Anda di halaman 1dari 47

Morbus Hansen

Pembimbing: dr. Dewi Lestarini, Sp.KK, MARS


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN
KELAMIN FK UIN SYARIF HIDAYATULLAH RSUP
FATMAWATI JAKARTA
PERIODE 16 JANUARI – 10 FEBRUARI 2022
Definisi
Morbus hansen merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae, yang bersifat intraseluler obligat.

Sinonim: Leprae, Kusta, Morbus hansen


Epidemiologi
● Kusta hampir terdapat di seluruh dunia dengan
penderita terbanyak di:
1.Negara Asia, Afrika dan Amerika Latin
2.Negara tropis dan subtropis
3.Masyarakat sosial ekonomi yang rendah
● Penyebaran penyakit kusta dari tempat satu ke
tempat lain di seluruh dunia diduga disebabkan
oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi
penyakit tersebut.
● Indonesia berada di peringkat ketiga di ● Masuknya kusta ke Indonesia diperkirakan dibawa
dunia setelah India dan Brazil, dengan oleh orang-orang Cina.
jumlah Penderita Kusta baru pada tahun ● Jumlah kasus Kusta di seluruh dunia selama 12
2017 mencapai 15.910. tahun terakhir ini telah menurun tajam.
● Penderita Kusta (angka penemuan Penderita ● Di Indonesia: jumlah kasus yang tercatat pada
Kusta baru 6,07 per 100.000 penduduk). permulaan tahun 2009 sebanyak 21.538 orang
Eliminasi Kusta telah dicapai di 24 provinsi dengan kasus baru tahun 2008 sebesar 17.441
dan 142 Kab/Kota orang.
Epidemiologi

● Cara penularan masih belum diketahui pasti,


kemungkinan :
-Kontak langsung antar kulit yang lama dan erat.
-Inhalasi, (M. Leprae dapat hidup beberapa hari
dalam droplet)

● Dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih


rentan terkena MH daripada orang dewasa.

● Frekuensi tertinggi pada kelompok umur 25-35


tahun
Etiologi
● Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae
● Kuman ini ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1874 di
Norwegia, yang sampai sekarang belum juga dapat
dibiakkan dalam media artifisial.
● M. leprae berukuran : 3-8 μm x 0,5μm
● Sifat: tahan asam dan alkohol dan positif gram
● Mycobacterium leprae hidup intraseluler dan mempunyai
afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sel
dari sistem retikulo endotelial.
● Waktu pembelahannya sangat lama, yaitu 2-3 minggu.
● Kuman Mycobacterium leprae dari sekret nasal dapat
bertahan sampai 9 hari (dalam iklim tropis) di luar tubuh
manusia
Klasifikasi
KLASIFIKASI ZONA SPEKTRUM KUSTA

Ridley & Jopling TT BT BB BL LL

Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatous

WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)

Puskesmas PB MB

Untuk kepentingan pengobatan, pada tahun 1978,


Keterangan terjadi perubahan klasifikasi
Kusta menurut WHO :
MB 🡪 tipe LL, BL dan BB dengan IB > 2+ Kusta PB : Kusta dengan BTA Kusta MB : Semua penderita
PB 🡪 tipe I, TT, BT dengan IB < 2+ negatif pada pemeriksaan kusta tipe BB, BL, dan LL atau
kerokan dengan jaringan kulit, apapun klasifikasi klinisnya
yaitu tipe I, TT, dan BT. dengan BTA positif. → harus
diobati dengan regimen MDT-TB
Patogenesis

● M. leprae memiliki daya invasi yang rendah 🡪


masa inkubasi lebih lama

● Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dan


derajat penyakit yang dialami oleh penderita 🡪
respon imun yang berbeda (Penyakit
Imunologik)

● Gejala klinisnya lebih sebanding dengan


tingkat reaksi selulernya
Kusta Tipe Kusta Tipe
Histoid Neural
➔ Variasi lesi pada tipe ➔ Tidak ada dan tidak pernah ada
lepromatosa lesi kulit
➔ Pertama dikemukakan ➔ Ada 1 atau lebih pembesaran
oleh WADE tahun 1963 saraf
➔ Klinis berbentuk nodus ➔ Ada anestesia dan atau
berbatas tegas, dapat paralisis, atrofi otot yang
juga berupa plak dipersarafi
➔ Bakterioskopik positif ➔ Bakterioskopik negatif
tinggi ➔ Tes mitsuda umumnya positif
➔ Umumnya timbul kasus ➔ Untuk menentukan tipe
relaps sensitif atau relaps tuberkuloid, borderline atau non
resisten. spesifik harus dengan
pemeriksaan histopatologik saraf
Gejala
Klinis
Gejala Klinis
MH Tipe PB
Tipe Tuberkuloid (TT)
Makula hipopigmentasi soliter berbatas tegas yang Makula hipopigmetasi multiple dengan batas tegas
tepinya tampak papul berbentuk asinar. berukuran numular sampai plakat.

Wolff K, Johnson R, Saavedra A, Roh E. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis of Clinical
Dermatology 8th.ed, 2017.
MH Tipe PB
Borderline
Indeterminate (I)
Tuberculoid (BT)
Lesi anular hipokromik,
yang pada tepinya
Plak eritematosa berbatas tegas
tampak papul dan Lesi makula hipokromik
berbentuk plakat
infiltrat

Wolff K, Johnson R, Saavedra A, Roh E. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis of


Clinical Dermatology 8th.ed, 2017.
Tipe Multibasiler (MB)
Tipe Multibasiler (MB)
Borderline Lepromatosa (BL)
Lepromatosa (LL)
Diagnosis
DIAGNOSIS
Klinis

Bakteriokopis → waktu paling sedikit 10-14 hari

Histopatologi dan serologi


Tes lepromin (Mitsuda) untuk membantu penentuan
tipe (hasilnya baru diketahui setelah 3 minggu)
DIAGNOSIS BERDASARKAN KLINIS
● Tanda kardinal :
- Bercak kulit yang mati rasa berupa makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan eritematosa
- Penebalan saraf tepi, dapat disertai gangguan fungsi saraf yang terkena (fungsi sensoris, motorik,
otonom)
- ditemukan kuman tahan asam
Paling sedikit 1 tanda kardinal, bila belum jelas pasien perlu diamati dan diperiksa ulang 3-6 bulan.

• Selain itu pada anamnesis juga didapatkan


1. Riwayat kontak dengan pasien kusta
2. Latar belakang keluarga tinggal di daerah endemis, keadaan sosial ekonomi rendah
3. Riwayat pengobatan kusta
DIAGNOSIS BERDASARKAN KLINIS
• PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Dengan pencahayaan yang cukup (sebaiknya sinar oblik), perhatikan lesi kulit (lokasi dan
morfologi)
2. Palpasi
- Kelainan kulit : nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki
- Kelainan saraf tepi (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, nyeri spontan)
1. Tes fungsi saraf
- Sensoris : raba, nyeri, suhu
- Tes otonom
- Tes motoris : Voluntary Muscle Test (VMT)

Dilakukan pemeriksaan di : n. Fasialis, n. Aurikularis magnus, n. Radialis, n. Ulnaris, n.


Medianus, n. Poplitea lateralis, dan n. Tibialis posterior.
GEJALA KERUSAKAN SARAF
LOKASI SARAF GEJALA

n. Ulnaris Anestesia ujung jari anterior kelingking dan jari manis, clawing kelingking & jari manis, atrofi
hipotenar & m.interoseus serta m. Lumblikalis medial
n. Medianus Aestesia ujung jari anterior ibu jari, telunjuk, dan tengah, tidak bisa aduksi ibu jari, clawing ibu jari,
telunjuk dan jari tengah, atrofi tenar dan kedua m. Lumbrikalis lateral
n. Radialis Anestesia dorsum manus, ujung proksimalis jari telunjuk, wrist drop, tidak bisa ekstensi
jari-jari/pergelangan tangan
n. Poplitea lateralis Anestesia tungkai bawah lateral & dorsum pedis, foot drop, kelemahan otot peroneus

n. Tibialis posterior Anestesia telapak kaki, claw toes, paralisis otot intrinsik kaki & kolaps arkus pedis

n. Fasialis • Cabang temporal & zigomatik : lagoftalmus


• Cabang bukal, mandibular & servikal : kehilangan ekspresi wajah & tidak bisa mengatupkan bibir
n. Trigeminus Anestesia kulit wajah, kornea, konjungtiva mata
PPK PERDOSKI, 2021
DIAGNOSIS BERDASARKAN KLINIS
● Adanya tanda lain :
➔ Alopesia
➔ Deformitas
- Primer
- Sekunder
● Adanya kerusakan mata
- Primer
- Sekunder
DIAGNOSIS BERDASARKAN KLINIS
● Jika tidak terdapat fasilitas kerokan jaringan kulit, maka dapat klasifikasi klinis kusta berdasarkan hitung
lesi kulit dan saraf yang terkena.

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
● Sediaan dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung
yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam (BTA), dengan
ZIEHL-NEELSEN
● Penentuan lokasi pengambilan spesimen
➔ Tentukan jumlah tempat yang akan diambil (ditentukan berdasarkan
tujuan)
a. Riset : 10 tempat
b. Rutin : minimal 4-6 tempat, yaitu kedua cuping telinga dan 2-4 lesi
yang paling aktif.
➔ tentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh kuman
● Setiap tempat pengambilan harus dicatat untuk dibandingkan hasilnya
pada pengamatan pengobatan.

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
CARA PENGAMBILAN BAHAN
Lesi didesinfeksi

Dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk (agar menjadi iskemik)

Diiris dengan menggunakan skalpel steril. Irisan HARUS SAMPAI DERMIS, melampaui
subepidermal clear zone agar mencapai jaringan yang diharapkan banyak mengandung sel
Virchow (sel Lepra).

Kerokan jaringan dioleskan di gelas alas, fiksasi di atas api

Dilakukan pewarnaan dengan Ziehl Neelsen

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
CARA PENGAMBILAN BAHAN

• Sediaan mukosa hidung diperoleh dengan cara nose blow, terbaik dilakukan pagi
hari 🡪 ditampung pada sehelai plastik
• Perhatikan sifat duh tubuh tersebut apakah cair, serosa, bening, mukoid, purulen, ada
darah atau tidak.
• Sediaan dioleskan dengan kapas lidi pada gelas alas 🡪 difiksasi HARUS PADA
HARI YANG SAMA 🡪 dilakukan pewarnaan (tidak harus pada hari yang sama)
• Sediaan dari mukosa hidung jarang dilakukan.

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK

• Dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop cahaya


dengan minyak emersi pada perbesaran lensa objektif
100x
• Hasil : M. leprae akan tampak merah pada sediaan.
• Dapat dibedakan bentuk batang utuh (solid) dan
batang terputus (fragmented) dan butiran (granular)
atau kuman mati (non solid) 🡪 tetapi dalam praktek
sulit untuk membedakan.
• Kepadatan BTA dinyatakan dengan Indeks Bakteri (IB)

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
Kang S, Amagai M, Bruckner AL. Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition Vol. 2. New Jersey:
McGraw Hill; 2019
Nilai Keterangan

0 Tidak ada BTA dalam 100 LP

1+ 1-10 BTA dalam 100 LP

2+ 1-10 BTA dalam 10 LP

3+ 1-10 BTA dalam 1 LP

4+ 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP

5+ 101-1.000 BTA rata-rata dalam 1 LP

6+ >1.000 BTA rata-rata dalam 1 LP

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
• Indeks Morfologi (IM) dihitung bila
- Jumlah minimal kuman tiap lesi 100
BTA
- Mulai dari IB 3+ harus dihitung IM-nya,
karena maksimal harus dicari dalam
100 LP

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIK
TIPE TUBERKULOID TIPE LEPROMATOSA
SIS tinggi 🡪 makrofag/histiosit mampu SIS rendah 🡪 makrofag/histiosit tidak
memfagosit M. leprae 🡪 jika tidak ada lagi mampu memfagosit M. leprae 🡪 M. leprae
yang difagosit 🡪 berubah bentuk menjadi sel berkembang di dalam makrofag --> sel
epiteloid 🡪 berubah bentuk menjadi sel datia Virchow/ sel lepra/ sel busa (sebagai alat
Langhans 🡪 massa epiteloid berlebihan 🡪 pengangkut penyebarluasan)
dikelilingi limfosit 🡪 terbentuk tuberkel.

Gambaran histopatologi : kelim


Gambaran histopatologi : tuberkel, sunyi subepidermal (subepidermal
kerusakan saraf lebih nyata, tidak clear zone), sel Virchow dengan
ada kuman atau hanya sedikit dan banyak kuman
• TIPE BORDERLINE : Terdapat campuran unsur-unsur tersebut
non-solid
Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIK

TIPE TUBERKULOID TIPE LEPROMATOSA

Kang S, Amagai M, Bruckner AL. Fitzpatrick’s Dermatology 9th Edition Vol. 2. New Jersey: McGraw Hill;
2019.
PEMERIKSAAN SEROLOGIK
● Didasarkan pada antibodi yang terbentuk pada tubuh seseorang yang terinfeksi M. leprae
● Antibodi spesifik : antibodi anti phenolic glycolipid-1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD serta 35 kD
● Antibodi tidak spesifik : antibodi anti-leprabinomanan (LAM), juga dihasilkan oleh kuman M. tuberculosis
● Untuk membantu kusta yang meragukan (tanda klinis & bakteriologis)
● Contoh pemeriksaan : uji MLPA, ELISA, ML dipstick test, ML flow test

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019
DIAGNOSIS BANDING

Berdasarkan Lesi

Makula Plak Ulkus


hipopigmentasi eritematosa

Tinea korporis
Leukoderma
Lupus vulgaris Ulkus diabetik
Vitiligo
Lupus eritematosus Ulkus kalosum
Pitiriasis versikolor
Granuloma anulare Frambusia
PPK PERDOSKI, 2021 Sifilis sekunder
Tata Laksana
Pasien Pausibasiler (PB)
Dewasa
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat
diminum di depan petugas)
• 2 kapsul rifampisin @300mg (600mg)
• 1 tablet dapson/DDS 100mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
• 1 tablet dapson/DDS 100mg

Dosis Anak
• Rifampisin : 10-15mg/kgBB
• Dapson : 1-2mg/kgBB

Pengobatan dilakukan selama 6-9 bulan


Pasien Multibasiler (MB)
Dewasa
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat
diminum di depan petugas)
• 2 kapsul rifampisin @300mg (600mg)
• 3 tablet lampren (klofazimin) @100mg
(300mg)
• 1 tablet dapson/DDS 100mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
• 1 tablet lampren 50mg
• 1 tablet dapson/DDS 100mg

Dosis Anak
• Rifampisin : 10-15mg/kgBB
• Dapson : 1-2mg/kgBB
• Lampren : 1mg/kgBB
Pengobatan dilakukan
selama 2-3 tahun
Reaksi Kusta
Reaksi Kusta

Definisi
interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya
sangat kronik

● Ada 2 reaksi yang paling banyak dianut


a. ENL (eritema nodusum leprosum)
b. Reaksi reversal atau reaksi upgrading
Eritema Nodusum Leprosum (ENL)

● Timbul pada tipe lepromatosa polar dapat pula BL


● Makin tinggi multibasilarnya 🡪 >> kemungkinan timbul ENL
Lepromatosa 🡪 jumlah kuman lebih banyak 🡪 protein kuman bersifat antigenik 🡪 pembentukan
imunoglobulin >> 🡪 reaksi antara antigen M. leprae + antibodi (IgM, IgG) + komplemen 🡪
membentuk kompleks imun 🡪 terakumulasi membetuk ENL
● Sering terjadi pada pengobatan tahun ke-2
● Tidak terjadi perubahan tipe
Eritema Nodusum Leprosum (ENL)
● Gejala klinis :

- timbul nodul eritema, dan nyeri dengan tempat


predileksi di lengan dan tungkai.

- Bila mengenai organ lain dapat timbul gejala seperti


iridosiklitis, neuritis akut, artritis, orkitis, dan nefritis
akut dengan adanya proteinuria.

- Dapat disertai gejala konstitusi ringan-berat


Reaksi Reversal/ Reaksi Upgrading

● Hanya terjadi pada tipe boderline (Li, BL, BB, BT, Ti)
🡪 disebut borderline
● Peranan utama SIS dimana terjadi peningkatan
mendadak 🡪 perubahan tipe ke arah TT

● Gejala klinis
- Sebagian atau seluruh lesi yang telah ada bertambah
aktif dan atau timbul lesi baru dalam waktu yang
relatif singkat.
- Adanya gejala neuritis akut perlu diperhatikan
Reaksi Kusta

Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan Kelamin Ed.7, 2019

PPK PERDOSKI, 2017


Tatalaksana Reaksi

● Pemberian kortikosteroid Prednison 15-30 mg/hari (tergantung berat


ringannya reaksi)
Reaksi ● Dapat ditambah obat analgetik-antipiretik dan sedativa bila berat
ENL ● Untuk ENL berat dan berkepanjangan dilakukan pemberian Klofazimin
o 300 mg/hari selama 2-3 bulan
o Bila ada perbaikan 🡪 200 mg/hari selama 2-3 bulan
o Bila ada perbaikan 🡪 100 mg/hari selama 2-3 bulan

Reaksi ● Ringan / Tanpa neuritis akut : pemberian analgetik/antipiretik


Reversal ● Berat/ dengan neuritis akut : pemberian kortikosteroid prednison
Relaps/Kambuh
● Penyakit kambuh setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
● Secara klinis, bakterioskopik, histopatologik dapat dinyatakan tiba-tiba aktif
kembali dengan timbulnya lesi baru dan bakterioskopik positif.
● Ada 2 kemungkinan :

- Relaps sensitif (persisten)

- Relaps resisten
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
● Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit kulit Dan
Kelamin Ed.7, 2019
● Kang S, Amagai M, Bruckner AL. Fitzpatrick’s Dermatology 9th
Edition Vol. 2. New Jersey: McGraw Hill; 2019.
● Wolff K, Johnson R, Saavedra A, Roh E. Fitzpatrick’s Color Atlas
And Synopsis of Clinical Dermatology 8 th.ed, 2017.
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11 tahun
2019 Tentang Penanggulangan Kusta
● PPK PERDOSKI, 2017

Anda mungkin juga menyukai