KULIT
Pembimbing : Dr. dr. Dewi L, Sp.KK, MARS
LAPISAN EPIDERMIS
◦ Stratum Korneum: lapisan kulit paling luar, terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya
telah berubah menjadi keratin.
◦ Stratum lusidum: terdapat di bawah stratum korneum. Lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi
protein yang disebut eleidin.
◦ Stratum granulosum: terdiri atas 2-3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir
kasar ini terdiri atas keratohyalin.
◦ Stratum spinosum: terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda. Protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen.
◦ Stratum basale: lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel, yaitu : 1. sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong
dan besar, 2. sel pembentuk melanin (melanosit)
2. DERMIS
◦ Pars Papilare 🡪 bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
◦ Pars Retikulare 🡪 Terletak di bawah pars papilare, terdiri atas serabut penunjang
◦ Lapisan sel lemak (panikulus adiposa) berfungsi sebagai cadangan makanan, dan
untuk mempertahankan suhu tubuh
◦ Pada lapisan subkutis terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan kelenjar
getah bening.
2. Kelenjar keringat
⮚ Kelenjar ekrin : terdapat diseluruh permukaan kulit, dan terbanyak di telapak tangan dan
kaki, dahi dan aksila.
⮚ Kelenjar apokrin : terdapat di aksila, areola mammae, pubis, labia minora, dan saluran
telinga luar.
3. Kelenjar sebasea 🡪 terdapat diseluruh permukaan kulit, kecuali telapak tangan dan kaki
4. Kuku 🡪 bagian terminal stratum korneum yang menebal
EFLORESENSI KULIT
1. Efloresensi/Morfologi Kulit dikenalkan pada tahun 1776 oleh Joseph Jakob Plenck dalam bukunya yang
berjudul System der Hautkrankeithen (Sistem Penyakit Kulit)
❑ Penyakit kulit memiliki karakterisitik morfologi dan distribusi yang khas. Selain dilakukannya pendekatan
komunikasi yang efektif, penting dilakukannya pengamatan terhadap morfologi penyakit kulit untuk
mendukung penegakan diagnosis.
❑ Efloresensi kulit dapat berubah seiring berlangsungnya penyakit yang dapat dipengaruhi oleh berbagai
factor. Sebagian besar penyakit dimulai dari lesi dasar yang biasa di sebut efloresensi primer dan bisa
berubah bentuk (efloresensi sekunder). Perubahan ini dapat menyebabkan penyakit pasien sulit untuk
dikenali.
❑ Penting untuk mengetahui jenis efloresensi primer dan sekunder sebagai salah satu acuan dalam menegakkan
diagnosis
JENIS - JENIS EFLORESENSI
1. PRIMER 2. SEKUNDER
• Makula • Skuama
• Papul
• Krusta
• Plak
• Erosi
• Urtika
• Ekskoriasi
• Nodus
• Nodulus
• Ulkus
• Vesikel • Sikatriks
• Bula
• Pustul
• Kista
EFLORESENSI
PRIMER
MAKULA
• Kelainan kulit dengan lesi setinggi permukaan kulit dan berbatas
tegas dengan perubahan warna yang jelas.
• Warnanya bisa hipopigmentasi ataupun hiperpigmentasi.
Deskripsi tumor : ukuran 3d, jenisnya jinak/ganas, warna (homogen (hitam semua(/tidak), pinggir
tumor tegas atau tidak (kalau ganas pinggirnya tidak beraturan), berdarah atau tidak, ada ulkus/tidak, ada
telengiektasis / tidak, riwayat tumbuhnya cepat atau tidak. Ada rambut atau tidak (biasanya ada rambut
itu jinak)
SIKATRIKS
● Disebut juga jaringan parut
● Terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit
licin dan tidak terdapat adneksa
Sebesar kepala jarum Sebesar biji jagung Sebesar koin 100 Lebih besar dari
pentul rupiah numular
CATATAN: Ulkus dan Tumor tidak dapat menggunakan ukuran ini, tetapi
menggunakan ukuran 3 dimensi : panjang x lebar x tinggi
Ulkus dan tumor 🡪 tidak bisa menggunakan ukuran ini, harus ditulis
ukuran secara 3 dimensi p x l x t
BENTUK LESI
TERATUR
- Bulat
- Lonjong
- Seperti ginja
TIDAK TERATUR
Tidak memiliki bentuk yang teratur
SUSUNAN
Linear Arsinar Kombiformis
Susunan seperti
induk ayam yang
dikelilingi anak-
anaknya
Berbentuk bulan
sabit
Seperti
garis lurus
Sirsinar/ Polisiklik
Anular Bentuk
pinggiran yang
Seperti sambung
lingkaran menyambung
PENYEBARAN DAN LOKALISASI
Sirkumskrip Difus
batas tegas Batas tidak tegas
PENYEBARAN DAN LOKALISASI
Soliter Serpiginosa
Herpetiformis
Hanya satu lesi Proses yang menjalar ke satu
Vesikel berkelompok seperti
jurusan diikuti oleh
pada herpes zoster
penyembuhan pada bagian
yang ditinggalkan
Daftar Pustaka
1. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7 th ed.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2019.
2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et al. Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine. 8th ed. US: Mc Graw-Hill. 2012.
3. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. 8th ed. US: Mc Graw-Hill Education. 2017.