Anda di halaman 1dari 23

MORBUS HANSEN

Oleh :
Anindita Dena Varissa
Dian Mainar

Pembimbing :
Dr. Nanda Earlia, Sp. KK
PENDAHULUAN
DEFINISI

• penyakit yang disebabkan oleh


• Anamnesis
infeksi kronik Mycobacterium leprae
• Pemeriksaan Dermatologis
dan dapat menyerang berbagai
DEFiNISI DIAGNOSIS • Pemeriksaan penunjang
bagian tubuh diantaranya saraf DIAGNOSIS

perifer sebagai afinitas pertama

• Di Indonesia didapatkan lebih dari


10 kasus terbaru per 100.000 Tatalaksana :
penduduk setiap tahunnya •Non medikamentosa
PREVALENSI
• Berdasarkan distribusi data •Medikamentosa (MDT)
TERAPI
tersebut dinyatakan bahwa
populasi laki-laki dua kali lebih
tinggi dibanding populasi wanita

• Populasi daerah endemis Komplikasi:


• Hygienitas Buruk •Reaksi Kusta
FAKTOR RESIKO • Status Gizi Buruk •Kecacatan
KOMPLIKASI
• Status HIV •Gangguan psikologis
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M Amin
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Berat Badan : 60 kg
Alamat : Kuta Baro
Tgl Pemeriksaan : 10 Januari 2018
Jaminan : BPJS
Nomor CM : 1-15-57-25
ANALISA KASUS
KASUS
Keluhan utama TEORI
Tangan sebelah kiri kebas-kebas, memendek, dan
bengkok
Keluhan Tambahan
Bercak-bercak putih di punggung
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUDZA dengan keluhan tangan sebelah kiri
kebas-kebas, memendek, dan bengkok. Awalnya
keluhan dirasakan tangan pasien sering dirasakan
kebas dimulai dari 12 tahun yang lalu dan pasien
hanya berobat ke puskesmas saja lalu diberikan
obat rutin untuk diminum satu tahun namun
pasien tidak rutin minum obat. Keluhan pada
tangan hanya terasa kebas-kebas saja namun
karena berhenti berobat lama kelamaan keluhan
pasien menjadi lebih buruk dimana jari-jari
tangannya memendek dan terlihat bengkok.
Pasien juga mengeluhkan seringkali terasa nyeri
pada sendi-sendi di tubuhnya. Keluhan
penurunan sensasi raba disangkal oleh pasien.
Keluhan muncul luka atau bercak-bercak putih
juga dikeluhkan oleh pasien, namun pasien tidak
sadar sejak kapan bercak putih tersebut muncul.
ANAMNESIS

RPD RPO RPK RKS


Pasien sudah pernah Sebelumnya pasien sudah Tidak ada keluarga Pasien merupakan
merasakan keluhan ini pernah berobat ke pasien yang seorang petani.
sebelumnya dan sudah poliklinik RSUDZA dan mengalami hal
berobat namun tidak mendapatkan obat MDT yang sama seperti
tuntas pada tahun 2007.MB, soft u derm, natrium pasien
diklofenak, asam salisilat
3% + desoximethason
0,025% ue ( pagi dan
malam)
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
Perubahan struktur saraf perifer dapat terjadi lima
jenis kelainan berikut, yaitu:
Telah dilakukan pemeriksaan pada (1)pembesaran saraf asimetris terutama pada
pasien laki-laki usia 44 tahun dengan pembuluh saraf yang letaknya superfisial
keluhan tangan kiri kebas-kebas, jari- mendekati kulit,
jari tangan memendek dan bengkok, (2) Penurunan kemampuan sensoris,
yang sudah dirasakan sejak lebih dari (3) Nerve trunk palsies yang memiliki gejala serupa
2 hari yang lalu. dengan neuritis atau peradangan pada pembuluh
saraf yang memiliki manifestasi berupa kelemahan
fungsi sensoris dan motorik hingga atrofi,
(4) kerusakan saraf berlangsung dengan pola
stocking-glove pattern, dan
(5) Anhidrosis palmar dan plantar
ANALISA KASUS
KASUS TEORI

M. Leprae juga dapat mempengaruhi


saraf perifer karena memanfaatkan sel
Pada pemeriksaan fisik regio manus schwann sebagai sel target untuk tempat
sinistra didapatkan posisi tangan pasien pertumbuhan kuman dan menyebabkan
dalam keadaan claw hands dan teraba penurunan fungsi sensoris, diikuti
pembesaran N. Ulnaris sinistra disertai dengan pembesaran dan disfungsi
rasa nyeri. percabangan nervus disekitarnya.
Deformitas menjadi suatu kondisi yang
paling sering mengikuti kejadian penyakit
kusta
ANALISA KASUS
KASUS TEORI

Diagnosis Lepra didasari oleh :


-riwayat penyakit pasien yang umumnya
didapat dari tempat tinggal di area
Pada regio thorakalis posterior tampak endemik serta
macula hipopigmentasi berbatas tegas -keluhan serupa pada anggota keluarga
tepi regular ukuran nummular jumlah diikuti dengan munculnya gejala berupa
multiple dengan penyebaran lesi hipopigmentasi dengan penurunan
generalisata. sensasi sensoris pada area lesi,
asimtomatik, jumlah multipel, dan lesi
tersebut semakin membesar seiring
berjalannya waktu.
ANALISA KASUS
KASUS TEORI

Kerokan jaringan kulit memiliki


spesifisitas 100% dan sensitivitas
50%. Kerokan jaringan kulit dapat
Hasil pemeriksaan pewarnaan gram diambil dari mukosa hidung, cuping
menggunakan jaringan kulit cuping telinga atau dari lesi kulit. Skala
telinga menunjukkan hasil BTA negatif Ridley’s atau bakterial indeks
digunakan untuk
menginterpretasikan hasil dari
apusan BTA.
DIAGNOSIS BANDING

Morbus Vitiligo Post Inflamatory Ptyriasis Tinea


Hansen Hypopigmentasi versicolor Corporis

DIAGNOSIS KLINIS
Morbus Hansen
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
Badan kesehatan internasional WHO
telah mencanangkan kombinasi obat
dalam kemasan blister sesuai jenis Lepra
yang diderita dan diberikan secara gratis
Pasien direncanakan MDT bulan sehingga dapat mengurangi kerusakan
pertama saraf yang progresif dan mencegah
kecacatan. Berdasarkan teori,
pemberian kombinasi antibiotik untuk
lepra tipe PB adalah Rifampisin
600mg/month dan Dapsone 100mg/hari
selama 6 bulan sedangkan kombinasi
antibiotik untuk lepra tipe MB
Rifampisin adalah 600mg/month,
Dapsone 100mg/hari, dan Clofazimine
50mg/hari selama 12 bulan. MDT (Multi-
drug Therapy) pada pasien Lepra
dinyatakan memberikan banyak
pengaruh baik terhadap perbaikan klinis
pada pasien lepra.
EDUKASI
• Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita disebabkan oleh
bakteri M.leprae yang menyerang saraf tepi dan kulit. Penyakit ini bisa
disembuhkan jika pasien mengonsumsi obat secara teratur sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan
• Pasien disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri saat bekerja seperti alas
kaki dan sarung tangan guna menghindari terjadinya luka pada pasien.
• Pasien disarankan untuk datang kembali ke poli kulit dan kelamin RSUDZA jika
terdapat keluhan lainnya seperti rasa nyeri

PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Dubia ad bonam
• Quo ad fungtionam : Dubia ad malam
• Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
KRITISI JURNAL DIAGNOSIS

NYERI NEUROPATI DAN MORBIDITAS PSIKOLOGIS


PADA PASIEN DALAM PENGOBATAN LEPRA: SEBUAH
PENELITIAN CROSS-SECTIONAL DI MUMBAI

•Estrella Lasry-Lev1, Aki Hietaharju2, Vivek Pai 3, Ramaswamy Ganapati Andrew S 3. C. Rice, Maija
Haanpaa 4, Diana N. 5,6 J. Lockwood 7

1. London School of Hygiene & Tropical Medicine, London, United Kingdom,


2. Department of Neurology, Tampere University Hospital, Tampere, Finland,
3. Bombay Leprosy Project, Sion Chunabhatti, Mumbai, India,
4. Department of Anaesthetics, Pain Medicine & Intensive Care, Faculty of Medicine, Imperial College, London, United Kingdom,
5. Department of Neurosurgery, Helsinki University Hospital, Helsinki, Finland, 6ORTON Rehabilitation, Helsinki, Finland

Plos Neglected Tropical Disase Journal. 2011;5 (3): 1-8


Latar Belakang Tujuan

• Kusta adalah penyakit granulomatosa


kronis yang disebabkan oleh Penelitian cross-sectional ini dirancang
Mycobacterium leprae yang pada untuk menilai prevalensi dan
dasarnya mempengaruhi kulit dan saraf karakteristik nyeri neuropatik pada
perifer. Kusta mempengaruhi saraf pasien kusta yang telah
perifer yang menyebabkan pembesaran, menyelesaikan MDT.
kehilangan sensoris dan kelemahan
motorik, dan serabut saraf di kulit
menyebabkan hilangnya sensasi pada
kulit yang terkena Infeksi M.leprae
• Nyeri neuropatik didefinisikan ''rasa
sakit yang timbul sebagai konsekuensi
langsung dari lesi atau penyakit yang
mempengaruhi oleh sistem saraf ''. Hal
ini disebabkan oleh kerusakan saraf
pada tingkat perifer atau pusat.
METODOLOGI
Penelitian Cross-sectional 101 pasien diklasifikasikan
Study, menggunakan WHO 1998

Semua pasien diberikan bagan tubuh


Subyek penelitian : 101 orang kosong dan diminta menggambar di
daerah yang sakit. Data dikumpulkan
pada riwayat kesehatan sebelumnya,
Inklusi : diagnosis dan pengobatan kusta,
•Pasien dengan usia 16 tahun ke reaksi kusta dan
diikuti dengan evaluasi klinis dan
atas, baik laki-laki ataupun
pasien menyelesaikan kuesioner DN4
perempuan,
dan GHQ-12
•didiagnosis secara klinis
dengan morbus hansen, dan
sudah menyelesaikan program Dilakukan penilaian dan evaluasi
MDT pembesaran saraf dan keadaan
kecacatan yang di identifikasi dengan
disability score WHO.

Analisa statistik menggunakan Mantel-


Hanszel test
HASIL
DISKUSI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah studi ini menunjukkan


prevalensi nyeri neuropatik yang tinggi pada pasien yang telah
menyelesaikan pengobatan kusta dan umumnya tidak
diperhitungkan dalam statistik kusta
KRITISI JURNAL
Apakah terdapat ketersamaan dengan baku emas (Gold Standart)?

Ya

Apakah sampel subjek penelitian meliputi sprektum penyakit dari yang ringan sampai
berat, penyakit yang terobati dan tidak dapat terobati ?

Ya

Apakah lokasi penelitian disebutkan dengan jelas ?

Ya

Apakah presisi uji diagnosis dan variasi pengamat dijelaskan ?

Tidak
KRITISI JURNAL
Apakah istilah “normal” dijelaskan ?

Tidak

Apabila uji diagnosa yang diteliti merupakan bagian dari suatu kelompok uji diagnosa,
apakah konstribusinya pada kelompok uji diagnosa tersebut dijelaskan ?

Ya

Apakah cara dan teknik melakukan uji diagnosa yang sedang diteliti dijelaskan,
sehingga dapat direplikasi ?

Ya

Apakah kegunaan uji diagnosa yang sedang diteliti disebutkan ?

Ya
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari 8


pertanyaan memiliki jawaban “iya” sebanyak 6
pertanyaan, dan “Tidak” sebanyak 2 pertanyaan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul
“Nyeri Neuropati dan Morbiditas Psikologis pada
Pasien dalam Pengobatan Lepra: Sebuah Penelitian
Cross-Sectional di Mumbai” ini layak dibaca dan layak
untuk di adaptasikan sebagai penelitian lanjutan di
RSUDZA.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai