Slide Fraktur Maksilofasial
Slide Fraktur Maksilofasial
Fraktur Le Fort merupakan sekelompok trauma yang menyebabkan diskontinuitas pada sepertiga tengah
wajah (midface), sebuah struktur yang dibentuk oleh os maksilaris, rima orbita inferiolateral, os
etmoidalis, dan os zigomatikum. Secara anatomis fraktur Le Fort diklasifikasikan sebagai berikut.
Diantara sejumlah kasus trauma yang tercatat di sentra trauma di perkotaan, trauma
wajah merupakan salah satu yang terbanyak.
Fraktur maksilofasial yang diakibatkan baik oleh kecelakaan lalu lintas maupun
kekerasan paling sering terjadi pada pasien dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun.
Sekitar 80,7% pasien merupakan laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki cenderung
lebih banyak yang menggunakan kendaraan, melakukan aktivitas fisik, dan
penyalahgunaan obat-obatan dan /atau alkohol sebelum berkendara.
ETIOLOGI FRAKTUR MAKSILOFASIALIS
Proyeksi Caldwell diperoleh dengan sinar sentral diarahkan sekitar 25⁰ di bawah bidang kantomeatal untuk
memvisualisasikan dasar orbita di atas tonjolan os petrosus.
RADIOGRAFI (X- RAY)
Posisi Waters (Occipitomental)
Proyeksi Waters menggunakan sinar sentral occipitomental dengan hidung dan dagu pasien menempel ke film. Sinus-
sinus maksilaris diproyeksikan di atas tonjolan os petrosus. Seluruh arkus zigomatikus dapat terlihat apabila tampilan
radiografi diperoleh dengan proyeksi posterioanterior.
RADIOGRAFI (X- RAY)
Posisi Lateral
Pada posisi lateral, struktur-struktur pada kedua sisi cenderung saling tumpang tindih dan menghalangi satu sama lain.
Sella tursika tervisualisasi dengan baik dan memberikan panduan ke planum spenoidal (atap sinus spenoidalis). Posisi
lateral, seperti Caldwell, merupakan proyeksi utama untuk evaluasi tomografi pada trauma wajah.
RADIOGRAFI (X- RAY)
Posisi Basal
Posisi submentoverteks berguna untuk menilai arkus zigomatikum dan mandibula, tapi mungkin tidak dapat dilakukan
pada kasus trauma wajah yang berat.
CT-SCAN
Potongan Transaksial
Pemeriksaan tomografi basal memperlihatkan struktur yang sama dengan ;potongan transaksial pada CT-scan. Potongan
ini dibuat dengan ketebalan 0,5 cm dan dalam bidang yang berdekatan dimulai dari level alveolus maksilaris dan berlanjut
melalui area sinus frontalis. Posisi ini memberikan ilustrasi terbaik dari penopang struktur wajah.
ABNORMALITAS RADIOLOGI PADA
FRAKTUR MAKSILOFASIAL
KASUS 1
A B
A. Radiografi (posisi Waters) wajah pada kasus trauma kepala yang memperlihatkan dengan jelas fraktur-fraktur pada
malar dekstra dan os maksilaris (panah pendek); tampak juga adanya cairan pada sinus maksilaris (panah panjang). B.
CT-scan (bone window) dari kasus yang sama, terlihat fraktur pada os maksilaris dekstra (panah panjang), sejumlah
besar cairan di sinus maksilaris (asteriks), edema pada jaringan lunak sekitar (panah pendek), dan emfisema subkutan
(segitiga).
KASUS 2
A B
A. Radiografi (posisi Waters) wajah pada kasus kecelakaan lalu lintas yang memperlihatkan fraktur pada sinus
maksilaris sinistra dan cairan di dalam sinus (panah panjang), dan adanya gigi di dalam sinus maksilaris sinistra (panah
pendek). B. CT-scan (bone window) pada kasus yang sama, terlihat fraktur pada sinus maksila sinistra (panah panjang)
dan sejumlah cairan yang terakumulasi di dalam sinus (asteriks), juga terlihat adanyya gigi di dalam sinus maksilaris
sinistra.
KASUS 3
A B
A. Radiografi (posisi Waters) pada kasus kecelakaan lalu lintas yang memperlihatkan fraktur multipel pada aspek
medial dari orbita sinistra dan dekstra, aspek lateral dari orbita dekstra, os nasal, dan sinus maksilaris sinistra (panah
pendek). Terlihat juga sejumlah cairan yang terakumuluasi di dalam sinus maksilaris bilateral, sinus etmoidalis, dan
sinus frontalis dekstra. B. CT-scan (bone window) pada kasus yang sama memperlihatkan fraktur pada sinus maksilaris
bilateral dan cairan di dalam kedua sinus (asteriks).
KESIMPULAN
Fraktur maksilofasial menyumbang proporsi yang cukup besar dalam kunjungan ke unit
gawat darurat dan sering berakhir pada tindakan pembedahan. Secara umum fraktur
maksilofasial terjadi setelah trauma dan jika tidak ditangani dengan benar, akan
berdampak negatif baik pada aktivitas psikososial maupun fungsional dari pasien.
Fraktur maksilofasial pada umumnya terjadi setelah trauma yang menyebabkan tulang-
tulang wajah menerima energi dari benturan yang kuat.
Modalitas pencitraan radiologis untuk fraktur maksilofasial adalah foto polos (x-ray)
konvensional, CT-scan, dan MRI.
TERIMAKASIH