Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Cedera kepala merupakan trauma yang paling sering terjadi pada kasus-
kasus emergensi. Banyak pasien dengan cedera kepala berat meninggal sebelum
mencapai rumah sakit, dengan setidaknya 90% trauma yang terjadi mengenai
otak. Sekitar 75% pasien dengan cedera kepala yang mendapat perhatian medis
dapat dikategorikan sebagai luka ringan, 15% luka sedang, dan 10% luka berat.
Data terbaru dari Amerika Serikat memperkirakan 1.700.000 kejadian trauma
kepala (Traumatic Brain Injuries) setiap tahunnya, termasuk 275.000 yang masuk
rumah sakit dan 52.000 kematian.1
Pasien dengan cedera kepala yang selamat seringkali pulang dengan
gangguan neuropsikologik yang menyebabkan kecacatan (disabilitas) yang
mempengaruhi pekerjaan dan aktivitas sosial. Setiap tahunnya, sekitar 80.000-
90.000 penduduk Amerika Serikat mengalami disabilitas jangka panjang akibat
cedera kepala. Di Denmark, sekitar 300 orang per 1.000.000 penduduk
mengalami cedera kepala sedang-berat setiap tahunnya, dengan lebih dari 1/3
golongan ini memerlikan rehabilitasi pasca cedera kepala. Dengan adanya statistik
ini, sudah cukup jelas bahwa dengan mencegah kejadian-kejadian cedera kepala
ini memberikan dampak yang sangat besar bagi kesehatan publik.1
WHO mengklasifikasikan cedera kepala (Traumatic Brain Injuries)
sebagai penyebab kematian dan disabilitas (kecacatan) nomor satu di antara
kelompok anak-anak dan dewasa muda secara global.2 Yates dan teman-teman
menyebutkan bahwa prevalensi cedera kepala pada anak-anak kurang dari 5 tahun
sekitar 120 oer 100.000 penduduk pada daerah perkotaan.3
Cedera kepala menyebabkan terjadinya masalah kognitif, tingkah laku,
dan emosi. Meskipun puncak kesembuhan terjadi pada 6-12 bulan setelah
kejadian cedera kepala seringkali dilaporkan,4 efek jangka panjang dari kejadian
cedera kepala pada anak-anak seringkali tidak muncul sampai tahap pertumbuhan
selanjutnya, di mana kebutuhan kompleks dari suatu individu sangat dibutuhkan. 5
Remaja merupakan waktu di mana kebutuhan suatu individu menjadi meningkat

1
untuk menjadi individu matang (dewasa), dan pemantapan kognitif sosial sangat
dibutuhkan dalam aktivitas sosial remaja.6
Tujuan utama terapi pada pasien cedera kepala adalah mencegah
terjadinya trauma otak sekunder dengan cara menyediakan oksigenasi adekuat dan
mempertahankan tekanan darah pada level yang dirasa cukup untuk perfusi otak .
Hal ini merupakan langkap yang paling penting untuk membatasi terjadinya
cedera otak sekunder dan oleh karena itu dapat meningkatkan prognosis pasien.
Hal yang paling utama dalam penanganan cedera kepala adalah dengan primary
survey berupa tindakan ABCDE, idenfitikasi adanya lesi massa yang
membutuhkan tindakan operatif dan tentunya membutuhkan gambaran CT-Scan
secara cepat. Namun, perlu diingat bahwa untuk mendapatkan gambaran CT-Scan
tidak seharusnya dapat menunda waktu transfer pasien untuk dapat intervensi
medik segera.1

Anda mungkin juga menyukai