• Infeksi
• Sebab imunologi yang jarang
• Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
DM gestasional
Kriteria Diagnosis DM

Keluhan klasik:
polyuria, polydipsia,
polifagia, dan
penurunan BB yg tidak
dapat dijelaskan
sebabnya.
HbA1c (%) Glukosa darah puasa Glukosa plasma 2 jam
(mg/dL) setelah TTGO (mg/dL)
Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 mg/dL ≥ 200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal < 5,7 < 100 < 140
Insulin
Indikasi Terapi Insulin
DM tipe 1

Krisis Hiperglikemia (KAD, HONK)

Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)

Kehamilan dengan DM yang tidak terkendali dengan perencanaan makan

Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi


Jenis Insulin
Insulin Basal & Insulin Prandial
Insulin Basal Insulin Prandial

• Normal : disekresikan • Normal : disekresikan


pada kondisi basal pada saat makan.
(puasa). • DM  kekurangan insulin
• DM  kekurangan insulin prandial  hiperglikemia
basal  hiperglikemia post-prandial.
basal
Efek samping insulin

Kenaikan berat
Hipoglikemia
badan

Lipodistrofi
(lipoatrofi / Alergi
lipohipertrofi)
Cara Pemberian Insulin
 Semprit insulin & jarum
 Pen insulin
 Pompa insulin (Continuous Subcutaneous Insulin Infusion / CSII)
Teknik Penyuntikan Insulin
Terapi Insulin pada DM tipe 1
Mulai diberikan pada saat
diagnosis ditegakkan.
Dosis insulin 0,5 Unit / kgBB
/hari
Terapi Insulin pada DM tipe 1
Terapi Insulin pada DM tipe 2

Kapan mulai
diberikan ?

Kegagalan terapi oral,


kendali kadar glukosa
darah yang buruk
(A1c>7,5 % atau kadar
glukosa darah puasa
>250 mg/dL)

Sebagai pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C > 6.5%)
dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral
Terapi Insulin pada DM tipe 2
• Regimen awal : insulin basal dosis 0,1 – 0,2 U / KgBB atau 10 U / hari
• Peningkatan dosis disesuaikan dengan kadar glukosa darah puasa.

• Jika sasaran kendali glikemik belum tercapai dengan kombinasi AHO dan insulin basal
sederhana, dapat diberikan regimen insulin yang lebih kompleks, yaitu basal bolus / premixed
BASAL PLUS BASAL PLUS
Terapi pola hidup Insulin basal 1 x (Insulin basal + 1 (Insulin basal + 2
x insulin prandial x insulin prandial BASAL BOLUS
+ obat oral sehari
(tunggal / untuk untuk (Insulin basal + 3
(obat oral tetap
kombinasi) menurunkan menurunkan x insulin prandial)
dilanjutkan)
glukosa darah glukosa darah
tertinggi) tertinggi)

Sasaran HbA1c belum tercapai Sasaran HbA1c belum tercapai, GDP belum
tercapai, GD setelah makan belum tercapai.

Dosis insulin prandial dimulai dengan 4 U / hari dan dapat disesuaikan (dinaikkan dosisnya sebanyak 2
unit) setiap 3 hari jika sasaran glukosa darah setalah makan belum tercapai.
Sasaran Kendali Glikemik
ADA 2015 Perkeni IDF NICE (Inggris)

A1c, % < 7,0 < 7,0 6,2-7,5 ≤ 6,5 – 7,5


Glukosa puasa pra-prandial, mg/dL 80 – 130 80 – 110 91 – 120 72 – 144

Glukosa post-prandial, mg/dL < 180 < 180 136 – 160 < 180

ADA=American Diabetes Association;


IDF=International Diabetes Federation;
NICE= National nstitute of Health and Clinical Excellence.
Terapi Insulin Pada Pasien Pre-Operatif
Kondisi pasien:
Kapan mulai • Kritis : 110 mg/dl
diberikan insulin? • Tidak kritis : 140
mg/dl
Target Kadar Gula Darah PreOp
Kondisi Pasien Target

Pasien bedah (kondisi kritis) 80 – 110 mg/dl

Pasien bedah lainnya 90 – 140 mg/dl


STUDI KASUS
Identitas Pasien
Nama Ny. EK

Umur 56 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Agama Kristen Protestan

Pekerjaan IRT

Tanggal MRS 21 Januari 2018


Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dan aloanamnesis pada tanggal 25 Januari 2018 di Bangsal Cendana
dan rekam medik pasien.

Keluhan Utama: luka pada ibu jari kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak ± 3 minggu
SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Sejak ± 3 minggu SMRS pasien mengeluh luka pada ibu jari kaki kanan. Pasien mengatakan
sebelumnya pasien menggunting kuku sendiri, kemudian timbul luka namun tidak diobati karena
pasien berpikir nanti akan sembuh sendiri.
 Sejak ± 1 minggu SMRS, pasien mengeluh luka tidak sembuh-sembuh, luka semakin melebar,
nyeri (+), nanah (+), darah (+), terasa panas disekitar luka (+), demam (-), mual (-), muntah (-).
Pasien kemudian membeli betadine sendiri untuk mengobati luka.
 Sejak ± 2 hari SMRS, pasien mengeluh luka semakin membesar, luka menjadi menghitam,
pasien menjadi sulit berjalan karena nyeri, nanah (+), darah (+), bau busuk (+), demam (+), mual
(+), muntah (-).
 Pasien juga mengeluh sering merasa haus (+), mudah lapar (+), sering BAK (+), berat badan
menurun (-).
 Pasien kemudian berobat ke RSB Kupang dan dirawat.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
 Riwayat penyakit kencing manis (+) sejak 3 tahun SMRS. Pasien mengaku tidak rutin berobat.
 Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
 Riwayat alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat sakit yang sama dalam keluarga disangkal.
 Riwayat penyakit kencing manis dalam keluarga (+): ibu pasien.
 Riwayat penyakit darah tinggi dalam keluarga disangkal.
 Riwayat alergi dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kebiasaan
o Pasien mengaku memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari dan kadang diselingi cemilan berupa
pisang goreng .
o Setiap pagi dan sore hari pasien memiliki kebiasaan minum teh manis hangat dengan 1,5
sendok teh gula pasir.
o Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis sejak usia muda.
o Pasien kadang-kadang mengkonsumsi buah.
o Pasien tidak rutin berolahraga.
Pemeriksaan fisik
Status Generalis:
◦ Kesadaran : Compos Mentis
◦ Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
◦ Tanda Vital
◦ Tekanan darah : 160/90 mmHg
◦ Nadi : 80 kali/menit
◦ Suhu : 37,8C
◦ Pernapasan : 18 kali/menit
◦ Berat Badan : 50 kg
◦ Tinggi Badan : 155 cm
◦ IMT(BB/TB2) : 20,8 kg/m2 (Normoweight)
Pemeriksaan fisik
Kepala Normocephali, rambut hitam dan putih terdistribusi merata.

Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+

Leher KGB tidak teraba membesar, trachea di tengah, kelenjar tiroid tidak membesar.

Thorax Jantung: BJ1-2 regular, murmur (-), gallop (-)


Paru: simetris, retraksi (-), vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen Tampak datar, bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-), timpani

Ekstremitas Akral hangat


Status Lokalis
Regio: Digiti I pedis dextra
 Inspeksi: ulkus (+) ukuran ± 4x3x1 cm, bentuk tidak beraturan, eritema (+), jaringan berwarna
kehitaman (+) disekitar luka, darah (+), pus (+)
 Palpasi: nyeri tekan (+), sensibilitas (+), pulsasi arteri dorsalis pedis (+)
Pemeriksaan Laboratorium (21-01-2018)
Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin N 12,5 g/dL 12 – 15

Hematokrit N 39,60 % 35 – 55

Jumlah Leukosit ↑↑ 21.700 /μL 5 – 10

Jumlah Trombosit N 253.000 /μL 150 – 400

Faal Metabolisme

Gula Darah Sewaktu 189 mg/dl s/d – 120


Diagnosis Kerja
 Ulkus diabetikum digiti I pedis dextra
 DM tipe II
 Hipertensi Grade II
Tatalaksana
• Infus NaCl 0,9% 20 tpm
• Cefotaxime 2 x 1 gram (IV)
• Metronidazole 3 x 500 mg (IV)
• Novorapid 3 x 10 IU (jika GDS pagi > 140 mg/dL)
• Captopril 2 x 12,5 mg
• Paracetamol 500 mg (k/p)
• Kompres Basah dengan NaCl 0,9%
• Konsul Bedah  Pro-debridement
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai