Anda di halaman 1dari 20

PLENO KELOMPOK 7

SKENARIO 1 :
INFEKSI SALURAN KEMIH
SKENARIO 1

NYERI SAAT BAK


Tono berusia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri saat buang air
kecil (BAK), keluhan ini dialaminya sejak satu hari yang lalu. Nyeri dirasakan saat
miksi, serta urin keluar sedikit-sedikit. Tono juga mengeluh demam dalam satu
hari ini. Tono seorang Sopir BUS Lintas Sumatra. Saat dalam perjalanan sering
menahan BAK karena enggan berhenti sebentar-sebentar dalam perjalanan.
Dokter melakukan pemeriksaan tanda vital, didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 100 x/menit, suhu 38.5°C. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
adanya nyeri tekan daerah suprapubik. Hasil pemeriksaan urinalisis makroskopis
warna kencing keruh, leukosit esterase (+), 15 per-lapangan pandang, kristal (-).
Dari mikroskopis urinalisa didapatkan Leukosit 10 pemeriksaan darah rutin
didapat leukosit darah 14.000/uL. Sebagai mahasiswa kedokteran, bagaimana
Anda menganalisis skenario di atas?
IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Miksi adalah proses pengeluaran air kemih (urin) dari kandung memilih melalui uretra ke
meatus urinarius untuk dikeluarkan tubuh
2. Suprapubik adalah bagian perut yang berada di bawah pusar
3. Leukosit esterase adalah suatu parameter yang lazim ikut dikeluarkan pada pemeriksaan
urin rutin. LE menandakan terdapatnya sel darah putih dalam air seni paling sering
karena ISK.
4. Pemeriksaan urinalisis makroskopis merupakan salah satu jenis urinalisis yang dilakukan
untuk melihat volume, warna, kejernihan, dan bau pada urin.
5. Pemeriksaan mikroskopis urin adalah pemeriksaan sedimen urin, Hasil yang ditemukan
dapat berupa unsur-unsur organik (seperti sel epitel, leukosit, eritrosit, oval fat bodies,
spermatozoa dan mikroorganisme.
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa urin berwarna keruh?


2. Mengapa adanya peningkatan leukosit pada darah?
3. Apa yang menyebabkan nyeri pada saat BAK?
4. Apa hubungannya menahan BAK dengan keluhan yang dialami pasien?
5. Apa yang menyebabkan leukosit esterase positif?
6. Mengapa bisa nyeri suprapubik?
7. Apa tujuan dilakukan pemeriksaan leukosit urin?
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa urin berwarna keruh?


Asupan cairan yang kurang dapat menyebabkan kadar bilirubin dalam urin meningkat dan membuat urin
lebih terlihat keruh. Urin yang keruh juga bisa diakibatkan oleh akumulasi zat sisa sistem imun yang melawan
bakteri. Zat sisa tersebut bercampur dengan urin dan memberikan perubahan warna lebih keruh pada u rin.

2. Mengapa adanya peningkatan leukosit pada darah?


Ketika tubuh mengalami infeksi, kadar leukosit dalam darah akan meningkat sebagai respon perlawanan terhadap benda
asing yang masuk ke tubuh seperti, virus, bakteri, parasit dan lain-lain. Pada SK peningkatan leukosit menjadi indikasi sedang
terjadinya infeksi. Selain karena infeksi, peningkatan leukosit juga dapat terjadi akibat efek samping obat dan gangguan sistem
imun.

3. Apa yang menyebabkan nyeri pada saat BAK?


Penyebab nyeri adalah peradangan, Dorongan urin melewati saluran kemih yang membengkak akan
menghasilkan gesekan yang terasa nyeri saat BAK.
IDENTIFIKASI MASALAH
4. Apa hubungannya menahan BAK dengan keluhan yang dialami pasien?
Kebiasaan menahan buang air kecil dapat meningkatkan jumlah bakteri di kandung kemih, sehingga dapat
menimbulkan infeksi. Selain itu juga dapat menyebabkan pembengkakan kandung kemih yang membuat kandung
kemih menjadi sensitif dan sensor menjadi terlalu aktif. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala seperti nyeri
saat BAK, urine berwarna keruh, serta sering buang air kecil namun urine yang dikeluarkan sedikit.
5. Apa yang menyebabkan leukosit esterase positif?
Leukocyte esterase (LE) adalah enzim yang diproduksi oleh leukosit (sel darah putih). hasil positif pada uji dipstick
menunjukkan bahwa ada sel darah putih yang terkandung dalam urin dan dapat mengindikasikan infeksi saluran kemih (ISK).

6. Mengapa bisa nyeri suprapubik?


Nyeri suprapubik, kemungkinan akibat akumulasi urin berlebih atau adanya peradangan pada organ yang berada
di area suprapubik, dan kemungkinan besar adalah vesika urinaria atau buli-buli

7. Apa tujuan pemeriksaan leukosit urine?


Pemeriksaan leukosit urin merupakan salah satu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam urinalisis. Di mana
pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu penegakan diagnosis seperti penapisan penyakit asimtomatik,
kongenital, memantau perkembangan penyakit serta keefektivitasan pengobatan. Jika didapatkan kadar leukosit
urin meningkat dapat menjadi tanda bahwa terdapat infeksi pada saluran kemih
STRUKTURISASI
LEARNING OBJECTIVE

1. Definisi ISK
2. Etiologi ISK
3. Patofisiologi ISK
4. Gejala Klinis ISK
5. Pemeriksaan fisik & penunjang ISK
6. Diagnosis ISK
7. Tatalaksana ISK
8. Komplikasi ISK
9. Prognosis ISK
DEFINISI ISK

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang menyerang pria dan wanita walaupun saluran kemih normalnya
bebas dari pertumbuhan bakteri, bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK. ISK
terbagi menjadi 2, yaitu :
a. ISK bawah :
• Perempuan : sistitis (disertai bakteriuria bermakna) dan sindrom uretra akan (tanpa mikroorganisme. Penelitian
terkini SUA disebabkan MO aerobik)
• Pria : sistitis, prostatitis, epididimitis, dan uretritis
b. ISK atas :
• Pielonefritis akut (inflamasi parenkim ginjal = infeksi bakteri)
• Pielonefritis kronis (infeksi bakteri berkepanjangan/sejak kecil)

Sumber:
• Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. 2015. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI).
Edisi 2.
• Sukandar, E. 2014. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ilmu Penyakit Dalam. FKUI
ETIOLOGI ISK

Umumnya ISK disebabkan oleh :


1. E.colli yang merupakan mikroorganisme yang paling sering diisolasi dari pasien ISK dengan infeksi
simtomatik maupun asimtomatik
2. Mikroorganisme lain yang ditemukan adalah proteus sp, klebsiella sp, dan staphylococcus aureus
dengan koagulase negatif
3. Infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas jarang ditemukan kecuali pasca kateterisasi

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. 6. Jilid II


PATOFISIOLOGI ISK

Pada kebanyakan kasus ISK, bakteri menginfeksi berbagai bagian anatomi saluran kemih melalui uretra menuju
vesika urinaria atau bahkan berlanjut sampai ke ginjal. Namun bakteri belum tentu menimbulkan reaksi inflamasi jika
tidak ada faktor inang, patogen, dan lingkungan yang mendukung. Contohnya: Bakteri yang masuk melalui uretra
belum tentu dapat menimbulkan infeksi bergejala. Hal ini dikarenakan aliran urin yang lancar/normal akan membuang
bakteri tersebut keluar sehingga kolonisasi bakteri tidak terjadi. Infeksi bergejala dapat terjadi jika ada benda asing
(contohnya: Batu ginjal, kateter) yang menghambat aliran urin dan bertindak sebagai tempat kolonisasi bakteri.
Mikturisi yang abnormal dan atau peningkatan volume residu urin abnormal dapat meningkatkan resiko infeksi.

Bakteri juga dapat memasuki saluran kemih melalui aliran darah. Namun, penyebaran hematogen ini hanya
teridentifikasi pada <2% kasus ISK yang terdokumentasi. dan biasanya disebabkan oleh bakteremia yang disebabkan
oleh Salmonella dan S. aureus. Infeksi hematogen dapat menyebabkan abses atau pielonefritis di dalam ginjal dan
menghasilkan kultur urin yang positif.

Sumber: Harrison's Principles of Internal Medicine, 20th Edition


GEJALA KLINIS ISK

Sumber: Gejala klinis.


Sukandar, E. 2014. Infeksi
Saluran Kemih Pasien Dewasa.
Buku Ilmu Penyakit Dalam.
FKUI
PEMERIKSAAN FISIK ISK

Pemeriksaaan tanda-tanda lokal: Nyeri tekan suprasimpisis atau abdominal,


nyeri ketok costovertebrae. Adanya kelainan genitalia seperti fimosis, retensi
smegma, sinekia vulva, kelainan kongenital anorektal dengan kemungkinan
fistulasi ke sistem urogenital.

Sumber: Purnomo, B. B., 2008. Dasar-dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia. In:


Jakarta: CV Sagung Seto, pp. 35-40.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ISK

Tes awal:
• Dipstick/urinalisis (UA) urin
• Leukosit esterase ( jika +, ++, +++) menandakan leukosit dalam urin
• Nitrit meningkat (jika Pos) menandakan bakteri gram-negatif dalam urin
• pH urin (penanda Proteus dalam urin)
• Hematuria (penanda eritrosit dalam urin)
Analisis mikroskopis (lebih akurat dari tes awal):
• Piuria (jika ada > 5 sel darah putih/hpf)
• Bakteriuria (jika ada 1 organisme/hpf = 106 organisme/mL)
Tes paling akurat (standar emas):
• Kultur urin (jika ada > 105 CFU/mL.)

• Semua pasien dengan komorbid, pasien dengan anomali saluran kemih, pasien dengan instrumentasi saluran kemih,
pasien yang dijadwalkan untuk operasi saluran kemih, pasien yang dijadwalkan transplantasi ginjal anak-anak, wanita
hamil, pria dewasa.
• Gunakan kateter untuk mendapatkan sampel pada pasien yang tidak dapat menggunakan toilet agar menghindari
kontaminasi sampel urin.
Sumber:
• FIRST AID for the USMLE STEP 2 CLINICAL KNOWLEDGE 20th Ed. 2020
• KAPLAN MEDICAL USMLE STEP 2 CK Lecture Notes 2021
DIAGNOSIS ISK


1. Anamnesa

Anamnesa Gambaran klinis dari infeksi saluran kemih ada yg tanpa gejala dan ada juga yg menunjukan gejala yang
sangat berat akibat kerusakan pada organ- organ tertentu.


2. Pemeriksaan Fisik

a. pemeriksaan tanda-tanda vital

b. palpasi : Nyeri tekan pada area simpisis atau abdominal, nyeri ketok costovertebrae


3. Pemeriksaan Penunjang

a. Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, Kultur Urin

b. USG, Radiografi, Foto Polos Abdomen untuk melihat ada atau tidaknya batu ginjal


sumber: Purnomo, B. 2008. Dasar-Dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia, Jakarta: Segung Seto, 35-40 dan Buku IPD
TATALAKSANA ISK

1. Sistitis akut non komplikata. pilihan antibiotik per oral antara lain:
a. Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 3 hari
b. Siprofloksasin 2 x 250 mg selama 3 hari
c. Nitrofurantoin 2 x 100 mg selama 7 hari
d. Co-amoxiclav 2 x 625 mg selama 7 hari

2. Sistitis akut rekuren pada perempuan, diperlukan antibiotik profilaksis untuk pencegahan:
e. Nitrofurantoin 50 mg/hari
f. Kotrimoksazol 240 mg/hari atau 3 x seminggu
g. Apabila terjadi infeksi di tengah masa profilaksis dapat diberikan siprofloksasin 125 mg/hari

3. Pielonefritis akut non komplikata


h. Indikasi rawat adanya tanda-tanda toksisitas sistemik, tidak mampu minum obat antibiotik oral. antibiotik
parenteral pilihan 1 x 1 gram atau levofloksasin 4 x 500 mg atau siprofloksasin 2 x 400 mg selama 7-14 hari

4. ISK pada laki-laki


i. Kotrimoksazol atau siprofloksasin selama 7 hari
TATALAKSANA ISK

5. bakteriuria asimtomatik
a. tatalaksana sana hanya diberikan pada perempuan hamil sebelum tindakan
bedah urologi dan setelah transplantasi ginjal

6. ISK pada perempuan hamil


a. co-amoxiclav, nitrofurantoin, sefalosporin oral, atau fosfomisin dosis tunggal
b. pielonefritis: antibiotik IV sampai pasien afebris selama 24 jam diikuti terapi oral
10-14 hari
c. Antibiotik kontraindikasi: sulfonamid dan kuinolon

7. ISK pada pasien diabetes diobati dengan medikamentosa atau terapi pembedahan

Sumber: Kapita Selekta Kedokteran UI, Edisi IV, Jilid II.


KOMPLIKASI ISK
Komplikasi ISK

Terdiri dari 2 :

1. ISK sederhana (uncomplicated)


Seperti sistitis non obstruksi dan bukan pada wanita hamil, jenis ISK termasuk penyakit ringan (self
limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka panjang.

2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)


• ISK selama kehamilan
• Dapat beresiko terjadinya anemia, pielonefritis, retardasi mental pada bayi, bayi prematur serta
pertumbuhan bayi lambat.
• ISK pada diabetes melitus
• Komplikasi: emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies candida dan infeksi gram
negatif lainnya.

Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam Ed. 6 jilid 1. Editor; Siti setiati. Penerbit Internal publishing, 2014
PROGNOSIS ISK
Sistitis merupakan faktor risiko untuk penyakit sistitis rekuren/berulang dan pielonefritis.

Bakteriuria asimtomatik yang umumnya terjadi pada pasien lanjut usia dan pasien dengan pemasangan
kateter tidak meningkatkan risiko kematian.

Tidak adanya refluks, infeksi rekuren, menurunkan resiko terjadinya pielonefritis kronis
atau gagal ginjal. Selain itu, infeksi tidak memainkan peran utama
pada nefritis interstisial kronis; faktor etiologi utama dalam hal ini
kondisi adalah penyalahgunaan analgesik, obstruksi, refluks, dan paparan toksin. Di hadapan kelainan ginjal
yang mendasarinya (terutama
menghalangi batu), infeksi sebagai faktor sekunder dapat mempercepat gangguan ginjal
kerusakan parenkim.

Penggunaan kateter jangka panjang meningkatkan resiko terjadinya kanker kandung kemih, Salah satu
penjelasan mengapa hal ini bisa terjadi dikarenakan kondisi bakteriuria kronis pasien yang secara langsung
mengakibatkan peradangan kronis.
Q&A Session

Anda mungkin juga menyukai