Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS

Infeksi Saluran Kemih


Oleh :
Aldilla Faiza, dr.

PUSKESMAS LARANGAN
CIREBON
2015

CASE REPORT
KETERANGAN UMUM
Nama

: Nn. B

Umur

: 22 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum menikah

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Alamat

: Situpatok Cirebon

Tanggal Pemeriksaan : 15 Februari 2015


ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri perut bawah
Anamnesa Khusus :
Pasien datang ke poliklinik Puskesmas Larangan dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu, hilang timbul. Keluhan
dirasa terutama saat buang air kecil. Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk jarum.
Sebelumnya pasien sudah merasa keluhan ini sejak 3 bulan yang lalu, belum berobat
ke dokter karena dikatakan dapat sembuh sendiri. Keluhan disertai dengan sering
buang air kecil, dan perasaan tidak lampias saat buang air kecil
Keluhan tidak tidak disertai dengan demam,nyeri pinggang, mual dan muntah.
Pasien belum menikah, dan tidak ada riwayat berhubungan dengan pasangan dalam 3
bulan terakhir.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum

: Compos mentis, tampak sakit ringan

Tanda Vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: afebris

3
Kepala

: Mata

: anemis (-)

Hidung : sekret hidung (-)


Telinga : sekret telinga (-)
Mulut : faring : hiperemis (-), tonsil T1,T1.
Leher

: dalam batas normal

Thorax

:Cor/ BJ murni reguler. Murmur (-)


Pulmo/ VBS kiri= kanan. Rhonci (-), Wheezing (-)

Abdomen

: Supel, lembut. Bising usus (+) normal


PS/PP -/- , timpani
Hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Flank area : nyeri ketuk CVA-/Blas kesan kosong
Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas

: akral hangat

Pemeriksaan penunjang : Urinalisis


MAKROSKOPIS
Warna

: Kuning

Kejernihan

: Keruh

Bau

Berat Jenis

: 1,003

pH

: 5.0

MIKROSKOPIS
Eritrosit

: 0-2/LP

Lekosit

: 10-12/LP

Epitel

: 6-8/LP

Silinder

:-

Kristal

:-

Bakteri

: (+)

KIMIA URIN
Glukosa

:-

Keton

:-

Bilirubin

:-

Urobilinogen : Protein

:-

RINGKASAN/RESUME
Seorang pasien bernama Nn.B, usia 22 tahun, datang dengan keluhan utama
nyeri pada perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu. Frekuensi (+), dan perasaan
tidak lampias setelah buang air kecil. Nyeri pinggang (-), demam (-), mual/muntah (-).
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
urin, ditemukan adanya bukti-bukti infeksi saluran kemih yakni berupa warna urin
yang keruh, leukosituria, sel epitel positif, dan bakteriuria. Eritrosit ditemukan pada
urin namun tidak signifikan menunjukkan adanya infeksi kuman.
DIAGNOSA KERJA
Infeksi Saluran kemih ec. Cystitis
PENATALAKSANAAN
1. Umum :
- Edukasi : Perbanyak minum air putih, dan memperhatikan higienitas daerah
kemaluan.
2. Khusus
- Medikamentosa : TMP-SMX 2x960 mg selama 3 hari.
PROGNOSA

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

PEMBAHASAN

5
Pasien didiagnosis sisititis berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesa, ditemukan gejala utama berupa nyeri pada perut bagian bawah.
Berdasarkan anatominya, pada abdomen kuadran bawah terdapat struktur kandung
kemih, dan saluran reproduksi, sehingga gejala ini tidak menutup kemungkinan
adanya gangguan pada kedua organ tersebut. Hal lain yang menduking ke arah
diagnosis yaitu adanya gangguan miksi berupa frekuency dan tidak lampias setelah
buang air kecil. Kedua gejala ini merupakan gejala dari Lower urinary tract
syndrome.
Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya kelainan. Suhu pasien afebris,
tidak ditemukan nyeri ketuk sudut kostovertebra. Hal ini menunjukkan infeksi terjadi
pada saluran kemih bagian bawah..
Berdasarkan anatomisnya, infeksi saluran kemih terbagi menjadi 2 yakni ISK
atas (pyelonefritis), dan bawah (uretritis, sistitis). Pada ISK atas, infeksi menyerang
struktur ginjal. Secara umum, gejala pielonefritis akut berkembang lebih cepat dalam
beberapa jam/hari. Biasanya terdapat demam, nyeri pinggang, dan beberapa pasien
mengeluh adanya mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
takikardia, febris, dan nyeri ketuk kostovertebral. Pada ISK bawah, terbagi menjadi 2
yaitu uretritis dan sistitis. Pasien dengan sistitis biasanya mengeluhkan adanya disuria,
frekuensi, urgensi, dan nyeri suprapubis. Pada pemeriksaan urin pasien sistitis, urin
berwarna keruh dan berbau, dan kadang berwarna merah (hematuria) pada 30% kasus.
Untuk menunjang diagnosis ISK, diperlukan adanya pemeriksaan urin.
Penentuan jumlah dan tipe bakteri pada urin sebenarnya sangat penting dilakukan
untuk menunjang prosedur diagnostik. Pada pasien yang simtomatis, bakteri dapat
ditemukan dalam jumlah banyak (>10^5)/Ml). Berdasarkan literatur, bakteri yang
bermakna dikatakan jika terdapat jumlah bakteri >10^5 pada sampel urin tengah, dan
kateter urin. Jika pengambilannya berasal dari aspirasi suprapubis, berapapun jumlah
bakteri yang ditemukan, sudah dikatakan bermakna. Namun, terdapat beberapa
bakteri yang sulit ditemukan pada pemeriksaan sampel urin yang didapat dari urin
tengah. Pada sampel urin piuria, terdapat dua golongan bakteri yang sulit ditemukan
pada pemeriksaan. Golongan pertama yaitu low colony bacteria (10^2-10^4)
.Beberapa bakteri jenis ini contohnya adalah E.coli, S.saprophyticus, Klebsiella, dan
Proteus, bakteri-bakteri ini biasanya tidak memberikan hasil bermakna pada sampel
urin tengah ataupun kateter, sehingga biasanya hanya dapat ditemukan pada
pemeriksaan sampel urin suprapubis saja. Adapun bakteri yang bahkan sulit
ditemukan koloninya pada pemeriksaan urin suprapubis, bakteri tersebut biasanya

6
adalah yang menyebabkan penyakit infeksi menular seksual, seperti Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, dan virus herpes simplex.
Pada pasien, pemeriksaan urin ditemukan adanya pyuria (Lekosit urin 1015/LPB),dan bakteri (+). Eritrosit ditemukan dalam jumlah sedikit, hal ini tidak
terlalu bermakna walaupun sedikit menunjang ke arah infeksi saluran kemih. Hitung
koloni bakteri tidak dilakukan pada pemeriksaan urin karena tidak diperlukan,
mengingat arah diagnosis pasien adalah sistits non-komplikata, yang secara
epidemiologis, 90-95% penyebab bakteri adalah E.coli, dan bakteri STI
Pengobatan ISK sistitis terbagi menjadi dua yaitu non-medikamentosa dan
medikamentosa.

Secara

non

medikamentosa,pasien

sebaiknya

meningkatkan

konsumsi air putih secara rutin agar bakteri cepat dikeluarkan dari kandung kemih
melalui mekanisme flush out. Yang kedua yakni menjaga higienitas kemaluan,
seperti menjaga agar kemaluan tidak dalam kondisi lembap (mengeringkan daerah
kemaluan sehabis buang air kecil). Secara medikamentosa, pasien ISK sistitis non
komplikata merespon terhadap pengobatan antibiotik selama 3-5 hari. Penelitian
menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara tingkat kesembuhan pasien yang diobati
selama 7-10 hari dengan 3-5 hari. Pemilihan antibiotik yakni golongan sulfonamide
oral (TMP-SMX), dan quinolon. Rekurensi didefinisikan sebagai munculnya kuman
setelah lebih dari 2 minggu selesai pengobatan, infeksi dapat berasal dari infeksi
kuman dengan strain berbeda, ataupun strain kuman yang sama, hal ini disebabkan
karena kolonisasi kuman pada vagina dan flora rectal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harrison internal medicine

Anda mungkin juga menyukai