Anda di halaman 1dari 11

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kapuskesad


PUSAT KESEHATAN Nomor Kep / 841 / XII / 2019
Tanggal 20 Desember 2019

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MILITER

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Kesehatan bukan hanya menyangkut jasmani saja, melainkan menyangkut


faktor rohani dan sosial, sebagaimana konsep sehat menurut UU No. 36 / 2009
bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan .

b. Memperhatikan begitu pentingnya kesehatan bagi kehidupan manusia,


diluar maupun dilingkungan kerja, Kesehatan dan keselamatan kerja adalah bidang
yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang
bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek

c. Prajurit dan PNS TNI AD merupakan kelompok masyarakat pekerja yang


lebih khas, karena kondisi, situasi dan lingkungan kerjanya berkaitan dengan
latihan dan pertempuran yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan
bahkan resiko kematian.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun untuk memberikan pengetahuan tentang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja Militer

b. Tujuan. Naskah ini disusun dengan tujuan untuk dapat digunakan


sebagai pedoman bagi Gumil dalam memberikan pelajaran tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Militer, serta merupakan referensi bagi Serdik Sesarcab Kes
dalam proses belajar mengajar.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup naskah ini meliputi kesehatan kerja, dan
kesehatan kerja di lingkungan militer.

b. Tata Urut. Naskah ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:

1) Pendahuluan.
2) Pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

RAHASIA
2

3) K3 di Lingkungan Militer.
4) Penutup.

4. Pengertian.

a. Keselamatan Kerja. Adalah keselamatan yang bertalian dengan


mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan serta cara melakukan pekerjaan.

b. Kesehatan Kerja. Adalah Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran


beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial dengan
usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-
penyakit umum.

c. Lingkungan Kerja, Lingkungan Kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan


fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan 
jenis, manfaat, faktor dan Indikatornya.

BAB II
PENGETAHUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

5. Umum. Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan


organisasi. Lini dan staf sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu
adanya koordinasi serta pembagian tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46).
Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan
penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya ialah agar tenaga kerja ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan kondisi mentalnya sehingga setiap
tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja
sampai selesai masa baktinya.

6. Landasan.

a. UU No 14 tahun 1969, tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja,


mengatur hygiene perusahaan dan kesehatan kerja, sebagai berikut :

1) Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia akan moral agama.

2) Pemerintah memberi perlindungan kerja yang mencakup :

a) Norma Kesehatan Kerja dan Hygiene Perusahaan.

b) Norma Keselamatan Kerja.

c) Norma Kerja.
3

d) Pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam


kecelakaan kerja.

b. Undang Undang No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan Kerja.

1) Pasal 23 ayat 2 : upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan


penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Syarat
kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun
psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan
dan proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja.

2) Pasal 23 ayat 3 : Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan


kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 15 orang.

7. Tujuan

a. Tujuan Keselamatan Kerja.

1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan


pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.

2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan


efisien.

b. Tujuan Kesehatan Kerja.

1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-


kecelakaan akibat kerja.

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

3) Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga


manusia.

4) Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta


kenikmatan kerja.

5) Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan, agar


terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut.

6) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan


oleh produk-produk perusahaan.

8. Lingkup Kesehatan Kerja.

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan


pemeriksaaan kesehatan khusus.
4

b. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit.

c. Pendidikan Kesehatan.

d. Pertolongan pertama pada kecelakaan.

e. Pencatatan dan pelaporan.

9. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja

a. Konsep Kerja. Sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 tahun


1992, pasal 23 ayat 2, bahwa upaya kesehatan kerja pada hakekatnya merupakan
penyerasian antara beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja dan
kapasitas kerja. Sehingga untuk mendapatkan produktivitas kerja yang setinggi-
tingginya, ketiga faktor tersebut harus diupayakan agar tetap dalam keadaan
seimbang.

1) Beban kerja. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya


sebagai konsekuensi dari pekerjaannya. Beban tersebut dapat berupa fisik,
mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja bongkar dan muat
barang di pelabuhan, dia memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban
mental atau sosial. Sebaliknya seorang pengusaha, mungkin tanggung
jawabnya merupakan beban mental yang relatif jauh lebih beasr. Adapun
petugas sosial, mereka lebih menghadapi beban sosial.

2) Beban tambahan akibat lingkungan kerja. Beban tambahan akibat


lingkungan kerja ini merupakan beban yang langsung akibat pekerjaannya
yang mengakibatkan beban tambahan baik pada jasmani maupun rohani
tenaga kerja. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja meliputi faktor :

a) Fisik.

b) Kimia.

c) Biologis.

d) Fisiologis.

e) Psikologis.

3) Kapasitas kerja. Kemampuan dalam melaksanakan suatu tugas


tidak akan sama. Hal in i akan sangat tergantung dari keadaan yang
mempengaruhinya, yaitu :

a) Keterampilan.

b) Keserasian ( fitnes)

c) Keadaan gizi.

d) Jenis kelamin.
5

e) Usia.

f) Ukuran tubuh.

Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki, akan semakin efisien


badan dan jiwa dalam melakukan pekerjaan, sehingga beban kerja akan
menjadi relatif lebih sedikit.

b. Faktor Fisik.

1) Kebisingan. Adalah bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat


mengganggu pendengaran.

a) Jenis kebisingan.

(1) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang


luas

(2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi


sempit .

(3) Kebisingan terputus-putus.

(4) Kebisingan impulsif.

(5) Kebisingan impulsif berulang.

b) Efek kebisingan pada daya kerja.

(1) Gangguan pendengaran.

(2) Gangguan komunikasi.

(3) Gangguan konsentrasi.

2) Radiasi.

a) Radiasi elektromagnetis, yaitu :

(1) Gelombang-gelombang mikro.

(2) Radiasi laser.

(3) Radiasi panas.

(4) Sinar infra merah.

(5) Sinar ultra violet

(6) Sinar X
6

b) Radiasi radio aktif, adalah : sinar yang berasal dari bahan radio
aktif.

3) Getaran Mekanis.

a) Jenis getaran mekanis

(1) Getaran seluruh badan (Whole body vibration).

(2) Getaran alat-lengan ( Tool-hand vibration)

b) Efek getaran mekanis

(1) Gangguan kenikmatan kerja.

(2) Cepat lelah

(3) Gangguan kesehatan, yaitu efek mekanis pada jaringan


dan rangsangan reseptor syaraf dalam jaringan.

4) Cuaca kerja.

a) Cuaca kerja meliputi :

(1) Suhu udara.

(2) Kelembaban udara.

(3) Kecepatan gerakan

(4) Suhu radiasi.

b) Efek.

(1) Heat cramps

(2) Heat exhaustion.

(3) Heat stroke.

5) Tekanan udara.

a) Tekanan udara tinggi, sering dihadapi oleh para penyelam

b) Tekanan udara rendah, sering dihadapi oleh para penerbang


ruang angkasa, pendaki gunung.

6) Penerangan. Penerangan yang baik sangat memungkinkan tenaga


kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya-upaya yang tidak perlu. Disamping memberikan kesan pemandangan
yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.
7

a) Dalam pekerjaan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam


menentukan penerangan adalah :

(1) Ukuran obyek

(2) Derajat kontras di antara obyek dan sekelilingnya.

(3) Luminensi dari lapangan penglihatan

(4) Lamanya melihat.

b) Akibat penerangan yang buruk

(1) Kelelahan mata.

(2) Kelelahan mental

(3) Keluhan pegal di daerah mata , dan sakit kepala sekitar


mata.

(4) Kerusakan alat penglihatan.

(5) Meningkatnya kecelakaan.

c. Faktor Biologis.

1) Virus.

a) Penyakit kuku dan mulut pada pekerja di perusahaan


peternakan.

b) Vaccinia, pada pekerja pemerah sapi.

2) Bakteri

a) Antrax, pada pekerja di penjagalan, penyamak kulit dan


pengering tulang.

b) Pfeiferella, yang di tubuh kuda.

3) Protozoa, contoh penyakit cacing tambang.

4) Jamur, seperti sporotrichosis.

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor biologis dapat


menular dari seseorang pekerja kepada pekerja lainnya untuk itu imunisasi
dengan pemberian vaksin atau suntikan mutlak dilakukan untuk pekerja–
pekerja di Indonesia dewasa ini.
8

d. Faktor Psikologis.

1) Manusia dalam pekerjaannya belum merupakan mesin yang bekerja


begitu saja, tanpa perasaan, pikiran dan kehidupan sosial. Manusia adalah
sesuatu yang paling kompleks . Manusia memiliki rasa suka dan rasa benci,
gembira dan sedih, berani dan takut, dan lain sebagainya. Disamping itu
manusia memiliki kehendak, kemauan , cita-cita yang akan berpengaruh
pada pekerjaannya.

2) Latar belakang manusia bekerja.

a) Manusia sebagai mahluk biologis, memerlukan pekerjaan


sebagai sumber pemenuhan kebutuhan vitalnya, seperti makan
dan minum.

b) Manusia sebagai mahluk sosial, mengadakan penyesuaian


sosiologis terhadap perkembangan masyarakatnya, yang
menempatkan pekerjaan sebagai kedudukan atau keharusan sosial
setiap individu.

c) Manusia sebagai unsur ekonomis adalah berfungsi


memproduksi jasa atau barang.

d) Manusia sebagai mahluk berbudaya memandang kerja sebagai


suatu kehidupan kebudayan yang luhur dan terhormat.

e) Manusia sebagai mahluk Tuhan, merasa bahwa bekerja


secara baik adalah sesuatu pengabdian yang mulia.

3) Dengan demikin motivasi pekerja harus dibangkitkan dalam


hubungan bekerja dan pekerjaan . Sehubungan hal tersebut terdapat dua
jenis perbuatan yaitu :

a) Perbuatan atas dasar motivasi, yaitu pekerjaan dibangkitkan


dalam hubungan bekerja atas dasar dorongan jiwa yang kuat, penuh
inisiatif, kualitatif dan sebagainya. Dalam perbuatan demikian,
seseorang berada dalam sikap selalu siap dalam melaksanakan
tugasnya.

b) Perbuatan yang bersifat reaktif, tanpa dasar motivasi , yaitu


pekerjaan yang dilaksanakan tanpa kemauan sendiri , tanpa inisitif
dan kaitan dalam sikap pekerja yang demikian kelelahan kerja akan
sangat cepat terjadi.

4) Faktor psikologis yang dapat menimbulkan cepatnya kelelahan kerja


antara lain :

a) Konflik mental, dapat sebagai akibat.

(1) Atas pekerjaannya sendiri

(2) Teman sekerja.


9

(3) Kejadian rumah tangga.

(4) Dan sebagainya.

b) Kejemuan akibat dari pekerjaan yang berulang-ulang.

BAB III
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LINGKUNGAN MILITER

10. Umum. Sebagaimana tercantum pada hakekat kesehatan kerja yaitu sebagai
alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setingi-tingginya dan sebagai alat
untuk meningkatkan produktivitas kerja , maka kesehatan kerja di lingkungan militer pun
sama, yaitu untuk mencapai derajat kesehatan personel TNI AD setinggi-tingginya
sehingga selalu siap dalam melaksanakan tugas.

11. Sistem Pemeliharaan Kesehatan Kerja.

a. Sistem pemeliharaan kesehatan kerja di lingkungan militer khususnya TNI


AD tidak akan terlepas dari tugas pokok kesehatan TNI AD , yaitu membantu
Kasad dalam membina fungsi tehnis kesehatan yang meliputi penyelenggaraan
/pelaksanaan dukungan, perawatan dan peningkatan derajat kesehatan bagi
personel TNI AD.

b. Untuk mendapatkan personel TNI AD yang berkualitas khususnya dalam


bidang kesehatan , telah dilaksanakan berbagai upaya dan kegiatan sesuai dengan
sistem pembinaan kesehatan TNI AD. Dimana pembinaan kesehatan TNI AD
merupakan segala upaya, kegiatan dan pekerjaan yang berhubungan dengan
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengerahan, pengendalian dan
pengawasan segenap sumber daya, dana dan sarana, serta metode yang
diarahkan kepada terselenggaranya bantuan kesehatan bagi TNI AD secara
berdaya guna dan berhasil guna.

c. Peranan kesehatan TNI AD. Sasaran dari peranan kesehatan TNI AD


adalah mewujudkan kondisi kesehatan prajurit dan pegawai negeri sipil yang
optimal sehingga setiap saat siap dan mampu untuk digunakan. Peranan tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Seleksi calon prajurit, agar diperoleh masukan prajurit yang sehat


jasmani dan mampu untuk melaksanakan tugas-tugas di TNI AD.

2) Meningkatkan kondisi kesehatan setiap prajurit /PNS TNI AD agar


mencapai tingkat yang optimal.

3) Memelihara tingkat kesehatan yang optimal tersebut setiap waktu


dengan jalan pencegahan penyakit.

4) Memeriksa dan mengobati prajurit/PNS TNI AD beserta keluarganya


yang berhak apabila sakit.
10

5) Memeriksa dan mengobati prajurit yang menjadi korban pada tugas-


tugas operasi.

6) Mengatasi kecacatan yang diderita oleh prajurit/PNS TNI AD


semaksimal mungkin sehingga sejauh mungkin dapat kembali bertugas.

12. Gangguan akibat Kerja di Lingkungan Militer.

a. Gangguan Akibat Trauma.

1) Patah tulang.

2) Gegar otak.

3) Luka-luka

4) Pendarahan.

5) Luka bakar.

b. Gangguan Akibat Pengaruh Udara Panas

1) Heat Cramps

2) Heat Exhaustion

3) Heat Stroke

c. Gangguan Jiwa.

1) Letih tempur

2) Gangguan psikosomatik.

3) Gangguan neurotik.

a) Neurosis cemas

b) Neurosis depresi.

c) Neurosis histerik

4) Gangguan Psikiatrik

5) Gangguan Kepribadian

6) Penyalah gunaan obat (zat Adiktif)

7) Problem Seksual
RAHASIA
11

BAB IV
PENUTUP

13. Demikianlah Naskah sekolah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Militer ini
disusun, untuk memenuhi kebutuhan Bahan Ajaran pada pendidikan Pendidikan Perwira
TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H.


Mayor Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai