Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Trauma Kimia pada Mata dan Tatalaksananya

Gusria Winingsih
C6
102012397
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
gusriawiningsih94@gmail.com

Pendahuluan
Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan di bidang penyakit mata, terutama
yang melibatkan kornea. Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan
oleh bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat. Pengaruh bahan kimia tersebut sangat
tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia. Oleh karena itu trauma karena asam
dan basa kuat lebih berbahaya. Trauma karena bahan alkali dua kali lebih sering
dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak digunakan dalam industri dan
rumah tangga. Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan
menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat menyebabkan
pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat menyebabkan
penghancuran jaringan kolagen kornea. Pada trauma kimia basa dapat menembus ke dalam
bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan proses
penyabunan yang disertai dengan dehidrasi.
Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan
fisiologis atau air bersih. Irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama,
paling sedikit 15-30 menit. Selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai
mata, hal ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk
menentukan sifat bahan, apakah sifat asam kuat atau basa kuat. Hal ini penting dilakukan
karena dalam tatalaksana diperlukan langkah untuk menetralisasi bahan. Trauma kimia yang
parah memerlukan perawatan yang lama dan intensif di rumah sakit serta kunjungan rawat
jalan yang juga berlangsung lama. Pemulihan dan rehabilitasi membutuhkan waktu berbulan-
bulan. Sebagai akibat dari kehilangan penglihatan sesisi atau kedua-duanya maka pasien bisa
kehilangan kemampuan mengemudi, kehilangan pekerjaan dan menjadi tergantung dengan
orang lain.

1|Page
Skenario kasus

Seorang laki-laki 35 tahun datang ke poliklinik di antar oleh teman sekerjanya.


Keluhan utama pandangan kedua mata kabur dan nyeri setelah terkena cipratan bahan kimia
di pabrik tempat dimana mereka bekerja.

Anamnesis

Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis
1
dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan
derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada
mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan
kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar. 1
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal
ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata. Waktu dan durasi
dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan, serta penatalaksanaan yang telah
diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam
diagnosis.1,2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi yang banyak
pada mata yang terkena dan pH mata telah netral.2 Setelah dilakukan irigasi, dilakukan
pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia
limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi
topikal.1

Tanda-tanda yang dapat ditemui pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi adalah :

 Defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh
epitel. Kerusakan semua epitel kornea dapat tidak meng-up take fluoresin secepat
abrasi kornea sehingga dapat tidak teridentifikasi. 2
 Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi total
sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.

2|Page
 Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang
penyembuhannya tidak baik.
 Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan ini biasa
terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.
 Peningkatan tekanan intraokular
 Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini
menyebabkan kesulitan menutup mata sehingga meng-exspose permukaan bola yang
telah terkena trauma.
 Inflamasi konjungtiva
 Iskemia perilimbus
 Penurunan tajam penglihatan , terjadi karena kerusakan epitel, kekeruhan kornea,
banyaknya air mata.1,2

Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa
kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya
sel dan flare pada bilik mata depan. 2 Pada kornea dapat ditemukan keratitis punktata sampai
erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak
merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva.
Kemosis lebih jelas, dengan derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta
opasitas pada kornea.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pH permukaan bola mata secara periodik dan melanjutkan irigasi sampai
PH netral . Selain itu, pemeriksaan seperti tes flourescein, tes tonometri Goldman, tes
Schimmer, tes sitologi impresi juga perlu dilakukan. 3 Pemeriksaan laboratorium diperlukan
jika terdapat kelainan sistemik lain.

Diagnosa Kerja

Trauma Basa
Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion
hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation
berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini
menstimulasi respon inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga

3|Page
memperberat kerusakan jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui
kornea dan segmen anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan
kornea. Kolagenase yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.Berlanjutnya
aktivitas kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.4
Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi
perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang
pelepasan prostaglandin yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular.2,4 Basa yang menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga
akan berakhir dengan kebutaan penderita.
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada
mata. Basa akan menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan dan sampai pada
jaringan retina. Proses yang terjadi disebut nekrosis liquefactive. Bahan akustik soda dapat
menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Penyulit yang dapat ditimbulkan
oleh trauma basa adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema dan neovaskularisasi kornea,
katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata .Penyulit jangka panjang dari luka bakar kimia
adalah glaukoma sudut tertutup, pembentukan jaringan parut kornea, simblefaron, entropion,
dan keratitis sika. 4

Dignosa Banding
Trauma Asam

Asam terdisosiasi menjadi ion-ion hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen
merusak permukaan bola mata dengan merubah pH, sedangkan anion menyebabkan
denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel – epitel kornea yang terpajan.
Presipitasi dan koagulasi permukaan bola mata disebut nekrosis koagulatif. Koagulasi
protein mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam, sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.4 Umumnya kerusakan yang terjadi
bersifat nonprogresif dan hanya pada bagian superfisial saja.

Asam hidrofluorat adalah pengecualian dalam kasus trauma akibat asam. Asam
hidrofluorat adalah asam lemah yang dapat melewati membran sel dengan cepat, dalam
keadaan tetap tidak terionisasi, sementara ion fluoride berpenetrasi lebih baik ke
stroma dibanding asam lainnya sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih parah di

4|Page
segmen anterior.Karena itu asam hidrofluorat bekerja seperti basa, menyebabkan nekrosis
liquefactive. Ion fluoride yang dilepaskan ke dalam sel dapat menginhibisi enzim glikolitik
dan dapat bergabung dengan kalsium dan magnesium, membentuk kompleks tidak larut.
Nyeri lokal yang hebat diduga sebagai akibat dari kegagalan imobilisasi kalsium, yang
kemudian mendorong stimulasi syaraf oleh perpindahan potassium.

Etiologi

Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Beberapa bahan kimia bersifat basa dan asam yang dapat menyebabkan trauma
pada mata ialah;
 Semen
 Soda Kuat
 Amonia
 NaOH
 CaOH
 Cairan Pembersih dalam rumah tangga
 Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat,
danasam hidroflorida. Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang
karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Industri (pembersih dinding,
glass etching (pengukiran pada kaca dengan cairan kimia), electropolishing, dan
fermentasi pada pengolahan bir).1,5

Patofisiologi

Bahan asam dan basa menyebabkan trauma dengan mekanisme yang berbeda.
Kerusakan jaringan akibat trauma kimia ini secara primer akibat proses denaturasi dan
koagulasi protein selular, dan secara sekunder melalui kerusakan iskemia vaskular. Bahan
asam menyebabkan terjadinya nekrosis koagulasi dengan denaturasi protein pada jaringan
yang berkontak. Hal ini disebabkan karena bahan asam cenderung berikatan dengan protein
jaringan dan menyebabkan koagulasi pada epitel permukaaan. Timbulnya lapisan koagulasi
ini merupakan barier terjadinya penetrasi lebih dalam dari bahan asam sehingga membatasi

5|Page
kerusakan lebih lanjut. Oleh karena itu trauma asam sering terbatas pada jaringan
superfisial.1,2,6
Terdapat pengecualian yaitu asam hidrofluorik yang dapat menyebabkan nekrosis
likuefaksi yang mirip pada alkali. Bahan asam hidrofluorik ini dapat dengan cepat menembus
kulit sampai ke pembuluh darah sehingga terjadi diseminasi ion fluoride. Ion fluoride ini
kemudian mempresipitasi kalsium sehingga menyebabkan hipokalsemi dan metastasis
kalsifikasi yang dapat mengancam jiwa. Bahan alkali dapat menyebabkan nekrosis likuefaksi
yang potensial lebih berbahaya dibandingkan bahan asam. Larutan alkali mencairkan jaringan
dengan jalan mendenaturasi protein dan saponifikasi jaringan lemak.1,2 Larutan alkali ini
dapat terus mempenetrasi lapisan kornea bahkan lama setelah trauma terjadi.
Kerusakan jangka panjang pada konjungtiva dan kornea meliputi defek pada epitel
kornea, simblefaron serta pembentukan jaringan sikatriks. Penetrasi yang dalam dapat
menyebabkan pemecahan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasitas lapisan stroma
kornea. Jika terjadi penetrasi pada bilik mata depan, dapat terjadi kerusakan iris dan lensa.
Kerusakan epitel silier dapat menggangu sekresi asam askorbat yang diperlukan untuk
produksi kolagen dan repair kornea. Selain itu dapat terjadi hipotoni dan ptisis bulbi. Proses
penyembuhan dapat terjadi pada epitel kornea dan stroma melalui proses migrasi sel epitel
dari stem cells pada daerah limbus.4 Kolagen stroma yang rusak akan difagositosis dan
dibentuk kembali.

Klasifikasi derajat berat trauma kimia


Gradasi dan prognosis trauma kimia ditentukan berdasarkan kerusakan kornea dan
iskemia limbus. Iskemia limbus merupakan faktor klinis yang sangat penting karena
menunjukkan level kerusakan pada pembuluh darah di limbus dan mengindikasikan
kemampuan stem sel kornea (yang terdapat di limbus) untuk regenerasi kornea yang rusak. 6
Oleh karena itu, pada trauma kimia mata putih lebih berbahaya dibanding mata merah.
Ada 2 jenis klasifikasi derajat trauma kimia yang sering digunakan pada praktek
sehari-hari.
Derajat beratnya trauma kimia (menurut Roper-Hall) dibagi atas :
Grade I : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat baik)
Grade II : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia
limbus < sepertiga (prognosis baik)
Grade III :detail iris tidak terlihat, iskemia limbus antara sepertiga sampai
setengah

6|Page
Grade IV : kornea opak, dengan iskemia limbus lebih dari setengah (prognosis sangat buruk)

Gradasi klinis berdasarkan kerusakan stem sel limbus (menurut kriteria Hughes), yang
digunakan di departemen mata RSCM yaitu :
I. Iskemia limbus yang minimal atau tidak ada
II. Iskemia kurang dari 2 kuadran limbus
III. Iskemia lebih dari 3 kuadran limbus
IV. Iskemia pada seluruh limbus, seluruh permukaan epitel konjungtiva dan bilik mata depan
Selain pembagian tersebut diatas, khusus untuk trauma basa dapat diklasifikasikan
menurut Thoft menjadi :
Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea
Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea
Derajat 4 konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

Penatalaksanaan

Trauma kimia merupakan trauma mata yang membutuhkan tatalaksana sesegera mungkin.
Tujuan utama dari terapi adalah menekan inflamasi, nyeri, dan risiko inflamasi. 7 Tatalaksana
emergensi yang diberikan yaitu:

1. Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat selama minimal 30
menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air tersebut dapat digunakan. Larutan asam
tidak boleh digunakan untuk menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata dan
anestetik topikal dapat digunakan sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan
eversi kelopak mata atas untuk dapat mengirigasi fornices. 7

7|Page
2. Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH dengan menggunakan
kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral (pH=7.0)

3. Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva fornices diswab dengan menggunakan moistened
cotton-tipped applicator atau glass rod. Penggunaan Desmarres eyelid retractor dapat
membantu dalam pembersihan partikel dari fornix dalam.

Medikamentosa
pemberian obat-obatan lain juga bermanfaat dalam menurunkan proses inflamasi,
meningkatkan regenerasi epitel dan mencegah ulserasi kornea. Obat tambahan yang biasa
diberikan:

 Asam askorbat : berfungsi untuk meningkatkan produksi kolagen, diberikan secara


topikal dan sistemik. Beberapa riset menunjukkan pemberian topikal asam askorbat
10% terbukti dapat menekan perforasi kornea. Akan tetapi, tatalaksana ini baru
digunakan pada tahap eksperimental (asam askorbat topikal 10% , setiap 2 jam dan
sistemik 4x 2 g per hari).
 Asam sitrat : merupakan inhibitor kuat terhadap aktivitas neutrofil. Pemberian topikal
10% setiap 2 jam selama 10 hari.
 Tetrasiklin : membantu menghambat proses kolagenase, menghambat neutrofil dan
mengurangi ulserasi. Biasanya pemberian secara topikal dan sistemik (doksisiklin 2 x
100 mg)
 Untuk tatalaksana trauma oleh asam hidrofluorat, medikasi yang optimum masih
belum dilakukan. Beberapa studi menggunakan 1% calcium gluconate sebagai media
irigasi atau untuk tetes mata. Bahan – bahan mengandung Magnesium juga digunakan
pada kasus ini. Sayangnya, masih sedikit penelitian yang mendukung efektifitas terapi
– terapi tersebut. Irigasi mengunakan magnesium klorida terbukti tidak bersifat toksik
terhadap mata. Efek positif dari terapi ini dilaporkan masih dapat ditemukan
walaupun pada pemberian 24 jam setelah cedera, dimana medikasi lainnya sudah
tidak berguna. Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan sebagai tetes mata
setiap 2 – 3 jam atas pertimbangan irigasi dapat mengiritasi mata dan menimbulkan
ulserasi kornea.7

8|Page
Terapi bedah dini penting untuk revaskularisasi limbus, restorasi populasi sel limbus
dan membentuk fornises. Sedangkan terapi bedah lanjutan meliputi graft konjungtiva
atau membran mukosa, koreksi deformitas kelopak mata, keratoplasti, serta
keratoprostheses.

Prognosis
Prognosis berdasarkan pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH,
kecepatan dan jumlah bahan kimia serta seberapa tepat dan cepatnya penanganan. Trauma
yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan
bahan asam.7

Komplikasi
Komplikasi paling serius dari trauma asam adalah jaringan parut konjungtiva dan
kornea, vaskularisasi kornea, glaukoma dan uveitis. Biasanya trauma akibat asam akan
normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.2

Pencegahan

Edukasi dan pelatihan untuk mencegah pajanan zat kimia di tempat kerja dapat
mencegah terjadinya trauma kimia pada mata. Pekerja yang dapat terpajan zat kimia di
tempat kerja harus menggunakan safety goggles.Trauma kimia pada anak sering terjadi
karena tidak adanya pengawasan. Letakkan semua produk rumah tangga yang dapat
menimbulkan bahaya di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak.

Kesimpulan
Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih cepat merusak dan menembus
kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat menyebabkan pengendapan dan
penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat menyebabkan penghancuran jaringan
kolagen kornea. Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan
jumlah bahan kimia. Trauma kimia yang parah memerlukan perawatan yang lama dan
intensif di rumah sakit serta kunjungan rawat jalan yang juga berlangsung lama. Pemulihan
dan rehabilitasi membutuhkan waktu berbulan-bulan.

9|Page
Daftar Pustaka

1. Ilyas S. Trauma mata. Dalam:Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Jakarta:Balai Penerbit


FKUI; 2010.h.271-3
2. Kanski Jack J, editor. Clinical ophtalmology a sistemic approach. 7th ed.Jakarta:
EGC;2011.h.44-9.
3. Vaughan DG, Taylor A. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika;2010.h.122-34.
4. Rhee DJ, Pyfer MF, editors. The Wills Eye Manual: office and emergency room
diagnosis and treatment of eye disease. 3rdedition. Jakarta : EGC;2009.h.201-15.
5. Rubenstein David. Kedokteran klinis.Jakarta:Erlangga:2011.h.99-107.
6. Roper MJ, Hall. Kedaruratan mata (Eye Emergencies). Jakarta:
Hipokrates;2009.h.240-7.
7. Neal M.J.At a Glance Farmakologi Medis.Jakarta:Erlangga;2012.h.174-5.

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai