PENDAHULUAN
belakang bagian punggung. Secara umum nyeri ini disebabkan karena peregangan otot dan bertambahnya usia yang akan menyebabkan intensitas olahraga dan
gerak semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan otot-otot punggung dan perut akan menjadi lemah.
Berdasarkan diagnosis yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan, prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia sebesar 11,9% dan berdasarkan gejala
prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia mencapai 24,7%. Sedangkan, prevalensi penyakit muskuloskeletal di Lampung mencapai 18,9%. Penyebab
low back pain yang paling sering adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang salah, dan aktivitas yang berlebihan. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan
hubungan lama dan posisi duduk dengan kejadian low back pain
Faktor risiko yang dapat mempengaruhi timbulnya low back pain antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), masa kerja, dan kebiasaan
olahraga. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dituntut untuk bekerja lebih aktif, namun sering sekali seseorang tidak memperhatikan posisi yang benar
ketika menjalankan pekerjaan dan hal tersebut dapat menyebabkan keluhan low back pain (LBP).
Sebagai contoh pekerjaan yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal adalah penjaga kasir. Di Indonesia, penjaga kasir merupakan pekerjaan yang telah
banyak dilakukan di setiap usaha. Dalam melakukan pekerjaan, pekerja beresiko mendapat kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Hal ini dapat terjadi karena
pekerja sering mengalami posisi duduk dan lama duduk yang tidak sesuai sehingga terjadi keadaan postur yang kaku dan beban otot yang statis. Aktivitas yang
terlalu menggunakan gerak ke depan maupun membungkuk, mengangkat beban berat secara tidak tepat, maupun bekerja dengan posisi duduk dalam jangka
waktu yang lama kemungkinan merupakan faktor yang dapat menyebabkan nyeri pada bagian anggota badan, punggung, lengan, bagian persendian, dan jaringan
otot lainnya.
b. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang mungkin timbul dengan adanya bahaya potensial tertentu di suatu tempat kerja.
1) Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tidak hanya secara teoritis tetapi juga praktik dalam kegiatan di lapangan.
2) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pemecahan masalah yang terdapat di lapangan.
3) Memperoleh wawasan tentang materi Kedokteran Okupasi, terutama dalam pelaksanaan Plant Survey dan penerapannya dalam
B. Bagi Pekerja
2) Mendapatkan informasi mengenai posisi ergonomis yang baik, sehingga dapat memperbaiki posisi kerja, dan pentingnya
penggunaan APD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.
Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut.
2. Bersifat teknik.
menyebutnya Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and
Health.
Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan
kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan
mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekadar mengobati, merawat, atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,
perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial
Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-
penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah
kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).
Keselamatan kerja sama dengan hygene perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut.
2. Bersifat medis.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material-material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing
terhadap kesehatan pekerja. menyatakan bahwa kita harus memahami karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadap
material tersebut untuk meminimasi risiko material terhadap kesehatan. Pengetahuan tentang substansi yang digunakan dalam pekerjaan serta cara
substansi tersebut masuk ke dalam tubuh merupakan pengetahuan penting bagi pekerja. Dengan pengetahuan tersebut, pekerja dapat mengetahui reaksi
tubuh terhadap substansi kimia tersebut sehingga dapat meminimasi timbulnya penyakit. menjabarkan ada beberapa jalur untuk substansi berbahaya dapat
Berdasarkan jalur masuk substansi memberikan beberapa contoh tindakan pencegahan sederhana untuk mencegah masuknya substansi
o Asupan makanan
o Hirupan pernafasan
tertentu.
o Penyerapan
o Masukkan langsung
Dalam tubuh terdapat berbagai organ tubuh seperti hati, usus, ginjal, dan lain-lain. Setiap organ tersebut memiliki fungsinya masing-masing,
dan setiap fungsi tersebut sangat rentan apabila organ diserang oleh substansi kimia tertentu.
keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,
patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Pendapat lainnya, kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres
Agar dapat melaksanakan pekerjaan terutama pada jenis pekerjaan yang menggunakan fisik lebih dominan seperti pekerja pengumpul
sampah, maka kesehatan pekerja merupakan salah satu faktor yang dominan. Kesehatan pekerja merupakan salah satu asset yang berharga dan menjadi
syarat mutlak untuk dapat membantu menyelesaikan pengelolaan sampah di negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan rendah. Akan tetapi,
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja pada negara-negara berpenghasilan rendah belum optimal dimana ketersediaan dan
pemanfaatan Alat Pelindung Diri yang tepat serta pengawasan yang sangat terbatas juga menjadi salah satu faktor meningkatnya angka kecelakaan kerja.
Program jaminan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi seluruh pekerja pengumpul sampah harus dilakukan untuk menjamin kondisi kesehatan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan
K3 adalah :
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi,
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Potensi bahaya (Hazard) banyak ditemukan di tempat kerja yang dapat menyebabkan kejadian penyaki akibat kerja, dapat digolongkan
menjadi:
a. Hazard fisik
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang
mikro dan sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak
diinginkan.
b. Hazard biologi
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya, seperti virus, parasite, jamur, bakteri, dll.
c. Hazard ergonomi
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma
ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk: sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
d. Hazard Psiko-sosial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
e. Hazard kimia
Potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi, seperti debu, gas, uap, asap.
2. Evaluasi dari option-option pengendali yang didasarkan pada biaya, resources (internal) yang dimiliki dan faktor eksternal misalnya pertimbangan
5. Pelaksanaan pengendalian.
7. Bila sisa risiko masih tinggi dilakukan lagi tindakan pengendalian yang tahapannya sama (retain).
a. Eliminasi
Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus dihilangkan pada saat proses pembuatan desain. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya
merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam menghindari resiko namun demikian penghapusan
benar-benar terhadap bahay tidak selalu praktis dan ekonomis. Misal bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya bising, bahaya kimia. Semua ini harus
b. Substitusi
Tahap ini merupakan tahap penggantian bahan, proses, tatacara ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih aman. dengan
pengendalian ini dapat menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang.
c. Engineering Control
Engineering control atau pemisahan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang
dalam suatu unit sistem atau peralatan. Biasanya mesin atau sumber bahay tersebut dimodifikasi sedemikian rupa agar potensi bahaya berkurang atau
d. Administration control
Pengendalian administrasi adalah pengendalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan
orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.
e. Alat Pelindung Diri
Metode ini dilakukan sebagai pelengkap atau langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Tujuannya untuk melindungi tenaga kerja apabila
usaha rakayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik, meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja, dan menciptakan
Salah satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward posture). Postur janggal adalah posisi tubuh yang
menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang
dibutuhkan untuk bekerja. Posisi janggal menyebabkan kondisi dimana perpindahan tenaga dariotot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah
menimbulkan lelah.
Termasuk ke dalam postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar (twisting), memiringkan badan,
berlutut, jongkok, memegang dalam kondisi statis, dan menjepit dengan tangan. Postur ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan
lutut, karena bagian inilah yang paling sering mengalami cidera. Pekerjaan-pekerjaan dan postur kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat
timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang lama (kronis) bisa
menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Selain itu, bekerja dengan rasa sakit dapat
mengurangi produktivitas serta efisiensi kerja dan apabila bekerja dengan kesakitan ini diteruskan maka akan berakibat pada kecacatan yang akhirnya
menghilangkan pekerjaan bagi pekerjanya. Terdapat lebih dari sepertiga dari seluruh waktu kerja yang hilang (lost time injuries) karena hal ini.
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh:
kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job.
Sikap ergonomi dalam bekerja dengan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, misalnya saat mengangkat dan memindahkan sampah
dari bak sampah ke alat transportasi yang digunakan. Terdapat keluhan yang sering terjadi pada pengumpul sampah dimana terjadinya peningkatan risiko
gangguan muskuloskeletal, punggung bawah merupakan daerah tubuh yang paling sering terkena dampak. Sementara bagian tubuh lainnya antara lain,
bahu, lutut dan leher. Pada Studi lain menjelaskan bahwa pengumpulan sampah menggunakan kekuatan fisik sehingga menyebabkan risiko gangguan
muskuloskeletal. Prevalensi cidera pada pekerja pengumpul sampah lebih besar dari pekerja kantor. Hal ini disebabkan karena selama proses pengumpulan
sampah, bagian-bagian tubuh yang paling rentan mengalami risiko muskuloskelatal adalah punggung, lengan dan kaki. Keluhan yang sering terjadi pada
pekerja laundry adalah nyeri pada bahu serta pergelangan tangan, kesemutan pada tangan serta kaku, telapak tangan terasa panas serta kemerahan, dan
HASIL PENGAMATAN
Kegiatan dimulai pada pukul 06.00. Pekerjaan dilakukan oleh 3 orang, yaitu Ny. Nur, Ny. Wati dan Ny. Ririn. Pertama pekerja membuka toko
dengan membersihkan bagian dalam, luar dan samping toko, kemudian menyalakan komputer kasir dan pegawai membagi tugas dalam pekerjaannya. Ny. Nur
dan Ny. Ririn melayani pembeli di kasir dan Ny. Wati input barang. Pada pukul 09.00 para pekerja bergantian istirahat untuk sarapan, lalu salah satu dari pekerja
pergi untuk kulakan di tempat grosir. Pada jam 12.00 -13.00 istirahat makan dan sholat, lalu dilanjutkan untuk menjaga kasir. Pada jam 15.00 – 16.00 istirahat
mandi dan sholat, lalu dilanjutkan menjaga toko sampai tiba pada waktu sholat maghrib dan makan malam pukul 18.00-18.30, lalu dilanjutkan menjaga kasir
1. Fisik -
2 Kimia -
3 Biologi -
Posisi kerja yang tidak sesuai berupa Gerakan tangan dan posisi bahu yang salah
4 Ergonomi
Sikap badan yang kurang baik dalam waktu lama
5 Psikologi Beban kerja karena bekerja selama 12 jam/hari senin hingga minggu.
1. Faktor Resiko
a) Posisi statis
b) Posisi janggal
c) Beban kerja
d) Masa kerja
e) Lama kerja
BAB IV
PEMBAHASAN
Risk assesment yaitu Menentukan seberapa besar kontribusi faktor konsekuensi, kemungkinan dan pajanan bahaya terhadap terjadinya
insiden.
2. Kemungkinan (likelihood)
Rating Keterangan
5 Sangat sering terjadi / terjadi beberapa kali per tahun di tempat kerja yang sama
3. Konsekuensi/severity
Rating Keterangan
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Berat
5 Kematian massal
Severity
Likelihood 1 2 3 4 5
1 5 10 15 20 25
2 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
4 2 4 6 8 10
5 1 2 3 4 5
Keterangan:
Pada kasus ini, untuk kemungkinan (likelihood) pada pekerja terletak pada rating 3, yakni Bisa terjadi / terjadi beberapa kasus di tempat kerja, dan untuk
konsekuensi atau severity pada pekerja ini terletak pada rating 2, yakni ringan. Dan dilihat dari hasil perkalian, maka pekerja memiliki skor 12, yang
Kendali kontrol terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi resiko
kecelakaan kerja melalui eliminasi, substitusi, engineering control warning system, administratif control, dan alat pelindung diri.
4.3 Hazard
A. Hazard Ergonomi
1. Substitusi
Tahap ini dapat dilakukan dengan mendesain peralatan kerja, mesin, lingkungan kerja, cara kerja dengan baik dan benar
2. Administration control
Pada kasus ini dapat dilakukan dengan memperbaiki posisi serta postur
Pada kasus ini bisa diberikan kursi dengan sandaran dengan tinggi bangku yang sesuai saat menyetrika pakaian. Serta memodifikasi alat
B. Hazard Psikologi
1. Eliminasi
Mengurangi waktu kerja dengan hanya bekerja maksimal 6 hari dengan durasi kerja maksimal selama 7-8 jam sehari, dengan
2. Administration control
Langkah ini dapat dilakukan dengan menambah jam istirahat pada pekerja.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan wawancara pada pekerja kasir, yang dapat penulis simpulkan yaitu:
1. Penulis mengetahui bahaya potensial yang ada pada pekerja kasir, dan mengerti dari dampak hazard tersebut.
2. Penulis mengetahui penyakit atau gangguan kesehatan yang timbul akibat bahaya potensial pada pekerja kasir.
3. Penulis mengetahui cara melindungi diri dan mencegah dari paparan bahaya potensial pada pekerja kasir.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis kepada pihak pekerja pengepul sampah, yaitu:
1. Setiap pekerja diharapkan dapat memperhatikan faktor ergonomis saat bekerja, agar terlindung dari bahaya potensial.
2. Diharapkan pekerja kasir dapat mengetahui bahaya potensial secara rinci dan bagaimana cara menanggulangi bahaya potensial.
Lampiran