Gusria Winingsih
C6
102012397
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
gusriawiningsih94@gmail.com
BAB I
Pendahuluan
1. Latar belakang
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien
yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu
diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit) serta melakukan pelayanan kesehatan standar.
Untuk memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat,maka perlu
adanya kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien. Pemantauan terhadap penyakit pasien
tidak hanya sekadar mendapatkan pengobatan di puskesmas, malah lingkungan pasien turut
diikut sertakan dalam usaha meningkatkan kesehatan pasien. Home visit atau kunjungan
dilakukan dengan tujuan untuk melihat lingkungan rumah pasien dan sekaligus mengedukasi dan
memberi penyuluhan yang terkait dengan penyakit pasien.
2. Tujuan
Tujuan khusus: Dalam rangka allo-anamnesis terhadap anggota keluarga pasien dan untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi lingkungan pasien.
Page | 1
BAB II
Identitas pasien
No telepon : 081585580822
Yuni (P) 19 juli 1999 Pelajar SMA Anak Belum Serumah Sehat
menikah
Rosi (P) 5 september - SMA Menantu Sudah Serumah Batuk pilek
1990 menikah
Page | 2
Status imunisasi keluarga : Imunisasi dasar anak lengkap
Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang : Nyeri di persendian lutut ketika berjalan, tidak mampu menaiki
tangga, dan sulit untuk berdiri dari duduk. Kedua sendiri lutunya sering berbunyi “kretek
kretek”. Pasien juga mengeluh sering vertigo beberapa waktu belakangan terutama pada saat
bangun dari tidur.
Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : terlalu banyak berjalan
kaki , dan memiliki berat badan yang tidak proporsional.
Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : Diabetes
Militus
Perilaku sosial pasien dan keluarga ( tulis nama, sudah berapa lama dan berapa banyak atau
berapa kali dalam sehari atau seminggu atau sebulan)
Merokok: -
Pola jajan ( yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : Anak suka jajan minuman yang
dingi dan manis
Page | 3
Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : tidak ada olahraga rutin
Kebersihan hygiene: cukup bersih, mandi 2-3 kali perhari. Dengan sarana MCK yang memadai.
Pola membersihkan rumah/ lingkungan : Menyapu rumah setiap hari sekali, menyikat wc
rutin sebelum berlumut dan menyikat ember dan menguras tempat penampungan air tiap
minggu.
Pola pengobatan (tradisional, puskesmas dll) : Berobat ke puskesmas, dan klinik. Bila sudah
mendapatkan resep sering membeli obat sendiri.
Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit dalam
keluarga
Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan penyakit
di kemudian hari
Kebersihan rumah: Kurang bersih karena rumah berdebu dan terlalu sempit dengan banyak
tumpukan barang yang tidak tertata rapi.
Vector penyakit:-
Keadaan udara/ polusi dalam rumah: Keadaan ruang tamu yang telaknya di depan pintu
masuk utama memiliki sirkulasi udara yang memadai karena ada jendela dengan pintu yang
terbuka, tetapi ruangan bagian dalam tidak memiliki fentilasi sama sekali dan cukup sesak.
Luas rumah/bangunan : 5 X 3 meter persegi, tidak memiliki jarak antara rumah ke rumah.
Luas tanah ;-
Page | 4
Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : satu orang
Jenis lantai : Semen, dan hanya bagian ruang utama yang keramik
Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari dll) : tidak ada fentilasi
Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari dll) : tidak ada fentilasi namun
pencahayaan cukup karena bagian genteng ada bagian yang diberi genteng bening (tembus
cahaya)
Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll) : semua dikerjakan di
kamar mandi, tidak memiliki tempat mencuci piring khusus
Keadaan kamar mandi ( kebersihan, sabun, air, bak,dll) : kurang bersih, air cukup dan
jernih.
Sumber air sehari hari : air PDAM, kalo macet harus membeli air.
Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka , vector, bau dll) : tempat sampah
di dalam dapur dan terbuuka namun kering
Sumber Pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan): pencahayaan cukup
Page | 5
Kebersihan sekitar rumah
Keadaan udara/ polusi luar rumah : Sirkulasi kurang karena letak antar rumah terlalu
berdempetan dan lokasinya dalam gang sempit .
Keadaan pekarangan (tanaman, keb ersihan, tanah dll) : Tidak memiliki perkarangan
Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh keluarga
Tanda vital : Semua dalam batas normal. TD 110/70, suhu 36,8 derajat celcius, RR:19x/menit
nadi 76x/menit.
Pemeriksaan fisik : Nyeri kedua sendi lutut saat posisi jongkok dan dari duduk berdiri.
Page | 6
Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan
Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai tingkat pelayanan primer
(pemeriksaan di puskesmas) hingga rujukan
Masalah kesehatan pasien berhubungan dengan pola hidup dan status gizi. Aktifitas yang terlalu
berat seperti yang dilakukan pasien berjalan kaki terlalu jauh tiap harinya di tambah berat badan
yang berlebih menyebabkan percepatan terjadi proses degenerasi tulang rawan sendi.
Terutama untuk pasien dengan OA bila berat badan tidak dikontrol akan memperparah nyeri
sendinya karena beban yang semakin berat, dan sangat rentan untuk fraktur bila terjadi trauma
dan tidak menutup kemungkinan OA bisa berkembang menjadi deformitas.
Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan
Dari kondisi rumah yang sempit dan sesak ada kemungkinan akan timbul penyakit infeksi
saluran pernafasan karena sirkulasi udara yang tidak baik dan pola kebiasaan minum minuman
yang manis bisa saja menyebabkan diabetes militus.
BAB III
Pembahasan
Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena
OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria,
dan 12.7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas
atau jika ada pembebanan sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang
Page | 7
cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang
besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang
lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap
dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.1
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan
persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari
45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens
bertambah dengan meningkatnya usia. Osteoarthritis dahulu diberi nama arthritis “yang rusak
karena dipakai” karena sendi. Namun, menjadi luas dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuan-
temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini.1
Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen
meningkat tajam pada osteoarthritis. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan
yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kecil
kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan
orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian
kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang sebenarnya dari
osteoarthritis tetap tidak diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan ada hubungannya dengan
perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan
sendi yang mengarah pada perkembangan osteoarthritis. Faktor-faktor genetic memainkan
peranan pada beberapa bentuk osteoarthritis. Perkembangan osteoarthritis sendi-sendi interfalang
distal tangan (Nodus Heberden) dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada
perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan
laki-laki.
Hormone seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan dengan
perkembangan osteoarthritis. Hubungan antara esterogen dan pembentukan tulang dan prevalensi
osteoarthritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormone memainkan peranan aktif dalam
perkembangan dan progresivitas penyakit ini. Sendi yang paling sering terserang osteoarthritis
Page | 8
adalah sendi–sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal
dan servikal, dan sendi-sendi pada jari. Gambaran osteoarthritis yang khas adalah lebih seringnya
keterlibatan sendi falang distal dan proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya
tidak terserang. Osteoarthritis terutama menyebabkan perubahan-perubahan biomekanika dan
biokimia di dalam sendi; penyakit ini bukan suatu gangguan peradangan. Namun, sering kali
perubahan-perubahan di dalam sendi ini disertai oleh sinovitis, menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak nyaman.1
Diferensial Diagnosis
1. Artritis Reumatoid (AR)
Merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan
pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Sebagian kasus
perjalanannya kronik fluktuatif yang mengakibatkan kerusakan sendi yang progresif,
kecacatan dan bahakan kematian dini.. Di Indonesia, dari hasil penelitian penduduk di
Malang yang berusia diatas 40 tahun didapatkan prevalensi AR 0,5% di daerah Kotamadya
dan 0,6% di daerah Kabupaten. Atritis Reumatoid ini sering mengenai usia-usia produktif
sehingga memberi dampak social dan ekonomi yang besar.2
2. Gout atau asam urat
Merupakan sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal monosodium urat
di jaringan. Deposit ini berasal dari jaringan ekstraselular yang sudah mengalami
supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat. Manifestasi klinik pada
gout memiliki tiga tahapan, yaitu, atritis gout akut, stadium interkritikal, dan stadium atritis
gout menahun, dimana pada atritis gout akut pasien akan merasakan gejala-gejala yang
bersifat monoartikuler yaitu nyeri pada sendi, bengkak terasa hangat dan sering disertai
demam.
1. Nyeri sendi
Terutama apabila sendi bergerak atau menganggung beban.
Page | 9
Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan
atau bila memikul beban tubuh.
2. Kekakuan sendi
Setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan hilang
setelah sendi digerakkan.
Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa Spasme
otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri.2
3. Keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan local,
pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.
4. Perubahan yang khas terjadi pada tangan. Nodus Heberden atau pembesaran tulang sendi
interfalang distal sering dijumpai. Nodus Bauchard lebih jarang ditemukan, yaitu pembesaran
tulang sendi interfalangs proksimal.
5. Perubahan yang khas juga terlihat pada tulang belakang, yang akan menjadi nyeri, kaku, dan
mengalami keterbatasan dalam bergerak (ROM). Pertumbuhan tulang yang berlebihan atau spur
dapat mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan neuromuscular, seperti nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Ada beberapa orang
yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung dari osteoarthritis pada tulang belakang
bagian leher.2
Page | 10
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi, sentral, marginal atau periostal
- Perubahan struktur anatomi sendi akibat hilangnya sebagian besar dari tulang rawan
Kemudian diikuti oleh perubahan yang lambat pada tulang yaitu:
- Meningkatnya gambaran taji (spur).
- Adanya tanda destruksi kartilago.
- Meningkatnya sclerosis pada tepi sendi disertai dengan hilangnya garis normal sendi.
- Kecenderungan untuk mengadakan subluksasi.
- Perubahan bentuk osteofit dari taji menjadi lingkaran atau hilangnya bagian penting dari
tulang.
b. CT-Scan
CT-Scan dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik daripada foto
konvensional. Pemeriksaan ini merupakan alternative yang baik dan mungkin bermanfaat
pada situasi dimana keterangan lebih lanjut tentang osteofit sangat diperlukan.
Pemeriksaan laboratorium
Analisis cairan sendi
Jenis-jenis pemeriksaan cairan sendi meliputi :
Pemeriksaan makroskopis : pemeriksaan rutin, viskositas, potensi terbentuknya bekuan, dan
volume.
Pemeriksaan mikroskopis : jumlah leukosit, hitung jenis leukosit.
Mikrobiologi : pencegahan khusus (silver, PAS, Ziehl Nielson), kultur bakteri, jamur, virus,
dan bakteri tahan asam; menganalisa antigen atau asam nukleat mikroba.
Serologi : kadar komplemen hemolitik, kadar komponen komplemen, autoantibody.
Kimiawi : glukosa, protein total, pH, pO2, asam organic, LDH.3
Page | 11
c. Pemeriksaan faktor rheumatoid negatif
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak banyak berguna. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA generalisata yang
harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor reumatoid dan
komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan
viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan
peningkatan protein.3
o Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis pada
wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering terjadi
pada pria dari wanita. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki
lebih sering terkena OA paha, pergelangan langan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah
45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun
(setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
o Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti
kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
Page | 12
o Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata
tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga
dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada
timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan
hipertensi.4
Terapi nonfarmakologis
• Penerangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai.
• Terapi Fisik dan Rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
untuk melindungi sendi yang sakit.4
• Penurunan Berat Badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit
Page | 13
OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan
berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan
ideal.4
Terapi farmakologis
• Analgesik Oral Non Opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama dalam hal
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang dijual bebas yang
mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media
masa, baik cetak (koran), radio maupun televisi.
• Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali yang dijual
bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-
obatan peroral lainnya.
• Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS).
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai datang ke
dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena obat golongan
ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena
pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-
hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang
sederhana, di samping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu
harus dilakukan.
• Chondroprotective Agent.
Yang dimaksud dengan Chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti
menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting and Osteoarthritis Drugs (SAAODs)
atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk
dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosarninoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.5
Page | 14
Terapi Bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.5
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang mengenai cartilago(tulang rawan
sendi) dimana hal ini mengganggu aktivitas sehar-hari terutama bila mengenai sendi
lutut. Ternyata osteoartritis merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan
tidak bisa dianggap ringan, karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara
intensif maka akan memperberat keadaan sendi itu sendiri di mana sendi akan
mengalami kemunduran.
II. Saran
1. Lakukan olahraga sesuai kebutuhan dan kemampuan
2. Kendalikan berat badan
3. Konsumsi makanan sehat
4. Berikan kompres panas untuk mengurangi nyeri, relaksasi & melancarkan
aliran darah.
5. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit & ketegangan otot saat
terjadi kekambuhan
6. Pilih alas kaki yang tepat & nyaman
7. Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik
8. Konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter
9. Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari :
- Gunakan alat bantu untuk mengatasi rasa nyeri
- Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan
- Sesekali rileks agar tidak terlalu letih
Page | 15
BAB V
Daftar Pustaka
1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam : osteoartritis. Edisi IV.
Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1205-12.
2. Nasution AR, Sumariyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Introduksi reumatologi. Edisi
IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1083-87.
3. Isbagio H, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Anamnesis dan pemeriksaan fisis
penyakit muksuloskeletal. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006. h. 1149-56.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologis: konsep klinis proses-proses penyakit ; alih bahasa ,
Brahm U. Pendit ... [et. al.] ; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto ... [et. al.].
Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2005.
5. Sumariyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Atrosentesis dan analisis cairan sendi. Edisi
IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1157-60.
Page | 16