Anda di halaman 1dari 11

Kasus 2

Topik : Abses Perianal

Tanggal Kasus : 20 Februari 2020

Presenter : dr. Muhammad Zein Albarazy

Tanggal Presentasi : 19 Maret 2020

Pendamping : dr. Agus Susilo Susanto

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik

Deskripsi :

Pasien Pria dengan Bengkak dan nyeri pada bokong sejak

7 hari sebelum masuk rumah sakit, memberat dalam 5 hari

belakangan disertai mual dan muntah

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana simptomatis awal.

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama Pasien : Tn. M

Usia : 55 tahun

Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Abses perianal

1
2. Riwayat Pengobatan

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

Pasien Pria dengan Bengkak dan nyeri pada bokong sejak 7 hari sebelum

masuk rumah sakit, memberat dalam 5 hari belakangan disertai mual dan

muntah

4. Riwayat Keluarga

5. Lain-lain :

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos Mentis

TD: 130/80 mmHg HR : 86x/menit, Suhu: 36.7⁰C, RR: 22x/menit

Status Gizi : Gizi baik, BB 78kg TB : 170 IMT : 26.9

Kulit : Ikterik (-) anemis (-) sianosis (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Hidung : hiperemis (-/-), secret (-/-)

Mulut : mukosa basah (+),

Thorax :

Jantung : S1-S2 tunggal, Bising (-)

Paru : suara nafas vesikuler (+/+) wheezing(-/-) rhonki (-/-)

Abdomen : supel, hepar/lien tidakteraba, defans muscular (-), timpani,

bising usus(+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : edema -/-, CRT < 2”, akral hangat, palmar dan plantar

ikterik (-/-)
Status lokalis
Pemeriksaan diperianal
Inspeksi : Tampak Massa (Benjolan) disekitar anus, berwarna kemerahan tidak
sama dengan kulit sekitar, terlihat meradang, benjolan tidak ada luka
terbuka, tidak mengeluarkan darah atau pus.
Palpasi : Teraba massa lebih dari satu di regio perianal dengan ukuran ± 8x8 cm,
bentuk asimetris, batas tegas, tidak terfiksir, konsistensi kistik, tidak
mobile, nyeri tekan (+), hangat (+).

Hasil Pembelajaran

1. Diagnosis Kerja

Abses Perianal

2. Subyektif

Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun datang ke POLI Bedah RS Bhayangkara

Banjarmasin diantar oleh istrinya dengan keluhan utama benjolan disekitar anus yang

disertai rasa nyeri. Benjolan dirasakan sejak 7 yang lalu, awalnya berukuran sekitar 2x2

cm semakin hari semakin membesar hingga saat ini kira-kira 8x8 cm. Benjolan

berwarna kemerahan, tidak sama dengan warna kulit sekitar, tidak terfiksir dan batasnya

jelas. Pasien terakhir BAB 5 hari yang lalu, saat masuk rumah sakit masih belum bisa

BAB karena kesakitan ketika mengejan. Benjolan mengganggu aktivitas sehari-hari,

nyeri ketika duduk sehingga pasien hanya berbaring dan lebih nyaman dengan tidur

miring.

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah ada luka disekitar anus, tidak ada

gangguan BAB, tidak ada sakit saat kencing, dan tidak ada demam. Keluhan Pusing

sedikit (+), Mual (+), Muntah (-), dan Nyeri perut sedikit (+).

RPD : -
RPK : -

Alergi : -

- Definisi

Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan
akan mengakibatkan fistula.1 Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak
sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan
kedalaman dari abses cukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan
pembentukan saluran fistulous
Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit perianal, sebaliknya
abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding rectum atau
lebih lateral yaitu di bokong, dengan penyebaran dan pembesaran abses yang
mengakibatkan abses mendekati permukaan kulit, nyeri yang dirasakan memburuk.
Nyeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses
intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti
berjalan atau duduk.

Gambar 1. Anatomi Anorektal


- Etiologi

Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi kelenjar lalu

ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukan abses pada glandula

analis.2,3

Abses perianal paling banyak terjadi pada jaringan cryptoglandula.r hal ini

terjadi karena crypt glands yang berjumlah sekitar 8-10 kelenjar di linea dentata

tertutupi oleh debris yang terbentuk akibat pertumbuhan bakteri tanpa henti lalu

terjadi pembentukan abses rongga.4

Organisme umum terlibat dalam pembentukan abses termasuk Escherichia

coli, spesies Enterococcus, dan spesies Bacteroides, namun, tidak ada bakteri

spesifik yang telah diidentifikasi sebagai penyebab khas dari abses.5

Beberapa faktor dan kondisi juga berperan pada peningkatan resiko abses

perianal yaitu:2,4

 Konstipasi kronik

 Imun system menurun

 Diabetes

 IBD

 Anal seks

 Kehamilan

 AIDS

5
- Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik generalis biasanya normal, terutama pada abses-abses yang

letaknya superfisial. Pemeriksaan lokal menunjukkan adanya massa lunak yang nyeri dan

fluktuan yang dapat dipalpasi pada tepi anus, dengan tanda-tanda peradangan pada jaringan

sekitarnya. jika massa ditemukan di regio yang lebih dalam dilakukan pemeriksaan colok

dubur, biasanya massa tersebut adalah abses perirektal. Jika massa telah pecah, maka

ditemukan drainase purulen dari anus. Abses yang lebih profunda mungkin dapat

menyebabkan tanda-tanda sistemik seperti demam, malaise, dan bahkan sepsis.6

Pasien dengan abses perianal umumnya mengeluh ketidaknyamanan perianal dan rasa

nyeri yang diperparah oleh gerakan dan meningkatnya tekanan perineum seperti saat sedang

duduk atau buang air besar. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: 6

 Berdarah atau bernanah

 Benjolan pada daerah anus

 Rasa gatal pada daerah anus

 Demam dan menggigil

 Konstipasi

 Menurunnya nafsu makan

 Fatigue

6
3. Objektif / Dasar Diagnosis (1,2,5)

Diagnosis klinis Abses perianal berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang memburuk

sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa

nyaman. Rasa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menduduk. Abses dapat

terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali mengandung

sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak superficial, maka

akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri memburuk dengan mengedan,

batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri

dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk.7

Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri

abdomen bawah, serta deman. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula. 5

Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang

terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa

menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan colok dubur dibawah anestesi dapat membantu dalam kasus-kasus

tertentu, karena ketidaknyamanan pasien yang signifikan dapat menghalangi penilaian

terhadap pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Contohnya, evaluasi terhadap asbeb

ischiorektal yang optimal dapat dilakukan dengan hanya menggunakan pemeriksaan

7
colok dubur. Dengan adanya obat anestesi, fistula dapat disuntikkan larutan peroksida

untuk memfasilitasi visualisasi pembukaan fistula internal. Bukti menunjukkan bahwa

penggunaan visualisasi endoskopik (transrektal dan transanal) adalah cara terbaik untuk

mengevaluasi kasus yang kompleks abses perianal dan fistula.

Dengan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses dan fistula dapat

jelas divisualisasikan. Visualisasi endoskopi telah dilaporkan sama efektifnya seperti

fistulografi. Jika ditangani dengan dokter yang berpengalaman, evaluasi secara

endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan kelainan perirektal

karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak terganggu. Evaluasi

secara endoskopik setelah pembedahan efektif untuk memeriksa respon pasien terhadap

terapi (Prince dan Wilson, 2007).8

Pemeriksaan Penunjang

Belum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk

mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien tertentu,

seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang rendah karena

memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang dapat disebabkan dari

abses anorektal. Dalam kasus tersebut, evaluasi laboratorium lengkap adalah penting.9

Pada kasus, didapatkan hasil laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap

dan kimia darah.

Pemeriksaan Hasil Referensi Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 15 12,0-16,0 g/dL
Lekosit 14.490 4-10.5 ribu/uL
Eritrosit 4.19 3,90-5,50 juta/uL
Hematokrit 45.5 37,00 – 47,00 vol%
Trombosit 445 150-450 ribu/uL
HEMOSTASIS

8
Clotting Time 3’30” 1-9 Menit
Bleeding Time 1’30” 1-3 Menit
FUNGSI GINJAL
Ureum 46 10-50 Mg/dl
Creatinine 1.17 0.5-0.9 Mg/dl

1. Tatalaksana

Terapi selama di rumah sakit Bhayangkara

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1gr

- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

- Inj. Ketorolac 3 x 30mg

- Inj. Metronidazole 3x500mg

Pre Op :

- KIE & Informed Consent

- Puasa 6 jam sebelum operasi

- Konsul Anestesi

- Profilaksis Inj. Ceftriaxone 1 gram 30 menit sebelum operasi (skin test)


Post Op :

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g

- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg

- Inj Ranitidin 2 x 50 mg

- Inj. Asam Tranexamat 3 x 500 mg

- Inj. Metronidazole 3 x 500 mg

Terapi Pulang :

9
- Ciprofloxcacyn 500mg 2 x 1 tab

- Meloxicam 7.5 mg 2 x 1 tab

- Asam Tranexamat 500mg 3 x 1 tab

Penatalaksanaan kolesistitis akut secara umum:

Abses perirektal harus diobati dengan drainase sesegera mungkin setelah

diagnosis ditegakkan. Jika diagnosis masih diragukan, pemeriksaan di bawah anestesi

sering merupakan cara yang paling tepat baik untuk mengkonfirmasi diagnosis serta

mengobati. Pengobatan yang tertunda atau tidak memadai terkadang dapat

menyebabkan perluasan abses dan dapat mengancam nyawa apabila terjadi nekrosis

jaringan yang besar, atau bahkan septikemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi

selulitis luas atau apabila pasien immunocompromised, menderita diabetes mellitus, atau

memiliki penyakit katub jantung. Namun pemberian antibiotik secara tunggal bukan

merupaka penobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal atau perirektal. Luka

dibiarkan terbuka dan sitz bath dapat dimulai pada hari berikutnya.7

Pada kebanyakan pasien dengan abses anorektal atau perianal, terapi

medikamentosa dengan antibiotik biasanya tidak diperlukan. Namun, pada pasien

dengan peradangan sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik wajib diberikan.1

Prognosis

Jika tidak diobati abses perianal dapat mengakibatkan menjadi komplikasi serius

seperti sebagai gangren perineum dan sepsis. Sejumlah besar abses perianal akan

terulang dalam waktu satu atau dua tahun, terutama jika ada faktor predisposisi dan

sebagian akan menimbulkan Fistula anorectal.10,11

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Steele SR, Kumar R, Feingold DL, Raferty JL, Buie D,. 2011. Practice Parameters
for the Management of Perianal Abscess and Fistula-in-Ano. Diseases of the colon
& rectum volume 54: 12 (2011)

2. Yasir Hassan Elhassan, Salman Y. Guraya* and Hamdi Almaramhy.2017. The


Prevalence, Risk Factors and Outcome of Surgical Treatment of Acute Perianal
Abscess from a Single Saudi Hospital. BIOSCIENCES BIOTECHNOLOGY
RESEARCH ASIA, March 2017. Vol. 14(1), 153-159

3. S. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, EGC,
Jakarta

4. Smith SR, Pearce LE, Newton K. et al.2014. Internal dressings for healing perianal
abscess cavities. Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 7.

5. Woo Shin Jeong, Sung Youn Choi, Eun Haeng Jeong, et al. 2015.Perianal Abscess
and Proctitis by Klebsiella pneumoniae. Intestinal Research 2015;13(1):85-89

6. Varut Lohsiriwat.2016.Anorectal emergencies.World J Gastroenterol 2016 July 14;


22(26): 5867-5878

7. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004., Buku ajar ilmu Bedah. Edisi 2, Jakarta:
EGC

8. Prince SA dan Wilson LM, 2005. Patofisiologi konsep dasar penyakit edisi
keenam. Jakarta : EGC.

9. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Acus
Calpius.

10. Alexander Juth Karlsson, Martin Salö, Pernilla Stenström.2016. Outcomes of


Various Interventions for First-Time Perianal Abscesses in Children. Hindawi
Publishing Corporation BioMed Research International journal Volume 2016.

11. Abhishek Mitra & Amitabh Yadav & Naimish Mehta.2015. Complicated Perianal
Sepsis. Indian J Surg (December 2015) 77(Suppl 3):S769–S77

11

Anda mungkin juga menyukai