Anda di halaman 1dari 39

Presentasi Kasus

Kolelitiasis dan Adenokarsinoma Endometrium pada Pasien


Perempuan Berusia 66 Tahun
Dosen Pembimbing :
dr. Imelda Tobing, Sp.Rad 

Disusun oleh :
Riama Sihombing (112020002)

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN UKRIDA
PERIODE 23 MEI – 25 JUNI 2022
Identitas
• Nama : Ny. W
• Umur : 66 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Tanggal lahir: 27 Juni 1955
• Status: Menikah
• Agama : Islam
• Alamat : Jakarta Utara
• Tanggal masuk : 31 Mei 2022
• Tanggal periksa : 7 Juni 2022
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama : Nyeri perut dan tidak BAB sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan : mual dan muntah +, 5 kali hari ini, terdapat benjolan di perut kanan.
RPS : Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan nyeri perut dan tidak BAB sejak 1 hari SMRS.
Terdapat keluhan keluar cairan kemerahan dari vagina, terjadi secara terus menerus. Pasien mual
dan muntah sebanyak 5 kali HMRS dan terdapat benjolan di perut kanan dari 4 tahun yang lalu serta
perut semakin membesar.
RPD : riwayat keluhan serupa, tekanan darah tinggi, dm.
RPK : disangkal
Riwayat operasi : kuretase
Status Generalis
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang
•Kesadaran : Compos mentis
•Tanda-tanda vital : TD: 182/99 mmHg, N: 97 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 36,7 °C
•Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
•Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
•Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+).
• Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (+/+) dalam batas normal.
• Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, selaput mukosa basah.
• Mulut : Gigi lengkap, bibir tidak pucat, tonsil T1-T1.
• Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena
jugularis tidak meningkat.
Thorax
• Jantung : Ictus cordis tidak tampak, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada
suara tambahan.
• Paru-paru : Gerak napas simetris, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor
seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
Abdomen
Inspeksi : Tampak benjolan di perut sebelah kanan
Auskultasi: Bising usus dalam batas normal.
Perkusi : Timpani
Palpasi : terdapat massa di perut kanan, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Superior : Tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : Pitting oedema (-), deformitas (-), pucat (-), sianosis (-)

Status Urologis : tidak dilakukan


HEMATOLOGI
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 14.3 g/dL 12.5 - 16.0
Leukosit 16.48 10^3/µL 4.00 - 10.50
Hematokrit 41.0 % 37.0 – 47.0
Trombosit 346 10^3/µL 182 - 369
KIMIA KLINIK
31 Mei 2022 Gas Darah + Elektrolit
Analisa Gas darah
pH 7.573 7.350 – 7.450
pCO2 24.7 mmHg 32.0 – 45.0
pO2 85.1 mmHg 95.0 - 100.0
HCO3 23.0 mEq/L 21.0 – 28.8
Base Excess 0.8 mmol/L -2.5 - +2.5
02 Saturation 98.2 % 94.00 – 100.00
Elektrolit
Natrium (Na) 136 mEq/L 135 - 147
Kalium (K) 3.45 mEq/L 3.5 – 5.0
Klorida (Cl) 103 mEq/L 96 - 108

Troponin I Kuantitatif 0.004 mg/mL < 0.020


Ureum 27.5 mg/mL 16.6 – 48.5
Kreatinin 0.79 mg/mL 0.51 – 0.95
Glukosa Sewaktu 257 mg/mL 70 – 200
HEMATOLOGI
Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12.6 g/dL 12.5 - 16.0
Leukosit 12.47 10^3/µL 4.00 - 10.50
Hematokrit 37.9 % 37.0 – 47.0
Jumlah Trombosit 277 10^3/µL 182 - 369
Jumlah Eritrosit 4.37 Juta/uL 4.20 – 5.40
MCV 87 fL 78 – 100
MCH 29 pg 27 – 31
3 Juni 2022 MCHC 33 g/dL 32 – 36
RDW - CV 12.2 % 11.5 – 14.0
Laju Endap Darah 61 mm/jam 0 – 20
Hitung Jenis
Basofil 0.3 % 0.1 - 1.2
Eosinofil 2.1 % 0.7 – 5.8
Neutrofil 76.6 % 34.0 – 71.1
Limfosit 15.6 % 19.3 – 51.7
Monosit 5.4 % 4.7 – 12.5
NLR & ALC
NLR 4.91
ALC 1945 /uL
HEMOSTASIS
PT 9.8 detik 9.9 – 11.8
APTT 24.7 detik 31.0 – 47.0
KIMIA KLINIK
SGOT (AST) 18 U/L < 32
SGPT (ALT) 18 U/L < 33
SEROLOGI
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
0.12 s/co
HEPATITIS MARKER
Anti HCV
Anti HCV (analyzer) 0.08 S/CO < 1 : Non Reaktif
3 Juni 2022 Non Reaktif >=1 : Reaktif
HBSAG
HBSAG (analyzer) Non Reaktif Non Reaktif

KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 99 mg/dL 70 – 200

MIKROBIOLOGI
PCR SARS – Cov-2 (-) Negatif
KIMIA KLINIK
8 juni 2022
Bilirubin
Bilirubin Total 0.22 mg/dL < 0.9
Biliribun Direk 0.15 mg/dL < 0.3
Bilirubin Indirek 0.07 mg/dL < 0.75
Diagnosis :
P1A1 post menopause bleeding ec adenocarcinoma endometrial berdiferensiasi baik.

Rencana :
Rujuk ke spesialis onkologi
Rujuk ke spesialis obgyn

Penatalaksanaan : histerektomi total

Prognosis:
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Anatomi
Adenocarcinoma Endometrium
Definisi
• Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya dengan
diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh; juga merupakan
kanker ginekologi yang sering terjadi. Kanker endometrium merupakan kanker ginekologi yang
sering terjadi pada wanita setelah kanker payudara, kolon dan paru.
Epidemiologi dan Etiologi
• Kanker endometrium merupakan kasus malignansi ginekologi tertinggi dimana terdapat 319.605
kasus baru di seluruh dunia pada tahun 2012.4 Di Indonesia sendiri WHO pernah mencatat
bahwa kanker endometrium merupakan kanker peringkat ke enam terbanyak yang diderita
perempuan di Indonesia dengan insidens 6.745 pada tahun 2012.5 Usia penderita kanker
endometrium cenderung lebih muda, yaitu sebanyak 63,9% pada usia ≥50 tahun dan sebanyak
12,5% pada usia ≤40 tahun.
• Penyebab kanker endometrium belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya kanker endometrium seperti faktor reproduksi dan menstruasi; hormon;
kontrasepsi oral; obesitas, kondisi medis; ataupun faktor genetik, dimana gen pencetus dari
kanker endometrium yaitu MLH1, MSH2, MSH6.
Secara Histopatologi
• Secara histopatologi karsinoma endometrium dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu adenokarsinoma
tipe I yang memiliki karakteristik diferensiasi yang baik dan invasi secara superfisial, sensitif
terhadap progesteron dan memiliki prognostik yang baik. Adenokarsinoma endometrium tipe II
berdiferensiasi buruk dan memiliki tipe histopatologi yang agresif (clear cell, papiler serosa) dan
berinvasi hingga ke miometrium serta memiliki prognosis yang buruk.
Patogenesis
• Berbagai teori diajukan untuk mendasari terjadinya kanker endometrium, namun saat ini
hipotesis unopposed estrogen merupakan dasar kuat untuk menggambarkan proses patofisiologi
penyakit ini, dimana adanya dominasi kerja hormon estrogen pada endometrium oleh berbagai
penyebab baik endogen maupun eksogen memicu terjadinya mutasi gen pada sel-sel
endometrium yang dapat menimbulkan kanker.
• Ketidakseimbangan kerja estrogen yang mendasari terjadinya kanker endometrium dapat
disebabkan oleh beberapa faktor resiko diantaranya adalah faktor reproduksi seperti jumlah
paritas, menstruasi, penggunaan obat obatan seperti tamoxifen, pengaruh hormon seperti
penggunaan hormon reproduksi pasca menopause, gangguan hormon insulin, obesitas, kondisi
medis maupun faktor genetik, gaya hidup yang tidak sehat.
Manifestasi Klinis
• Sebagian besar keluhan utama yang diderita pasien kanker endometrium adalah
perdarahan abnormal pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan
intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause.
Grade Defenition

1 < 5% of a non squamous or nonmorular solid growth pattern

2 6 – 50% of a non squamous or nonmorular solid growth pattern

3 >50% of a non squamous or nonmorular solid growth pattern


Axial and sagittal T2 weighted and post contrast images demonstrating a polypoid
endometrial mass with myometrial invasion, confirmed as endometrial cancer on
biopsy.
USG uterus menunjukkan rongga
endometrium yang menebal USG menunjukkan rongga endometrium yang
menebal dengan cairan
Investigasi Yang Lain Akan Mencakup :
• Pada biopsi endometrium, tabung halus dimasukkan ke dalam rongga endometrium (tanpa
anestesi) untuk menyedot beberapa sampel jaringan endometrium untuk pemeriksaan
hispatologi. Pada histeroskopi, teleskop halus dimasukkan melalui serviks dan rongga uterus
untuk memvisualisasikan rongga endometrium. Biopsi dapat diambil dari area yang abnormal.
• Dilatasi dan Kuretase, sebuah alat yang halus dimasukkan ke dalam rongga endometrium untuk
mengikisi semua lapisan endometrium untuk penilaian/penaksiran. Cara ini biasanya dilakukan
dengan anestesi umum dan dapat dilakukan setelah laporskopi.
Penatalaksanaan
• Terapi medikamentosa : kemoterapi, hormon
• Radioterapi
• Pembedahan
Anatomi Kandung Empedu
• Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada keduaduanya. Penyakit batu
empedu (kolelitiasis) adalah salah satu penyakit gastrointestinal sering terjadi
meliputi 10 sampai 20% dari populasi dunia. Penyakit ini dapat terjadi sendiri
saja dan dengan komplikasi. Etiologi penyakit batu empedu masih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa faktor risiko yang sering ditemui pada kejadian kolelitiasis
dikenal dengan “6F” (Fat, Female, Forty, Fair, Fertile, Family history). Prevalensi
bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan etnis. Beberapa studi menunjukkan
bahwa prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia.8 Perempuan memiliki risiko
lebih besar daripada laki-laki, dimana didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi pada
perempuan. Faktor risiko lain adalah obesitas, diabetes, riwayat keluarga, paritas,
merokok, dan alkohol.
Patofisiologi

• Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di
dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid
membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi
(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan
berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang terbentuk
dalam kandung empedu, kemudian lama-kelamaan kristal tersebut bertambah ukuran,
beragregasi, melebur dan membentuk batu. Faktor motilitas kandung empedu, billiary
statis, dan kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan batu kandung
empedu.
Manifestasi Klinis

Penyakit batu empedu dapat terjadi simtomatik dan asimtomatik. Keluhan klinis yang
sering ditemukan adalah :
• Nyeri pada perut kanan atas
• Nyeri epigastrium
• Demam
• Ikterus
• Mual, muntah.
Diet Pasien Batu Empedu

• Makan sehat rendah lemak menurunkan gejala. Menurunkan makanan dengan kadar
gula tinggi, mengurangi makanan mengandung lemak hewani seperti margarin, keju,
daging berlemak, roti cakes, biskuit. Konsumsi lemak nabati pada minyak kelapa, minyak
zaitun, minyak bunga matahari dan sebagainya. Konsumsi tinggi, buah, sayur, biji
gandum. Minum cukup 2 liter perhari, air bisa teh herbal.
Komplikasi

• Kolesistitis
• Kolangitis
• Hidrops
• Empiema
Penatalaksanaan

• Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang
timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan
berlemak. Pilihan penatalaksanaan antara lain : kolesistektomi terbuka, kolesistektomi
laparoskopi.
Interpretasi dengan kasus yang ada :
Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan nyeri perut dan tidak BAB sejak 1 hari SMRS. Pasien mual
dan muntah sebanyak 5 kali HMRS dan terdapat benjolan di perut kanan dari 4 tahun yang lalu. Terdapat
juga keluhan keluar banyak cairan kemerahan dari vagina yang terjadi secara terus menerus. Riwayat
penyakit dahulu, keluhan yang serupa (+). Riwayat kuretase (+), di biopsi dan hasilnya menunjukkan
adenocarcinoma endometrium. Ada kemungkinan mengalami kekambuhan.
USG dilakukan pada pasien dengan kesan radiologi :
• Kolelitiasis multiple.
• Lesi solid ukuran 9,31 x 7,65 x 7,78 cm di regio pelvis.
• Lesi solid ukuran 6,74 x 4,34 x 6,57 di regio umbilicus.
Sonografi hepar, pankreas, aorta, lien, ginjal kanan – kiri, vesika urinaria normal.
Pasien pernah dilakukan kuretase dengan hasil adenocarcinoma endometrial sehingga pasien tersebut di
rujuk untuk tatalaksana lebih lanjut.
Kesimpulan

• Kanker endometrium adalah kanker yang tumbuh dari lapisan dalam rahim
(endometrium). Kanker endometrium biasanya terdeteksi dini karena muncul disertai
dengan pendarahan pervaginam yang abnormal. Diagnosis dapat diduga selama USG
transvaginal dan dikonfirmasi dengan biopsi endometrium. Pembedahan / operasi
(pengangkatan uterus dan ovarium) merupakan pengobatan utama. Pada stadium lanjut
pasien mungkin memerlukan radioterapi dan kemoterapi.
• Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada keduaduanya. Penyakit batu empedu
dapat terjadi simtomatik dan asimtomatik. Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu
dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan
menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Pilihan penatalaksanaan antara lain
kolesistektomi terbuka, kolesistektomi laparoskopi.

Anda mungkin juga menyukai