Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah
tersedianya pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi dengan kualitasnya yang terpelihara
sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi wajib mengacu
pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan
medis secara profesional dan aman. Sebagai salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik
Kedokteran yang dimaksud adalah pengaturan tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan
Pasal 47. Hal ini juga di atur dalam Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis.
Kewajiban dokter dalam membuat rekam medis tercantum dalam Pasal 46 ayat 1 UU No 29
Tentang praktik Kedokteran yang berbunyi “Setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. ”
Rekam medis adalah salah satu unit vital dalam struktur organisasi rumah sakit.
Merupakan sumber dokumen yang menjadi rujukan utama dalam menganalisis
perkembangan kesehatan pasien secara personal. Rekam medis menyimpan informasi dan
data-data pribadi pasien yang berobat dirumah sakit maupun dokter praktek. oleh karena itu
sifat rekam medis itu adalah rahasia.
Untuk dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai
kebutuhan.
Dalam hubungan tersebut secara otomatis akan banyak data pribadi pasien tersebut yang akan
diketahui oleh dokter serta tenaga kesehatan yang memeriksa pasien tersebut. Sebagian dari
rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita kenal sebagai Rekam Medis. Dengan
demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia kedokteran, mencakup juga
kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.