Anda di halaman 1dari 14

Otitis Eksterna Maligna

Astrid Odilia
10.2012.471
Kelompok D8

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No. 6
Email: astrid.odilia@hotmail.com

Pendahuluan
Penyakit telinga merupakan permasalahan umum yang seringkali dihadapi oleh
masyarakat Indonesia dimulai dengan mengalami masalah pendengaran sampai telinga yang
terasa sakit terus menerus. Masalah pendengaran jika tidak ditanggapi dengan serius maka akan
berakibat fatal berupa hilangnya kemampuan mendengar . Rasa sakit yang timbul terus menerus
pada beberapa penyakit telinga seringkali mengganggu pasien karena rasa sakit yang timbul bisa
sangat hebat sampai tidak tertahankan. Masalah sakit telinga, pendengaran yang tumpul, sampai
masalah tuli, dapat berasal dari masalah yang timbul pada telinga luar, tengah maupun dalam.
Masalah ini dapat ditimbulkan oleh proses penuaan yang terjadi secara alami atau infeksi oleh
kuman penyakit. Permasalahan telinga seringkali sangat erat hubungannya dengan infeksi hidung
dan tenggorokan. Ketiga bagian tubuh ini memang saling berhubungan sehingga infeksi pada
salah satunya dapat menyebar ke bagian yang lain. Itu sebabnya ada ilmu kedokteran yang
khusus membidangi ketiganya. Dokter yang memiliki keahlian ini disebut dokter THT (Telinga,
Hidung dan Tenggorokan)
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang
telinga luar. Rata-rata mulai timbulnya otitis eksterna maligna pada sekelompok besar pasien
usia tua. Walaupun biasanya penyakit ini terjadi pada penderita diabetes, kadang-kadang terjadi
pada pasien leukemia.

Anamnesis

Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan
utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa gangguan pendengaran, suara berdenging
(tinitus), rasa pusing berputar (vertigo), rasa nyeri di dalam telinga (otalgia), dan keluar cairan
telinga (otore).1
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada
satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa
lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising,
pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti
parotitis, influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi
sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu
ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa ditempat yang bising atau ditempat yang tenang.1
Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging, yang
dirasakan di kepala atau telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Apakah tinitus ini disertai
gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar.1
Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa
ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah, rasa penuh di telinga, telinga berdenging yang
mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila vertigo disertai keluhan neurologis seperti disartri,
gangguan penglihatan kemungkinan letak kelainannya di sentral. Apakah keluhan ini timbul pada
posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan akan timbul lagi bila bangun
dengan gerakan yang cepat. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan otototot leher. Penyakit diabetes melitus, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia,
kanker, sifilis dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.1
Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakah pada telinga
kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (reffered pain) dapat berasal dari
rasa nyeri di gigi molar atas, sendi lutut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena telinga
dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.1
Sekret yang keluar dari liang telinga di sebut otore. Apakah sekret ini keluar dari satu
atau dua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit
biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya
berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteastom. Bila bercampur

darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti
air jernih, harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal.1
Pemeriksaan Fisik
Jika pasien mempunyai gejala yang berkaitan dengan satu telinga, mula-mula periksalah
telinga yang tidak mempunyai keluhan. Pemeriksaan fisik telinga mencakup beberapa hal
seperti: pemeriksaan luar, ketajaman pendengaran dan pemeriksaan otoskopik.2
Pemeriksaan luar terdiri dari inspeksi dan palpasi, inspeksi pina untuk melihat ukuran
posisi dan bentuknya. Pina harus terletak di bagian tengah dan sesuai dengan besarnya kepala
dan wajah. Lesung kecil di bagian depan tragus biasanya merupakan sisa arkus brakialis
pertama. Telinga luar diperiksa untuk melihat adanya deformitas, nodul, peradangan, atau lesi.
Adanya tofi merupakan tanda yang sangat spesifik tetapi tidak sensitif untuk gout. Kadangkadang pengeluaran sekret putih mungkin dijumpai berkaitan dengan tofi. Inspeksilah untuk
melihat adanya pengeluaran cairan. Jika ada pengeluaran cairan catatlah sifat-sifatnya seperti
warna, konsistensi dan kejernihan. Palpasi untuk mencari adanya nyeri tekan, pembengkakan
atau nodulus. Jika rasa nyeri timbul dengan menarik telinga ke atas dan ke bawah atau dengan
menekan tragus, kemungkinan besar ada infeksi telinga luar. Daerah telinga posterior harus
diperiksa untuk melihat adanya jaringan parut atau pembengkakan.2
Pengujian ketajaman pendengaran terutama berkaitan dengan nervus ke delapan. Nervus
auditorius atau akustikus bertugas melakukan dua fungsi, yaitu pendengaran (Nervus koklearis)
dan keseimbangan (Nervus vestibularis). Untuk mendengar dengan baik, memerlukan anatomi
alat pendengaran yang utuh, mulai dari koklea sampai ke kolikulus inferior (ke korteks untuk
interpretasi) dan penghantaran yang tepat dari gelombang suara yang disampaikan pada telinga
melalui tulang pendengaran dalam telinga bagian tengah. Dengan demikian tuli dapat bersifat
sensorineural (perseptif) maupun konduktif. Saraf pendengaran bagian perifer mudah mengalami
kerusakan yang ditimbulkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika, aminoglikosida,
sedangkan alat penghantar lebih sering rusak akibat perubahan degeneratif, seperti otosklerosis.2
Pendengaran dapat kita uji dengan berbagai cara. Tes weber dilakukan dengan
meletakkan sebuah garpu tala yang bergetar 128 siklus per detik, diletakan di tengah dahi
penderita atau kita letakan pada vertex. Kemudian kita tetapkan apakah suara tersebut sama
baiknya terdengar pada kedua telinga penderita. Atau mungkin penderita mendengar lebih jelas
3

pada salah satu telinganya. Tes Rinne dilakukan dengan meletakan garpu tala pada prosessus
mastoideus, selanjutnya kita pindahkan ke depan telinga luar pada sisi yang sama. Dan
menentukan perbandingan kekuatan dari kedua suara tersebut dan apakah suara yang halus dapat
didengarkan pada salah satu sisi namun tidak dapat didengar pada sisi yang lain. Juga berguna
untuk memeriksa pendengaran penderita dengan jam tangan atau jam kantong yang kita lakukan
di samping tempat tidurnya. Cara pemeriksaan yang lainnya adalah dengan membisikkan nomor
yang terdiri dari dua angka atau kata-kata yang terdiri dari dua suku kata dari jarak 1 sampai 3
kaki dari masing-masing telinga penderita. Tes-tes yang disebutkan ini berguna sebagai
tambahan untuk mengamati persepsi penderita atas pembicaraan yang berlangsung tenang
selama anamnesis.3
Fungsi komponen vestibular saraf kranial ke delapan memungkinkan kita menyadari
kecepatan dan derajat percepatan atau perlambatan gerakan, dan memungkinkan kita untuk
menyadari persepsi stasis (gravitasi) dari badan kita atau bagian-bagiannya dalam ruang.
Gangguan organ akhir vestibular atau hubungan sentralnya dapat mengakibatkan timbulnya
vertigo (pergerakan ilusi, biasanya merupakan gerakan berputar yang subjektif dan objektif)
yang tiba-tiba dan berat. Kalau akut, maka vertigo tersebut disertai dengan perasaan mual dan
muntah. Gangguan keseimbangan ringan atau sempoyongan timbul setelah fase akut penyakit,
bila terdapat penyakit yang bersifat progresif atau kronik. Gejala kepala pusing mempunyai
banyak arti dan anda harus selalu berusaha mengetahui dengan jelas, apa sebenarnya yang
dimaksudkan oleh penderita dengan keluhan pusingnya. Akhirnya, mungkin sekali tidak
didapatkan gejala-gejala vestibular sama sekali pada penderita, meskipun terdapat suatu lesi,
seperti yang kita temui pada neuroma akustik.2-3
Gejala-gejala vestibular biasa kita temui pada keracunan obat-obatan, migrain,
insufisiensi arteri basilaris, labirinitis, multipel sklerosis, trauma, serangan kejang, dan
kecemasan merupakan sebagian penyebabnya.2-3
Pemeriksaan Otoskopik, pemeriksaan telinga lainnya dilakukan memakai otoskop. Kita
harus berhati-hati sewaktu memakai otoskop. Visualisasi struktur telinga dengan baik tidak
menuntut didorongnya otoskop ke dalam kanal, bersikaplah lemah lembut, untuk mencapai
visualisasi anatomi dengan sebaik-baiknya. Pilihlah ukuran spekulum yang tepat, cukup kecil
untuk menghindari timbulnya rasa tidak enak pada diri pasien yang cukup besar untuk
memberikan arus cahaya yang memadai. Untuk memeriksa telinga kanan pasien pemeriksa
4

memegang otoskop dengan tangan kanan. Kanalnya diluruskan oleh tangan kiri pemeriksa. Yang
menarik daun telinga ke atas, luar, dan belakang. Makin lurus kanalnya makin mudah visualisasi
dan pemeriksaan akan dirasakan makin nyaman oleh pasien. Ketika spekulum dimasukan lebih
dalam lagi, membran timpani dapat tervisualisasi. Membran timpani harus terlihat sebagai
selaput utuh, translusen dan abu-abu seperti mutiara pada kanal tersebut. Tangkai maleus harus
terlihat di dekat bagian tengah membran timpani. Dalam keadaan sehat membran timpani
harusnya berwarna abu-abu. Dalam keadaan sakit membrana timpani mungkin pudar dan
menjadi merah atau kuning. Apakah membran timpani mengalami kongesti? Kongesti adalah
dilatasi pembuluh darah, yang membuatnya lebih tampak nyata. Pembuluh darah seharusnya
hanya dapat dilihat di sekitar bagian tepi membrana. Bercak bercak putih padat pada membran
timpani mungkin disebabkan oleh Timpanosklerosis. Apakah membran timpani menonjol atau
terdapat retraksi. Penonjolan membran timpani mungkin menunjukan cairan atau pus di dalam
telinga tengah. Tidak boleh ada gelembung atau cairan di belakang membran timpani di dalam
telinga tengah. Membran timpani mengalami retraksi apabila tekanan ruang intratimpani
berkurang, misalnya kalau tuba eustakius tersumbat. Jika membran timpani mengalami perforasi,
lukiskanlah ciri-cirinya. Perforasi membrana timpani dapat terjadi setelah trauma atau infeksi.2
Ada banyak perbedaan dalam warna, bentuk dan kontur membran timpani yang hanya
dapat dibedakan berdasarkan pengalaman. Setelah memeriksa telinga kanan periksalah telinga
kiri dengan memegang otoskop dengan tangan kiri anda dan meluruskan kanalis dengan tangan
kanan anda.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan:
Jumlah leukosit: Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi, adanya pergeseran ke
kiri.
Laju Endap darah: Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87mm/jam. Laju
endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinis dari otitis eksterna akut atau
keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan tes ini.
Kimia darah: Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk
menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa intoleransi
glukosanya.
5

Kultur tes dan sensitifitas dari liang telinga: Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan
sebelum pemeriksaan antibiotik. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P.
Aeruginosa (95%). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas mempunyai
lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan
beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.
Pemeriksaan radiologi: Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasan penyakit dan respon terapi antara lain:

Tc 99 Metylene Diphosphonate bone scan


Gallium Citrate Ga 67 scan
Indium In 111-labelled leucocyte scan
CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi terhadap anatomi
jaringan lunak.

Working Diagnosis
Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang
telinga luar. Toulmouche mungkin orang pertama yang melaporkan kasus otitis eksterna maligna
pada tahun 1838. Pada tahun 1959, Meltzer melaporkan kasus osteomielitis pseudomonas pada
tulang temporal. Otitis eksterna maligna atau otitis eksterna nekrotikan dijelaskan pertama oleh
Chandler yang dapat mengancam kehidupan, merupakan infeksi bakteri yang progresif pada
liang telinga luar, mastoid, dan basis tulang tengkorak Umumnya terjadi pada pasien diabetik
atau pasien dengan gangguan imun. Otitis eksterna maligna (otitis eksterna pada pasien diabetes
usia lanjut) dimulai pada otitis eksterna Pseudomonas Aeruginosa yang biasa, tetapi terutama
mengenai pasien berusia lanjut, yang tidak berespon dengan terapi yang biasa, serta bila tidak
diterapi atau diterapi dengan cara yang tidak sesuai akan menyebabkan kematian pasien. Ratarata mulai timbulnya otitis eksterna maligna pada sekelompok besar pasien usia tua. Walaupun
biasanya penyakit ini terjadi pada penderita diabetes, kadang-kadang terjadi pada pasien
leukemia. Pasien dengan otitis eksternal mengeluh otalgi dan peka terhadap pergerakan telinga.
Otore dapat timbul dan berkurangnya pendengaran karena tertutupnya liang telinga oleh edema
dan sekresi. Pada pengobatan otitis eksterna pasien lanjut usia, perlu diingat akan kemungkinan
otitis eksterna maligna yaitu suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan lunak telinga.
Pada beberapa kasus, pasien datang dengan disfungsi saraf kranial ketujuh dan pemeriksaan
6

telinga yang normal. Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk CT scan, scan tulang, dan
scan gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. Scan tulang rutin saja tidak
cukup untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis eksterna nekrotikans.
Differential Diagnosis
Otitis Eksterna Difusa
Otitis eksterna difusa (OED) dikenal juga sebagai telinga cuaca panas (hot weather ear),
telinga perenang (swimmer ear). OED merupakan kasus umum dibagian THT di daerah-daerah
tropis dan subtropis pada musim panas. OED merupakan komplek gejala peradangan kulit liang
telinga yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan dapat dijumpai dalam bentuk ringan,
sedang, berat dan menahun. Telinga menjadi gatal serta semakin sakit dan kulit liang telinga
menjadi kemerahan, bengkak dan dilapisi oleh sekret yang berwarna kehijau-hijauan. Dengan
semakin berkembangnya penyakit, pasien merasa sakit bila daun telinga disentuh dan bila
mengunyah. Bila peradangan tidak ditanggulangi secara adekuat, maka rasa sakit, gatal serta
sekret yang berbau akan menetap. Meskipun banyak faktor penyebab OED, beberapa
diantaranya dikenal sebagai faktor penunjang yang penting untuk terjadinya OED akut pada
seseorang. Maserasi kulit liang telinga yang terpapar lama oleh kelembaban menimbulkan rasa
gatal yang mendorong penderita mengorek telinga sehingga akan terjadi trauma pada kulit dan
mengakibatkan infeksi. Peningkatan kasus OED terjadi apabila suhu meningkat pada lingkungan
yang kelembabannya relatif tinggi.4

Otitis Media Akut


Otitis media adalah infeksi atau inflamasi/peradangan di telinga tengah. Telinga sendiri
terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga tengah adalah
daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara
dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius
yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian
atas. Guna saluran ini adalah:4
1. Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan
tekanan udara di dunia luar
7

2. Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian
belakang hidung
3. Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam telinga tengah
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui
saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.4
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24
desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa
nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek
gendang telinga karena tekanannya.4
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25%
pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan
kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering
adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella
cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh
bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa
antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama
aliran lendir.3

Otomikosis

Otomikosis atau Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur (fungal otitis externa
digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang menginfeksi epitel
skuamosa pada kanalis auditorius eksternus dengan komplikasi yang jarang melibatkan telinga
tengah. Walaupun sangat jarang mengancam jiwa, proses penyakit ini sering menyebabkan
keputus-asaan baik pada pasien maupun ahli telinga hidung tenggorok karena lamanya waktu
yang diperlukan dalam pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinya
yang begitu tinggi.3
Otomikosis adalah suatu bentuk penyakit yang umum ditemukan diseluruh belahan
dunia. Frekuensinya bervariasi tergantung pada perbedaan zona geografik, faktor lingkungan,
dan juga waktu. 3-4
Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang sering dijumpai pada klinik-klinik THT
dan prevalensinya mencapai 9 % dari keseluruhan pasien yang menunjukkan gejala dan tanda
otitis eksterna. Walaupun terdapat perdebatan pendapat bahwa jamur sebagai penyebab infeksi,
melawan pendapat lain yang menyatakan adanya koloni berbagai macam spesies sebagai respon
host yang immunocompromise terhadap infeksi bakteri, kebanyakan studi laboratorium dan
pengamatan secara klinis mendukung otomikosis sebagai penyebab patologis yang sebenarnya,
dengan Candida dan Aspergillus sebagai spesies jamur yang terbanyak diperoleh dari isolatnya.
Banyak faktor yang dikemukakan sebagai predisposisi terjadinya otomikosis, termasuk cuaca
yang

lembab,

adanya

serumen,

instrumentasi

pada

telinga,

status

pasien

yang immunocompromised, dan peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal.
Pengobatan yang direkomendasikan meliputi debridement lokal, penghentian pemakaian
antibiotik topikal dan anti jamur lokal atau sistemik. Berikut ini akan dibahas tentang anatomi
telinga itu sendiri, karakteristik, gejala klinis, faktor-faktor predisposisi, dan komplikasi dari
otomikosis, sehingga kita dapat mendiagnosa dan memberi pengobatan secara cepat dan tepat.3
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, Otitis Eksterna Maligna lebih banyak timbul di tempat beriklim
lembab dan basah daripada iklim lain. Lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan, dan dilaporkan menyerang kelompok semua umur tetapi lebih banyak pada pasien
yang lebih tua.5
Etiologi
9

Bentuk virulen otitis eksterna khusus adalah otitis eksterna maligna. Secara otoskopik,
didapatkan pus yang sangat banyak, pembengkakan lapisan liang telinga, dan sering dengan
jaringan granulasi yang banyak. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh infeksi pseudomonas
aeruginosa yang invasif dan terutama terjadi pada pasien diabetes. Karakteristiknya meliputi
destruksi kartilago dan akhirnya destruksi tulang.5
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar dan tulang
temporal. Organisme penyebab umumnya oleh pseudomonas aeruginosa merupakan patogen
penyebab yang lazim pada otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai
Staphylococcus aureus, Proteus dan aspergillus. Umumnya menyerang pasien diabetik yang
berusia tua serta pasien dengan disfungsi imun selular. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna
yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit keluar dari liang
telinga luar menjadi fissura santorini dan hubungan antara tulang dan tulang rawan.5
Kecenderungan otitis eksterna maligna ditemukan pada kondisi berikut:5
1. Diabetik (90%) diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna
maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang berhubungan dengan
diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini. Serumen pada pasien diabetik
mempunyai pH yang lebih tinggi dan menurunnya konsentrasi lisozim mempengaruhi
aktifitas antibakteri lokal. Akibat adanya faktor immunocompromized dan mikroangiopati,
otitis eksterna berubah menjadi otitis eksterna maligna. Tidak ada perbedaan antara DM tipe I
dan tipe II.
2. Immunodeficiency seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya imunosupresi karena
penggunaan obat.
3. AIDS
4. Irigasi Telinga dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi
telinga pada pasien diabetik. Patologi OEM melibatkan otitis eksterna yang hebat, nekrosis
kartilago dan tulang dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke dasar
tengkorak yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya
lower cranial neuropathies, trombosis sinus lateral, sakit kepala yang berat, meningitis dan
kematian.

Manifestasi Klinis
10

Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti
oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri
tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi
secara subur. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat
oleh infeksi kuman pseudomonas aeruginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes
melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi
yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.5
Tanda khas yang dijumpai dari otoskopi penyakit ini adalah otitis eksterna dengan
jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bonycartilaginous junction)
disertai lower cranial neuropathies (n. VII,IX,X,XI) yang biasanya disertai dengan nyeri pada
bagian yang terkena (Otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membran timpani intak.5

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:5
1. Mengubah kebiasaan buruk seperti suka mengorek telinga dengan dalam
2. Jangan gunakan cotton bud karena kotoran justru akan terdorong ke dalam
3. Jangan gunakan anting-anting yang berat
4. Cegah masuknya air ketika mandi atau berenang, karena kulit yang basah dan lembut mudah
terinfeksi oleh bakteri dan jamur
5. Cegah masuknya air/bahan iritan (hair spray, cat rambut)

Komplikasi
Komplikasi otitis eksterna maligna yang dapat terjadi meliputi lower cranial
neuropathies, paresis atau paralisis nervus fasial, meningitis, abses otak dan kematian. Pada otitis
eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan ke
11

tulang disekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, osteomielitis, yang menghancurkan


tulang temporal.6

Penatalaksanaan
Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk pengobatan lokal pada liang telinga, terapi
sistemik antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan pembedahan. Pengobatan
tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di
sekitarnya. Pasien otitis eksterna maligna harus dirumah sakitkan minimum 4-6 minggu. Pasang
cairan IV untuk pemberian obat. Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM, 3-5 per kilogram
berat badan harus diberikan dalam dosis terbagi setiap 8 jam. Karbenisilin harus diberikan IV
dengan dosis 4-5mg setiap 4 jam. Terapi antibiotik parenteral harus diteruskan selama 2 minggu
sampai infeksi terlihat telah teratasi. Karena gentamisin dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan
ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara
periodik.5-6
Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat, piperacillin
(dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxon, ceftazidine, cefepim (maxipime), tobramicin
(kombinasi dengan aminoglikosida), gentamisin (kombinasi dengan golongan penisilin).5-6
Telinga harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara
waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi
diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi manapun yang menetap
di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anestesi lokal, akan mempercepat
penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman meatus akustikus eksternus.
Biasanya tidak diperlukan pembedahan dan dihindarkan. Tetapi bila keadaan pasien konstan atau
memburuk walaupun telah diberikan terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal.
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih, namun
dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik
merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan
antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami

12

kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra,
drainase, abses, debrideman lokal jaringan granulasi.5-6

Prognosis
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9-27% dari pasien. Hal ini berhubungan dengan
lamanya pemberian terapi yang tidak cukup dan manifestasinya biasanya berupa sakit kepala dan
otalgi. Laju endap darah mulai meningkat. Otitis eksterna maligna kambuh sekitar satu tahun
pengobatan komplit. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang
cocok dan perbaikan modalitas imaging. Penelitian sekarang melaporkan kematian turun sampai
10% tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi
intrakranial.6
Kesimpulan
Pasien pada skenario kali ini menderita otitis eksterna maligna, penyakit ini sering
dialami pada orang yang tinggal di daerah dengan kelembaban tinggi dan cenderung lebih
banyak pasien laki-laki daripada perempuan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri
penyebab, penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri secara teratur, dan dengan
makanan yang bergizi dapat menjaga tubuh kita agar terhindar dari penyakit terutama bakteri
penyebab yang berhubungan dengan kasus ini.
Daftar Pustaka
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Buku ajar ilmu kesehatan: Telinga hidung

tenggorok kepala & leher. Edisi-6. Jakarta:balai penerbit fakultas kedokteran universitas
2.
3.
4.
5.

indonesia;2011.h.1-2
Delp, Manning. Major diagnosis fisik. Jakarta: EGC;2006.h.127-8
Swartz. Buku ajar diagnostik fisik.Jakarta:EGC;2005.h.132
Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson:Ilmu kesehatan anak.Jakarta:EGC;2002.h.2207
Thaller,Seth . Diagram diagnostik penyakit telinga hidung dan tenggorokan,
Jakarta:EGC;2005.h.1-5

13

6. Graber, Toth, Herting. Buku saku dokter keluarga : University of Iowa

.Jakarta:EGC;2004.h.72

14

Anda mungkin juga menyukai