Kusta
Oleh :
Paquita Al Husna (1410070100038)
Nadya Gustina Zulnesa (1410070100054)
Riri ANggraini (1410070100069)
Dodi Wahyudi (1410070100070)
Preseptor :
dr. Yosse Rizal, Sp.KK
Nama lain dari kusta adalah Morbus Hensen dan lepra. Istilah kusta
berasal dari bahasa Sanskerta, yakni kushtha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta ini disebut juga
Morbus Hansen karena sesuai dengan nama yang menemukan
kuman yaitu Dr. Gerhard Henrik Armauwer Hansen pada tahun 1874
Disebabkan Mycobacterium
Leprae berbentuk kuman
dengan ukuran 3-8 µm X
0,5µm. Tahan asam dan
alkohol serta gram Positif.
Jenis Klasifikasi UMUM
• 1. Indeterminate (I)
Klasifikasi • 2. Tuberkuloid (T)
Internasional • 3. Borderline-Dimorphous (B)
(1953) • 4. Lepromatosa (L)
• 1. Tuberkoloid (TT)
• 2. Boderline tubercoloid (BT)
klasfikasi Ridley- • 3. Mid-berderline (BB)
Jopling (1962) • 4. Borderline lepromatous (BL)
• 5. Lepromatosa (LL)
klasifikasi WHO
(1981) dan • Pausibasiler
modifikasi WHO • MultiBasiler
(1988)
Pausibasilar Multibasilar
• Hanya kusta tipe I, TT dan • Termasuk kusta tipe LL, BL, BB
sebagian besar BT dengan BTA dan sebagian BT menurut
negatif menurut kriteria kriteria Ridley dan Jopling
Ridley dan Jopling atau tipe I atau B dan L menurut Madrid
dan T menurut klasifikasi dan semua tipe kusta dengan
Madrid. BTA positif.
PERBEDAAN
PB MB
Borderline tuberculoid
Karakteristik Tuberkuloid (TT) Indeterminate (I)
(BT)
Lesi
-bentuk Makula saja; makula Makula dibatasi Hanya makula
-Jumlah dibatasi infiltrat infiltrat; infiltrat saja Satu atau beberapa
-Distribusi Satu atau beberapa Beberapa atau satu Bervariasi
-Permukaan Terlokalisasi & dengan lesi satelit Dapat halus agak
-batas asimetris Asimetris berkilat
-anestesia Kering, skuama Kering, skuama Dapat jelas atau
BTA Jelas Jelas dapat tidak jelas
-Lesi kulit Jelas Jelas Tidak ada sampai
-Tes lepromin Negatif Negatif atau 1 + tidak jelas
Positif kuat (3+) Positif lemah (2 +) Biasanya negatif
Dapat positif lemah
atau negatif
Gambaran Klinis Tipe MB
Borderline
Karakteristik Lepromatosa (LL) Mid-borderline (BB)
lepromatosa (BL)
-bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrate difus Plakat Dome-shaped (kubah)
Papul papul punched-out
Nodus
infiltrat papul, nodus
Jumlah Banyak, distribusi luas, Banyak, tapi kulit Beberapa, kulit sehat
praktis tidak ada kulit sehat masih ada jelas ada
sehat
Permukaan Halus dan berkilap Halus dan berkilap agak kasar, agak
berkilat
Faktor Faktor
Kuman kusta Imunitas
Keadaan
Faktor Umur
Lingkungan
Faktor Jenis
Kelamin
Patogenesa Kusta
Manifestasi Klinis
• Anamnesis
• Subyektif : Keluhan penderita, Kelainan kulit, Mati
rasa, Gangguan fungsi pada saraf.
• Obyektif : Riwayat kontak dengan penderita, Latar
belakang keluarga misalnya Keadaan sosial ekonomi.
• Evaluasi data : Untuk menentukan langkah
pemeriksaan selanjutnya, Sebagai sumber acuan
pengobatan MDT dan klasifikasi penyakit kusta.
Diagnosa
• Pemeriksaan fisik
• Inspeksi : Ruangan membutuhkan cahaya yang
adekuat (terang) diperlukan agar petugas dapat
membedakan warna dan bentuk tubuh.
• Palpasi : Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya
dilakukan pada: n. auricularis magnus, n.
ulnaris, n. radialis, n. medianus, n. peroneus,
dan n. tibialis posterior.
• Penyakit kusta disebut juga dengan the
greatest immitator karena memberikan gejala
yang hampir mirip dengan penyakit
lainnyaDiagnosis penyakit kusta didasarkan
pada penemuan tanda kardinal (cardinal sign),
yaitu:
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan saraf tepi
• Ditemukan kuman tahan asam
Pemeriksaan Bakterioskopik
Multibasiler
• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg setiap bulan, dalam
pengawasan, diteruskan 50 mg sehari
atau 100 mg selama sehari atau 3x100 mg
setiap minggu
MDT digunakan sebagai
Mencegah
dan
mengobati
resistensi
Memperp
endek
masa
pengobata
n
Mempercepat
pemutusan
mata rantai
penularan
Antikusta
Protionamid Rifampisin
Klaritomisin Ofloksasin
Reaksi Kusta
Pengobatan ENL
Prednison
Talidomid
15-30 mg/hari
Klofazimin 200-300
mg/hari
Pengobatan reaksi
reversal
2. Pemakaian Lampren
lampren untuk dewasa 300 mg perhari selama
2-3 bulan. Bila ada perbaikan turunkan menjadi
200 mg per hari selama 2-3 bulan. Bila ada
perbaikan turunkan menjadi 100 mg perhari
selama 2-3 bulan, dan selanjutnya kembali pada
dosis lampren semula, 50 mg perhari,
Klasifikasi cacat
Pencegahan Cacat