Deskripsi :
Usia : 55 tahun
1. Diagnosis
Abses perianal
1
2. Riwayat Pengobatan
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien Pria dengan Bengkak dan nyeri pada bokong sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit, memberat dalam 5 hari belakangan disertai mual dan
muntah
4. Riwayat Keluarga
5. Lain-lain :
a. Pemeriksaan Fisik
Thorax :
Ekstremitas : edema -/-, CRT < 2”, akral hangat, palmar dan plantar
ikterik (-/-)
Status lokalis
Pemeriksaan diperianal
Inspeksi : Tampak Massa (Benjolan) disekitar anus, berwarna kemerahan tidak
sama dengan kulit sekitar, terlihat meradang, benjolan tidak ada luka
terbuka, tidak mengeluarkan darah atau pus.
Palpasi : Teraba massa lebih dari satu di regio perianal dengan ukuran ± 8x8 cm,
bentuk asimetris, batas tegas, tidak terfiksir, konsistensi kistik, tidak
mobile, nyeri tekan (+), hangat (+).
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
Abses Perianal
2. Subyektif
Banjarmasin diantar oleh istrinya dengan keluhan utama benjolan disekitar anus yang
disertai rasa nyeri. Benjolan dirasakan sejak 7 yang lalu, awalnya berukuran sekitar 2x2
cm semakin hari semakin membesar hingga saat ini kira-kira 8x8 cm. Benjolan
berwarna kemerahan, tidak sama dengan warna kulit sekitar, tidak terfiksir dan batasnya
jelas. Pasien terakhir BAB 5 hari yang lalu, saat masuk rumah sakit masih belum bisa
nyeri ketika duduk sehingga pasien hanya berbaring dan lebih nyaman dengan tidur
miring.
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah ada luka disekitar anus, tidak ada
gangguan BAB, tidak ada sakit saat kencing, dan tidak ada demam. Keluhan Pusing
sedikit (+), Mual (+), Muntah (-), dan Nyeri perut sedikit (+).
RPD : -
RPK : -
Alergi : -
- Definisi
Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan
akan mengakibatkan fistula.1 Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak
sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan
kedalaman dari abses cukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan
pembentukan saluran fistulous
Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit perianal, sebaliknya
abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding rectum atau
lebih lateral yaitu di bokong, dengan penyebaran dan pembesaran abses yang
mengakibatkan abses mendekati permukaan kulit, nyeri yang dirasakan memburuk.
Nyeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses
intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti
berjalan atau duduk.
Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari stasis sekresi kelenjar lalu
ketika terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukan abses pada glandula
analis.2,3
Abses perianal paling banyak terjadi pada jaringan cryptoglandula.r hal ini
terjadi karena crypt glands yang berjumlah sekitar 8-10 kelenjar di linea dentata
tertutupi oleh debris yang terbentuk akibat pertumbuhan bakteri tanpa henti lalu
coli, spesies Enterococcus, dan spesies Bacteroides, namun, tidak ada bakteri
Beberapa faktor dan kondisi juga berperan pada peningkatan resiko abses
perianal yaitu:2,4
Konstipasi kronik
Diabetes
IBD
Anal seks
Kehamilan
AIDS
5
- Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik generalis biasanya normal, terutama pada abses-abses yang
letaknya superfisial. Pemeriksaan lokal menunjukkan adanya massa lunak yang nyeri dan
fluktuan yang dapat dipalpasi pada tepi anus, dengan tanda-tanda peradangan pada jaringan
sekitarnya. jika massa ditemukan di regio yang lebih dalam dilakukan pemeriksaan colok
dubur, biasanya massa tersebut adalah abses perirektal. Jika massa telah pecah, maka
ditemukan drainase purulen dari anus. Abses yang lebih profunda mungkin dapat
Pasien dengan abses perianal umumnya mengeluh ketidaknyamanan perianal dan rasa
nyeri yang diperparah oleh gerakan dan meningkatnya tekanan perineum seperti saat sedang
duduk atau buang air besar. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: 6
Konstipasi
Fatigue
6
3. Objektif / Dasar Diagnosis (1,2,5)
Anamnesis
Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut yang memburuk
sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa
nyaman. Rasa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menduduk. Abses dapat
terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali mengandung
sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak superficial, maka
akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri memburuk dengan mengedan,
batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan abses, nyeri
Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri
abdomen bawah, serta deman. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula. 5
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang
terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
Pemeriksaan fisik
7
colok dubur. Dengan adanya obat anestesi, fistula dapat disuntikkan larutan peroksida
penggunaan visualisasi endoskopik (transrektal dan transanal) adalah cara terbaik untuk
Dengan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses dan fistula dapat
endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan kelainan perirektal
karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak terganggu. Evaluasi
secara endoskopik setelah pembedahan efektif untuk memeriksa respon pasien terhadap
Pemeriksaan Penunjang
mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien tertentu,
seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang rendah karena
memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang dapat disebabkan dari
abses anorektal. Dalam kasus tersebut, evaluasi laboratorium lengkap adalah penting.9
8
Clotting Time 3’30” 1-9 Menit
Bleeding Time 1’30” 1-3 Menit
FUNGSI GINJAL
Ureum 46 10-50 Mg/dl
Creatinine 1.17 0.5-0.9 Mg/dl
1. Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm
Pre Op :
- Konsul Anestesi
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
- Inj Ranitidin 2 x 50 mg
Terapi Pulang :
9
- Ciprofloxcacyn 500mg 2 x 1 tab
sering merupakan cara yang paling tepat baik untuk mengkonfirmasi diagnosis serta
menyebabkan perluasan abses dan dapat mengancam nyawa apabila terjadi nekrosis
jaringan yang besar, atau bahkan septikemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi
selulitis luas atau apabila pasien immunocompromised, menderita diabetes mellitus, atau
memiliki penyakit katub jantung. Namun pemberian antibiotik secara tunggal bukan
merupaka penobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal atau perirektal. Luka
dibiarkan terbuka dan sitz bath dapat dimulai pada hari berikutnya.7
dengan peradangan sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik wajib diberikan.1
Prognosis
Jika tidak diobati abses perianal dapat mengakibatkan menjadi komplikasi serius
seperti sebagai gangren perineum dan sepsis. Sejumlah besar abses perianal akan
terulang dalam waktu satu atau dua tahun, terutama jika ada faktor predisposisi dan
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Steele SR, Kumar R, Feingold DL, Raferty JL, Buie D,. 2011. Practice Parameters
for the Management of Perianal Abscess and Fistula-in-Ano. Diseases of the colon
& rectum volume 54: 12 (2011)
3. S. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, EGC,
Jakarta
4. Smith SR, Pearce LE, Newton K. et al.2014. Internal dressings for healing perianal
abscess cavities. Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 7.
5. Woo Shin Jeong, Sung Youn Choi, Eun Haeng Jeong, et al. 2015.Perianal Abscess
and Proctitis by Klebsiella pneumoniae. Intestinal Research 2015;13(1):85-89
7. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004., Buku ajar ilmu Bedah. Edisi 2, Jakarta:
EGC
8. Prince SA dan Wilson LM, 2005. Patofisiologi konsep dasar penyakit edisi
keenam. Jakarta : EGC.
9. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Acus
Calpius.
11. Abhishek Mitra & Amitabh Yadav & Naimish Mehta.2015. Complicated Perianal
Sepsis. Indian J Surg (December 2015) 77(Suppl 3):S769–S77
11