Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus Ujian

OD Katarak Senilis Matur + OS Katarak Senilis


Hipermatur

Pembimbing

Dr. Djoko Heru, Sp.M

Oleh

Fiqih Vidiantoro Halim

11.2015.182

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
Periode 9 Mei 11 Juni 2016
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SC
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Gajah, Demak
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Tanggal pemeriksaan : 28 Mei 2016

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF


Allo anamnesis tanggal : 28 Mei 2016
Keluhan utama
Penglihatan mata kiri kanan kabur
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kanan kabur bila melihat. Cucu os
mengatakan penglihatanya mulai kabur perlahan semenjak kurang lebih 1 tahun
ini pada mata kiri dan kurang lebih 10 bulan pada mata kanan. Tidak ada keluhan
seperti silau maupun melihat kabut pada pasien. Pasien pernah datang ke poli
mata di rumah sakit lain dan sudah dianjurkan untuk dilakukan operasi, namun
pasien takut sehingga tidak dilakukan operasi. Pasien tidak memiliki riwayat
darah tinggi dan kencing manis sebelumnya. Suami os juga mengatakan bahwa os
sulit untuk diajak komunikasi juga, selain os sulit mengerti apa yang dibicarakan
orang lain, os juga sulit untuk mendengar, walau diajak berbicara dengan suara
yang keras.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan atau penyakit yang sama
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Ganeralis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36 C
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Tidak dinilai

STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD PEMERIKSAAN OS
1/300 Visus 1/~
Tidak Dikoreksi Koreksi Tidak Dikoreksi
Gerak bola mata normal Gerak bola mata normal
Enopthalmus (-) Bulbus Oculi Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-) Exopthalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Blefarospasme (-) Palpebra Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-) Lagopthalmus (-)
Ektropion (-) Ektropin (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Edem (-) Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Conjuctiva
Bangunan patologis (-) Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Kemosis (-) Kemosis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Normal, warna putih Sclera Normal, warna putih

Bulat, jernih Bulat, jernih


Edem (-) Edem (-)
Infiltrat (-) Kornea Infiltrat (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Kedalaman: Dangkal Kedalaman: Cukup
Hipopion (-) Camera Oculi Anterior Hipopion (-)
Hifema (-) Hifema (-)
Warna coklat Warna coklat
Edema (-) Edema (-)
Sinekia (-) Iris Sinekia (-)
Atrofi (-) Atrofi (-)
Letak sentral Letak sentral
Diameter 3 mm Pupil Diameter 5 mm
Refleks pupil + Refleks pupil -
Keruh Lensa Sangat keruh
Letak ditengah Letak ditengah
Shadow Test (+) Shadow Test (+)
Tidak dapat dinilai Vitreous Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai Fundus Occuli Tidak dapat dinilai

Normal Tekanan Intra Okuler Normal


Normal Sistem Lakrimasi Normal

IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kanan kabur bila melihat. Cucu
os mengatakan penglihatanya mulai kabur perlahan semenjak kurang lebih 1 tahun
ini pada mata kiri dan kurang lebih 10 bulan pada mata kanan. Tidak ada keluhan
seperti silau maupun melihat kabut pada pasien. Pasien tidak memiliki riwayat
darah tinggi dan kencing manis sebelumnya. Suami os juga mengatakan bahwa os
sulit untuk diajak komunikasi juga, selain os sulit mengerti apa yang dibicarakan
orang lain, os juga sulit untuk mendengar, walau diajak berbicara dengan suara
yang keras.
Objektif

Keruh Lensa Sangat keruh


Letak ditengah Letak ditengah
Shadow Test (+) Shadow Test (+)

V. DIAGNOSIS KERJA
OD Katarak Matur OS Katarak Hipermatur
Dasar diagnosis Dasar diagnosis
- Anamnesis : - Anamnesis :
1. Mata kanan terasa 1. Mata kiri terasa
buram buram
- Pemeriksaan - Pemeriksaan
ophthalmology ophthalmology
- OD - OS
o Visus : 1/300 o Visus : 1/~
o Lensa Keruh o Lensa
o Shadow Test
Sangat keruh
(Pseudo +) o Shadow Test
(Pseudo +)
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII. DIAGNOSIS BANDING
XVIII. OD Katarak Senilis Immatur
XIX. OD Katarak Senilis Hipermatur
XX.
XXI. OS Katarak Senilis Immatur
XXII. OS Katarak Senilis Matur

XXIII. VIII. TERAPI


XXIV. Promotif
Edukasi pasien tentang penyakit katarak, faktor risiko dan komplikasi
Edukasi pasien bahwa dengan terapi obat dan pembedahan tidak akan
mengembalikan tajam penglihatan seperti orang normal.
XXV.
XXVI. Preventif
Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan mata dan area sekitar mata
Segera berobat ke dokter mata jika ada keluhan pada mata
XXVII.
XXVIII. Kuratif
XXIX. Non Medikamentosa
Untuk ODS katarak senilis matur dan OS katarak senilis hipermatur dapat
dilakukan tindakan bedah berupa fakoemulsifikasi atau ekstraksi katarak
ekstrakapsular (EKEK) dan insersi intraocular lensa (IOL).
XXX.
XXXI. Rehabilitatif
Jaga kebersihan area sekitar mata
Gunakan obat secara teratur
Kontrol kondisi mata 2 minggu lagi
Tidak boleh mengedan
XXXII.
XXXIII. PROGNOSIS
XXXIV. OD OS
XXXV. Ad Vitam dubia ad bonam ad
bonam
XXXVI. Ad Functionam dubia ad malam
dubia ad malam
XXXVII. Ad Sanationam dubia ad malam
dubia ad malam
XXXVIII. Ad Cosmetikum ad bonam ad bonam

XXXIX. TINJAUAN PUSTAKA

XL.

XLI. Definisi Katarak

XLII. Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai
pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan
merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang
mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok,
dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi,
denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan
atau putih.2,3

XLIII. Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,


sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur.
Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan
katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.2,3
XLIV.

XLV. Gambar 3. Lensa dengan Katarak

XLVI. Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak


terjadi secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita
terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari
satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.2,3

XLVII. Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan


pasen mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan
pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada >
90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca
bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan
daya pandang.2,3

XLVIII.

XLIX. Gambar 4.Gambaran Klinis Katarak

L.
I. Epidemiologi Katarak
LI. Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan
lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi
katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi
katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami
kebutaan akibat katarak.6

LII.

II. Etiologi dan Faktor Resiko


LIII. Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko
seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun
dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.2,3

LIV. Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.2

LV. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil,
atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan
metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.3

LVI.

III. Patofisiologi Katarak


LVII. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari
badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.2,3
LVIII. Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada
di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang
banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan
kekeruhan lensa.7
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.7
LIX.
LX. Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:2
1. Kapsula
LXI. a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

LXII. b. Mulai presbiopiac

LXIII. c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

LXIV. d. Terlihat bahan granular

2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
LXV.
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
LXVI. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik
dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada
serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan
jalannya cahaya ke retina.2
LXVII.

LXVIII. Gambar 5. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak

IV. Klasifikasi Katarak

I. Morfologi II. Maturitas III. Onset LXIX.

IV. Kapsular V. Insipien VI. Kongenital LXX.


VII. Subkapsular VIII. Intumesen IX. Infantile
LXXI.
X. Kortikal XI. Immatur XII. Juvenile
LXXII.
XIII. Supranuklea XIV. Matur XV. Presenile
r LXXIII.
XVI. Nuklear XVII. Hipermatur XVIII. Senile
LXXIV.
XIX. Polar XX. Morgagni XXI.
LXXV.

LXXVI.

LXXVII. KATARAK SENILIS

1. Definisi dan Epidemiologi


LXXVIII. Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena
proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun,
lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata
dengan salah satu mata terkena lebih dulu.3

LXXIX. Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak


senilis antara lain:3

LXXX. 1. Herediter
LXXXI. 2. Radiasi sinar UV
LXXXII. 3. Faktor makanan
LXXXIII. 4. Krisis dehidrasional
LXXXIV. 5. Merokok
2. Patofisiologi
LXXXV. Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan
protein yaitu kristalin. Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock
protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan
molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak
dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.2,7

LXXXVI.

LXXXVII. Mekanisme terjadi


kekeruhan lensa pada katarak senilis
yaitu:

LXXXVIII. 1. Katarak
senilis kortikal

LXXXIX. Terjadi
proses dimana jumlah protein total
berkurang, diikuti dengan
penurunan asam amino dan kalium,
yang mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini menyebabkan
lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein.6
XC.

XCI. Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:

- Derajat separasi lamelar


XCII. Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.2

- Katarak insipien
XCIII.
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area
yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah
sentral(kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).3,5

XCIV.

- Katarak imatur
XCV. Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian
lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan
lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.3 ,5

- Katarak matur
XCVI. Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian
lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat
maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.3,5

- Katarak hipermatur
XCVII. Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.
Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.3,5

- Katarak Morgagni
XCVIII. Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa
menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan
menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.3,5

XCIX.

C. Perbedaan stadium katarak


CI. CII. Ins CIII.Im CIV. M CV. Hi
i a p
p t e
i u r
e r m
n a
t
u
r

CVI. Kekeruh CVII. R CVIII. S CIX. S CX. M


an i e a
n b s
g a i
a g f
n i
a
n

CXI. Cairan CXII. N CXIII. B CXIV. CXV. B


lensa o e Normal e
r r r
m t k
a a u
l m r
b a
a n
h g

( (
a a
i i
r r

m k
a e
s l
u u
k a
) r
)

CXVI. Iris CXVII. N CXVIII. CXIX. CXX. T


o Terdoro Normal r
r n e
m g m
a u
l l
a
n
s

CXXI. Bilik CXXII. N CXXIII. CXXIV. CXXV. D


mata o Dangkal Normal a
depan r l
m a
a m
l

CXXVI. S CXXVII. CXXVIII. CXXIX. CXXX. T


udut Normal Sempit Normal e
bilik r
mata b
u
k
a

CXXXI. S CXXXII. CXXXIII. CXXXIV. CXXXV.


hado - + - Pseudop
w test s
CXXXVI. Pe CXXXVII. CXXXVIII. CXXXIX. CXL. U
nyulit - Glauko - v
m e
a i
t
i
s

G
l
a
u
k
o
m
a

CXLI.

CXLII.

CXLIII.

CXLIV. 2. Katarak senilis nuklear

CXLV. Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak senilis nuklear
terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras,
yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi
sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer.
Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran
nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit
pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).5,8
CXLVI.

CXLVII. Gambar 6. (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c)


katarak rubra

3. Manifestasi Klinis
CXLVIII. Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita
katarak terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,5

CXLIX. Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:


CL. 1. Penurunan visus
CLI. 2. Silau
CLII. 3. Perubahan miopik
CLIII. 4. Diplopia monocular
CLIV. 5. Halo bewarna
CLV. 6. Bintik hitam di depan mata
CLVI. Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
CLVII.

CLVIII.
4. Diagnosa Katarak Senilis
CLIX.
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi
adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan
jantung.2,8
CLX. Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler
posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan
struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan
prognosis penglihatannya.8
CLXI. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik
mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.2
5. Tatalaksana
CLXII. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8

CLXIII. Indikasi

CLXIV. Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi


visus,medis, dan kosmetik.2

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap
individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas
sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan
pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh
pupil yang hitam.
CLXV.
CLXVI. Persiapan Pre-Operasi2
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien cemas
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan
diberikan tiap 15 menit
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau
anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan
pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat
diteruskan sehari setelah operasi.
CLXVII. Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi, SICS.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
CLXVIII.
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode
ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE
tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.2,3,7
CLXIX.
CLXX.
CLXXI.
CLXXII.
CLXXIII.
CLXXIV.
CLXXV. Gambar 7. Teknik ICCE
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
CLXXVI.
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien
dengan kelainan
endotel, implantasi
lensa intra ocular
posterior, perencanaan
implantasi sekunder lensa
intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan
bedah glukoma, mata
dengan prediposisi
untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.2,3,7
CLXXVII.
CLXXVIII.
CLXXIX.
CLXXX.
Gambar 8. Teknik ECCE
CLXXXI.
CLXXXII.
CLXXXIII.
CLXXXIV.
CLXXXV.

CLXXXVI.
CLXXXVII. Gambar 9. ECCE dengan pemasangan
IOL
3. Phacoemulsification
CLXXXVIII. Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar
2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya,
yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis.2,3,7
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
CLXXXIX. Insisi dilakukan pada sklera
dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8
mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak
design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan
luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-
sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature,
dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan
dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.7

CXC.

CXCI. Jenis CXCII. Keuntungan CXCIII. Kerugian


tehnik
bedah
katara
k

CXCIV. Ext Incisi kecil Kekeruhan pada kapsul


ra Tidak ada komplikasi vitreus posterior
Kejadian endophtalmodonesis Dapat terjadi perlengketan
capsul
lebih sedikit iris dengan kapsul
ar
Edema sistoid makula lebih
catara CXCVI.
jarang
ct Trauma terhadap endotelium
extract kornea lebih sedikit
ion Retinal detachment lebih

(ECC sedikit
Lebih mudah dilakukan
E)
CXCV.
CXCVII. Int Semua komponen lensa Incisi lebih besar
ra diangkat Edema cistoid pada

capsul CXCVIII. makula


Komplikasi pada vitreus
ar
catara Sulit pada usia < 40 tahun
ct Endopthalmitis

extract
ion
(ICCE
)

CXCIX. Fa Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi pupil


koemu Astigmatisma jarang yang baik
lsifikas terjadi Pelebaran luka jika ada
Pendarahan lebih IOL
i
sedikit
Teknik paling cepat
CC.

CCI. KOMPLIKASI

CCII. Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,


postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).8

Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki
keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
Komplikasi postoperatif awal
CCIII. Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps
iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.

Komplikasi postoperatif lanjut


CCIV. Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative
endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak
sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post
operasi.

Komplikasi yang berkaitan dengan IOL


CCV. Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-
hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic
lens syndrome).

CCVI.

CCVII. Pencegahan Katarak Senilis


CCVIII. Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan
sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara
teori bermanfaat.6

CCIX. Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok


memproduksi radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga
dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan
sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap
ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti
diabetes.8

CCX. Prognosis Katarak Senilis

CCXI. Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis
penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik
prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang
anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada
kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah
operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

CCXII.

Anda mungkin juga menyukai