Anda di halaman 1dari 16

KUSTA

SALSABILLA ZH

Pembimbing :
dr. Fitriana Yusiyanti Dewi, Sp. KK
DEFINISI
Kusta adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae,
dengan afinitas utama pada
saraf perifer, kemudian kulit,
serta dapat mengenai organ
tubuh lain kecuali susunan
saraf pusat (SSP).

Salgado, C. S., Brito, A. C., Salgado, S. I., Spencer, J. S. Leprosy. In:


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff
K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 9th ed,
vol 2. New York: Mc Graw Hill, 2019: p. 2892
ETIOLOGI
Mycobacterium leprae
(Armauer Hansen 1874)
Basil tahan asam dan tahan
alkohol
Membelah diri : 12-21 hari
Masa inkubasi : bervariasi
40 hari-40 tahun rata- rata
3-5 tahun

Belachaw, W. A., Naafs, B., 2019. Position statement:


LEPROSY: Diagnosis, treatment and follow-up. European
Academy of Dermatology and Venereology. DOI:
10.1111/jdv.15569
EPIDEMIOLOGI
DI INDONESIA

Pada pertengahan tahun 2010, jumlah


penderita kusta terdaftar di Indonesia
sebanyak 20.7042 orang, banyak ditemukan
di Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
dan Irian Jaya
Faktor predisposisinya adalah penduduk
pada area yang endemik, memiliki
kerentanan lepra dalam darah, kemiskinan
(malnutrisi).
FAKTOR RISIKO

• Kontak dekat dengan pasien


yang baru didiagnosis lepra,
terutama pasien multibacillary
leprosy (MB)

• Imunosupresi dan Belachaw, W. A., Naafs, B., 2019.


imunodefisiensi Position statement: LEPROSY:
Diagnosis, treatment and follow-up.
• Predisposisi genetik European Academy of Dermatology
and Venereology. DOI:
10.1111/jdv.15569
Klasifikasi Menurut WHO
Langkah-langkah dalam
penegakan diagnosis
kusta
ANAMNESIS

Selain tanda kardinal tersebut,


didapatkan riwayat berikut:
• Cardinal sign
• Riwayat kontak dengan pasien
Bercak kulit yang mati rasa
lepra.
Penebalan saraf tepi
• Latar belakang keluarga
Ditemukan kuman tahan asam
dengan riwayat tinggal di
• 1 Cardinal sign atau lebih =
daerah endemis, dan keadaan
lepra
sosial ekonomi.
• Riwayat pengobatan lepra.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi
Lesi kulit (lokasi dan morfologi)
harus diperhatikan.
• Palpasi
Kelainan kulit: nodus, infiltrat,
jaringan parut, ulkus, khususnya
pada tangan dan kaki.
• Kelainan saraf: pemeriksaan
saraf tepi (pembesaran,
konsistensi, nyeri tekan, dan
nyeri spontan).
• Tes sensoris: rasa raba, nyeri,
test (VMT)

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bakterioskopik

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
TATALAKSANA

NON MEDIKAMENTOSA

• Rehabilitasi medik, meliputi fisioterapidan


terapi okupasi.
• Rehabilitias non-medik, meliputi: rehabilitasi
mental, karya dan sosial.
• Edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat: menghilangkan stigma dan
penggunaan obat.
• Setiap kontrol, harus dilakukan pemeriksaan
untuk pencegahan disabilitas

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
Macam-macam deformitas

Kontraktur

Mutilasi

Atrofi otot

Kulit kering
Ulkus
trofik

Madarosis
Clawhand

Wristdrop

Drop foot

Fasies
leonina

Anda mungkin juga menyukai