Dipresentasikan pada :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Oleh:
Dilakukan pemeriksaan penunjang darah lengkap dan kimia klinik yang diambil
dari arteri vena kubiti diambil sebanyak 6cc dan dikirim ke bagian Patologi Klinik dan
didapatkan hasil:
Diagnosis kerja pada pasien adalah follow up selulitis kruris et pedis dextra.
Pasien disarankan untuk opname, akan tetapi pasien menolak maka diberikan terapi
adalah amoksilin-asamklavulanat 625 mg tiap 8 jam intraoral, pemberian paracetamol
500mg tiap 6 jam sebagai antipiretik dan analgetik, gentamicin 1% krim pada ulkus tiap
12 jam topikal, dan kompres normal salin 0,9%, 3-4 kali perhari selama 15 menit
diberikan KIE cara perawatan luka yang baik.
PEMBAHASAN
Selulitis merupakan penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak yang mengenai dermis
hingga jaringan subkutan.Selulitis memiliki gejala klinis berupa kemerahan dengan
batas yang tidak tegas disertai dengan adanya nyeri, hangat pada perabaan serta dapat
terjadi edema pada kulit, dan pada beberapa kasus dapat disertai bula atau
nekrosis.Limfadenopati regional dapat terjadi.Selulitis juga dapat terjadi melalui
mikrolesi yang memungkinkan penetrasi bakteri.Dalam hal ini, imunitas tubuh
merupakan faktor yang berperan penting dalam terjadinya infeksi, dimana penurunan
status imun dapat meningkatkan kerentanan terjadinya infeksi.Beberapa hal yang
menjadi faktor meningkatnya kemungkinan terjadinya infeksi yaitu paparan terhadap
organisme patogen, rusaknya fungsi barrier kulit, umur yang ekstrim, lamanya tinggal di
Rumah Sakit, adanya pemakaian infus, diabetes, obesitas, kondisi
immunocompremisedserta penggunaan kortikosteroid.5
Selulitis dapat terjadi pada semua usia, pada umumnya pada usia dekade
keempat dan kelima. Pada studi epidemiologi angka insiden pada laki-laki lebih besar
daripada perempuan. Insiden selulitis pada ekstremitas masih menduduki peringkat
pertama.5
Gejala sistemik seperti demam, lemas dapat muncul mengkutigejala bengkak
pada area yang terkena.Infeksi pada selulitis diakibatkan oleh invasi bakteri melalui
kulit yang rusak, seperti fisura, abrasi, gigitan serangga, tusukan, trauma, maupun
ulserasi.Adanya port the entry diidentifikasikan pada 66% pasien.5
Pada kasus sesuai dengan pustaka, pasien laki-laki usia60 tahundengan
keluhankemerahan disertai bengkak dan nyeri pada kaki kanan yang diawali dengan
adanya trauma. Dari riwayat penyakit penyerta, pasien mempunyai riwayat diabetes
melitus sejak 5 tahun yang lalu, yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
status imunitas pasien.Pada pemeriksaan fisik didapatkan kemerahan dengan batas yang
tidak tegas, disertai riwayat demam yang menunjukkan adanya reaksi inflamasi sistemik.
Pada pasien telah dilakukan kultur dasar luka di kaki kanan pada tanggal 12
Januari 2017 di bagian Mikrobiologi Klinik dan ditemukan bakteri Acinetobater
baumannii.
Acinetobacter merupakan salah satu genus dalam family Moraxellaceae, Order
Pseudomonadales, Kelas Gammaproteobacteria, dan Phylum Proteobacteria. Di dalam
genus Acinetobacter terdapat 16 spesies yang berbeda, yaitu A.calcoaceticus,
A.baumannii, A.baylyi, A.baouvetii, A.gerneri, A.grimontii, A.haemolyticus, A.johnsonii,
A.junii, A.lwoffii, A.radioresistens, A.schindleri, A.tandoii, A.tjernbergiae, A.towneri,
dan A.ursingii.3
Acinetobacter merupakan bakteri yang banyak ditemukan di alam dan di lingkungan
rumah sakit.3Bakteri ini mampu hidup di lingkungan yang kering maupun lembab.Secara
umum bakteri ini tidak bersifat patogen terhadap manusia, tetapi dapat menyebabkan infeksi
pada penderita dengan penurunan fungsi imun. Sekitar 25 % orang dewasa mengalami
kolonisasi Acinetobacter pada kulit, dan 7% dewasa menunjukkan kolonisasi pada daerah
faring.4Spesies Acinetobacter yang paling sering terisolasi dari manusia
adalahAcionetobacter lwoffiidan Acinetobacter baumannii.3,4
Acinetobacter merupakan bakteri dengan morfologi coccobacil Gram negatif
berukuran 1-1,5 µm x 1,5-2,5 µm pada fase logaritmik
pertumbuhannya.3,4Acinetobacter cenderung tersusun berpasangan atau berkelompok,
dan relatif sulit mengalami dekolorisasi pada pewarnaan Gram. Dinding sel
Acinetobacter menunjukkan tipikal dinding sel bakteri Gram negatif, tetapi destaining
relatif sulit karena bakteri ini cenderung menahan crystalviolet sehingga identifikasi
bakteri ini pada pewarnaan Gram sering kali tampak sebagai Gram-
positif.6Acinetobacter spp. menyebabkan infeksi nosokomial yang sering kali berupa
pneumonia, bakteremia, meningitis, endokarditis, infeksi saluran kemih, infeksi luka
dan beberapa bentuk infeksi lainnya.7Karakteristik biokimia yang mengindikasikan
Acinetobacter di antaranya adalah bakteri ini bersifat obligat aerob, tidak
memfermentasi laktosa, uji oksidase negatif, katalase positif, nitrat negatif, dan bersifat
non motil. Beberapa karakteristik biokimia yang dapat diuji untuk membantu
membedakan Acinetobacter dari bakteri Gram negatif oksidase negatif lainnya
Acinetobacter baumanniipertama kali dijelaskan sebagai spesies dalam genus
Acinetobacter pada tahun 1986.9Acinetobacter baumanniimerupakan bakteri yang
paling umum menjadi penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired
infection). Bakteri ini mampu hidup pada hampir semua permukaan objek dan sangat
rentan untuk menjadi multiresisten terhadap antibiotik.Kemampuan genetik
Acinetobacter baumannii bertanggung jawab menyebabkan strain multi drug resistence
(MDR). Betalaktamase, perubahan pada kanal purin, efflux pump, mutasi dari
deoxyribonycleic acid topoisomerase dan genetik yang mengkode aminoglikosid
merupakan mekanisme dari resistensi.10Infeksi yang paling umum terjadi berkaitan
dengan Acinetobacter baumannii adalah infeksi saluran nafas (berkaitan dengan
pemasangan ETT atau trakeostomi), infeksi saluran kemih, dan infeksi luka.3,4
Pada kasus didapatkan riwayat rawat inap 3 minggu yang lalu oleh karena lemas
dan sesak di RSUP Sanglah.Pada masa perawatan pasien sempat dilakukan tindakan
aspirasi bula.Pada pemeriksaan pengecatan Gram dasar luka didapatkan diplococcus
Gram negatif +1.
Gambar 6.Pewarnaan Gram Acinetobacter baumannii
Pada kasus sudah dilakukan kultur dasar luka, spesimen diambil dari luka pada
kaki kanan pasien, selanjutnya spesimen ditanam dan pada media agar darah dan Mac
Conkey agar dan didapatkan pertumbuhan pada kedua media tersebut.Pada media agar
darah dilakukakan uji katalase dan koagulase didapatkan, uji katalase positif dan uji
koagulase negatif sehingga kemungkinan bakteritersebut adalah Staphylococcus
koagulase negatif yang merupakan flora normal.Selanjutnya dilakukan identifikasi pada
media Mac Conkey agar dengan menggunakan Vitek 2 didapatkan organisme
Acinetobacter baumanni.
Selulitis dapat disebabkan oleh grup B dan grup G streptococcus13,Enteric gram
negative rod14, coagulase negative Staphylococcus15, dan Streptococcus
pneumoniae16.Bakteri penyebab tersering pada selulitis adalah Streptococcus beta
hemoliticus dan Staphylococcusaureus, dan pada anak usia dibawah 2 tahun dapat
disebabkan oleh Haemophilus influenzae akan tetapi terdapat beberapa penelitian
mengidentifikasikan Acinetobacter baumannii sering terlibat dalam infeksi kulit dan
jaringan lunak.17 Walaupun beberapa studi belum dapat menetapkan Acinetobacter
baumannii secara jelas berperan dalam kondisi tersebut, dikarenakan kesulitan
membedakan infeksi tersebut berasal dari kulit atau kolonisasi luka.18,19Pada beberapa
laporan kasus dilaporkan hubungan antara Acinetobacter baumannii dan infeksi kulit
dan jaringan lunak merupakan infeksi yang muncul akibat adanya riwayat trauma.20
Pada kasus selama perawatan di RSUP Sanglah, dilakukan tindakan aspirasi
bula pada punggung kaki kanan yang dapat menjadi port the enrty bakteri. Pada
pengamatan pertama didapatkan keadaan klinis yang belum membaik, tampak dari
anamnesis masih ada keluhan nyeri, bengkak, dan demam. Demam merupakan sebuah
proses inflamasi dengan pemicu yang sangat beragam, infeksi maupun non infeksi. Pada
selulitis demam merupakan salah satu gejala sistemik yang dapat terjadi.Sebagai
penunjang perlu dilakukan perbandingan hasil bakteriologi dengan hasil pemeriksaan
darah lengkap (DL) untuk melihat leukosit dan neutrofil.
Pada pemeriksaan DL didapatkan leukositosis (25.0 K/μL) dengan neutrofil
(88%.) Adanya leukositosis dan neutrofilia dapat menunjukkan sebuah proses infeksi.
Hasil korelasi klinis dan penunjang, dalam hal ini pemeriksaan Gram, kultur dan DL
menunjukkan bahwa Acinetobacter baumannii lebih bersifat sebagai agen dibandingkan
bersifat kolonisasi atau kontaminan, sehingga pemberian antibiotika pada pasien
disarankan.
Acinetobacter baumanniisering resisten terhadap banyak antibiotik termasuk
penicillin, cephalosporin generasi pertama dan kedua, dan fluoroquinolone.4Mekanisme
dan genetik dari resistensi pada Acinetobacter baumannii sangat kompleks, berupa
produksi ᵝ-laktamase, perubahan dalam outer membran protein, efllux pump, adanya
enzim yang memodifikasi aminoglikosid dan terjadi mutasi pada DNA gyrase.
Pendekatan terapi terbaik untuk mengatasi infeksi Acinetobacter multiresisten adalah
kombinasi antibiotik yang memberikan hasil sinergis yaitu kombinasi antara
carbapenem, colistin, rifampin, atau ampicillin/sulbactam.6 Disinfektan terhadap
peralatan medis atau permukaan objek yang disentuh oleh pasien sangat penting
dilakukan untuk mencegah terjadinya transmisi serta perawatan luka yang baik dapat
membantu proses penyembuhan luka.
Pada kasus terjadi resistensi terhadap Ampicilin, Cefazolin, Cefuroxime,
Cefixime, Cefoperazone, Ceftazidime, Ceftriaxone, Aztreonam, Gentamicin,
Ciprofloxacin, Nitrofurantoin, Trimethoprim/Sulfamethoxazole, Cefepime disarankan
pemberian antibiotik Ampicillin/Sulbactam.
Ampicillin/sulbactam adalah kombinasi umum dari penisilin yang diturunkan;
antibiotik ampicillin dan sulbactam.Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam
penghancuran dinding peptidoglikan, ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri
Gram positif dan Gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada
ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membrane)
pada bakteri Gram negatif.Sulbactam merupakan penghambat enzim beta laktamase
yang paling aktif.Penelitan yang telah dilakukan oleh Urban et.al, melaporkan dosis
ampicillin/sulbactam dengan dosis 3 gram ampicillin dan 1,5 gram sulbactam intravena
setiap 6 atau 8 jam menunjukkan perbaikan klinis.21-23 Dosis optimal sulbactam untuk
menginfeksi Acinetobacter baumannii tidak diketahui secara pasti, akan tetapi banyak
penulis merekomendasikan pemberian dosis 6 gram per dosis tiap 24 jam pada pasien
dengan fungsi ginjal yang normal.21
Pada kasus pasien disarankan untuk rawat inap dan akan diberikan antibiotik
ampicillin/sulbactam secara intravena, akan tetapi pasien menolak oleh sebab itu
dipilihkan terapi alternatif lain berupa amoksilin-asamklavulanat.
Amoksilin adalah salah satu antibiotik golongan betalaktam, asam klavulanat
adalah golongan antibiotik penghambat betalaktamase.Ada beberapa jenis bakteri yang
resisten terhadap antibiotik golongan penisilin (betalaktam) contohnya seperti
Staphylococcusaureus, H. influenza, Gonococcus dan bakteri batang Gram
negatif.Penghambat betalaktam saja belum dapat membunuh bakteri, dengan
dikombinasikan maka asamklavulanat dapat mengikat betalaktamase yang dihasilkan
oleh bakteri dan amoksilin dapat menghancurkan dinding sel bakteri.Menurut penelitian
Paul G et al terapi Acinetobacter baumannii tidak sensitif pada pemberian asam
klavulanat untuk bakteri Gram negatif.Aktivitas intrinsik klavulanatterhadap
Acinetobacter baumannii rendah, sehingga pemberianamoksisilin-asam klavulanat
memberikan tingkat sensitivitas yang rendah.24Pemberian agen ini dapat
dipertimbangkan apabila terjadi resistensi terhadap antibiotik.24
SIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus selulitis regio kruris et pedis dextra pada seorang laki-
laki berusia 60 tahun. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya.Diagnosis pasien berdasarkan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium
yang telah dilakukan.Pemeriksaan penunjang DL pasien menunjukkan leukositosis dan
neutrofilia.Hasil pemeriksaan Gram menunjukkan adanya coccus Gram positif,
diplococcus Gram negatif disertai leukosit dan epitel dalam jumlah yang sedikit. Saat
dilakukan kultur dari dasar luka, didapatkan kuman Acinetobacter
baumannii.Berdasarkan korelasi klinis, pemeriksaan DL, Gram, dan kultur, disimpulkan
bahwa kuman yang ditemukan bersifat agen sehingga pemberian antibiotika disarankan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008
2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New
York: McGrawHill. 2008
3. Versalovic, J., Carrol, K.C., Funke, G., Jorgensen, J.H., Landry, M.L., Warnock,
D.W. 2011. Manual of Clinical Microbiology, 10th Edition. Washington DC :
ASM Press.
4. Mahon, C.R., Lehman, D.C., Manuselis, G. 2015. Textbook of Diagnostic
Microbiology. 5th Edition. China : Elsevier, Saunders
5. Lopez FA,Larctchenko S: Skin and soft tissue infections.Infec Dis Clin North
Am 20:759-772,v-vi,2006
6. Doughari, H.J., Ndakidemi,P.A., Human, I.S., Benade, S. 2011. The Ecology,
Biology and Pathogenesis of Acinetobacter spp.: An Overview, Minireview,
Microbes and Environment, Vol. 26, No. 2, 101-112. Available online at :
https://www.jstage.jst.go.jp/article/jsme2/26/2/26_ME10179/_pdf
7. Bèrèzin, E.B., Towner,K.J. 1996. Acinetobacter spp. as Nosocomial Pathogens:
Microbiological, Clinical, and Epidemiological Features. Clinical Microbiology
Review, Vol. 9, No.2, pp.148-165. Available online at :
8. Winn, W., Allen, S., Janda, W., Koneman, E., Procop, G., Schreckenberger, P.,
Woods, G. 2006. Koneman‟s Color Atlas and Textbook of Diagnostic
Microbiology. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
9. Bauvet PJM,Grimont PAD. Taxonomy of the genus Acinetobacter with the
recognition of Acinetobacter baumannii sp,nov.Acinetobacter haemolyticus
sp.nov.,Acinetobacter johnsonii sp.nov. and acinetobacter junii sp.nov. and
emended descriptions or Acinetobacter calcoaceticus and acinetobacter
lwoffii.Int J Syst bacterial 1986;36:228-40.
10. Munoz-Price LS, Weinstein RA. Acinetobacter infection.N Engl J Med
2008;46:1254-1263.
11. Julia Stahl, Holger B, Stephan G, Ingo E, Baete A.Acinetobacter baumannii
Virulence is Mediated by the Concerted Action of Three Phospholipases D.2015.
Journal.pone 0138-360.
12. http://www.medical-labs.net/acinetobacter-1839/
13. Vinh DC,EmbilJM: rapidly progressive soft tisuue infections.lancet Infect
Dis5:501-513,2005
14. Stephens DS, Greenwood.B, Brandtzaeg. P: Epidemic
menginits,menginococcaecemia, and Neisseria meningitis, Lancet
396:2196,2007
15. Mccormick JK, Yarwood JM, Schlievert PM: Toxic shock syndrome and
bacterial superantigens: An update. Annu Rev Microbiol 55:77,2001
16. Leung dy et all: The role of superantigen in human disease: Therapeutic
implications for the treatment of skin disease, Br J Dermatol53(Supply):17,1998
17. Guerrero DM, Perez F, Conger NG, Solomkin Js, Adam MD, Rather PN,
Bonomo RA. Case report: Acinetobacter baumannii-Associated Skin and Soft
Tissue Infections: Recognizing a Broadening Spectrum of Disease. Surgical
infection.2010
18. Maragakis LL, Perl TM.Acinetobacter baumannii: epidemiology, antimicrobial
reistence, and treatment options. Clin Infect Dis 2008;461254-1263
19. Peleg AY,Seifert H, Paterson DL. Acinetobacter baumannii: emergence of a
successful pathogen. Clin microbial rev 2008;21:538-582
20. Sebeny PJ, Riddle MS, Peterson K. Acinetobacter baumannii skin and soft-
tissue infection associated with war trauma. Clinical Infectious
Disease.2008;47:47:444-9.
21. Wood GC, Hanes SD, Croce MA, Fabian TC, Boucher BA. Comparison of
ampicillin-sulbactam and imipenem-cilastatin for the treatment of by guest on
January 17, 2017 http://cid.oxfordjournals.org/ Downloaded from 84
22. Oliveira MS, Prado GV, Costa SF, Grinbaum RS, Levin AS. Ampicillin/
sulbactam compared with polymyxins for the treatment of infections caused by
carbapenem-resistant Acinetobacter spp. J Antimicrob Chemother 2008;
61(6):1369–1375. 10.
23. Jellison TK, Mckinnon PS, Rybak MJ. Epidemiology, resistance, and outcomes
of Acinetobacter baumannii bacteremia treated with imipenem-cilastatin or
ampicillin-sulbactam. Pharmacotherapy 2001; 21(2): 142–48
24. Paul G. Higgins, Hilmar Wisplinghoff, Danuta Stefanik, and Harald Seifert. In
Vitro Activities of the -Lactamase Inhibitors Clavulanic Acid, Sulbactam, and
Tazobactam Alone or in Combination with -Lactams against Epidemiologically
Characterized Multidrug-Resistant Acinetobacter baumannii Strains.
antimicrobial agents and chemotherapy, May 2004, p. 1586–1592