Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Gambaran Radiografi Appendisitis akut pada pasien laki- laki berusia 31 tahun
Disusun oleh:

Maria Herawati Epu

112020009

Pembimbing:

dr. Imelda Tobing, Sp.Rad


KEPANITRAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA JAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

PERIODE 23 Mei – 25 Juni 2022


Identitas Pasien
o Nama : Tn. MR
o Umur : 31 tahun
o Jenis kelamin : laki- laki
o Tanggal lahir : 1 mei 1991
o Status : Menikah
o Agama : Islam
o Pekerjaan : Karyawan
o Tanggal masuk : 8 Juni 2022
ANAMNESIS
o Anamnesis : Auto-anamnesis
o Waktu : Kamis, 9 juni 2022
o Pukul : 13.15 WIB

Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan tambahan
Pasien merasakan pusing, lemas, nyeri ulu hati, demam, mual dan muntah sebanyak 4 kali.

Riwayat Penyakit Sekarang:


2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan mual dan muntah sebanyak 4 kali. Muntah
yang dialami pasien tidah bercampur darah. Pasien juga merasakan lemas dan nyeri pada ulu
hati. 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami nyeri pada perut kanan bawah. Nyeri
pada perut kanan bawah baru dirasakan sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal seperti
ini. Nyeri pada perut kanan bawah disertai dengan demam. Pasien mengatakan tidak mengukur
demamnya menggunakan thermometer.
Riwayat Penyakit Dahulu:-
R i w a y a t P e n y a k i t K e l u a r g a tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi: pasien adalah peserta BPJS Kesehatan
Riwayat pribadi
Pasien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayur dan buah-buahan. Pasien juga
mengatakan sering makan makanan yang pedes.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 118/64 mmHg

Nadi : 80x/menit, regular, teraba kuat

Suhu : 36,1 oC

Pernapasan : 18 x/menit

 
Kulit : warna kulit sawo matang, turgor cukup

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : congjungtiva bening, sklera putih, pupil bulat, isokor diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)

Telinga : simetris, serumen (+/+) dalam batas normal

Hidung : bentuk normal, septum ditengah, selaput mukosa basah

Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tonsil dalam batas normal

Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena

jugularis tidak meningkat


Thorax

Jantung : ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak

ada suara tambahan

Paru-paru : tidak ada ketinggalan gerak, vocal fremitus kanan kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapang paru,

suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, suara dasar lapang paru, tidak ada suara tambahan
Abdomen

Inspeksi : pada abdomen tampak datal dan sklera tampak ikterik

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada regio kanan bawah

Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen

Auskultasi : bising usus meningkat

Ekstermitas

Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, tonus otot cukup

Inferior : deformitas (-), jari tubuh (-), pucat (-), sianosis (-), edema (-), tonus otot cukup
Laboratorium Rutin
Tanggal Hematologi
8/06/2022 Darah rutin
Hemoglobin :15.9 g/dL
Jumlah leukosit : 15.13 10^3/ µL
Hematokrit :43,8 %
Jumlah trombosit :241 10^3/ µL
Kimia klinik
Elektrolit
Natrium (Na) :140 mEq/L
Kalium (K) :3.78 mEq/L
Klorida (Cl) :106 mEq/L
SGPT (ALT) :20 U/L
Ureum :18.1 mg/dL
Kreatinin :1.06 mg/dL
Glukosa sewaktu :123 mg/dL
Laboratorium Rutin
Tanggal URINALISA
8/06/2022 Urin Lengkap
Makroskopis Mikroskopis
Warna : kuning Leukosit : 2-4
Kekeruhan : keruh Eritrosit : 1-2
Berat jenis : 1.030 Silinder : (-) Negatif
pH : 6.0 Sel epitel : 1+
Protein : 2+ Kristal : (-) Negatif
Glukosa : (-) Negatif Bakteria : 1+
Keton : 1+ Jamur : (-) Negatif
Bilirubin : (-) Negatif
Darah samar : (-) Negatif
Leukosit esterase : (-) Negatif
Nitrit : (-) Negatif
Urobilinogen : 0.2
USG
Tanggal
9/06/2022
Kesan:
o Sugestif gambaran apendisitis akut
o Fluid collection di abdomen kanan bawah dan regio pelvis
o Tidak tampak kelainan USG pada organ-organ abdomen lainnya yang tervisualisasi

Diagnosis
Apendisitis akut
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Anatomi
Fisiologi
 Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.

 Appendiks dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif mensekresikan Imunoglobulin A (IgA).

 Walaupun appendiks merupakan komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT),

imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri,

netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.
Histologi
a. Tunika Mukosa
b. Tunika Submukosa
Tebal, biasanya mengandung sel-sel lemak dan infiltrasi
limfosit yang merata. Di dalam jariangan tunica submucosa
terdapat anyaman pembuluh darah dan saraf.
c. Tunika Muskularis
d. Tunika Serosa
Tunica serosanya mempunyai struktur yang tidak pada
intestinum tenue.
ETIOLOGI
Faktor Sumbatan
Faktor obstruksi (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% Faktor Bakteri
hiperplasia jaringan limfoid Infeksi enterogen →adanya fekalith dalam lumen
submukosa,35% karena stasis apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
fekal, 4% karena benda asing memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan
dan sebab lainnya 1% stagnasi feses dalam lumen apendiks.
diantaranya sumbatan oleh
parasit dan cacing.

Faktor konstipasi dan pemakaian


Ras & Diet laksatif
Menaikkan tekanan intrasekal → timbulnya
kebiasaan dan pola makan sehari-hari.
sumbatan fungsional apendiks →
meningkatkan kuman flora kolon
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis

 Nyeri abdominal

 Mual-muntah biasanya pada fase awal

 Nafsu makan menurun (anoreksia)

 Demam
Diagnosis Apendisitis
Anamnesis

Untuk menegakkan diagnosis pada apendisitis didasarkan atas anamnesis ditambah dengan pemeriksaan laboratorium
sarta pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala appendisitis ditegakkan dengan anamnesis, ada 4 hal penting yaitu :

o Nyeri mula – mula di epigastrium ( nyeri visceral ) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan
bawah.

o Muntah oleh karena nyeri visceral

o Demam

o Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan
pada daerah perut.

 
Diagnosis Apendisitis
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Khusus

 Rovsing sign
 Inspeksi  Blumberg Sign
Palpasi pada kuadran kiri bawah atau kolateral dari yang sakit
 Palpasi kemudian dilepaskan tiba-tiba, akan terasa nyeri pada kuadran
kanan bawah
-  Nyeri tekan (+) Mc.
Psoas Sign
Burney, nyeri lepas (+),
defens muscular (+)

 Perkusi: nyeri ketuk (+)


Pemeriksaan penunjang
leukositosi ringan ( 10.000 – 18.000/mm3) yang didominasi >75% oleh sel
Pemeriksaan Polimorfonuklear (PMN), netrofil (shift to the left) dimana terjadi pada 90%
darah pasien.

Pemeriksaan melihat adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam


urin urin.

C- reaktif protein. Kadar serum mulai meningkat pada 6-12 jam


Lab lain
setelah inflamasi jaringan.

Foto polos
abdomen
Pemeriksaan penunjang
Foto polos
USG
abdomen
Pemeriksaan penunjang
Barium enema
 Keterangan Alvarado score

Skoring Apendiks Interpretasi dari


Modified Alvarado Score :

1–4 sangat mungkin


bukan appendisitis akut

5–
7 sangat mungkin
appendisitis akut

8 – 10pasti
appendisitis akut

 Penanganan berdasarkan skor


Alvarado
1–4 :
observasi

5–7 :
antibiotik
Komplikasi Apendiks
- Apendikular infiltrat : infiltrat atau massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari appendiks yang

meradang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus atau usus besar.

- Apendikular abses : abses yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari appendiks yang meradang kemudian

ditutupi oleh omentum, usus halus atau usus besar.

- Perforasi : gejalanya ialah nyeri berat dan demam >38,3 0C

- Peritonitis : peritonitis lokal dihasilkan dari perforasi gangren appendiks, yang kemudian dapat menyebar ke seluruh

rongga peritoneum. Gejalanya ialah : peningkatan kekakuan otot abdomen, distensi abdominal dan demam tinggi.
Tatalaksana Apendiks
Terapi Non-Operatif
 Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk appendisitis akut bagi mereka yang sulit
mendapatkan intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memiliki resiko tinggi
untuk dilakukan operasi.
 
Terapi Operatif

1) Open Appendectomy
2) Laparoscopic Appendectomy
Laparoscopic dapat dipakai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek
appendisitis akut.
Prognosis Apendiks
Mortalitas adalah 0,1% jika appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika pecah pada orang tua. Kematian biasanya akibat

dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi. Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi terjadi dan dengan

antibiotik yang adekuat. Morbiditas meningkat seiring dengan perforasi dan usia
Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks vermicularis, dan merupakan penyebab akut abdomen yang

paling sering terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Insiden pada laki-laki dan perempuan umumnya seimbang, kecuali

pada umur 20-30 tahun, didapatkan insiden lebih tinggi pada laki-laki. Apendisitis disebabkan karena adanya obstruksi

pada lumen appendiks sehingga terjadi kongesti vaskuler, iskemik, nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Gejala awal yang

khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar 

umbilikus atau periumbilikalis.


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai