Anda di halaman 1dari 16

Laporan Family Folder Pasien dengan Osteoartritis

Gusria Winingsih
C6
102012397
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
gusriawiningsih94@gmail.com

BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang

Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien
yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu
diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit) serta melakukan pelayanan kesehatan standar.
Untuk memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat,maka perlu
adanya kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien. Pemantauan terhadap penyakit pasien
tidak hanya sekadar mendapatkan pengobatan di puskesmas, malah lingkungan pasien turut
diikut sertakan dalam usaha meningkatkan kesehatan pasien. Home visit atau kunjungan
dilakukan dengan tujuan untuk melihat lingkungan rumah pasien dan sekaligus mengedukasi dan
memberi penyuluhan yang terkait dengan penyakit pasien.

2. Tujuan

Tujuan umum: Meningkatkan pelayanan kesehatan.

Tujuan khusus: Dalam rangka allo-anamnesis terhadap anggota keluarga pasien dan untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi lingkungan pasien.

Page | 1
BAB II

Laporan Home Visite

 Identitas pasien

Nama Pasien : Ida Siti mahmuda

Tanggal lahir : 13 April 1965

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan. RT 08 RW 09.


No.16 Kampung Keramat Bahagia

No telepon : 081585580822

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar (SD)

 Nama Keluarga dan anggota serumah yang bukan keluarga


Nama dan Tanggal Pekerja Pendi Hub Status Domisili Keadaan
jenis Lahir an dikan keluarga perkawinan serumah/ kesehatan,
kelamin tidak penyakit
bila ada

Surdi (L) 6 Maret Buruh SD Suami Sudah Serumah Sehat


1960 menikah
Ahmatasan 28 Januari Buruh SMA Anak Sudah Serumah Flu
(L) 1990 pabrik menikah

Yuni (P) 19 juli 1999 Pelajar SMA Anak Belum Serumah Sehat
menikah
Rosi (P) 5 september - SMA Menantu Sudah Serumah Batuk pilek
1990 menikah

Tingkat ekonomi : Menengah kebawah

Status imunisasi dasar pasien : lupa

Page | 2
Status imunisasi keluarga : Imunisasi dasar anak lengkap

Status gizi keluarga : Cukup baik

Jaminan pemeliharaan kesehatan : BPJS

 Anamnesis

Keluhan utama pasien : Pasien mengeluh nyeri di kedua persendian lutut

Riwayat penyakit sekarang : Nyeri di persendian lutut ketika berjalan, tidak mampu menaiki
tangga, dan sulit untuk berdiri dari duduk. Kedua sendiri lutunya sering berbunyi “kretek
kretek”. Pasien juga mengeluh sering vertigo beberapa waktu belakangan terutama pada saat
bangun dari tidur.

Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang : -

Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : terlalu banyak berjalan
kaki , dan memiliki berat badan yang tidak proporsional.

Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : -

Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : Diabetes
Militus

Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: -

Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : -

 Perilaku sosial pasien dan keluarga ( tulis nama, sudah berapa lama dan berapa banyak atau
berapa kali dalam sehari atau seminggu atau sebulan)

Merokok: -

MInum yang mengandung alcohol:-

Pola jajan ( yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : Anak suka jajan minuman yang
dingi dan manis

Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga):-

Pola penyimpanan atau memasak makanan :

Pola minuman sehari hari : Suka minum yang manis

Page | 3
Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : tidak ada olahraga rutin

Kebersihan hygiene: cukup bersih, mandi 2-3 kali perhari. Dengan sarana MCK yang memadai.

Rekreasi: Mudik setahun sekali saat lebaran.

Ibadah: Rajin mendirikan sholat.

Pola membersihkan rumah/ lingkungan : Menyapu rumah setiap hari sekali, menyikat wc
rutin sebelum berlumut dan menyikat ember dan menguras tempat penampungan air tiap
minggu.

Pola pengobatan (tradisional, puskesmas dll) : Berobat ke puskesmas, dan klinik. Bila sudah
mendapatkan resep sering membeli obat sendiri.

Pola hubungan social : antara tetangga terjalin harmonis.

Pola aktifitas kemasyarakatan: -

Pola kunjungan ke pos yandu:-

 Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit dalam
keluarga

Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi : -

 Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan penyakit
di kemudian hari

Kebersihan rumah: Kurang bersih karena rumah berdebu dan terlalu sempit dengan banyak
tumpukan barang yang tidak tertata rapi.

Vector penyakit:-

Keadaan udara/ polusi dalam rumah: Keadaan ruang tamu yang telaknya di depan pintu
masuk utama memiliki sirkulasi udara yang memadai karena ada jendela dengan pintu yang
terbuka, tetapi ruangan bagian dalam tidak memiliki fentilasi sama sekali dan cukup sesak.

Luas rumah/bangunan : 5 X 3 meter persegi, tidak memiliki jarak antara rumah ke rumah.

Luas tanah ;-

Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 5 orang

Luas kamar pasien atau yang sakit : 3X2 meter persegi

Page | 4
Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : satu orang

Jenis lantai : Semen, dan hanya bagian ruang utama yang keramik

Jenis tembok : Semen

Jenis atap :Genteng

Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari dll) : tidak ada fentilasi

Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari dll) : tidak ada fentilasi namun
pencahayaan cukup karena bagian genteng ada bagian yang diberi genteng bening (tembus
cahaya)

 Keadaan dapur dan kebersihan

Tempat penyimpanan makanan (tercemar debu, kotoran, vector dll) : tertutup

Tempat penyimpanan alat makan : terbuka

Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll) : semua dikerjakan di
kamar mandi, tidak memiliki tempat mencuci piring khusus

Keadaan kamar mandi ( kebersihan, sabun, air, bak,dll) : kurang bersih, air cukup dan
jernih.

Tipe kakus dan system pembuangan : memiliki kloset

Keadaan wc : kurang bersih

Sumber air sehari hari : air PDAM, kalo macet harus membeli air.

Tempat penyimpanan air : di dalam ember, tidak memiliki bak.

Sumber air minum : air galon

Kebersihan tempat penyimpanan air minum : tertutup

Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka , vector, bau dll) : tempat sampah
di dalam dapur dan terbuuka namun kering

Sumber Pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan): pencahayaan cukup

System pembuangan air limbah : Lewat saluran got

Page | 5
 Kebersihan sekitar rumah

Tempat sampah di luar rumah : Tidak ada

Keadaan udara/ polusi luar rumah : Sirkulasi kurang karena letak antar rumah terlalu
berdempetan dan lokasinya dalam gang sempit .

Keadaan pekarangan (tanaman, keb ersihan, tanah dll) : Tidak memiliki perkarangan

 Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh keluarga

Nama promotive preventive kurative rehabilitative

Ida siti mahmuda -Batasi konsumsi -Rutin -rutin minum


gula dan karbo pemeriksaan obat
-Memasak sendiri kesehatan
makanan untuk
kluarga
Surdi -Tidak merokok

Ahmatasan -Tidak merokok

 Pemeriksaan kesehatan pasien

Keadaan umum : Kompos mentis, sedikit tampak sakit

Tanda vital : Semua dalam batas normal. TD 110/70, suhu 36,8 derajat celcius, RR:19x/menit
nadi 76x/menit.

Status gizi : Berat badan tidak proporsional (berlebih)

Pemeriksaan fisik : Nyeri kedua sendi lutut saat posisi jongkok dan dari duduk berdiri.

Pemeriksaan hygiene : Kuku bersih

Page | 6
 Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan

Diagnosis pasien : Osteoartritis

Diagnosis banding : Rematoid artritis, Osteoporosis, Gout

 Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai tingkat pelayanan primer
(pemeriksaan di puskesmas) hingga rujukan

Resume masalah kesehatan keluarga dan factor risikonya

Masalah kesehatan pasien berhubungan dengan pola hidup dan status gizi. Aktifitas yang terlalu
berat seperti yang dilakukan pasien berjalan kaki terlalu jauh tiap harinya di tambah berat badan
yang berlebih menyebabkan percepatan terjadi proses degenerasi tulang rawan sendi.

Prognosis penyakit pasien dan keluarga

Terutama untuk pasien dengan OA bila berat badan tidak dikontrol akan memperparah nyeri
sendinya karena beban yang semakin berat, dan sangat rentan untuk fraktur bila terjadi trauma
dan tidak menutup kemungkinan OA bisa berkembang menjadi deformitas.

Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan

Dari kondisi rumah yang sempit dan sesak ada kemungkinan akan timbul penyakit infeksi
saluran pernafasan karena sirkulasi udara yang tidak baik dan pola kebiasaan minum minuman
yang manis bisa saja menyebabkan diabetes militus.

BAB III
Pembahasan

Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena
OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria,
dan 12.7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas
atau jika ada pembebanan sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang

Page | 7
cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang
besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang
lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap
dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.1
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan
persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari
45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens
bertambah dengan meningkatnya usia. Osteoarthritis dahulu diberi nama arthritis “yang rusak
karena dipakai” karena sendi. Namun, menjadi luas dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuan-
temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini.1
Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen
meningkat tajam pada osteoarthritis. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan
yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kecil
kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan
orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian
kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang sebenarnya dari
osteoarthritis tetap tidak diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan ada hubungannya dengan
perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan
sendi yang mengarah pada perkembangan osteoarthritis. Faktor-faktor genetic memainkan
peranan pada beberapa bentuk osteoarthritis. Perkembangan osteoarthritis sendi-sendi interfalang
distal tangan (Nodus Heberden) dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada
perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan
laki-laki.
Hormone seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan dengan
perkembangan osteoarthritis. Hubungan antara esterogen dan pembentukan tulang dan prevalensi
osteoarthritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormone memainkan peranan aktif dalam
perkembangan dan progresivitas penyakit ini. Sendi yang paling sering terserang osteoarthritis

Page | 8
adalah sendi–sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal
dan servikal, dan sendi-sendi pada jari. Gambaran osteoarthritis yang khas adalah lebih seringnya
keterlibatan sendi falang distal dan proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya
tidak terserang. Osteoarthritis terutama menyebabkan perubahan-perubahan biomekanika dan
biokimia di dalam sendi; penyakit ini bukan suatu gangguan peradangan. Namun, sering kali
perubahan-perubahan di dalam sendi ini disertai oleh sinovitis, menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak nyaman.1

Diferensial Diagnosis
1. Artritis Reumatoid (AR)
Merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan
pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Sebagian kasus
perjalanannya kronik fluktuatif yang mengakibatkan kerusakan sendi yang progresif,
kecacatan dan bahakan kematian dini.. Di Indonesia, dari hasil penelitian penduduk di
Malang yang berusia diatas 40 tahun didapatkan prevalensi AR 0,5% di daerah Kotamadya
dan 0,6% di daerah Kabupaten. Atritis Reumatoid ini sering mengenai usia-usia produktif
sehingga memberi dampak social dan ekonomi yang besar.2
2. Gout atau asam urat
Merupakan sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal monosodium urat
di jaringan. Deposit ini berasal dari jaringan ekstraselular yang sudah mengalami
supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat. Manifestasi klinik pada
gout memiliki tiga tahapan, yaitu, atritis gout akut, stadium interkritikal, dan stadium atritis
gout menahun, dimana pada atritis gout akut pasien akan merasakan gejala-gejala yang
bersifat monoartikuler yaitu nyeri pada sendi, bengkak terasa hangat dan sering disertai
demam.

Gambaran Klinis pada Osteoartritis

1. Nyeri sendi
 Terutama apabila sendi bergerak atau menganggung beban.

Page | 9
 Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan
atau bila memikul beban tubuh.

2. Kekakuan sendi
 Setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan hilang
setelah sendi digerakkan.
 Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa Spasme
otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri.2

3. Keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan local,
pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.

4. Perubahan yang khas terjadi pada tangan. Nodus Heberden atau pembesaran tulang sendi
interfalang distal sering dijumpai. Nodus Bauchard lebih jarang ditemukan, yaitu pembesaran
tulang sendi interfalangs proksimal.

5. Perubahan yang khas juga terlihat pada tulang belakang, yang akan menjadi nyeri, kaku, dan
mengalami keterbatasan dalam bergerak (ROM). Pertumbuhan tulang yang berlebihan atau spur
dapat mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan neuromuscular, seperti nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Ada beberapa orang
yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung dari osteoarthritis pada tulang belakang
bagian leher.2

Pemeriksaan Penunjang yang diperlukan


a. Foto konvensional lutut posisi AP
Pada sebagian besar kasus radiografi pada sendi lutut yang terkena osteoartritis sudah
cukup memberikan gambaran diagnostik. Gambaran radiologi sendi yang menyokong
diagnosis OA adalah : 3
- Penyempitan celah sendi akibat hilangnya kartilago.
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)

Page | 10
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi, sentral, marginal atau periostal
- Perubahan struktur anatomi sendi akibat hilangnya sebagian besar dari tulang rawan
Kemudian diikuti oleh perubahan yang lambat pada tulang yaitu:
- Meningkatnya gambaran taji (spur).
- Adanya tanda destruksi kartilago.
- Meningkatnya sclerosis pada tepi sendi disertai dengan hilangnya garis normal sendi.
- Kecenderungan untuk mengadakan subluksasi.
- Perubahan bentuk osteofit dari taji menjadi lingkaran atau hilangnya bagian penting dari
tulang.
b. CT-Scan
CT-Scan dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik daripada foto
konvensional. Pemeriksaan ini merupakan alternative yang baik dan mungkin bermanfaat
pada situasi dimana keterangan lebih lanjut tentang osteofit sangat diperlukan.

Pemeriksaan laboratorium
Analisis cairan sendi
Jenis-jenis pemeriksaan cairan sendi meliputi :
 Pemeriksaan makroskopis : pemeriksaan rutin, viskositas, potensi terbentuknya bekuan, dan
volume.
 Pemeriksaan mikroskopis : jumlah leukosit, hitung jenis leukosit.
 Mikrobiologi : pencegahan khusus (silver, PAS, Ziehl Nielson), kultur bakteri, jamur, virus,
dan bakteri tahan asam; menganalisa antigen atau asam nukleat mikroba.
 Serologi : kadar komplemen hemolitik, kadar komponen komplemen, autoantibody.
 Kimiawi : glukosa, protein total, pH, pO2, asam organic, LDH.3

Pada pemeriksaan pasein yang menderita OA :


a. Laju endap darah  normal
b. Serum kolesterol  sedikit meninggi

Page | 11
c. Pemeriksaan faktor rheumatoid  negatif
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak banyak berguna. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA generalisata yang
harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor reumatoid dan
komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan
viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan
peningkatan protein.3

Faktor resiko osteoarthritis


o Umur
Faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi. OA hampir
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di
atas 60 tahun.

o Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis pada
wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering terjadi
pada pria dari wanita. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki
lebih sering terkena OA paha, pergelangan langan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah
45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun
(setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.

o Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti
kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.

Page | 12
o Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata
tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga
dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada
timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan
hipertensi.4

o Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus, berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera sendi dan oleh raga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi. Peran
beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas-
aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik (misalnya robeknya
meniscus, ketidakslabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi.
o Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA.
Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi untuk timbulnya OA, meskipun
mekanismenya belum jelas.

Terapi nonfarmakologis
• Penerangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai.
• Terapi Fisik dan Rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
untuk melindungi sendi yang sakit.4
• Penurunan Berat Badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit

Page | 13
OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan
berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan
ideal.4

Terapi farmakologis
• Analgesik Oral Non Opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama dalam hal
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang dijual bebas yang
mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media
masa, baik cetak (koran), radio maupun televisi.
• Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali yang dijual
bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-
obatan peroral lainnya.
• Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS).
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai datang ke
dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena obat golongan
ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena
pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-
hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang
sederhana, di samping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu
harus dilakukan.
• Chondroprotective Agent.
Yang dimaksud dengan Chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti
menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting and Osteoarthritis Drugs (SAAODs)
atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk
dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosarninoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.5

Page | 14
Terapi Bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.5

BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang mengenai cartilago(tulang rawan
sendi) dimana hal ini mengganggu aktivitas sehar-hari terutama bila mengenai sendi
lutut. Ternyata osteoartritis merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan
tidak bisa dianggap ringan, karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara
intensif maka akan memperberat keadaan sendi itu sendiri di mana sendi akan
mengalami kemunduran.

II. Saran
1. Lakukan olahraga sesuai kebutuhan dan kemampuan
2. Kendalikan berat badan
3. Konsumsi makanan sehat
4. Berikan kompres panas untuk mengurangi nyeri, relaksasi & melancarkan
aliran darah.
5. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit & ketegangan otot saat
terjadi kekambuhan
6. Pilih alas kaki yang tepat & nyaman
7. Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik
8. Konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter
9. Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari :
- Gunakan alat bantu untuk mengatasi rasa nyeri
- Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan
- Sesekali rileks agar tidak terlalu letih

Page | 15
BAB V
Daftar Pustaka

1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam : osteoartritis. Edisi IV.
Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1205-12.
2. Nasution AR, Sumariyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Introduksi reumatologi. Edisi
IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1083-87.
3. Isbagio H, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Anamnesis dan pemeriksaan fisis
penyakit muksuloskeletal. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006. h. 1149-56.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologis: konsep klinis proses-proses penyakit ; alih bahasa ,
Brahm U. Pendit ... [et. al.] ; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto ... [et. al.].
Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2005.
5. Sumariyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Atrosentesis dan analisis cairan sendi. Edisi
IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1157-60.

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai