SKENARIO 1 :
INFEKSI SALURAN KEMIH
SKENARIO 1
1. Miksi adalah proses pengeluaran air kemih (urin) dari kandung memilih melalui uretra ke
meatus urinarius untuk dikeluarkan tubuh
2. Suprapubik adalah bagian perut yang berada di bawah pusar
3. Leukosit esterase adalah suatu parameter yang lazim ikut dikeluarkan pada pemeriksaan
urin rutin. LE menandakan terdapatnya sel darah putih dalam air seni paling sering
karena ISK.
4. Pemeriksaan urinalisis makroskopis merupakan salah satu jenis urinalisis yang dilakukan
untuk melihat volume, warna, kejernihan, dan bau pada urin.
5. Pemeriksaan mikroskopis urin adalah pemeriksaan sedimen urin, Hasil yang ditemukan
dapat berupa unsur-unsur organik (seperti sel epitel, leukosit, eritrosit, oval fat bodies,
spermatozoa dan mikroorganisme.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Definisi ISK
2. Etiologi ISK
3. Patofisiologi ISK
4. Gejala Klinis ISK
5. Pemeriksaan fisik & penunjang ISK
6. Diagnosis ISK
7. Tatalaksana ISK
8. Komplikasi ISK
9. Prognosis ISK
DEFINISI ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang menyerang pria dan wanita walaupun saluran kemih normalnya
bebas dari pertumbuhan bakteri, bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK. ISK
terbagi menjadi 2, yaitu :
a. ISK bawah :
• Perempuan : sistitis (disertai bakteriuria bermakna) dan sindrom uretra akan (tanpa mikroorganisme. Penelitian
terkini SUA disebabkan MO aerobik)
• Pria : sistitis, prostatitis, epididimitis, dan uretritis
b. ISK atas :
• Pielonefritis akut (inflamasi parenkim ginjal = infeksi bakteri)
• Pielonefritis kronis (infeksi bakteri berkepanjangan/sejak kecil)
Sumber:
• Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. 2015. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI).
Edisi 2.
• Sukandar, E. 2014. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ilmu Penyakit Dalam. FKUI
ETIOLOGI ISK
Pada kebanyakan kasus ISK, bakteri menginfeksi berbagai bagian anatomi saluran kemih melalui uretra menuju
vesika urinaria atau bahkan berlanjut sampai ke ginjal. Namun bakteri belum tentu menimbulkan reaksi inflamasi jika
tidak ada faktor inang, patogen, dan lingkungan yang mendukung. Contohnya: Bakteri yang masuk melalui uretra
belum tentu dapat menimbulkan infeksi bergejala. Hal ini dikarenakan aliran urin yang lancar/normal akan membuang
bakteri tersebut keluar sehingga kolonisasi bakteri tidak terjadi. Infeksi bergejala dapat terjadi jika ada benda asing
(contohnya: Batu ginjal, kateter) yang menghambat aliran urin dan bertindak sebagai tempat kolonisasi bakteri.
Mikturisi yang abnormal dan atau peningkatan volume residu urin abnormal dapat meningkatkan resiko infeksi.
Bakteri juga dapat memasuki saluran kemih melalui aliran darah. Namun, penyebaran hematogen ini hanya
teridentifikasi pada <2% kasus ISK yang terdokumentasi. dan biasanya disebabkan oleh bakteremia yang disebabkan
oleh Salmonella dan S. aureus. Infeksi hematogen dapat menyebabkan abses atau pielonefritis di dalam ginjal dan
menghasilkan kultur urin yang positif.
Tes awal:
• Dipstick/urinalisis (UA) urin
• Leukosit esterase ( jika +, ++, +++) menandakan leukosit dalam urin
• Nitrit meningkat (jika Pos) menandakan bakteri gram-negatif dalam urin
• pH urin (penanda Proteus dalam urin)
• Hematuria (penanda eritrosit dalam urin)
Analisis mikroskopis (lebih akurat dari tes awal):
• Piuria (jika ada > 5 sel darah putih/hpf)
• Bakteriuria (jika ada 1 organisme/hpf = 106 organisme/mL)
Tes paling akurat (standar emas):
• Kultur urin (jika ada > 105 CFU/mL.)
• Semua pasien dengan komorbid, pasien dengan anomali saluran kemih, pasien dengan instrumentasi saluran kemih,
pasien yang dijadwalkan untuk operasi saluran kemih, pasien yang dijadwalkan transplantasi ginjal anak-anak, wanita
hamil, pria dewasa.
• Gunakan kateter untuk mendapatkan sampel pada pasien yang tidak dapat menggunakan toilet agar menghindari
kontaminasi sampel urin.
Sumber:
• FIRST AID for the USMLE STEP 2 CLINICAL KNOWLEDGE 20th Ed. 2020
• KAPLAN MEDICAL USMLE STEP 2 CK Lecture Notes 2021
DIAGNOSIS ISK
•
1. Anamnesa
•
Anamnesa Gambaran klinis dari infeksi saluran kemih ada yg tanpa gejala dan ada juga yg menunjukan gejala yang
sangat berat akibat kerusakan pada organ- organ tertentu.
•
2. Pemeriksaan Fisik
•
a. pemeriksaan tanda-tanda vital
•
b. palpasi : Nyeri tekan pada area simpisis atau abdominal, nyeri ketok costovertebrae
•
3. Pemeriksaan Penunjang
•
a. Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, Kultur Urin
•
b. USG, Radiografi, Foto Polos Abdomen untuk melihat ada atau tidaknya batu ginjal
•
sumber: Purnomo, B. 2008. Dasar-Dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia, Jakarta: Segung Seto, 35-40 dan Buku IPD
TATALAKSANA ISK
1. Sistitis akut non komplikata. pilihan antibiotik per oral antara lain:
a. Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 3 hari
b. Siprofloksasin 2 x 250 mg selama 3 hari
c. Nitrofurantoin 2 x 100 mg selama 7 hari
d. Co-amoxiclav 2 x 625 mg selama 7 hari
2. Sistitis akut rekuren pada perempuan, diperlukan antibiotik profilaksis untuk pencegahan:
e. Nitrofurantoin 50 mg/hari
f. Kotrimoksazol 240 mg/hari atau 3 x seminggu
g. Apabila terjadi infeksi di tengah masa profilaksis dapat diberikan siprofloksasin 125 mg/hari
5. bakteriuria asimtomatik
a. tatalaksana sana hanya diberikan pada perempuan hamil sebelum tindakan
bedah urologi dan setelah transplantasi ginjal
7. ISK pada pasien diabetes diobati dengan medikamentosa atau terapi pembedahan
Terdiri dari 2 :
Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam Ed. 6 jilid 1. Editor; Siti setiati. Penerbit Internal publishing, 2014
PROGNOSIS ISK
Sistitis merupakan faktor risiko untuk penyakit sistitis rekuren/berulang dan pielonefritis.
Bakteriuria asimtomatik yang umumnya terjadi pada pasien lanjut usia dan pasien dengan pemasangan
kateter tidak meningkatkan risiko kematian.
Tidak adanya refluks, infeksi rekuren, menurunkan resiko terjadinya pielonefritis kronis
atau gagal ginjal. Selain itu, infeksi tidak memainkan peran utama
pada nefritis interstisial kronis; faktor etiologi utama dalam hal ini
kondisi adalah penyalahgunaan analgesik, obstruksi, refluks, dan paparan toksin. Di hadapan kelainan ginjal
yang mendasarinya (terutama
menghalangi batu), infeksi sebagai faktor sekunder dapat mempercepat gangguan ginjal
kerusakan parenkim.
Penggunaan kateter jangka panjang meningkatkan resiko terjadinya kanker kandung kemih, Salah satu
penjelasan mengapa hal ini bisa terjadi dikarenakan kondisi bakteriuria kronis pasien yang secara langsung
mengakibatkan peradangan kronis.
Q&A Session