Anda di halaman 1dari 56

Tati Khairina

Pendahuluan
• Keseimbangan:
– Kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dengan
lingkungan sekitarnya
– Diatur oleh input yang terus menerus dari 3 sistem:
1. Sistem vestibuler Mengalami proses integrasi dan
2. Sistem proprioseptif modulasi di batang otak,
serebelum dan serebral
3. Sistem visual
‒ Lesi atau disfungsi sistem2 → ggn keseimbangan (dizziness)
Pendahuluan

Input Controller
• Eyes brain stem +
• Proprioception cerebellum +
• Vestibular system brain

Movement:
• Eye
• Body
BALANCE
Fisiologi keseimbangan

• Sistem vestibuler dibagi menjadi komponen perifer dan sentral


• Komponen perifer:
• Kanalis semisirkularis (posterior,horizontal, anterior) → mendeteksi
gerakan berputar
• Organ otolit (sakulus dan utrikulus)→ berespon terhadap akselirasi
liear dan gravitasi
• Bila komponen perifer tereksitasi, akan menstimulasi sistem vestibuler
sentral
Fisiologi keseimbangan
Fisiologi keseimbangan
Fisiologi keseimbangan

Sistem vestibuler perifer (labirin):


– Berisi 5 organ sensorik  bagian
1. Tulang labirin:
‒ Kanalis semisirkularis membran kanalis & 2 organ otolit
• Berisi cairan perilimf (utrikulus dan sakulus)
• Ada membran labirin
– Tiap kanalis melebar pada satu
• Berkomunikasi melalui
utrikulus ujungnya  ampula  terdapat
– Vestibulum organ reseptor: krista ampularis
– Tulang koklea
– Otolit mengandung epitel sensorik
2. Membran labirin
– Melekat dlm tulang labirin  makula  mengandung sel-sel
– Berisi endolimf, dikelilingi perilimf rambut dan sel-sel penunjang
Fisiologi keseimbangan
• Impuls yang dicetuskan oleh
reseptor dalam labirin →
– Iritasi aparatus vestibularis
merangsang arkus refleks yg
– Perubahan tekanan di ruang
mengatur sistem motorik (mata,
endolimf dan perilimf
leher dan tubuh) → tubuh tetap – Gangguan oksigenasi
seimbang meskipun dlm berbagai
posisi atau gerakan Rangsangan (impuls)  Nervus
• Viskositas endolimf dipengaruhi Vestibularis  Vertigo
oleh perilimfe dan aliran darah
otak
Fisiologi keseimbangan

• Dalam keadaan normal SSP memberikan respon thdp setiap


perbedaan aktivitas dari kedua kompleks Nc.Vestibular
• Kepala diam → aktivitas neural pd kedua Nc.Vestibular simetris
• Kepala bergerak → terjadi aktivitas asimetris pada Nc.Vesibular →
diinterpretasikan oleh SSP sebagai gerakan kepala.
• Adanya proses patologis pada salah satu Nc.vestibular → juga
diinterpretasikan SSP sebagai aktivitas asimetris
Fisiologi keseimbangan

• N.Vestibularis dibatang otak berhubungan dengan komponen


vestibuler sentral:
• Nukleus motorik otot mata di batang otak
• Fasikulus longitudinalis medialis dan traktus vestibulispinalis
dalam medula spinalis
• Serebelum
Fisiologi keseimbangan

• Pada sistem vestibuler sentral, jaras yg berperan pd refleks vestibulookular


(Vestibuloocular reflex/ VOR) sangat berperan penting
• Jaras ini dimulai dari labirin → Nc.Vestibularis; Nc.N.III, IV VI; pusat integrasi
di pons dan mesensefalon serta serebelum
• Impuls dari batang otak → 2 jaras:
1. Jaras asenden ( → talamus → korteks parieto-temporal)
2. Jaras desenden (→ traktus vestibulospinal lateral dan medial →
medula spinalis). Fungsi mengatur postur tubuh
• Lesi pada jaras2 tersebut → vertigo sentral
Fisiologi keseimbangan
4 jenis gangguan keseimbangan (dizziness):
1. Vertigo vestibuler: rasa berputar
2. Vertigo nonvestibuler: rasa mengambang, melayang, goyang
3. Disequilibrium: kaki goyah, tidak stabil, kepala terasa ringan,
membaik bila duduk
4. Presingkop: rasa mau pingsan
Definisi

• Vertigo:
– suatu ilusi ketika seseorang merasa tubuhnya bergerak
(berputar) terhadap lingkungannya, atau lingkungan bergerak
terhadap dirinya
– Merupakan gejala dengan etiologi yang beragam
Klasifikasi Vertigo
VERTIGO

JENIS : Vestibuler Non Vestibuler

LETAK LESI : Sistem Sistem Sistem


Vestibuler Visual Somatosensory
(Proprioseptif)

Sentral Perifer
- Batang Otak - Labirin
- Sereblum - N. Vestibularis
- Serebrum
Beda Vertigo Vestibuler dan Non Vestibuler

Vertigo Vestibuler Vertigo Non Vestibuler


Sifat Vertigo Berputar Goyang
Melayang
Nistagmus + -
Waktu Episodik Konstan
Faktor pencetus Gerakan kepala Stres
Perubahan posisi Hiperventilasi
Gejala penyerta Mual , muntah, tuli, Pucat, kesemutan, sinkop,
tinitus palpitas
Beda Vertigo Vestibuler Perifer dan Sentral
Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Onset Mendadak Lambat
Severitas Berat Kurang
Nistagmus • Kombinasi nistagmus horizontal dan • Nistagmus vertikal,
torsional horizontal atau torsional
• Inhibisi dengan fiksasi penglihatan murni
ke 1 objek • Tidak mengalami inhibisi
• Undireksional dengan fiksasi
penglihatan
• Bidireksional
Bertambah dg perub posisi kepala ++ +
Gangguan otonom (mual/muntah) Berat Bervariasi
Gangguan pendengaran, tinitus Sering Jarang
Gangguan keseimbangan Ringan - sedang Berat
Defisit neurologis non auditorik Jarang Sering
Latensi pada manuver diagnostik Hingga 20 detik Hingga 5 detik
Diagnosis Banding Vertigo Vestibuler

Perifer Sentral
– Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV) – TIA sistem vertebrobasiler
– Meniere’s – Migren vestibuler
– Neuritis – Epilepsi vestibuler
– Oklusi arteri labirin – Infark batang otak
– Labirinitis – Perdarahan batang otak
– Ototoksik – MS dg keterlibatan batang otak
– Auto Imun – Malformasi Arnold Chiari
– Tumor N.VIII – Tumor CPA
– Microvascular Compression – Infark/perdarahan/tumor/intoksikasi pada
– Perilymph fistel paramedian pontomedullary atau
pontomesencephalic
Penyebab Vertigo Non Vestibuler

– Polineuropati – Hipotensi Ortostatik


– Mielopati – Hiperventilasi
– Artrosis Servikalis – Tension Headache
– Trauma Leher – Hipoglikemi
– Presinkop – Penyakit Sistemik
Pemeriksaan
n Pemeriksaan fisik umum
n Pemeriksaan fisik neurologi rutin
n Pemeriksaan khusus neurootologi
– Pemeriksaan nistagmus
– Tes fungsi alat keseimbangan tubuh (AKT)
n Pemeriksaan THT (garpu tala, audiometri)
n Pemeriksaan Penunjang (Lab, foto servikal, ENG, EEG, EMG,
CT scan, MRI, angiografi)
Pemeriksaan Nistagmus

o Nistagmus spontan  mata posisi netral


o Nistagmus lirikan/tatapan  mata melirik ke satu sisi, atas
dan bawah
o Nistagmus posisional/tercetus  perubahan posisi kepala
 Maneuver Dix-Hallpike
Pemeriksaan Nistagmus

• Nistagmus:
– Osilasi mata yang ritmis / berulang
– Gejala objektif vertigo
– Dapat mengarahkan lesi
– Stimulasi SCC : jerk nystagmus
• Fase lambat : lokasi lesi
• Fase cepat : nama nistagmus
– Membedakan vertigo vestibuler perifer atau sentral
– Ciri lesi vestibuler sentral: penduler, vertikal, rotatoar
Perbedaan Nistagmus perifer dan sentral

Nistagmus perifer Nistagmus sentral


Latensi + (2-5 detik) -
Vertigo Berat Ringan
Fatigue + -
Lama < 1 menit (biasanya 30 detik) > 1 menit
Arah Horizontal-torsional Vertikal murni, torsional murni,
unidireksional campuran, bidireksional
Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

Tes fungsi vestibuler dan koordinasi: • Tes Keseimbangan:


– Romberg / sharpened
• Tes Koordinasi:
Romberg
– Past-pointing test – Stepping test (Fukuda)
– Finger-nose-finger – Tandem gait
– Rapid alternating movements • Nistagmus
– Heel-knee-shin
Terapi
I. Terapi kausal: atasi/obati penyebab vertigo
II. Terapi simptomatik: supressan vestibuler (obat anti vertigo)
1. Antihistamin : Dimenhidrinat (3x 10 mg)
2. Ca Antagonist : Flunarizine (1x 5-10 mg)
3. Vasodilator : Betahistin (3x8 mg)
4. Tranquilizer : Diazepam (3x2-5 mg) – Haloperidol
– Sulpirid
5. Antikholinergik : Atropin (3x0,4 mg) – Skopolamin
6. Monoaminergik : Amfetamin (3x5-10 mg) – Ephedrin
7. Fenotiazin : Prokhlorperazine (3x3 mg)
8. Betablocker : Carvedilol
III. Terapi rehabilitatif: vestibular excercise
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

Terminologi
Benign: etiologi penyakit ringan pada sistem vestibuler
Paroxysmal: episodik
Positional: berhubungan dg perub posisi kepala dan grafitasi
Vertigo : ilusi gerakan, penderita /lingkungan
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• BPPV adalah gangguan klinis dengan karakteristik serangan vertigo perifer,


berulang, singkat, berkaitan dg perubahan posisi kepala dari tidur, melihat
ke atas dan memutar kepala
• Mudah didiagnosis
• Etiologi:
1. Idiopatik (50% kasus)
2. Simptomatik
Pasca trauma, pasca labirintitis, ototoksisitas, mastoiditis kronis,
meniere, migren, operasi telinga dalam
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Patofisiologi:

– Makula dalam utrikulus diduga merupakan sumber partikel


kalsium (terdiri dari kalsium karbonat/otokonia ) yang
menyebabkan BPPV
– Lokasi tersering BPPV adalah kanalis semisirkularis posterior,
diikuti yang horizontal. Jarang pada kanalis semierkularis
posterior
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

Terdapat 2 hipotesa
1. Canalithiasis :
Partikel/debris kalsium
karbonat terapung
bebas di SCC
2. Cupulolithiasis: Partikel
yang melekat pada
cupula
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Gambaran klinis:
– Gejala umumnya sangat khas, bisa ditegakkan melalui anamnesis
– Gejala utama pusing berputar berdurasi singkat (beberapa detik, < 10-
30 detik)
– Intensitas berat
– Bisa disertai mual, kadang2 muntah
– Keluhan sering terjadi di pagi hari, timbul mendadak dipicu perubahan
posisi kepala relatif terhadap gravitasi (spt berbaring, bangun dari
tidur, berguling membungkuk, atau menengadah dalam waktu cukup
lama)
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Diagnosis:
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik dan neurologis
– Tes dix hillpike
• Interpretasi:
– Normal: tidak timbulvertigo dan nistagmus
– Abnormal: timbul nistagmus dan vertigo
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Respon positif pada manuver Dix-Hallpike → standar penegakkan diagnosis


– Pasien duduk di atas tempat tidur
– Kepala dirotasikan 45° ke satu sisi
– Secara cepat baringpasien dengan kepala menggantung pada tepi tempat
tidur dengan sudut 20° di bawah garis horizontal
– Perhatikan adanya nistagmus
• Saat terjadi pergerakan otokonia pada kanalis post (kanalolitiasis), endolimf
bergerak menjauhi kupula dan merangsang kanal posterior → timbul upward-
beating nystagmus dan nistagmus torsional
• Pada kupulolitiasis durasi nistagmus lebih panjang
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)
• Diagnosis BPPV pada kanalis semirkularis horizontal → head roll test atau
log-roll test
– Pasien berbaring
– Kepala diputar 90° ke arah kiri kemudian kanan
– Nistagmus horizontal akan timbul saat kepala diputar ke kedua arah
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Diagnosis banding:
– Penyakit Meniere
– Neuritis vestibuler
– Labirintitis
– Vertigo pasca trauma
– Migren associated dizziness
– Insufisiensi vertebrobasiler
– Ansietas
– Gangguan panik
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Terapi:
– Simptomatik: medikamentosa (anti vertigo)
– Kausal:
• Manuver Epley (berdasarkan teori kanalitiasis)
• Manuver Sermont (berdasarkan teori kupulotitiasis)
• Manuver Lempert (BPPV horizontal)
• Manuver Brandt Daroff (latihan di rumah)
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

Manuver Epley
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

Manuver Sermont
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

Manuver Brandt Daroff


Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)
Benign Paroxymal PositionalVertigo (BPPV)

• Prognosis:
– BPPV memiilki prognosis baik dengan kekambuhan 2 tahun
sekitar 27%, bila latihan brandt-daroff dilakukan secara rutin
– Rekurensi tersering terjadi dalam 6 bulan pertama
– Bila rekurensi sangat sering, dengan derajat vertigo makin berat
→ pikirkan dd vertigo lainnya
Neuritis Vestibuler

• Defisit unilateral yang terjadi secara tiba2 pada organ vestibuler


perifer tanpa disertai ggn pendengaran dan disfungsi batang otak
• Terjadi inflamasi pada nervus vestibularis , diduga karena virus
• Diawali gejala prodromal infeksi menyerupai viral like illness.
• Riwayat infeksi saluran pernafasan yang mendahului neuritis
vestibuler pada 25-100% kasus
• Nama lain: neurolabirintitis viral, neuropati vestibularis,
vestibulopati unilateralperifer akut, vertigo epidemik
Neuritis Vestibuler

• Patofisiologi:
– Terjadi kerusakan yang umumnya selektif pada cabang superior
nervus vestibularis yang mensarafi SCC horizontal dan anterior,
termasuk utrikulus dan sakulus
– Cabang superior melewati celah yang lebih panjang dan sempit
pada os petrosum dibanding cabang inferior  lebih rentan
mengalami edema dan kompresi
Neuritis Vestibuler

• Gambaran klinis:
– Pusing berputar timbul mendadak berlangsung bbrp hari ,
disertai gejala otonom , tanpa gejala koklear (ggn pendengaran)
– Keluhan membaik secara bertahap dlm hitungan hari – minggu,
(tp gangguan keseimbangan dapat bertahan selama bbrp bulan
setelah gejala akut vertigo menghilang)
– Nistagmus horizontal rotatorik spontan ke arah non lesi
– Gangguan gait dan cenderung jatuh ke sisi telinga yang sehat
– Mual muntah
Neuritis Vestibuler

– Pemeriksaan otoskopi dan pendengaran normal


– Defisit neurologis tidak ada
– Bila disertai gangguan pendengaran, perlu mempertimbangkan
lesi telinga dalam spt labirintitis, infark labirin dan fistula
perilimfe
Neuritis Vestibuler
• Terapi:
– Simptomatik: dimenhidrinat atau anti vertigo lain
– Kausal: kortikosteroid dosis tinggi (metil prednisolon atau prednison)
• Prognosis:
– Fungsi vestibuler perifer membaik kembali dalam beberapa minggu
atau bulan
– Sebagian besar pasien membaik dalam beberapa hari serta bebas
gejala dalam beberapa minggu
– < 20% bisa mengalami gejala kronis seperti disekuilibrium kronis
Penyakit Meniere

• Sindroma vertigo episodik disertai gangguan pendengaran yang


fluktuatif
• Patofisiologi: teori hidrops endolimfatik
• Cairan endolimfatik diproduksi di koklea dan kanalis semisirkularis.
Diabsorbsi di kantong endolimfatik.
• Pada penyakit meniere  terjadi hidrops endolimfatik akibat:
– Peningkatan produksi endolimfe
– Gangguan mekanisme absorpsi
Penyakit Meniere
Penyakit Meniere

• Etiologi pasti tidak diketahui.


• Hipotesis:
– Infeksi atau inflamasi pada kantong endolimfatik  gangguan
absorbsi
– Faktor familial, geografis/etnis, anomali/malformasi, genetik,
autoimun, otosklerosis , infeksi virus, alergi lokal telinga dalam,
manifestasi lokal labirin terkait penyakit sistemik spt ggn tiroid
atau metabolisme glukosa, trauma kapitis, stres
Penyakit Meniere

• Faktor pencetus – Kehamilan


– Otitis media – Kelelahan
– Alergi – Kopi
– Infeksi saluran nafas atas – Menstruasi
– Makanan asin – Peubahan tekanan
– Alkohol barometer
– Gula – Trauma
Penyakit Meniere

• Gejala klinis:
– Serangan vertigo perifer berulang dengan gejala koklea
(penurunan pendengaran, tinitus atau rasa penuh)
– Trias gejala: vertigo, tinitus dan gangguan pendengaran
– Awalnya self limiting disease
Penyakit Meniere

• Menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck


Surgery (AAO-HNS), penyakit meniere ditandai 4 gejala:
1. Vertigo: rasa berputar episodik, derajat ringan – berat,
rotasional, durasi minimal 20 menit/episode, tidak > 24 jam
2. Pendengaran menurun: berfluktuasi, tuli sensoris frekuensi
rendah, memberat saat serangan, makin lama makin berat
3. Tinitus: khas dering bernada rendah
4. Rasa penuh di dalam telinga
Penyakit Meniere

• Gejala dibagi 2 tahap


1. Tahap fluktuatif:
• Gangguan pendengaran masih mengalami perbaikan setelah
serangan
• Umumnya masih respon dengan medikamentosa
2. Tahap neural:
• Gangguan pendengaran bersifat menetap dan makin
memberat
• Membutuhkan terapi lebih invasif
Penyakit Meniere

• Diagnosis:
– Anamnesis
– Pemeriksaan neurologis
– Audiometri  tuli sensorineural nada rendah
– Elektrokokleografi
– Barinstem auditory evoked potential (BERA)
• Diagnosis banding:
– Migren basiler
– Labirintitis
Penyakit Meniere

Terapi:
• Terapi farmakologi • Terapi diet:
– Antivertigo (mis betahistin) – Rendah garam
– Diuretik: HCT/asetazolamid – Tinggi kalium, tinggi
– Steroid: prednison protein
– KCL – Hidrasi
– Antihistamin • Hindari faktor pencetus
Penyakit Meniere

• Terapi intervensi non destruktif:


– Injeksi steroid intratimpanik
– Endolymphatic sac-mastoid decompression and/or shunt
• Terapi intervensi destruktif:
– Injeksi gentamisin intratimpanik (chemical labyrinthrctomy)

Prognosis:
– Tidak ada ‘sembuh’ dalam arti sebenarnya, namun tatalaksana
medis agresif dapat mereduksi gejala pada 80-90% pasien

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Agama KLMP 7
    Makalah Agama KLMP 7
    Dokumen9 halaman
    Makalah Agama KLMP 7
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Khitan
    Pengertian Khitan
    Dokumen2 halaman
    Pengertian Khitan
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Tutor 9
    Tutor 9
    Dokumen10 halaman
    Tutor 9
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Case Kusta
    Case Kusta
    Dokumen41 halaman
    Case Kusta
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • MILIARIA
    MILIARIA
    Dokumen29 halaman
    MILIARIA
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • CASE Urtikariaa
    CASE Urtikariaa
    Dokumen28 halaman
    CASE Urtikariaa
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Leukemia Akut
    Leukemia Akut
    Dokumen37 halaman
    Leukemia Akut
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • MMSE
    MMSE
    Dokumen3 halaman
    MMSE
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • SKIZOFRENIA
    SKIZOFRENIA
    Dokumen37 halaman
    SKIZOFRENIA
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Kandidiasis Oral
    Kandidiasis Oral
    Dokumen13 halaman
    Kandidiasis Oral
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Perdarahan Saluran Cerna
    Perdarahan Saluran Cerna
    Dokumen17 halaman
    Perdarahan Saluran Cerna
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Agama Islam Kelompok 5
    Makalah Agama Islam Kelompok 5
    Dokumen11 halaman
    Makalah Agama Islam Kelompok 5
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Hars
    Hars
    Dokumen49 halaman
    Hars
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • Limfadenopati
    Limfadenopati
    Dokumen78 halaman
    Limfadenopati
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat
  • SEMHAS Wangi
    SEMHAS Wangi
    Dokumen70 halaman
    SEMHAS Wangi
    Wangi Kamtala Syafti
    Belum ada peringkat