Anda di halaman 1dari 36

Refleksi Kasus

MORBUS HANSEN

Oleh:
Henggar Allest Pratama (122011101080)

Pembimbing:
dr. Hendra Minarto, Sp. KK

SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin


RSD Dr. Soebandi Jember
2016
DEFINISI
 Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang kronik,
dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat.
 Sinonim: lepra, kusta
EPIDEMIOLOGI
 Tahun 2009 = 213.036 dari 121 negara
Tahun 2008 = 249.007.
 Di Indonesia, tahun 2011 = 20.023, dengan kasus baru
sebesar 16.668 orang, prevalensi per 10.000 penduduk
8,3.
 Frekuensi tertinggi pada kelompok umur antara 25-35
tahun.
 Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya.
ETIOLOGI

 Mycobacterium leprae
 3-8 µm x 0,5 µm
 tahan asam dan alcohol serta gram positif
PATOGENESIS
M. Leprae masuk melalui defek
mukosa/kulit pada area yang
bersuhu dingin (mukosa nasal)

Obligat intraseluler => Reaksi


dengan makrofag
Sel epiteloid
Sel Datia Langhans
Makrofag mampu Reaksi =>
Imunitas baik
memfagositosis kerusakan saraf

Bebas Merusak jaringan


Imunitas buruk
bermutiplikasi
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
 Cardinal sign
 Lesi kulit (hipoaestesia/eritema) yang mati rasa (hipoaestesia-
anesthesia)
 Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf (sensorik,
motoric, otonom)
 Adanya BTA pada kerokan jaringan kulit

Diagnosis ditegakkan jika ada minimal satu


MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis Klinis Menurut WHO (1995)

PB MB
Kusta neural
Lesi kulit - 1-5 lesi - >5 lesi
(makula yang datar, - Hipopigmentasi/eri - Distribusi lebih
papul yang meninggi, tema simetris Kusta histoid
nodus) - Distribusi tidak
simetris
Kerusakan saraf - Hilangnya sensasi - Hilangnya sensai
Reaksi kusta
(menyebabkan hilangnya yang jelas kurang jelas
sensasi/kelemahan otot - Hanya satu cabang - Banyak cabang
yan dipersarafi oleh saraf saraf
saraf yang terkena)
BTA - negatif - positif
MANIFESTASI KLINIS
Kusta tipe pausibasilar
Kusta tipe multibasilar
DIAGNOSIS

Kelainan kulit yang hipopigmentasi atau eritematosa dengan anastesi


yang jelas.

Kelainan saraf tepi berupa penebalan saraf, dapat disertai atau tanpa
gangguan fungsi saraf yang terkena,

Hapusan kulit positif untuk kuman tahan asam.


DIAGNOSIS BANDING

THE GREATEST IMITATOR

 lesi makular: vitiligo, pitiriasis versikolor, pitiriasis alba


 lesi meninggi: granuloma annulare, tinea circinata, psoriasis
 lesi noduler: von reckling housen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan bakterioskopik
 Pemeriksaan histopatologik
 Pemeriksaan serologik
PENATALAKSANAAN
MDT untuk multibasiler (BB, BL, LL atau semua tipe dengan
BTA positif)
 Rifampisin 600 mg setiap bulan, dalam pengunaannya harus
diawasi
 DDS 100 mg setiap hari
 Klofazimin: 300 mg setiap bulan, dalam pengawasan,
diteruskan 50 mg sehari
MDT untuk pausibasilar (I, TT, BT dengan BTA negatif)
 Rifampisin 600 mg setiap bulan, dengan pengawasan
 DDS 100 mg setiap hari
PROGNOSIS
 Ad bonam, tergantung imunitas dan tipe kusta.
REFLEKSI KASUS
Identitas Pasien
 Nama : Tn. IS
 Umur : 42 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Suku : Madura
 Agama : Islam
 Status : Sudah menikah
 Pekerjaan : Pegawai kecamatan
 Alamat : Jl. Argopuro 27 RT2/7, Kalisat, Jember
Anamnesis
 Keluhan Utama
Benjolan di leher bawah telinga

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di leher
bagian bawah telinga sejak 3 bulan yang lalu. Benjolan dirasa
tidak nyeri namun jika ditekan terasa seperti kesemutan.
Pasien juga mengeluhkan adanya rasa tebal pada telinga
kanan dan pipi kanan sejak 2 bulan yang lalu. Sebelum
muncul rasa tebal, pasien mengeluh muncul adanya
perubahan warna kulit kemerahan pada telinga dan pipi
kanan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Riwayat diabetes melitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti
ini, namun ada tetangga pasien yang mengalami banyak
bercak putih pada tubuhnya yang disertai mati rasa.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah ke dokter sebelumnya. Pasien
memberikan salep yang dibelinya di warung namun keluhan
tidak membaik.

Riwayat Alergi
Riwayat alergi disangkal.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : cukup
 Kesadaran : alert
 Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 18 x/menit
Tax : 36,60 C
 Kepala/Leher : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-),
dispneu (-)
 Thorax :
Cor : S1 S2 tunggal, e/g/m (-)
Pulmo : simetris (+), retraksi (-), ves +/+, rh
-/-, wh -/-
 Abdomen : flat, BU(+), timpani, soepel
 Ekstrimitas : akral hangat kering merah di
keempat ekstrimitas, edema (-)
Status Dermatologis
 R. auricular dextra :
didapatkan macula eritematosus soliter dengan tepi tidak
teratur, sebagian tepi berbatas jelas dan sebagian tepi
berbatas tidak jelas.

 R. facialis (buchalis dextra) :


didapatkan patch eritematosus soliter dengan tepi tidak
teratur, berbatas jelas dengan tepi sedikit meninggi
Pemeriksaan Sensibilitas
Suhu : tidak dilakukan pemeriksaan
Nyeri : hipoaestesi
Taktil : hipoaestesia

Perubahan saraf tepi :


N. auricularis magnus : +/-
N. ulnaris : -/-
N. peroneus komunis : -/-
N. tibialis posterior : -/-
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan
BI dan MI. Didapatkan hasil negative
Diagnosis Kerja
 Morbus hansen pausibasilar
Diagnosis Banding
 Tinea facialis
 Ptiriasis versicolor
 Pitiriasis rosea inversa
 Psoaris vulgaris
 Erisipelas
Penatalaksanaan
 Rifampsin 600 mg 1 tab / bulan
 DDS/Dapson 100 mg / hari
Lama pengobatan 6-9 bulan
PROGNOSIS
Ad bonam

Anda mungkin juga menyukai