Kusta
Genetik:
Kerentanan lokus kromosom 10p13 dekat gen reseptor
mannose di permukaan makrofag (untuk fagositosis)
Gen kompleks HLA kelas II/MHC pada kromosom 6
Gen HLA-DR2 & HLA-DR3, respon imun selular spesifik
kusta tuberkuloid
Gen HLA-DQ1, tidak ada respon imun spesifik kusta
lepromatosa
Patogenesis
Kusta lepromatosa
Basil berkembang biak di jaringan & makrofag berbusa, sel T
CD4+ dan CD8+, tidak ada granuloma
Histokimia biopsy kulit: IL-4 & IL-10
Reaksi kusta
Penularan rendah
Fk risiko: kontak sering & berkepanjangan, tungau, saluran
napas (inokulasi aerosol)
Beban bakteri tinggi pada kusta lepromatosa (7000 juta
basil/1 gram jaringan), di bentuk kusta lain lebih rendah (1
juta basil total)
M. leprae ditemukan dalam jumlah tinggi di mukosa hidung
(100 juta basil per hari)
Di luar tubuh basil bertahan 36 jam – 9 hari
Klasifikasi
PB MB
Lesi kulit: makula - 1 – 5 lesi - >5 lesi
datar, papul meninggi, - Hipopigmentasi/eritem - Distribusi sama
nodulus a - Hilang rasa kurang
- Distribusi tidak sama jelas
- Hilang rasa jelas
Kusta intermediate
Kelainan kulit: plak hipopigmentasi tidak jelas dengan beberapa
tingkat kehilangan sensasi taktil & panas
Histopatologi: basil (+) infiltrasi perineural
Merupakan tanda pertama kusta pada 20-80% pasien
Kusta TT
Kelainan kulit: plak anestesi, batas jelas, tepi rapi meninggi dan
melengkung ke dalam, permukaan tampak kering, rambut rontok
dan tidak berkeringat, saraf dapat menebal
Manifestasi klinis
Kusta BT
Kelainan kulit: plak anestesi, batas regular-iregular dengan ekstensi
pseudopodial, lesi satelit di sekitar plak, beberapa saraf cenderung
membesar asimetris, rambut rontok & tidak berkeringat pada plak
Kusta BB
Bentuk tidak stabil dengan ciri tuberkuloid dan lepromatosa
Kelainan kulit: lesi annular, batas jelas, tepi dalam menonjol, tepi
luar tidak jelas (seperti keju Swiss)
Kerusakan saraf: bervariasi tergantung imun pasien
Gambaran kusta BT
Manifestasi klinis
Kusta BL
Kelainan kulit: makula bundar-oval diameter 2-3 cm,
distribusi asimetris, terdapat daerah kulit normal di antar
makula, berkembang menjadi papul, nodul dan plak dengan
tepi agak miring pada kulit sekitarnya.
Keterlibatan saraf: tidak simetris, namun kerusakan kurang
dibandingkan dengan BT & TT
Manifestasi klinis
Kusta LL
Kelainan kulit: makula, nodul, papul, bentuk difus dan infiltrat,
makula lebih kecil daripada BL, tepi tidak jelas, permukaan
mengkilap, distribusi simetris.
Bentuk LL difus: kulit mengkilap dan menebal, daun telinga mengkilap
dan menebal.
Bentuk nodular: stadium lanjut LL, nodul pada daun telinga, wajah,
batang tubuh, persendian, ekstremitas, madarosis, aksentuasi lipat kulit,
kelainan bentuk tulang (depresi hidung seperti singa – facies leonine)
Keterlibatan saraf: trunkus saraf jarang terlibat, hilang sensasi kulit
simetris diawali dari ekstensor ektremitas dalam pola sarung tangan
dan stocking
Manifestasi klinis
Sifat LL BL BB
Lesi
Bentuk Makula, infiltrat difus, Makula, plakat, papul Plakat, dome shaped
papul, nodul (kubah), punched out
Jumlah Tidak terhitung, tidak ada Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung, kulit sehat
kulit sehat kulit sehat jelas ada
Sifat TT BT Intermediate
Lesi
Bentuk Makula saja; makula Makula dibatasi infiltrat; Hanya makula
dibatasi infiltrat infiltrat saja
Jumlah Satu, dapat beberapa Beberapa, atau satu dengan Satu atau beberapa
satelit
Gejala klinis
Gejala kerusakan saraf
Saraf Cabang & kelainan
N. Fasialis - Cabang zigomatik & temporal lagoftamus
- Cabang bukal, mandibular & servikal hilang
ekspresi wajah & gagal katupkan bibir
N. Trigeminus - Anestesi kulit wajah, kornea, konjungtiva mata
N. Ulnaris - Anestesi ujung jari anterior kelingking dan jari manis
- Clawing kelingking dan jari manis
- Atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot
lumbrikalis medial
Dasar diagnosis
Saraf Cabang & kelainan
N. Medianus - Anestesia pada ujung jari anterior ibu jari, telunjuk dan jari tengah
Gejala kerusakan saraf aduksi ibu jari
- Tidak mampu
- Clawing ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah
- Ibu jari kontraktur
- Atrofi otot tenar dan otot lumbrikalis lateral
Gejala klinis:
1 dari 3 tanda cardinal dapat digunakan untuk penetapan diagnosis
penyakit kusta:
a. Lesi kulit yang anestesi
b. Penebalan saraf perifer
c. Ditemukan M. leprae sebagai bakteriologis (+)
Masa inkubasi 40 hari – 40 tahun (rata-rata 3-5 tahun)
Onset terjadi perlahan, tidak nyeri
Keterlibatan saraf pada 90% pasien: hilang sensori suhu, diikuti,
raba, dan nyeri terutama pada tangan & kaki
Dasar diagnosis
Gejala klinis:
Bagian tubuh yang terkena kusta = suhu rendah (mata, testis, dagu,
cuping hidung, daun telinga, lutut)
Perubahan saraf tepi:
Pembesaran saraf asimetris pada daun telinga, ulnar, tibia posterior,
radial kutaneus
Kerusakan sensorik pada lesi kulit
Kelumpuhan nervus trunkus tanpa tanda inflamasi berupa neuropati,
kerusakan sensorik-motorik, kontraktur
Kerusakan sensorik dengan pola stocking-glove
Anestesia akral distal simetris (suhu, raba, nyeri)
Prosedur pemeriksaan kulit
Persiapan:
1. Dokter menjelaskan pada pasien tentang maksud, tujuan, prosedur
pemeriksaan serta kegunaan pemeriksaan ruam kulit yang akan
dilakukan
2. Lakukan pemeriksaan dengan memperhatikan batas kesopanan
3. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
Persiapan alat:
Cahaya cukup terang
Kaca pembesar
Kapas pilin
Filamen/senar
Jarum pentul
Tabung isi air panas dan dingin
Prosedur pemeriksaan kulit
1. Inspeksi
a. Pasien posisi berhadapan dengan pemeriksa
b. Perhatikan kelainan atau cacat pada tangan & kaki (atrofi, jari
kiting, pemendekan jari, ulkus)
c. Perhatikan setiap makula, nodul, jaringan parut, kulit keriput,
penebalan kulit (mulai dari kepala)
d. Pasien diminta membuka baju dan luruskan tangan, kedua telapak
tangan menghadap ke atas. Amati pundak, lengan bagian belakang,
ketiak, dada, dan perut
e. Minta pasien berputar untuk memeriksa bagian samping
f. Minta pasien berputar membelakangi pemeriksa. Amati dari telinga,
belakang leher, punggung, pantat, tungkai belakang, telapak kaki
Prosedur pemeriksaan kulit
2. Pemeriksaan suhu
a. Dilakukan pada kulit yang dicurigai
b. Tabung berisi air panas (40 c) dan tabung berisi air dingin (20 c)
digunakan untuk memeriksa kemampuan membedakan suhu
c. Pemeriksa menerangkan pada pasien bila merasa disentuh
tubuhnya dengan tabung diharapkan menunjuk daerah yang
disentuh dengan telunjuk dan mengidentifikasi suhu
d. Lakukan pemeriksaan bergantian tabung dengan menempelkan
sisi tabung ke kulit
e. Pemeriksa melakukan latihan dengan mata pasien terbuka
terlebih dahulu. Pasien menutup mata bila sudah jelas
f. Kelainan kulit diperiksa bergantian dengan kulit normal di
sekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi
Prosedur pemeriksaan kulit
2. Pemeriksaan suhu
Prosedur pemeriksaan kulit
a. Pemeriksaan kulit/dermatologis
1. Persiapan pemeriksaan
a) Tempat
Tempat pemeriksaan di dalam ruangan dengan sinar yang cukup, atau
di luar ruangan tetapi tidak boleh terpapar sinar matahari.
b) Waktu pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan siang hari
c) Pasien
Dijelaskan ke pasien dan keluarganya tentang cara pemeriksaan.
2. Pelaksanaan pemeriksaan
a) Pemeriksaan
- Pemeriksaan dimulai dengan pasien berhadapan dengan dokter
- Pemeriksaan dari kepala (muka, cuping telinga kiri, pipi kiri, cuping telinga kanan,
hidung, mulut, dagu, leher bagian depan) sampai telpak kaki secara sistematis.
- Perhatikan setiap bercak (macula), bintik-bintik (nodul), dll.
- Perhatikan kelainan dan cacat atropi, jari kiting, pemendakan jari dan ulkus
Langkah pemeriksaan :
GAMBAR
- Saraf Ulnaris
- Tangan kanan dokter memegang lengan kanan bawah pasien dengan posisi siku
sedikit ditekuk sehingga relaks
- Jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri dokter mencari sambil palpasi saraf
ulnaris
- Palpasi gulirkan pada saraf ulnaris, dan telusuri keatas sambil melihat ekspresi pasien
apakah tampak kesakitan atau tidak.
- Tindakan yang sama pemeriksaan saraf ulnaris kiri.
GAMBAR
3) Saraf peroneus communis (poplitea lateralls)
GAMBAR
4) Saraf tibialis posterior
GAMBAR
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
b. Tangan
Fungsi sensorik saraf ulnaris dan medianus
Pasien: tangan yang diperiksa diletakkan diatas paha pasien atau bertumpu pada tangan kiri dokter
Sehingga semua ujung jari tersangga (tangan dokter menyesuaikan diri dengan keadaan tangan
pasien) ex: claw hand , maka tangan pemeriksa menyangga ujung-ujung jari sesuai lengkungan
jarinya
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan sentuhan ringan dari ujung ball
point pada lengannya dan satu atau dua titik pada telapak tangannya
Bila pasien merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan dengan jari tangan yang
lain
Tes diulang sampai pasien mengerti dan kooperatif
Pasien diminta menutup mata atau menoleh ke arah berlawanan dari tangan pemeriksa
Usahakan peeriksaan tidak berurutan (secara acak)
Bila pasien tidak dapat menunjukkan 2 titik/ lebih berarti ada gangguan rasa raba pada saraf tersebut
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
b. Tangan
Fungsi motorik (kekuatan otot)
Saraf ulnaris (Kekuatan otot jari kelingking)
Dokter memegang ujung jari tangan kanan pasien, telpak tangan pasien dan posisi vhwb
ekstensi (jari kelingking dapat digerakan)
Pasien adduksi dan abduksi kelingking dari jari-jari lainnya. Bila pasien dapat
melakukannya, ia menaha kelingkingnya pada posisi jauh dari jari lainya dan kemudian jari
telunjuk pemeriksa mendorong pada bagian pangkal kelingking
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
Penilaian:
Jari kelingking pasien dapat menahan dorongan bernilai kekuatan otot tergolong
kuat
Jari kelingking pasien tidak dapat menahan dorongan bernilai kekuatan otot
tergolong sedang
Jari kelingking pasien tidak dapat mendekat atau menjauh dari jari lainnya bernilain
sudah lumpuh
Jika penilaian kurang meyakinkan dapat dilakukan pemeriksaan konfirmasi sebaga
berikut
Minta pasien menjepit dengan kuat sehelai kertas yang diletakkan di antara jari manis
dan jari kelingking, lalu pemeriksa menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya
tahanan/ jepitan terhadap kertas tersebut
Penilaian:
Kertas terlepas dengan mudah : kekuatan otot lemah
Bila ada tahanan terhadap kertas : otot masih kuat
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
Saraf medianus
Tangan dokter memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan pasien
agar telapak tangan pasien menghadap ke atas dalam posisi ekstensi
Ibu jari pasien ditegangkan keatas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan
pasien dan pasien diminta untuk mempertahankan posisi tersebut
Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkat ibu jari pasien yaitu dari bagian batas
antara punggung dan telapak tangan mendekati telapak tangan
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
Saraf medianus
Penilaian:
Jika ada gerakan dan tahanan kuat : kekuatan ototnya tergolong
kuat
Jika ada gerakan dan tahanan lemah : kekuatan ototnya tergolong
sedang
Bila tidak ada gerakan : sudah lumpuh
bandingkan kekuatan otot kanan dan kiri untuk mengetahui
adanya kelumpuhan
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
Penilaian:
Bila pasien mampu menahan tarikan : kekuatan otonya tergolong kuat
Bila ada gerakan tetapi pasien tidak mampu menahan tarikan berarti kekuatan ototnya
tergolong sedang
Jika tidak ada pergerakan berarti lumpuh (pergelangan tangan tidak bisa digerakkan ke atas)
5. Pemeriksaan Fungsi Saraf
a. Kaki
Fungsi sensorik N. Tibialis posterior
Kaki kanan pasien diletakkna pada paha kiri, usahakan telapak kaki
menghadap keatas
Tangan kiri pemeriksa meyangga ujung jari kaki pasien
Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan. Bila pasien
tidak dapat menunjukkan 2 titik/ lebih berarti ada gangguan rasa raba
pada saraf tersebut
Penilaian :
Bila ada gerakan dan pasien mampu menahan tekanan pemeriksa berarti kekuatan otot
tergolong kuat
Bila ada gerakan namun pasien tidak mampu menahan tekanan pemeriksa berarti
kekuatan otot terglong sedang
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki tidak bisa degerakkan ke atas)
Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan bakterioskopik
B. Pemeriksaan histopatologi
C. Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan bakterioskopik
Cara pewarnaan
Metode Ziehl-Nielsen
Pewarnaan: Carbol Fuchsin 0,3 %cuci dg alkohol 3%
(bersihkan semua warna), pd M.Leprae (pencucian dg
Methylene blue 0,3%)
Basil Kusta batang2 merah pd latar belakang biru
Pemeriksaan bakterioskopik
Peralatan
Larutan Carbol fuchsin 0,3% Buat register kaca objek
Larutan Methylene blue 0,3% letakkan kaca objek di rak
pewarnaan dg sisi apusan
Alkohol 3% menghadap keatas
Lampu Spiritus (Bunsen)
Wadah dg air mengalir
Pipet 10/> kaca objek dpt diwarnai
Besi penyangga rak kaca bersamaan. Pastikan kaca
objek objek tsb tdk saling
bersentuhan satu dg yg lain.
Kertas tisu
Sarung tangan
Pemeriksaan bakterioskopik
Pewarnaan
Sebelum digunakan, saringlah carbol fuchsin 0,3% menggunakan
kertas saring biasa
Tutupilah seluruh permukaan kaca objek dengan larutan carbol
fuchsin
Panaskan kaca objek dengan hati-hati diatas lampu spiritus sampai
uap carbol fuchsin keluar. Pastikan bahwa pewarnaan tidak sampai
mendidih. Jika pewarna mengering tambahkan lagi reagens dan
panaskan kembali
Basuh dengan hati-hati dibawah air mengalir. Keringkan air hingga
kaca objek tidak lagi berwarna, meskipun apusan akan menjadi
merah tua.
Pemeriksaan bakterioskopik
Pewarnaan
Pemeriksaan bakterioskopik
Pelunturan
Tetesi permukaan kaca objek hingga tertutup dengan asam alkohol 3%
selama 10 detik
Metode lain adalah dengan menggunakan asam sulfat 25% selama 10
menit. Bilas perlahan dengan air
Pemeriksaan bakterioskopik
Counter staining
Tetesi sediaan dg methylene blue selama 1 menit
Bilas dg air & biarkan kaca objek mengering dg sisi miring dg sisi
apusan menghadap bawah Apusan siap dibaca
Pemeriksaan bakterioskopik
Pembacaan
Bentuk kuman kusta yg dpt
ditemukan: Granular
Titik2 terbentuk garis lurus/
berkelompok
Utuh (solid)
Kelompok: kecil: 40-6- BTA,
menandakan adanya besar :200-300 BTA
mikroorganisme hidup
Dinding sel tdk terputus
Globus
Mengambil zat warna secara
merata Beberapa BTA utuh/
fragmented/granulated
Panjang kuman 4x lebar
mengadakan ikatan /
berkelompok
Pecah-pecah(fragmented)
Dinding sel terputus
Clumps
sebagian/seluruhnya
Pemeriksaan bakterioskopik
Pembacaan skin smear
Pembesaran objek 10x dan 100x
Pembesaran 10xTeteskan apusan dg 1 tetes minyak
immersepembesaran 100x
Bilas kaca objek dg xylene(xylol), jgn dihapus
Simpan kaca objek utk quality control, yg tdk disimpan hrs
dimusnahkan/desinfeksi, dididihkan dan dicuci utk pemeriksaan rutin
lain kecuali utk apusan kulit
BTA
Batang merah dg latar belakang biru
Bentuk: lurus / melengkung
Warna merah dpt merata / homogeny (solid) / tidak rata (fragmented dan
granular)
Pemeriksaan bakterioskopik
Penghitungan dg cara:
Zig-zag (Zig zag method)
Huruf Z (Z method)
½ / ¼ (Half / Quarter circle method)
Indeks Bakteri (IB) Indeks Morfologi (IM)
Ukuran semikuantitatif kepadatan
BTA Jumlah solid x 100 %
Kegunaan: Jumlah solid + nonsolid
Membantu menentukan tipe kusta dan
menilai pengobatan Kegunaan:
Penilaian : logaritma Ridley mengetahui daya penularan kuman
IB 6+ adalah > 1.000 BTA/ 1LP; menilai hasil pengobatan
IB 5+ adalah 101-1,000 BTA / 1LP; membantu menentukan resistensi thd
obat
IB 4 + adalah 11-100 BTA / 1LP;
Jika ditemukan globus/clumps jgn
IB 3 + adalah 1-10 BTA / 1LP; dihitung
IB 2 + adalah 1 – 10 BTA / 10 LP; Syarat perhitungan:
IB 1 + adalah 1 – 10 BTA / 100 LP; Jumlah min kuman tiap lesi 100 BTA
IB 0 adalah 0 BTA /100 LP. Mulai dihitung IB 3+
IB seseorang adalah IB rata2 / Jika jumlah BTA <100 dpt dihitung IM
nya tetapi tidak dinyatakan dlm %, tetap
tertinggi dr semua lesi yg dibuat dalam pecahan yg tdk boleh diperbesar /
sediaan diperkecil
Contoh menghitung IB dan IM
Lokasi pengambilan Kepadatan Solid Fragmented/granulated
Daun telinga kiri 5+ 5 95
Daun telinga kanan 4+ 6 94
Paha kiri 4+ 3 97
Bokong kanan 4+ 4 96
Jumlah 17+ 18 382
*catatan :
hasil pembacaan sedian apus cukup dinyatakan negative (-) atau positif (+) saja
Pemeriksaan Histopatologi
Gambaran:
Tuberkuloid
Tuberkel dan kerusakan saraf lebih nyata
Tidak terdapat basil / hy sedikit dan non solid
Lepromatosa
Subepidermal clear zone (daerah langsung dibawah epidermis
yg jaringannya tdk patologik)
Sel Virchow dg banyak Basil dpt ditemukan
Borderline
Campuran tipe Tuberkuloid dan Lepromatosa
Pemeriksaan Serologik