Anda di halaman 1dari 54

Laporan kasus

Morbus Hansen

Pembimbing : dr. Diana Tri Ratnasari Sp.KK


Oleh : Nuriska Yunicha Miky
KUSTA
Sinonim : LEPRA = MORBUS HANSEN

Definisi :
Penyakit infeksi kronik

Disebabkan : Mycobacterium leprae

Saraf perifer, kulit, mukosa tr. resp atas


organ lain, kec : saraf pusat
Epidemiologi
ETIOLOGI

Mycobacterium leprae

Obligat aerob

Basil tahan asam

Positif gram

Ukuran 3 8 Um x 0,5 Um

Memiliki 2 dinding sel

Karier : manusia dan armadilo


Patogenesis
Klasifikasi

Ridley & Jopling : TT, BT, BB, BL dan LL

Madrid : Intermediate, Tuberkuloid, Borderline,


Lepromatosa

WHO : Pausibasiler ~ sedikit basil : TT, BT, I


Multibasiler ~ banyak basil : BB, BL, LL
Klasifikasi menurut WHO
Tanda awal pada lepra
Bentuk lesi kulit pada lepra
Gambaran Klinis

Pemeriksaan sensibilitas
Dengan menggunakan kapas di pilin
Saraf Perifer perlu dinilai
N. aurikularius magnus
N. medianus
N. poplitea lateralis
-Pembesaran
N. tibialis posterior
-Konsistensi
-Nyeri +/-
Gambaran Klinis

KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
M. leprae terlihat merah
solid : batang utuh hidup
fragmented : batang terputus
granular : butiran mati
Globus : batang utuh atau fragmented
berkelompok 40-60 BTA dan 200-300BTA
Clumps : granular berkelompok
>500BTA
Kerokan jaringan diambil dari 2 atau 3
tempat
Cuping telinga kanan dan kiri
Lesi paling aktif
Indeks Bakteri :
- Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu
sediaan
- Nilai 0 6+

Indeks Morfologi
- Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah
solid dan non solid
Pemeriksaan Penunjang

2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
DIAGNOSIS

Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu

1. Lesi kulit yang mati rasa


(hipopigmentasi/eritematosa)

2. Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan gangguan


fungsi saraf +/-

3. Ditemukan basil tahan asam


cuping telinga
lesi kulit aktif
biopsi
DIAGNOSIS

D/ kusta paling sedikit 1 tanda Kardinal

Tanda Kardinal (-) :


Tersangka kusta
Observasi dan periksa ulang setelah 3 6 bln
kusta +/-
Pengobatan

Multi Drugs Treatment (MDT) :


DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin

Pemberian MDT
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan

Obat alternatif :
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
Pengobatan

MB PB
Rifampisin 600mg/bln Rifampisin 600mg/bln
Lampren 300mg/bln DDS 100mg/bln
DDS 100mg/bln +
+ DDS 100mg/hari
Lampren 50mg/hari
DDS 100mg/hari Lama pengobatan 6-9
bulan
Lama pengobatan 12-18
bulan
Pedoman praktis untuk pemberian MDT bagi penderita kusta tipe PB
digunakan bagan sebagai berikut :
Pedoman praktis untuk pemberian MDT bagi penderita kusta
tipe MB digunakan bagan sebagai berikut :
Dosis bagi anak berusia dibawah 5 tahun
disesuaikan dengan berat badan
Rifampisin : 10-15 mg/ kg BB
DDS : 1-2 mg/ kg BB
Clofazimin : 1 mg/ kg BB
Pengobatan

Pasien dinyatakan RFT (Release from


treatment ) jika :
Kasus MB 12 dosis dalam 12 18 bulan
Kasus PB 6 dosis dalam 6 9 bulan
Reaksi Kusta

Suatu keadaan akut pada perjalanan penyakit kusta yg kronik


Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi

Pembagian :
Reaksi tipe I ~ reversal hipersensitifitas tipe IV
Reaksi tipe II ~ ENL hipersensitifitas tipe III
Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat
Pengobatan Reaksi
Tatalaksana reaksi ringan
Berobat jalan, istirahan di rumah
Pemberian analgetik/antipireik, obat penenang bila perlu
MDT diberikan terus dengan dosis tetap

Tatalaksana reaksi berat


Prinsip penatalaksanaan reaksi berat
Istirahat di rumah
Pemeberian analgetik/antipiretik, obat penenang bila perlu
MDT tetap diberikan dengan dosis diubah
Memberikan obat anti reaksi (prednisone, lamprene)
Bila ada indikasi rawat inap pasien dikirim ke RS
Reaksi tipe 2 berat yang berulang diberikan prednisone dan lamprene
Catatan untuk pemberian prednison

Harus dengan pengawasan dokter


Kontra indikasi pada pasien TB, kencing manis, tukak lambung, infeksi
sekunder pada tangan dan kaki yang memburuk Rujuk MRS
Untuk reaksi, prednisone diberikan dalam dosis unggal pagi hari sesudah
makan, kecuali jika keadaan terpaksa dapat diberikan secara dosis terbagi,
misalnya 2 x 4 tablet/hari
Prednisone menyebabkan efek samping yang serius pemakaian harus
patuh
2 minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
2 minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
2 minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
2 minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
2 minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
2 minggu keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
Catatan untuk pemberian lampren lepas

Lampren lepas diberikan pada penderita ENL berat, berulang (setelah


terjadi > 2 episode),sehingga terdapat ketergantungan terhadap steroid
Lamprene diberikan dalam dosis tungggal, pagi hari setela makan, kecuai
jika keadaan terpaksa dapat diberikan secara dosis terbagi, misalnya 3 x
1tab / hari atau 2 x 1 tab/hari.
Indikasi Rujukan Pasien
Reaksi Kusta
ENL melepuh, pecah (ulserasi) suhu tinggi,
neuritis.
Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau
neuritis
Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang
berat, misalnya hepatitis, DM, hipertensi, tukak
lambung berat.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. Silvia Syifanaya Firdaus
Usia : 14 tahun
Jenis Kelmain : perempuan
Alamat : Bungurasih timur RT : 08 RW :
01
Anamnesis
KU: terdapat bercak merah pada pipi
RPS: timbul bercak merah pada pipi kanan dan kiri sejak 3 bulan
yang lalu. Bercak tersebut dirasakan tidak gatal namun terasa
tebal. Selain di pipi jug timbul 3 buah bercak putih berbentuk
bulat di punggung, 1 buah di daerah dada, dan 1 buah di daerah
paha kiri. Bercak putih ini muncul lebih awal daripada yang di
pipi.. Selain itu pasien mengeluh kedua daun telinganya menjadi
tebal dan merah. Telinga dirasa menebal sudah sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien menegeluh sensari berkurang pada daerah
bercak-bercak tersebut. Sudah pernah berobat ke dokter namun
keluhan tidak berkurang.
RPD: belum pernah menderita seperti ini sebelumnya.
RPK: tidak ada keluarga yang menderita seperti ini.
RPSos: -
Status generalis
Kepala/ leher : Inspeksi: normochepali, tanda radang pada kulit kepala (-),
madarosis -, anemia -/-, ikterus -/-, sianosis -, dispneu - KGB tidak teraba,
JVP
Thorak :
Paru : Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercostal -/-
Palpasi : tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, ekspansi dinding
dada +/+, fremitus +/+Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : Inspeksi : ictus cordis (-), voussure cardiac (-)
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, thrill/fremissment (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1S2 Tunggal, Murmur -, gallop
Abdomen Inspeksi : massa (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : soepel, nyeri tekan -, hepar lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas Akral hangat kering merah, deformitas (+)
Status lokalis
Regio : fasialis, auricula, thoracal, abdomen, ektremitas
bawah
Efloresensi :
tampak makula eritematosa berbatas tegas, berbentuk bulat pada regio
fasialis disertai dengan hipoestesi
tampak makula eritematosa batas tegas pada regio auricula dextra
sinistra disertai hipoestesi dan penebalan
tampak makula hipopigmentosa berbatas tegas berbentuk tidak
beraturan pada regio thoracalis anterior dextra diserai hipoestesia
tampak multiple makula hipopigmentosa berbatas tegas berbentuk tidak
bulat pada regio thoracalis posterior dextra diserai hipoestesia
tampak makula hipopigmentosa berbatas tidak jelas pada regio paha
kiri bagian luar
Pemeriksaan saraf perifer : dbN
Pemeriksaan Probem List
penunjang Makula eriteatosa dan
Pemeriksaan Ziehl- makula
Neelsen hiperpigmentosa
Darah lengkap disertai hipoestesia
Faal hepar (SGOT- Assasement
SGPT)
Morbus hansen tipe
MB (down grading)
Initial Planning
Diagnosis : Terapi
pemeriksaan ziehl-neelsen Pengobatan bulanan: hari pertama
obat diminum di depan petugas
2 kapsul rifampisisn @300mg
Monitoring: (600mg)
keluhan pasien (kencing 3 tablet lampren @100 mg (300mg)
menjadi merah, pusing dll) 1 tablet dapson 100mg

Pengobatan harian : hari ke 2-28


Edukasi:
1 tablet lamprene 50mg
efek samping rifampisin 1 tablet dapson 100mg
kencing merah Satu blister untuk satu
bulan.Selama 12 bulan
pengobatan
PEMBAHASAN
Anamnesis keluhan timbul bercak merah pada pipi kanan
dan kiri sejak 3 bulan yang lalu. Bercak tersebut dirasakan
tidak gatal namun terasa tebal. Selain di pipi juga timbul 3
buah bercak putih berbentuk bulat di punggung, 1 buah di
daerah dada, dan 1 buah di daerah paha kiri. Bercak putih ini
muncul lebih awal daripada yang di pipi.. Selain itu pasien
mengeluh kedua daun telinganya menjadi tebal dan merah.
Telinga dirasa menebal sudah sejak 1 bulan yang lalu.

Pembahasan : sesuai dengan pustaka yang menyatakan


tanda-tanda awal penyakit morbus hansen atau kusta
yaitu adanya lesi kulit hipopigmentosa atau
eritematosa disertai mati rasa pada lesi.
Pemeriksaan fisik Et regio fasialis dan auricula dextra
sinistra tampak makula eritematosa batas tegas disertai
hipopigmentasi. Et regio thorakalis anterior, thorakalis
posterior dan femur sinistra bagian luar terdapat makula
hipopigmentasi dengan batas tegas disertai hipoestesi. Pada
pemeriksaan saraf perifer tidak didapatkan tanda-tanda neuritis
perifer dan tidak ada penebalan saraf.

Pembahasan : Pada kasus ini kemungkinan mengalami


down grading karena lesi yang pertama muncul yaitu
lesi hipopigmentasi (PB) kemudian diikuti dengan
timbulnya lesi baru lesi eritematosa (MB).
Penatalaksanaan
Sebelum mendapat terapi MDTL periksa DL dan SGOT-SGPT melihat
kadar Hb dan faal hepar untuk menentukn apakah bisa menggunakan
rifampisin dan dapson. Karena efek samping rifampisin yaitu heptotoksik dan
efek samping dapsone salah satunya anemia hemolitik.
Pada pasien ini hasil pemeriksaan darah lengkap dan faal hepar dalam batas
normal. Maka dapat diberikn regimen hari pertama obat diminum di depan
petugas, 2 kapsul rifampisisn @300mg (600mg), 3 tablet lampren @100 mg
(300mg), 1 tablet dapson 100mg, Pengobatan harian : hari ke 2-28, 1 tablet
lamprene 50mg,1 tablet dapson 100mg Satu blister untuk satu bulan. Selama 12
bulan pengobatan.
Namun pasien mengeluh pusing setiap kali minum dapson

Pembahasan : Penatalaksanaan pada kasus ini karena pada pasien


ini dapsone menimbulkan efek samping yang mengganggu maka
sesuai pustaka pemberian dapsone dihentikan kemudian regimen
diganti hanya menggunakan 2 kapsul rifampisisn @300mg
(600mg)/bulan, 3 tablet lampren @100 mg (300mg)/bulan, 1
tablet lamprene 50mg/hari.
Kesimpulan
Dilaporkan bahwa terdapat pasien dengan diagnosis Morbus Hansen tipe
Multibasiler pada An. S berusia 14 tahun. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis terdapa bercak pada kulit disertai mati rasa dan
pemeriksaan fisik Et regio fasialis dan auricula dextra sinistra tampak
makula eritematosa batas tegas disertai hipopigmentasi. Et regio
thorakalis anterior, thorakalis posterior dan femur sinistra bagian luar
terdapat makula hipopigmentasi dengan batas tegas disertai hipoestesi.
Pada pemeriksaan saraf perifer tidak didapatkan tanda-tanda neuritis perifer
dan tidak ada penebalan saraf. Pemeriksaan darah lengkap dan faal hepar
dalam batas normal.
Penatalaksanaan pada kasus ini karena pada pasien ini dapsone
menimbulkan efek samping yang mengganggu maka sesuai
pustaka pemberian dapsone dihentikan kemudian regimen
diganti hanya menggunakan 2 kapsul rifampisisn @300mg
(600mg)/bulan, 3 tablet lampren @100 mg (300mg)/bulan, 1
tablet lamprene 50mg/hari.

Anda mungkin juga menyukai