Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

G2P1A0 UK 9 MINGGU dengan Blighted ovum

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

Di RSUD AMBARAWA

Diajukan Kepada Yth :

dr. Adi Rahmanadi, SpO.G

Diajukan Oleh :

Lisan Gigih Prakoso

H2A013027P

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


RSUD AMBARAWA

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Lisan Gigih Prakoso

NIM : H2A013037P

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Universitas Muhammdiyah Semarang

Bidang pendidikan : Ilmu obstetri dan Ginekologi

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Mei 2018

Kepala Departemen Ilmu Obsgyn Pembimbimg

RSUD Ambarawa

Dr. Hary Purwoko, Sp.OG KFER Dr. Adi Rahmanadi, Sp.OG


BAB I

PENDAHULUAN

Masa kehamilan terjadi mulai dari konsepsi sampai janin lahir.


Perkembangan janin kehamilan normal membutuhkan waktu 280 hari (40 minggu
jika dinyatakan dengan bulan 9 bulan 7 hari) mulai dihitung dari hari pertama haid
terakhir (HPHT).1 Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan hasil
fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu usia kehamilan) dan
hasil pemeriksaan penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio
dalam kantung kehamilan.2 Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan
sehingga digolongkan dalam perdarahan kehamilan muda mengakibatkan
kehamilan berhenti atau keguguran.3
Apabila hasil pemeriksaan USG ditemukan suatu kantong kehamilan
dengan diameter lebih dari 30 mm, tanpa dijumpai janin maka diagnosa blighted
ovum dapat ditegakkan untuk selanjutnya dilakukan tindakan pengeluaran hasil
konsepsi. Data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang pada tahun tahun
2015 abortus iminens terjadi sebanyak 103 kasus, abortus inkompletus 299 kasus,
abortus insipiens 7 kasus, missed abortion 41 kasus, blighted ovum 95 kasus dan
abortus habitualis 1 kasus.
BAB II

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 36 Tahun
Alamat : Pingit, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Status : menikah
Pendidikan terakhir : SD
Tanggal masuk RS : 23/04/2018
Biaya Pengobatan : BPJS
Identitas suami
Nama : Tn. S
Usia : 40 th
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Tigerejo, Semarang
Pendidikan Terakhir : SMP
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 24 April 2018 pukul
08.00 WIB di Ruang Bougenville RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RSUD Ambarawa dengan keluhan keluar darah
dari jalan lahir, keluhan tersebut dirasakan sejak 5 hari SMRS. Darah yang
keluar seperti flek-flek, kemudian pasien memeriksakan diri ke bidan pada
tanggal 22 April 2018 dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan USG.
Tanggal 23 April 2018 pasien memeriksakan diri untuk dilakukan
pemeriksaan USG dengan hasil tidak ada janin di dalam rahim. Darah yang
keluar dari jalan lahir dirasakan hilang timbul, bertambah banyak apabila
pasien kecapean setelah bekerja dan berwarna merah ke coklatan terang
disertai adanya prongkol dan keluarnya darah dari jalan lahir disertai nyeri.
Pasien sampai mengganti pembalut dalam 1 hari 5x pembalut. Pasien belum
mendapatkan pengobatan apapun. Pasien mengeluhkan mules(+), panas (-),
pusing (-),mual (-) dan muntah (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Hipertensi : Disangkal
b. Riwayat DM : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
f. Riwayat Penyakit Lambung: Disangkal
g. Riwayat Alergi : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Hipertensi : Disangkal
b. Riwayat DM : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Jantung : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dan suami bekerja sebagai buruh pabrik dan biaya pengobatan
menggunakan biaya BPJS
Kesan ekonomi : cukup.
6. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Merokok : Disangkal
b. Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
c. Riwayat Mengkonsumsi obat-obatan : Disangkal
d. Riwayat angkat berat : Disangkal
e. Hewan peliharaan : Disangkal
7. Riwayat Perkawinan
Merupakan pernikahan pertama dan sudah menikah selama 8 tahun.
8. Riwayat Obstetri dan Ginekologi :
a. Pasien G2P1A0
1) Anak 1 : lahir spontan tahun 2012 di Bidan dengan BBL 3350 gr.
2) Anak 2 : hamil ini
b. Riwayat haid : Menstruasi teratur dan tidak nyeri. Menarche pada usia
14 tahun. Lamanya menstruasi kurang lebih 7 hari dengan siklus 28
hari.
c. Riwayat KB : pasien menggunakan KB suntik 3 bulan selama kurang
lebih 6 tahun.
d. HPHT tanggal 26 Febuari 2018
e. Riwayat ANC : dilakukan 1 kali

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 24 April 2018 pukul 08.00 di Ruang
Bougenville RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : 15 (E 4,V 6,M 5)
4. Vital sign :
a. TD : 125/75 mmHg
b. Nadi : 90x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
c. RR : 21 x/ menit
d. Suhu : 36,5 0C (Aksiler)
e. Status Gizi
BB : 55 kg
TB : 160
IMT : 17.18 (Normal)
5. Status internus :
a. Kepala : Mesocephal
b. Mata : CA-/-, SI -/-, reflek cahaya +/+, edema palpebra -/-
c. Hidung : Deviasi -/-, nafas cuping hidung -, secret -/-, darah -/-
d. Telinga : Hiperemis -/-, nyeri tekan -/-
e. Mulut : Sianosis -/-, stomatitis -/-
f. Leher : pembesaran KGB -/-
g. Thorax
1) Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
2) Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
3) Abdomen
Inspeksi : perut datar dan warna kulit sama seperti daerah
sekitarnya
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani (+) dan massa(-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
h. Ekstremitas Sup Inf
Akral hangat : +/+ +/+
Udem : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
CRT : < 2 detik
i. Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi
1) Pemeriksaan Luar
Inspeksi : PPV (+),TFU tidak teraba
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Auskultasi : DJJ : (-)
2) Pemeriksaan Dalam
Vagina toucher : massa di vagina (-), massa di portio (-), portio tebal
(+), stolsel (+), darah merah kecoklatan (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 April 2018
1. Pemeriksaan USG

2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Lekosit 6,84 10^3/ul 3.6-11
Eritrosit 3,54 10^6/ul 3.8-4,7
Hemoglobin 9,7 L g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 30,2 L % 35-47
MCV 85,2 Fl 80-100
MCH 27,4 Pg 26-34
MCHC 32,7 g/dl 32-36
Trombosit 252 10^3/ul 150-440
RDW 14,0 % 11.5-14.5
MPV 8,0 Makro m3 7-11
Diff Count
Limfosit 1,59 10^3/ul 1,0-4,6
Monosit 0.41 10^3/ul 0.2-1.0
PTT 9,7 Detik 9,3-11,4
INR 0.88 Detik
APTT 27.2 Detik 24,6-32,6
Kimia Klinik
GDS 103 Mg/dl 74-106
SGOT 16 U/L 0-36
SGPT 11 U/L 0-36
Serologi
HBsAg Non Reaktif - Non Reaktif

E. Resume
Pasien datang ke Poli RSUD Ambarawa tanggal 23 April 2018 dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir, keluhan tersebut dirasakan sejak 5 hari
SMRS. Keluhan dirasakan hilang timbul dengan adanya keluhan mules. Darah
yang keluar dari jalan lahir dirasakan hilang timbul, bertambah banyak apabila
pasien kecapean setelah bekerja dan berwarna merah ke coklatan terang
disertai adanya prongkol. Pasien sampai mengganti pembalut dalam 1 hari 5x
pembalut. Tidak ada keluhan lain dan riwayat penyakit dahulu serta keluarga
disangkal. Riwayat obstetri G2P1A0 partus secara spontan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik, kesadaran
compos mentis, tekanan darah pasien tinggi yaitu 125/75 mmHg, tanda-tanda
vital lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan ginekologi pemeriksaan luar
secara tampak PPV, palpasi nyeri (-), TFU tidak teraba, DJJ tidak terdengar,
hasil pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal (+), stolsel (+), darah merah
kecoklatan (+).
F. Diagnosis
G2P1A0 UK 9 minggu dengan Blighted Ovum
G. Initial Plan
1. Initial Plan Terapi
a. Medikamentosa
Infus RL 20 tpm
Injeksi Biocombin 2x3 mL
Methylergometrine tab
3x200 mcg
b. Non medika mentosa
Usul : Terminasi kehamilan dengan kuretase
2. Initial Plan Monitoring
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TTV
d. PPV
e. Nyeri
3. Initial Plan Edukasi
a. Menjelaskan penyakit yang diderita pasien
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan selama perawatan.
c. Menganjurkan kepada pasien untuk minum obat secara teratur,
konsumsi makanan yang bergizi.
FOLLOW UP PASIEN SELAMA RAWAT INAP

Tabel Follow Up Pasien

Hari,
S O A P
Tanggal
Senin Keluar darah dari jalan lahir KU baik,CM G2P1A0 UK 9 - Observasi KU + TTV+
23/04/2018 sejak kemarin keluar darah TD 120/70 mmHg minggu dengan PPV+stolsel+ nyeri
bertambah banyak jika pasien HR 80 kali/menit Blighted Ovum - Infus RL 20 tpm
kecapean setelah bekerja RR 21 kali/menit - Dilakukan pemeriksaan
keluar darah disertai nyeri T 36,5oC Lab Darah dan USG
keluhan lain terasa mules di - Injeksi Biocombin 2x3
perut, panas (-), pusing (- mL
),mual (-) dan muntah (-) - Methylergometrine
RPD : HT(-),DM(-),ASMA (-), 3x200 mcg
JANTUNG (-)
RPK : HT(-),DM(-),ASMA (-),
JANTUNG (-)
RP: MOROKOK (-)
ALKOHOL(-)
NARKOTIKA (-)
Selasa Keluar darah dari jalan lahir, KU baik, CM G2P1A0 UK 9 - Observasi KU +
24/04/2018 masih terasa mules di perut TD 120/80 minggu dengan TTV+PPV+ nyeri
HR 85 kali/menit Blighted Ovum - Infus RL 20 tpm
RR 22 kali/menit - Diberikan misoprostol
T 37,8oC ½ tab x 600 mcg
- Tranfusi darah 2
kantong
Rabu Keluar darah dari jalan lahir KU sakit sedang, G2P1A0 UK 9 - Observasi KU +
25/4/2018 dan prongkol, mules di perut CM minggu dengan TTV+PPV+ nyeri
mulai berkurang TD 125/85 Blighted Ovum - Infus RL 20 tpm
HR 75 kali/menit - Diberikan misoprostol
RR 20 kali/menit ½ tab x 600 mcg
o
T 36,5 C - Persiapan kuretase
Kamis Keluar darah dari jalan lahir KU sakit sedang, G2P1A0 UK 9 - Observasi KU +
26/4/2018 merah terang, mules di perut CM minggu dengan TTV+PPV+ nyeri
mulai berkurang TD 115/79 Blighted Ovum - Infus RL 20 tpm
HR 81 kali/menit - Diberikan misoprostol
RR 20 kali/menit ½ tab x 600 mcg
o
T 37,4 C - Kuretase
- Pasien pulang
- Ciproflokasin tab 2x500
mg
- Asam mefenamat tab
3x500 mg
- Metil ergometrin tab
3x0,2 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Teori Medis Blighted Ovum


1. Pengertin
Blighted ovum (anembryonic pregnancy) adalah kehamilan tanpa
ditemukan embrio di dalam kantung kehamilan. Kantung kehamilan pada
kasus blighted ovum terbentuk dan embrio mengalami kegagalan
berkembang masa awal kehamilan.4 Blighted ovum terjadi 6-7 minggu usia
kehamilan.5
2. Etiologi
Blighted ovum belum diketahi penyebab secara pasti. Blighted ovum
terjadi masa awal kehamilan. Beberapa faktor dapat menyebabkan
terjadinya Blighted ovum :
a. Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel
sperma.
b. Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan
embrio pada masa awal kehamilan berhenti.
c. Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum
alkohol
d. Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin
tua pada pasangan suami istri dan semakin banyak seorang
istri pernah hamil memperbesar kemungkinan dari terjadinya
blighted ovum.
e. Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, kelainan
imunologi, serta penyakit diabetes.
3. Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi
penggabungan pronukleus. Hari ke 4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi
blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-
hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan
positif dan kehamilan klinis akan terjadi.3 Kehamilan blighted ovum terjadi
penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). 4
Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus
blighted ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan
gestational sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational
sac. Hal ini disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu
pasca fertilisasi.5 Blighted ovum dapat terjadi pengeluaran darah dari
vagina.3

4. Keluhan Subjektif
Kehamilan dengan blighted ovum ditemukan perdarahan melalui vagina dan
terkadang disertai nyeri dibagian perut.6
5. Diagnosa Blighted Ovum
Blighted ovum dapat didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi (USG)
pada kasus blighted ovum ditemukan kantung kehamilan dan tidak
ditemukan embrio di dalam rahim. Bila hasil USG tidak disertai keluhan
perdarahan dari vagina, untuk menghindarkan keraguan saat mendiagnosa
blighted ovum dilakukan USG ulang 10 hari kemudian. Pemeriksaan untuk
menunjang diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium,
ditemukan penurunan level plasma β-human chorionic gonadotropin (hCG)
yang menunjukkan kehamilan tidak normal seperti blighted ovum.2

6. Penatalaksanaan Blighted Ovum

Gambar 2.2
Penatalaksanaan blighted ovum

Sumber : (Prawirohardjo, 2011; Mochtar, 2013; Saifuddin, 2014)


7. Terminasi kehamilan blighted ovum
Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode
terminasi dilatasi dan kuretase secara elektif.3 Dilatasi dilakukan
menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh
sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan
penera kavum uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri
dengan sistematis melakukan kerokan pada dinding rahim.7
8. Persiapan tindakan terminasi
a. Persiapan pasien
Persiapan tindakan dilakukan dengan melakukan konseling dan
persetujuan tindakan medis.7 Melakukan pemeriksaan umum meliputi :
tekanan darah, nadi serta melakukan pemeriksaan darah lengkap,
pemasangan infus.
b. Persiapan alat
Persiapan alat meliputi : 2 spekulum sim’s, sonde uterus, dilatator
berbagai ukuran, sendok kuret berbagai ukuran, cunam abortus, pinset,
klem, kain steril dan 2 sarung tangan steril. Alat-alat tersebut dalam
keadaan yang steril dan diletakkan dalam bak alat steril. Instrumen lain
yang dibutuhkan meliputi : lampu, mangkok kecil logam serta
penampung darah dan jaringan.7,8
c. Persiapan alat pelindung diri (APD) penolong
Persiapan APD bagi penolong dan asisten meliputi : menggunakan baju
tindakan, pelindung kaki (alas kaki terbuat dari karet), kaca mata
pelindung, masker, dan sarung tangan steril.7
d. Persiapan obat yang akan di gunakan untuk tindakan kuretase Persiapan
obat yang digunakan meliputi :
(1) Misoprostol. Penggunaan misoprostol 100 mg efektif digunakan
untuk dilatasi serviks. Umumnya pada kasus blighted ovum dilatasi
akan berhasil setelah pemberian dosis ke-2. Jika pemberian
misoprostol tidak berhasil dilatasi serviks dilakukan dengan hegar.9
(2) Pra anastetik. Berfungsi mengurangi rasa cemas sebelum tindakan
dan memperlancar induksi anastesi, tindakan pra anastetik dapat
dilakukan menggunakan golongan benzodiazepin (diazepam,
lorazepam dan midazolam). Kuretase dilakukan menggunakan
diazepam 10 mg secara IM.7
(3) Anastetika yang digunakan menggunakan ketamin dengan dosis
0,5 mg/kgBB.7 Pemilihan ketamin memiliki sifat anastetik dan
analgetik serta memiliki batas keamanan yang luas, cara pemberian
dilakukan induksi per IV. Pada penggunaan ketamin akan
menimbulkan efek emergence phenomenon.
(4) Uterotonika metergin 0,2 mg per IM atau oksitosin 10 IU per IV
untuk meningkatkan kontraksi uterus.7
9. Tindakan kuretase
a. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi. Bagian bawah perut dan
lipatan paha dibersihkan menggunakan air dan sabun.
b. Pemberian anastesi
c. Pasang spekulum sim’s sampai serviks terlihat. Memberikan cairan
antiseptik pada vagina dan serviks.
d. Memberikan oksitosin 10 IU IV atau metergin 0,2 mg secara IM untuk
mencegah perforasi uterus dan meningkatkan kontraksi uterus.
e. Melakukan pemeriksaan bimanual bertujuan mengetahui bukaan
serviks, besar, arah, dan resiko terjadi perforasi.
f. Serviks dilakukan penjepitan diarah jam 11.00 dan 13.00
menggunakan tenakulum. Setelah terpasang dengan baik keluarkan
spekulum atas.
g. Dilatasi dilakukan dengan menggunakan dilatator sampai dapat dilalui
oleh sendok kuret. Sendok kuret dimasukkan melalui kanalis
servikalis.
h. Kedalaman uterus diketahui dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan sonde uterus.
i. Dinding uterus dibersihkan dengan pengerokan secara sistematis
searah jarum jam sampai bersih dengan tanda seperti menyentuh
bagian bersabut. Pemeriksaan bimanual dilakukan kembali untuk
mengetahui besar dan konsistensi uterus. Jaringan di keluarkan dan
membersihkan darah mengenai lumen vagina. Kemudian melepaskan
tenakulum dan spekulum bawah.
10. Penatalaksannaan post kuretase
a. Pemberian analgetik (Paracetamol 500 mg) untuk mengurangi nyeri
jika diperlukan.7 Pemberian Paracetamol bertujuan untuk mengurangi
kadar nyeri (ringan-sedang) pasca tindakan.
b. Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c. Memberikan antibiotik terapeutik.7 Diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan menggunakan 2
kombinasi antibiotik.3
Pemberiaan antibiotik Metronidazole berfungsi untuk mencegah
infeksi bakteri gram negatif (–) dan anaerob pasca kuretase dengan
dosis 500 mg dan waktu paruh 8-10 jam.3 Pemberian Metronidazole
dapat diberikan bersama Amoksisilin yang merupakan antibiotik
spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan.3
11. Komplikasi terminasi kehamilan buatan
a. Perforasi uterus, terjadi karena penggunaan sonde uterus.10
Penanganan dilakukan dengan menghentikan tindakan kuretase dan
melakukan kolaborasi dengan dokter bedah untuk dilakukan
laparatomi.3
b. Robekan serviks, disebabkan penggunaan tenakulum.10 Penanganan
serviks yang robek dilakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan.
c. Perdarahan, timbul karena atonia atau sisa hasil konsepsi di dalam
uterus. Pencegahan atonia dilakukan dengan pemberian metergin 0,2
mg IM atau 10 IU oksitosin secara IV sebelum dilakukan kuretase
untuk meningkatkan kontraksi uterus.7
d. Penanganan sisa hasil konsepsi dengan pemberian profilaksis dan
uterotonika untuk dilakukan kuretase ulang.3
e. Infeksi, pencegahan infeksi dilakukan pemberian antibiotik.10
BAB IV

PEMBAHASAN

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) adalah kehamilan tanpa


ditemukan embrio di dalam kantung kehamilan yang terjadi karena kelainan pada
sel telur dan sel sperma. Blighted ovum dapat menjadi salah satu penyebab
perdarahan di usia kehamilan muda. Pada laporan kasus yang diajukan dengan
seorang wanita usia 34 tahun dengan diagnosa Blighted ovum. Sampai saat ini
masih belum jelas tentang penyebab pasti Blighted ovum, faktor predisposisi pada
pasien ini terutama masalah usia.
Pasien berusia 34 tahun dan suami pasien berusia 40 tahun. Diperkirakan
ada hubungan usia pasangan suami istri dengan kualitas ovum maupun sperma yang
menurun sehingga dapat menyebabkan terjadinya Blighted ovum. Sedangkan untuk
faktor lainnya tidak ditemukan pada pasien seperti penyakit diabetes mellitus,
kebiasaan merokok atau meminum alkohol. Infeksi TORCH sebenarnya belum
sepenuhnya dapat disingkirkan, pasien tidak memiliki hewan peliharaan, namun
perlu pemeriksaan yang lebih lanjut untuk mendeteksi infeksi tersebut.
Diagnosa Blighted ovum tegakkan dengan pemeriksaan USG dengan hasil
tidak terdapat janin di dalam sacus gestasional. Keluhan yang diutarakan pasien
dapat menjadi gejala pada Blighted ovum yaitu keluar darah dari jalan lahir, diikuti
oleh nyeri perut yang dirasakan pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tidak
terdengar adanya DJJ dan dikuatkan dengan sebelumnya pasien sudah melakukan
pemeriksaan USG dengan hasil Blighted ovum. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang dengan USG. Terminasi kehamilan merupakan prinsip penatalaksanaan
pada Blighted ovum.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono.3
2. Decherney, AH, Goodwin TM, Nathan L, Laufer N. 2007. Lange
Current Diagnosis and Treatment Obstetric and Gynecology, 7th
edition. Mc Graw Hill.
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka.
4. JM Carrera, Asim Kurjak (2006). Donald School Atlas of Clinical
Application of Ultrasound in Obstetrics & Gynecology. Jaypee Brothers
Publishers. p. 54. ISBN 81-8061-639-8. Penanda Google Book:
OhZ8WEbrFlcC.
5. Blankstein J, Arora S, Brasch J. Ultrasound to monitor ovulation induction.
In: Rizk B, Puschek E, editors. Ultrasonography in gynecology. Cambridge
University Press. [In press].
6. Norwitz, Errol R dan John O. Schorge. 2007. At a Glance Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Erlangga.
7. Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
8. Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. EGC: Jakarta.
9. Cunningham FG, et all. 2010. Obstetri Williams. Jakarta, EGC
10. Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

19

Anda mungkin juga menyukai