Anda di halaman 1dari 9

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Ni kadek Ayu Isyana Wardani


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Lapangan Sawang
Topik : Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Tanggal (kasus) : 21 Maret 2019
Nama Pasien :Ny. Y.T No. RM : -
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Ivonne Uisan, SpPD

Tempat Presentasi :
Obyek Presentasi : Dokter Pembimbing dan Dokter Internship RSUD Lapangan Sawang
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan : Menegakkan diagnosis ISK dan mengetahui tata laksananya.
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama : Ny. YT No. Registrasi :


Nama Klinik : Puskesmas ulu
Data utama untuk bahan diskusi :
A. Diagnosis dan gambaran klinis :
Pasien datang dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dirasakan sejak 3 hari yang lalu, BAK sedikit
sedikit dan lebih sering dari biasanya. Riwayat BAK berpasir dan berdarah di sangkal penderita. Nyeri
pinggang di sangkal penderita. Riwayat demam ada sejak 2 hari yang lalu. Nyeri ulu hati ada, muntah ada
1 kali, berisi makanan, mual tidak ada. Riwayat sering menahan BAK ada, riwayat keputihan tidak ada,
riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada. Buang air besar tidak ada kelainan.

1
Pemeriksaan fisik :

1. Keadaan umum :
Cukup, Compos Mentis
2. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg, N : 88 x/mnt, P : 20 x/mnt, S : 37,5 ºC
3. Pemeriksaan kepala :
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
4. Pemeriksaan leher :
KGB tidak teraba
5. Pemeriksaan dada :
a. Inpeksi : Simetris, retraksi (-)
b. Palpasi : Ketinggalan gerak (-), nyeri tekan (-)
c. Perkusi : Sonor (+/+)
d. Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
6. Pemeriksaan abdomen :
a. Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
b. Auskultasi : Peristaltik (+) 7-8x/mnt, suara tambahan (-)
c. Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+), hepar dan lien tidak teraba
d. Perkusi : Timpani, hepar dan lien tidak membesar
7. Pemeriksaan ekstremitas :
Akral hangat, nadi kuat, CRT < 2 detik, edema (+)
B. Riwayat pengobatan :
OS tidak pernah berobat sebelumnya.
C. Riwayat kesehatan/penyakit sebelumnya :
Keluhan serupa sebelumnya (-),Riwayat hipertensi (-), DM (-), alergi (-), asma (-), penyakit jantung
(-)
D. Riwayat keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat hipertensi (-), DM (-), alergi (-).asma (-), penyakit jantung (-).
E. Riwayat pekerjaan :
OS adalah seorang IRT
F. Lain-lain.
Pasien sering menahan kencing terutama di malam hari

2
Daftar pustaka

1. Coyle, E.A., Prince, R. A., In DiPiro, J. T., Robert, L. T., Gary, C. Y., Gary, R. M., Barbara, G. W.,
L. Michael, P., 2005. Urinary Tract Infections and Prostatitis Edition 6th. The McGraw Hill
Companies, ed., USA.
2. Suwitra, K. & Mangatas, S.M., 2004. Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
Terkomplikasi F. K. UNUD & Dexamedia, eds., Denpasar.
3. Tessy, A. & Suwanto, A., 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Jilid II E. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ed., Jakarta. Tjay, H.. & Rahardja,
Hasil pembelajaran :
A. Mengetahui kriteria penegakan diagnosis Infeksi Saluran Kemih.
B. Mengetahui bagaimana tatalaksana Infeksi Saluran Kemih.

3
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :

A. Subjektif :
Seorang perempuan 65 tahun datang dengan keluhan nyeri saat BAK sejak 3 hari yang lalu, BAK
sedikit sedikit dan lebih sering dari biasanya. Riwayat BAK berpasir dan berdarah di sangkal
penderita. Nyeri pinggang di sangkal penderita. Riwayat demam ada sejak 2 hari yang lalu. Nyeri ulu
hati ada, muntah ada 1 kali berisi makanan. Riwayat keputihan tidak ada, pengobatan sebelumnya
tidak ada. Buang air besar tidak ada kelainan.
B. Objektif :
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di IGD diperoleh:
1. Keadaan Umum:
Cukup, Compos Mentis
2. Tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg, N : 88 x/mnt, P : 20 x/mnt, S : 37,5 ºC
3. Status Internus:
a. Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
b. Leher : limfonodi tidak teraba
c. Dada :
 Inpeksi : Simetris, retraksi (-)
 Palpasi : Ketinggalan gerak (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor (+/+)
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
d. Abdomen :
 Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
 Auskultasi : Peristaltik (+) 7x/mnt, suara tambahan (-)
 Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani, hepar dan lien tidak membesar
e. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, CRT < 2 detik edema (-)
C. Assesment :
Infeksi Saluran Kemih
D. Planning :
1. Pemeriksaan Penunjang :

4
Sedimen urine

 Leukosit +2
 Keton –
 Nitrit -
 Billirubin +1
 Protein –
 Glukosa –
 Darah + 2
2. Penatalaksanaan :
a. Farmakologi
Cefixime 2x100 mg
Paracetamol 3x500 mg
Antasida 3x1 tablet sebelum makan
Vitamin B.com 2x1 tablet.
b. Edukasi
Minum banyak air putih
Jangan menahan BAK
Jaga kebersihan pada daerah genitalia terutama pada wanita
E. Evaluation
1. Prognosis :
Prognosis pada umumnya baik. Jika tidak didapati komplikasi berupa obstruksi aliran urin,
batu saluran kemih, kista ginjal, tumor ginjal, ginjal, residu urin dalam kandung kemih.
2. Pendidikan :
Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Konsultasi :
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit dalam untuk penanganan lebih lanjut.
4. Rujukan :
Unit yang menangani merupakan bagian Ilmu Penyakit Dalam jika terjadi komplikasi serius
yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme dalam urin dan
memiliki potensi untuk menginvasi jaringan-jaringan pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih

5
(ISK) bergantung pada banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Dalam
keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 10² hingga 10 4
bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105
bakteri/ml
b. Jenis-jenis infeksi saluran kemih (ISK)
 Infeksi saluran kemih (ISK) dari segi klinik dibagi menjadi 2 yaitu :
Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi ) / bawah (simple/uncomplicated urinary tract
infection) yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan
gangguan struktur maupun fungsi saluran kemih.
 Infeksi saluran kemih terkomplikasi/ atas (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan kelainan struktur maupun
fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin, batu saluran kemih, kista
ginjal, tumor ginjal, ginjal, residu urin dalam kandung kemih.
c. Etiologi
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih sejauh ini adalah
Escherichia coli yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya
disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain seperti Klebsiella dan bakteri Gram positif seperti
Cocci, Enterococci, dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme terakhir dapat ditemui pada
kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif kegiatan seksualnya. Infeksi saluran
kemih yang berhubungan dengan abnormalitas struktur saluran kemih sering disebabkan oleh
bakteri yang lebih resisten seperti Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter dan spesies Serratia
Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran
kemih antara lain kehamilan, menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas
seksual, penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada prostat,
kelainan pada uretra, immobilitas, kurang masukan cairan, dan kateterisasi urin
d. Gejala dan Tanda Klinik
Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi
saluran kemih bagian atas. Menurut gejala infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu disuria,
polakisuria atau frekuensi urgensi, stranguria, nyeri suprasimfisis dan enesmus, dan enuresis
nokturnal. Gejala infeksi saluran kemih bagian atas dapat berupa demam, menggigil, nyeri
pinggang, nyeri kolik, mual, muntah, nyeri ketok sudut kostovertebrata, dan hematuria. Selain itu
juga ditemukan manifestasi tidak khas infeksi saluran kemih yang berupa nyeri abdomen, nyeri
kepala, nyeri punggung, dan diare

6
e. Diagnosis Infeksi Saluran Kemih
Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Urinalisis
Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah
infeksi saluran kemih. Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang padang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada
sedimen air kemih menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria
tidak selalu menyatakan adanya infeksi saluran kemih karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi
Hematuria
Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya infeksi saluran kemih
yaitu bilamana dijumpai 5–10 eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria dapat pula
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
f. Terapi

Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umum digunakan dalam terapi
infeksi saluran kemih:
 Siprofloksasin
Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA
kuman terganggu. Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk
Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neiseria, dan Pseudomonas. Obat ini juga aktif

7
terhadap kuman Gram positif seperti Str. pneumonia dan Str. faecalis, tapi bukan merupakan
obat pilihan utama untuk Pneumonia streptococcus
 Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk kombinasi karena sifat
sinergisnya. Kombinasi keduanya menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur asam
folat. Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam folat bakteri dan
pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam dihidrofolat dari asam para-
aminobenzoat. Dan mekanisme kerja trimetoprim adalah menghambat reduksi asam
dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat
 Amoksisillin
Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja dengan cara menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap
mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid Amoksisillin merupakan
turunan ampisillin yang hanya berbeda pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum
antibakteri yang sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan
menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan
 Seftriakson
Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga. Berkhasiat
bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan
yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Seftriakson memiliki waktu paruh
yang lebih panjang dibandingkan sefalosprin yang lain sehingga cukup diberikan satu kali
sehari. Obat ini diindikasikan untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan
meningitis.
 Ampisilin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronkitis kronis,
salmonelosis invasif da n gonore. Ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba gram -negatif
dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral.
Pengobatan antibiotika secara empiris yang direkomendasikan selama 3 hari. Pemberian
antibiotika dosis tunggal memberikan respon terapi yang kurang baik. Pengobatan yang diberikan
lebih dari 3 hari tidak memberikan efektivitas yang sama dan justru meningkatkan angka
komplikasi

8
Siau , Maret 2019
Peserta, Pendamping,

dr. Ni Kadek Ayu I. wardani dr. Ivonne Uisan, SpPD

Anda mungkin juga menyukai